Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

Gangguan pendengaran akibat bising ( noise induced hearing loss / nihl ) adalah tuli akibat
terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya
diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Tuli akibat bising merupakan jenis ketulian
sensorineural yang paling sering dijumpai setelah presbikusis.1
Secara umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan. Bising yang intensitasnya 85
desibel ( db ) atau lebih dapat menyebabkan kerusakan reseptor pendengaran corti pada
telinga dalam. Sifat ketuliannya adalah tuli saraf koklea dan biasanya terjadi pada kedua
telinga.1
Banyak hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising antara lain
intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekwensi tinggi, lebih lama terpapar bising, kepekaan
individu dan faktor lain yang dapat menimbulkan ketulian.1
Bising industri sudah lama merupakan masalah yang sampai sekarang belum bisa
ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi pendengaran para
pekerja, karena dapat menyebabkan kehilangan pendengaran yang sifatnya permanen.
Sedangkan bagi pihak industri, bising dapat menyebabkan kerugian ekonomi karena biaya
ganti rugi.1
Oleh karena itu untuk mencegahnya diperlukan pengawasan terhadap pabrik dan pemeriksaan
terhadap pendengaran para pekerja secara berkala.1
DIAGNOSIS KLINIS
Anamnesis :
Identitas pribadi seperti nama, umur, alamat, dan pekerjaan.
Riwayat penyakit sekarang: keluhan utama, sejak kapan. Tanyakan kepada pasien apa ia
memiliki penyakit saat ini, jika tidak merasa ada berarti ia hanya tahu mengenai masalah
keluhan sakitnya, misalnya merasakan kedua telinganya berdenging setelah habis bekerja.
Riwayat penyakit dahulu: apakah ada riwayat keluhan yang sama atau mengakibatkan
penyakitnya yang saat ini.
Riwayat pengobatan: harus menentukan apakah pegawai pernah menderita sakit telinga
sebelumnya dan apakah dia pernah makan obat ototoksik, misalnya streptomycin. 1,2
Riwayat pekerjaan: Riwayat pekerjaan harus meliputi informasi pekerjaan sekarang dan
semua pekerjaan sebelumnya (khususnya yang berhubungan dengan pajanan terhadap bising,
termasuk pekerjaan paruh waktu). Beberapa pertanyaan yang menyangkut riwayat
pekerjaannya, seperti berikut ini :
-

Sudah berapa lama bekerja hingga sekarang ini


Bagaimana riwayat pekerjaan sebelumnya
Alat kerja, bahan kerja dan proses kerja yang digunakan
1

Barang yang diproduksi/dihasilkan


Waktu bekerja dalam sehari berapa lama dan waktu kerja dalam seminggu berapa kali
Ada kemungkinan pajanan apa saja yang dialami
APD yang dipakai apa saja
Hubungan antara gejala dan waktu kerja
Pekerja lainnya ada yang mengalami hal yang sama

