Bismillahirrohmanirrrohiim,
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
kondisi kejiwaannya. Setiap waktu godaan yang datang dapat membuat manusia
mempengaruhi dirinya.
wakil-Nya didunia. Manusia dijadikan wakil Allah karena pasilitas yang dimilikinya
melebihi makhluk Allah lainya. Kelebihan manusia terdapat pada akal, hati, serta
manusia menjadi makhluk yang paling hina. Tidak sedikit manusia yang memiliki
tabiat yang sama dengan hewah atau bisa jadi lebih paraah dari itu.
pada perbuatan yang dapat menghinakan dirinya, maka Allah menurunkan tuntunan
kepadanya berupa tatacara hidup yang benar (akhlak) agar dalam kehidupanya
kita hidup. Atau, dalam rumusan lain, ilmu mengenai bagaimana berperilaku yang
baik.
bertindak (beramal). Ini bertolak dari adanya pemahaman yang absolut dan general
pembimbing (petunjuk) untuk hidup (beramal) secara baik, maka pengertian ini tidak
relevan. Artinya, ilmu akhlak harus meletakkan insan-pelaku sebagai cerminan ilmu,
bukan sebaliknya.
Lebih lanjut, dapat diperoleh sebuah pengertian bahwa perbuatan yang sesuai
adalah, antara lain, adanya ikhtiar si pelaku dalam mewujudkannya serta adanya
mewujudkan perbuatan yang akhlaki erat kaitannya dengan ilmu akhlak itu sendiri.
kesanggupan insan itu sendiri, yang tentunya juga harus didasari dengan ilmu
(syahwat), ghadhabiyyah (amarah), dan fikr (pikir). Ilmu tersebut juga membedakan
antara sifat-sifat terpuji dan sifat-sifat rendah manusia, sehingga manusia dapat
Dalam hidupnya, manusia tidak dapat melepaskan diri dari pencariannya atas
sesuatu, seperti makan, minum, dan beristirahat, yang semuanya didorong oleh
kekuatan syahwani. Begitu juga, dari upaya untuk menghindar dari sesuatu, seperti
sakit, kerja keras, dan sebagainya, yang didorong oleh kekuatan ghadhabi. Juga, dari
kekuatan fikr seperti berhujah, yang didorong oleh kekuatan fikr dalam diri manusia.
semua potensi tersebut, agar mereka dapat mencapai kemuliaan dan terhindar dari
segala bentuk kehinaan. Artinya, seluruh kekuatan tersebut harus selalu dijaga
keseimbangannya, sehingga tidak melewati batas (ifrad) dan kurang dari yang
semestinya (tafrid).
Dalam pada itu, dengan menjaga keseimbangan ketiga kekuatan yang mereka
miliki itu, manusia akan memiliki empat nilai kesempurnaan akhlak, yang menjadi
akan menjadi manusia yang memiliki sifat keadilan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa kemuliaan dapat dilihat dari kepemlikan mereka atas empat sifat
dari:
mata) manusia.
manusiawi belaka. Ini sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Quran, surat al-
Baqarah ayat ke-165: Dan orang-orang yang beriman, mereka lebih besar
Ditinjau dari maknanya, adab adalah sikap dan bentuk perbuatan bajik, yang
diharuskan oleh syariat maupun para bijak untuk melakukannya. Adab tidak berlaku
bagi perbuatan di luar syariat dan tindakan terlarang lainnya. Karena itu, kezaliman,
Adab juga hanya berlaku bagi perbuatan yang didorong oleh ikhtiar bebas
manusia. Sehingga, sebagian manusia memiliki adab yang tidak dimiliki oleh
sebagian manusia lainnya. Seperti makan, yang dalam Islam didahului dengan
bismillah dan diakhiri dengan hamdalah. Atau, shalat yang memiliki cara duduk
Pabila diperhatikan, adab merupakan tindakan bajik yang berasal dari ikhtiar
meskipun pada kenyataannya manusia terdiri dari berbagai bangsa dan agama
dengan gaya dan cara hidup berbeda. Sehingga suatu adab terkadang dipandang baik
tujuan-tujuan dari setiap kaum (golongan) tersebut. Ya, adab merupakan cermin
Sementara itu, adab sendiri tidaklah sama dengan akhlak. Pabila akhlak
merupakan potensi yang tertanam di dalam ruh, maka adab adalah sikap bajik yang
menjadi pakaian bagi perbuatan manusia, yang muncul dari sifat-sifat mereka yang
berbeda. Karena itu, adab adalah cerminan akhlak manusia, sementara akhlak adalah
manusia, maka adab Ilahi, yang diajarkan Allah Swt kepada para nabi dan rasul-Nya,
adalah sikap yang baik dalam amal-amal diniyah, yang menggambarkan tujuan-
tujuan dan maksud agama tersebut. Artinya, bahwa ibadah adalah sesuai dengan
manusia. Oleh karena itu, semua sisi kehidupan manusia diatur oleh adab tertentu.
Dan tujuan umum di dalam Islam adalah bertauhid kepada Allah Swt dalam setiap
Tuhan, yang dari-Nya-lah segala sesuatu berasal dan kepada-Nya-lah segala sesuatu
Dalam hal ini, kita perlu merenungkan dalam-dalam, bait munajat Imam Ali
Zainal Abidin berikut ini, “Tuhanku, janganlah Engkau ajari aku adab dengan siksa-
siksa-Mu…”[]
BAB III
KESIMPULAN
Dalam menghadapi hidup yang penuh dengan ujian yang dihadapi manusia,
manusia perlu menyelamatkan dirinya supaya tidak terjerumus pada kesalahan yang
dapat membuat dirinya menjadi makhluk yang hina. Dan untuk membimbing
hidupnya ia akan selalu berusaha untuk melakukan perbuatan yang baik. Karena jika
dia berbuat yang tidak baik sama saja dengan mencelakakan dirinya.
Ada banyak uraian ayat Qur’an yang menekankan kapada manusia agar ia
senan tiasa berprilaku baik, tidak berbuat keruksakan di muka bumi dan tidak
merendahkan makluk lain. Untuk lebih jelas bisa dipelajari ayat-ayat berikut :
2:83, 2:112, 2:177, 2:195, 2:229, 3:134, 3:148, 3:172, 4:125, 4:128, 5:85, 5:93, 7:56,
7:161, 9:91, 9:100, 9:120, 10:26, 11:115, 12:22, 12:78, 12:90, 16:30, 16:90, 16:128,
17:7, 22:37, 28:14, 28:77, 29:69, 31:3, 31:22, 37:80, 37:105, 37:110, 37:121, 37:131,
SARAN
supaya senan tiasa menjaga prilakunya jangan sampai berbuat hal-hal yang dapat
menjerumuskan dirinya. Allah telah memberikan solusi pada kita agar terhindar dari
pengaruh jelek yang datang pada kita dengan cara selalu berpegang pada petunjuk
yang telah Allah berikan pada manusia, karena hanya dengan petunjuknya kita akan