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum: keadaan umum, tanda-tanda vital, dan pemeriksaan fisik menyeluruh.
Pada pasien di skenario ini tidak disebutkan pemeriksaan umumnya, jadi kemungkinan
keadaan umumnya baik dan pemeriksaan fisik menmyeluruh juga bisa baik. Sering penyakit
akibat kerja efeknya berpengaruh terhadap tanda-tanda vital. Misalnya adanya kenaikan
tekanan darah ataupun detak jantung dikarenakan stres kerja akibat dari kebisingan di tempat
kerjanya.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan kualitatif dengan tes penala rutin (tes Rinne, Weber dan Schwabach) mungkin
didapatkan hasil Rinne positif, Weber lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik
dan Schwabach memendek, sesuai dengan ketulian jenis sensorineural.2
Pemeriksaan audiometri nada murni dapat mengukur ambang batas pendengaran.
Pemeriksaan ini penting sekali untuk memastikan NIHL baik untuk penyaringan (konduksi
udara) dan diagnosis (konduksi tulang dan udara). Selama pemeriksaan audiometri nada
murni, nada murni disampaikan menuju telinga melalui earphone yang sesuai. Ketulian
timbul secara bertahap dalam jangka waktu bertahun-tahun, yang biasanya terjadi dalam 8-10
tahun pertama paparan. Pemeriksaan audiometri nada murni didapatkan tuli sensorineural
pada frekuensi tinggi (umumnya 3-6 kHz) dan pada frekuensi 4 kHz sering terdapat takik
(notch) yang patognomonik untuk jenis ketulian ini. Terdapat ambang batas intensitas nada
murni yaitu nada di atas ambang tersebut akan terdengar dan sebaliknya, nada di bawah
ambang tersebut tidak akan terdengar. Namun hasil pemeriksaan dapat berbeda pada waktu
pemeriksaan yang berbeda dipengaruhi keterampilan operator alat, motivasi pekerja, dan
adanya bising di sekitar tempat pemeriksaan. 3
Tes audiometri nada murni di tempat kerja digunakan untuk mencatat kondisi pendengaran
para pegawai, guna menemukan individu yang rentan terhadap bising (bisa untuk
penyaringan pekerja baru yang mau masuk), memonitor keadaan pendengaran berkurang
selama bekerja sebagai pegawai, dan mengatur program perlindungan pendengaran.
Pentingnya mengetahui tingkat pendengaran awal para pekerja dengan melakukan

pemeriksaan audiometri nada murni sebelum bekerja adalah bila audiogram sebelum bekerja
baik, lalu setelah bekerja menunjukkan ada ketulian, maka dapat diperkirakan berkurangnya
pendengaran tersebut akibat kebisingan di tempat kerja. Data dasar audiometri ini bisa
dilakukan saat pertama kali masuk ke tempat kerja (paling mudah bila pemeriksaan ini
dimasukkan ke dalam bagian pemeriksaan kesehatan sebelum diterima bekerja) dan nanti
bisa sebagai rujukan perbandingan hasil tes audiometri di kemudian hari. 3
Audiometri dilakukan berkala (tiap tahun atau tiap dua tahun sekali) untuk memonitor adanya
pendengaran yang berkurang di antara pekerja yang bekerja di tempat tersebut dan untuk
mengkaji jumlah pekerja yang telah kehilangan pendengaran (bila ada) yang terjadi selama ia
bekerja sebagai pegawai di tempat tersebut. Pegawai harus terhindar pajanan bising yang
tinggi setidaknya 16 jam sebelum pemeriksaan audiometri berkala. Audiometer yang dipakai
untuk audiometri nada murni harus sesuai dengan standar nasional atau internasional.
Petunjuk kalibrasi harus diikuti secara ketat. Bising pada latar belakang harus kecil dan
memenuhi standar yang ditentukan. Tes audiometri dilakukan oleh petugas yang telah terlatih
dan diawasi dokter. 3
Pemeriksaan Tempat Kerja, berguna untuk menemukan pajanan apa saja yang bisa dialami
oleh pasien. Terdapat beberapa faktor pajanan yang bisa menyebabkan penyakit akibat kerja,
yakni pajanan fisik, kimia, biologis, ergonomi, dan psikososial. Faktor ini menjadi penyebab
pokok dan menentukan terjadinya penyakit.
Sound Level Meter (SLM) adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat
kebisingan, yang terdiri dari mikrofon, amplifier, sirkuit attenuator dan beberapa alat
lainnya. Alat ini mengukur kebisingan antara 30 130 dB dan dari frekwensi 20 20.000 Hz.
SLM dibuat berdasarkan standar ANSI ( American National Standard Institute ) tahun 1977
dan dilengkapi dengan alat pengukur 3 macam frekwensi yaitu A, B dan C yang menentukan
secara kasar frekwensi bising tersebut. Jaringan frekwensi A mendekati frekwensi
karakteristik respon telinga untuk suara rendah yang kira-kira dibawah 55 dB . Jaringan
frekwensi B dimaksudkan mendekati reaksi telinga untuk batas antara 55 85 dB. Sedangkan
jaringan frekwensi C berhubungan dengan reaksi telinga untuk batas diatas 85 dB. Pasien di
skenario ini bekerja di bagian perakitan mobil yang bisa menimbulkan kebisingan yang jika
diukur hasilnya >85dB.
Working diagnosis

Noise induced hearing loss/ gangguan pendengaran akibat bising adalah tuli akibat
terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya
diakibatkan oleh bising lingkungan kerja.
Efek bising terhadap pendengaran mungkin terjadi sementara atau menetap. Efek ini
merupakan perubahan ambang batas pendengaran, bila hanya tuli sementara dan reversible
setelah penghentian pajanan bising disebut Noise induced temporary threshold shift (NITTS)
dan bila tulinya irreversible disebut Noise induced permanent threshold shift (NIPTS) atau
NIHL. 4
Pergeseran ambang batas sementara (TTS) merupakan mekanisme perlindungan diri akibat
bising berintensitas tinggi yang dapat pulih setelah pajanan bising dihentikan. Waktu yang
dibutuhkan untuk kembali pulih dari TTS bervariasi. TTS timbul hanya dalam waktu 2 menit
setelah terjadi gejala TTS. Nilai TTS maksimum sekitar setengah oktaf lebih tinggi daripada
frekuensi kebisingan. TTS muncul pada 70-75 dB masing-masing pada frekuensi rendah dan
frekuensi tinggi. Pemulihan TTS dimulai segera setelah pajanan dihentikan dan hampir
seluruh proses pemulihan terjadi dalam 16 jam. Pada beberapa kasus, dari audiologi tampak
pulih sempurna setelah 30 hari. Diduga bahwa TTS merupakan kondisi yang mendahului
terjadinya tuli secara permanen namun hal ini belum dapat dibuktikan. Dikatakan bahwa
untuk merubah NITTS menjadi NIPTS diperlukan waktu bekerja dilingkungan bising selama
10-15 tahun, tetapi hal ini bergantung juga kepada tingkat bising dan kepekaan seseorang
terhadap bising. 4
NIHL merupakan tuli permanen sensorineural yang biasanya bilateral dan tidak ada
penyembuhan pendengaran walaupun pajanan dihentikan. NIPTS biasanya mulai terjadi
disekitar frekuensi 4 kHz dan perlahan-lahan meningkat dan menyebar ke frekuensi
sekitarnya. NIPTS mula-mula tanpa keluhan, tetapi apabila sudah menyebar sampai ke
frekuensi yang lebih rendah (2-3 kHz) keluhan akan timbul. Pada mulanya seseorang akan
mengalami kesulitan untuk mengadakan pembicaraan di tempat yang ramai, tetapi bila sudah
menyebar ke frekuensi yang lebih rendah maka akan timbul kesulitan untuk mendengar suara
yang sangat lemah. Takik bermula pada frekuensi 3-6 kHz, dan setelah beberapa waktu
gambaran audiogram menjadi datar pada frekuensi yang lebih tinggi. Kehilangan
pendengaran pada frekuensi 4 kHz akan terus bertambah dan menetap setelah 10 tahun
kemudian perkembangannya menjadi lebih lambat.5
Differential Diagnosis
NIHL harus bisa dibedakan dengan tipe tuli sensorineural lainnya seperti presbycusis ataupun
tuli tipe konduktif. Pastinya untuk membedakan tipe tuli ini harus berdasarkan dari
pemeriksaan penunjangnya seperti tes penala dan audiometri. Namun anamnesis juga
4

diperlukan untuk mengetahui faktor resiko apa saja yang ada dan riwayat sakitnya. Untuk
diagnosa banding yang mendekati NIHL adalah presbikusis. Presbikusis ini dipengaruhi oleh
faktor usia. Sekitar usia 55-60 tahun seseorang mulai mengalami gangguan pendengaran
namun ada juga presbikusis dini yang bisa terjadi pada umur 40 tahun. Presbikusis ini
termasuk dalam tipe tuli sensorineural. Patofisiologinya dikarenakan adanya devaskularisasi
pada koklea sehingga terjadi pengurangan fungsi dari sel rambut. Hal ini akan terjadi dengan
semakin bertambahnya usia.
Diagnosa banding yang keduanya adalah penyakit meniere. Penyakit ini mengenai telinga
bagian dalam dengan karekteristiknya terdapat episode vertigo selama beberapa menit hingga
hitungan jam, ada fluktuasi antara kehilangan/pengurangan pendengaran dan tinnitus. Dan
sering juga pasien merasakan adanya tekanan yang penuh di telinganya selama terjadi
serangan. Biasanya ini terjadi pada satu telinga saja. Penyakit meniere ini termasuk tuli
sensorineural. Patofisiologinya dikarenakan adanya distensi pada membran telinga dalam
oleh karena adanya kelebihan cairan atau inadekuatnya drainase cairan. Akibat distensi,
membran menjadi rupture sehingga terjadi percampuran antara endolimfe (inner) dan
perilimfe (outer) yang menyebabkan disturbansi yang memicu dizziness. Setelah membran
kolaps akan mengalami pemulihan, namun bisa terjadi eksaserbasi dan remisi.
Tabel 2. Berbagai Macam Kelainanan Tuli.

CONDUCTIVE HEARING LOSS


1. Otitis Eksternal (akut dan kronik)
2. Wax/lilin
3. Eksostosis/osteoma

SENSORINEURAL HEARING LOSS


1. Occupational or noise induced hearing loss (NIHL)
2. Presbycusis
3. Penyakit Menire
4. Sudden sensoriagnosneural loss (biasanya pada

4. Otitis media akut (OMA)


5. Otitis media dengan efusi
6. Perforasi membrane timpani
7. Otitis media supuratif kronik (OMSK)
a. Kena pada mukosa

1 telinga saja)
5. Cochlear otosclerosis
6. Trauma (fraktur os temporal)
7. Acoustic neuromas (vestibular schwannomas)

b. Ada Cholesteatoma
8. Otosclerosis

8. Ototoksisitas (Obat sistemik dan topikal) seperti obat


aminoglikosia, klorokuin, cisplatinum)

PAJANAN YANG DIALAMI


5

Potensi bahaya kesehatan yang biasa di tempat kerja berasal dari lingkungan kerja antara lain
faktor kimia, faktor fisik, faktor biologi, faktor ergonomis dan faktor psikologi.
Faktor kimia : Risiko kesehatan timbul dari pajanan berbagai bahan kimia. Banyak bahan
kimia yang memiliki sifat beracun dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan kerusakan
pada sistem tubuh dan organ lainnya. Bahan kimia berbahaya dapat berbentuk padat, cairan,
uap, gas, debu, asap atau kabut dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara utama
antara lain: inhalasi, pencernaan dan penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif. Guna
mengantisipasi dampak negatif yang mungkin terjadi di lingkungan kerja akibat bahaya
faktor kimia maka perlu dilakukan pengendalian lingkungan kerja secara teknis sehingga
kadar bahan-bahan kimia di udara lingkungan kerja tidak melampaui nilai ambang batas
(NAB).6
Faktor fisik: Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara lain
kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan sinar ultraungu. Faktorfaktor ini mungkin bagian tertentu yang dihasilkan dari proses produksi atau produk samping
yang tidak diinginkan. Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu
dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Suara keras, berlebihan atau berkepanjangan
dapat merusak jaringan saraf sensitif di telinga, menyebabkan kehilangan pendengaran
sementara atau permanen. Hal ini sering diabaikan sebagai masalah kesehatan, tapi itu adalah
salah satu bahaya fisik utama. Batasan pajanan terhadap kebisingan ditetapkan nilai ambang
batas sebesar 85 dB selama 8 jam sehari.6
Faktor biologi: Faktor biologi penyakit akibat kerja sangat beragam jenisnya. Seperti pekerja
dipertanian, perkebunan dan kehutanan termasuk di dalam perkantoran yaitu indoor air
quality, banyak menghadapi berbagai penyakit yang disebabkan virus, bakteri atau hasil dari
pertanian, misalnya tabakosis pada pekerja yang mengerjakan tembakau, bagasosis pada
pekerja - pekerja yang menghirup debu-debu organic misalnya pada pekerja gandum
(aspergillus) dan di pabrik gula,. Penyakit paru oleh jamur sering terjadi pada pekerja yang
menghirup debu organik, misalnya pernah dilaporkan dalam kepustakaan tentang aspergilus
paru pada pekerja gandum. Demikian juga grain asma sporotrichosis adalah salah satu
contoh penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh jamur. Penyakit jamur kuku sering
diderita para pekerja yang tempat kerjanya lembab dan basah atau bila mereka terlalu banyak
merendam tangan atau kaki di air seperti pencuci. Agak berbeda dari faktor-faktor penyebab
penyakit akibat kerja lainnya, faktor biologis dapat menular dari seorang pekerja ke pekerja
lainnya. Usaha yang lain harus pula ditempuh cara pencegahan penyakit menular, antara lain
imunisasi dengan pemberian vaksinasi atau suntikan, mutlak dilakukan untuk pekerja-pekerja
6

di Indonesia sebagai usaha kesehatan biasa. Imunisasi tersebut berupa imunisasi dengan
vaksin cacar terhadap variola, dan dengan suntikan terhadap kolera, tipus dan para tipus
perut. Bila memungkinkan diadakan pula imunisasi terhadap TBC dengan BCG yang
diberikan kepada pekerja-pekerja dan keluarganya yang reaksinya terhadap uji Mantaoux
negatif, imunisasi terhadap difteri, tetanus, batuk rejan dari keluarga-keluarga pekerja sesuai
dengan usaha kesehatan anak-anak dan keluarganya, sedangkan di Negara yang maju
diberikan pula imunisasi dengan virus influenza.6
Faktor ergonomi : Industri barang dan jasa telah mengembangkan kualitas dan produktivitas.
Restrukturisasi proses produksi barang dan jasa terbukti meningkatkan produktivitas dan
kualitas produk secara langsung berhubungan dgn disain kondisi kerja Pengaturan cara kerja
dapat memiliki dampak besar pada seberapa baik pekerjaan dilakukan dan kesehatan mereka
yang melakukannya. Semuanya dari posisi mesin pengolahan sampai penyimpanan alat-alat
dapat menciptakan hambatan dan risiko. Penyusunan tempat kerja dan tempat duduk yang
sesuai harus diatur sedemikian sehingga tidak ada pengaruh yang berbahaya bagi kesehatan.
Tempat tempat duduk yang cukup dan sesuai harus disediakan untuk pekerja-pekerja dan
pekerjapekerja harus diberi kesempatan yang cukup untuk menggunakannya. 6
Faktor psikologi: bahaya psikologi yang berkaitan dengan hubungannya dengan kerja dapat
menyebabkan stres dan berpotensi mengakibatkan kerugian/ menganggu kesehatan. Sumber
gangguan psikologis antara lain tidak adanya dukungan sosial, tidak adanya kesempatan
berpartisipasi dalam pembuatan keputusan di kantor, pelecehan seksual, kondisi lingkungan
kerja, menajemen yang tidak sehat, tipe kepribadian orang yang cenderung bertolak belakang
dari orang tersebut, dan peristiwa/ pengalaman pribadi.
HUBUNGAN PAJANAN DENGAN PENYAKIT
Perubahan ambang dengar akibat paparan bising tergantung pada frekuensi bunyi, intensitas
dan lama waktu paparan, dapat berupa :
Adaptasi, bila telinga terpapar oleh kebisingan mula-mula telinga akan merasa terganggu oleh
kebisingan tersebut, tetapi lama-kelamaan telinga tidak merasa terganggu lagi karena suara
terasa tidak begitu keras seperti pada awal pemaparan.
Peningkatan ambang dengar sementara, terjadi kenaikan ambang pendengaran sementara
yang secara perlahan-lahan akan kembali seperti semula. Keadaan ini berlangsung beberapa
menit sampai beberapa jam bahkan sampai beberapa minggu setelah pemaparan. Kenaikan
ambang pendengaran sementara ini mula-mula terjadi pada frekuensi 4000 Hz, tetapi bila
pemeparan berlangsung lama maka kenaikan nilai ambang pendengaran sementara akan
menyebar pada frekuensi sekitarnya. Makin tinggi intensitas dan lama waktu pemaparan
makin besar perubahan nilai ambang pendengarannya. Respon tiap individu terhadap
7

kebisingan tidak sama tergantung dari sensitivitas masing-masing individu.1


Peningkatan ambang dengar menetap, kenaikan terjadi setelah seseorang cukup lama terpapar
kebisingan, terutama terjadi pada frekuensi 4000 Hz. Gangguan ini paling banyak ditemukan
dan bersifat permanen, tidak dapat disembuhkan. Kenaikan ambang pendengaran yang
menetap dapat terjadi setelah 3,5 sampai 20 tahun terjadi pemaparan, ada yang mengatakan
baru setelah 10-15 tahun setelah terjadi pemaparan. Penderita mungkin tidak menyadari
bahwa pendengarannya telah berkurang dan baru diketahui setelah dilakukan pemeriksaan
audiogram.1
Hilangnya pendengaran sementara akibat pemaparan bising biasanya sembuh setelah istirahat
beberapa jam ( 1 2 jam ). Bising dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama
( 10 15 tahun ) akan menyebabkan robeknya sel-sel rambut organ Corti sampai terjadi
destruksi total organ Corti. Proses ini belum jelas terjadinya, tetapi mungkin karena
rangsangan bunyi yang berlebihan dalam waktu lama dapat mengakibatkan perubahan
metabolisme dan vaskuler sehingga terjadi kerusakan degeneratif pada struktur sel-sel rambut
organ Corti. Akibatnya terjadi kehilangan pendengaran yang permanen. Umumnya frekuensi
pendengaran yang mengalami penurunan intensitas adalah antara 3000 6000 Hz dan
kerusakan alat Corti untuk reseptor bunyi yang terberat terjadi pada frekwensi 4000 Hz (4 K
notch). Ini merupakan proses yang lambat dan tersembunyi, sehingga pada tahap awal tidak
disadari oleh para pekerja. Hal ini hanya dapat dibuktikan dengan pemeriksaan audiometri.
Apabila bising dengan intensitas tinggi tersebut terus berlangsung dalam waktu yang cukup
lama, akhirnya pengaruh penurunan pendengaran akan menyebar ke frekuensi percakapan
( 500 2000 Hz ). Pada saat itu pekerja mulai merasakan ketulian karena tidak dapat
mendengar pembicaraan sekitarnya.1
Bising berpengaruh terhadap tenaga kerja, sehingga dapat menimbulkan berbagai gangguan
kesehatan secara umum, antara lain gangguan pendengaran, fisiologi lain serta gangguan
psikologi.
Gangguan fisiologi dapat berupa peningkatan tekanan darah, percepatan denyut nadi,
peningkatan metabolisme basal, vasokonstriksi pembuluh darah, penurunan peristaltik usus
serta peningkatan ketegangan otot. Efek fisiologi tersebut disebabkan oleh peningkatan
rangsang sistem saraf otonom. Keadaan itu sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan
tubuh terhadap keadaan bahaya yang terjadi secara spontan.
Gangguan psikologi dapat berupa stres tambahan apabila bunyi tersebut tidak diinginkan dan
mengganggu, sehingga menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan melelahkan. Hal
tersebut dapat menimbulkan gangguan sulit tidur, emosional, gangguan komunikasi dan
gangguan konsentrasi yang secara tidak langsung dapat memba-hayakan keselamatan tenaga
8

kerja.
Pengaruh bising pada timbulnya gangguan pendengaran telah banyak diteliti. Untuk
melindungi tenaga kerja terhadap bahaya yang disebabkan oleh faktor bising, perlu dibuat
kriteria risiko dengan tujuan menentukan tingkat bunyi maksimum yang diperkenankan
selama periode waktu tertentu, yang bila tidak dilampaui hanya akan menimbulkan sedikit
perubahan pendengaran pekerja yang terpajan bising pada jangka waktu yang lama. Beberapa
faktor risiko yang berpengaruh pada derajat parahnya ketulian ialah intensitas bising,
frekuensi, lama pajanan perhari, lama masa kerja, kepekaan individu, umur dan faktor lain
yang dapat menimbulkan ketulian. Berdasarkan hal tersebut dapat dimengerti bahwa jumlah
pajanan energi bising yang diterima akan sebanding dengan kerusakan yang didapat.7
PAJANAN YANG DIALAMI CUKUP BESAR
Patofisiologi : Mekanisme yang mendasari NIHL diduga berupa adanya proses mekanis dan
metabolik pada organ sensorik auditorik bersamaan dengan kerusakan sel sensorik atau
bahkan kerusakan total organ Corti di dalam koklea. Kehilangan sel sensorik pada daerah
yang sesuai oleh karena frekuensi yang terlibat dari pajanan merupakan penyebab NIHL yang
paling penting. Kepekaan terhadap stress pada sel rambut luar berada dalam kisaran 0-50 dB,
sedangkan untuk sel rambut dalam di atas 50 dB. Biasanya bila ada terjadinya TTS
(Temporary Threshold Shift atau tuli sementara) sebelum NIHL, itu berarti sudah ada
kerusakan bermakna pada sel rambut luar telinganya. Frekuensi yang sangat tinggi lebih dari
8 kHz mempengaruhi dasar koklea. 8
Proses mekanis: Berbagai proses mekanis yang dapat menyebabkan kerusakan sel rambut
akibat pajanan terhadap bising meliputi : 8
1. Aliran cairan yang kuat pada sekat koklea dapat menyebabkan robeknya membran
Reissner sehingga cairan endolimfe dan perilimfe bercampur mengakibatkan kerusakan
sel rambut.
2. Gerakan membran basilar yang kuat dapat menyebabkan gangguan organ Corti dengan
pencampuran endolimfe dan kortilimfe yang mengakibatkan kerusakan sel rambut.
3. Aliran cairan yang kuat pada sekat koklea dapat langsung merusak sel rambut dengan
melepaskan organ Corti atau merobek membran basilar.
Proses di atas dikarenakan bising intensitas tinggi dan NIHL bisa terjadi dengan cepat.
Proses metabolik, yang dapat merusak sel rambut akibat pajanan bising meliputi : 8
1. Pembentukan vesikel/vakuol di dalam retikulum endoplasma sel rambut serta
pembengkakan mitokondria dapat berlanjut menjadi robeknya membran sel dan
hilangnya sel rambut.
9

2. Kehilangan sel rambut mungkin disebabkan oleh kelelahan metabolik akibat gangguan
sistem enzim yang esensial untuk produksi energi, biosintesis protein, dan pengangkutan
ion.
3. Cedera stria vaskularis menyebabkan gangguan kadar Na, K, dan ATP. Hal ini
menyebabkan hambatan proses transpor aktif dan pemakaian energi oleh sel sensorik.
Kerusakan sel sensorik menimbulkan lesi kecil pada membran retikular bersamaan
dengan percampuran cairan endolimfe dan kortilimfe serta perluasan kerusakan sel
sensorik lain.
4. Sel rambut luar lebih mudah terangsang suara dan membutuhkan energi yang lebih besar
sehingga menjadi lebih rentan terhadap cedera akibat iskemia.
5. Mungkin terdapat interaksi sinergis antara bising dengan pengaruh lain yang merusak
telinga.
Daerah organ Corti sekitar 8-10 mm dari ujung basal (sesuai dengan daerah 4 kHz pada
audiogram) dianggap sebagai daerah yang secara khas rentan terhadap kebisingan. Walaupun
penjelasan mengenai cekungan 4 kHz yang paling mungkin adalah adanya ciri resonansi
saluran telinga, penyebab lain juga telah dikemukakan. Hal ini meliputi bahwa daerah 4 kHz
mungkin lebih rentan karena insufisiensi vaskular akibat bentuk anatomisnya yang tidak
biasa di daerah ini dan amplitudo pemindahan di dalam saluran koklea mulai terbentuk di
daerah 4 kHz ini saat kecepatan perambatan gelombang yang berjalan masih cukuip tinggi
dan struktur anatomi koklea menyebabkan pergeseran cairan pada daerah 4 kHz. 8
Efek Pendengaran Lain Akibat Bising
Tinitus (suara berdenging di dalam telinga) biasanya timbul segera setelah pajanan terhadap
bising dan dapat menjadi permanen bila pajanan bising tersebut terus berlangsung dialami.
Tinitus merupakan akibat pajanan bising bernada tinggi. Selain tinitus, efek lain akibat
kebisingan adalah vertigo. Vertigo hanya timbul setelah mengalami pajanan bising dari suara
mesin jet yang sedang menyala ataupun bisa terjadinya vertigo sementara atau permanen jika
mendapat pajanan bising setelah ledakan senjata api. Namun vertigo tidak terjadi pada
pajanan bising industri biasa seperti yang terjadi pada tinitus. 8
Presbiakusis merupakan gangguan pendengaran akibat usia lanjut yang timbul pada frekuensi
tinggi. Sedangkan Socioacusis adalah istilah yang digunakan untuk tuli akibat penyebab
selain usia dan pajanan bising. 8
Bukti epidemiologis: David I Robert melaporkan bahwa bising di tempat kerja merupakan
masalah utama dalam kesehatan kerja di berbagai negara. Diperkirakan sedikitnya 7 juta
orang ( 35% dari total populasi) terpajan dengan bising >85 dBA. Ketulian yang terjadi
10

dalam industri menduduki urutan pertama dalam daftar penyakit akibat kerja di Amerika
Serikat dan Eropa. Phoon W melaporkan bahwa kelompok tenaga kerja yang terpajan bising
selama kerja memperlihatkan ketulian >20%. Sucipto melaporkan >50% tenaga kerja tekstil
dengan masa kerja antara 1-10 tahun mengalami NIHL pada frekuens 3000 Hz dan 4000 Hz.
Lucchini melaporkan dari 41 tenaga kerja pada perusahan baja, ditemukan 45,9% kasus
NIHL pada frekuensi 6000 Hz, dengan pajanan bising terus menerus. Sejumlah penelitian
menunjukan sekitar 31,5-38% tenaga kerja pabrik baja mengalami NIHL pada intensitas 85105 dBA.9
Kualitatif, dapat dilihat dalam tabel 1.
Tabel I. Intensitas dan waktu paparan bising yang diperkenankan
Intensitas bising (dB)
85
87,5
90
92,5
95
100
105
110

Waktu paparan (perhari dalam jam)


8
6
4
3
2
1

Lingkungan Kerja: kerja di bagian perakitan mesin dimana kita tahu bahwa proses perakitan
mesin menimbulkan bising yang cukup besar intensitasnya yaitu 100 dB.
Pemakaian APD : Pasien tidak menggunakan ear plug, ini semakin memperkuat dugaan
bahwa pasien mendapat pajanan bising yang besar karena tidak memakai alat pelindung diri
dari pajanan bising tersebut.
Jumlah pajanan: Untuk jumlah pajanan di perlukan pengukuran langsung besarnya pajanan
di tempat kerja pasien yaitu, 100 dB selama 8 jam kerja.
PERANAN FAKTOR INDIVIDU
Status kesehatan fisik : Usia pasien (45 tahun) merupakan salah satu penyebab rentannya
pasien terhadap bising serta riwayat gangguan pendengaran sebelum bekerja atau sebelum
terpapar bising
Status kesehatan mental : Higiene perorangan : FAKTOR LAIN DILUAR PEKERJAAN
Hobi : Tidak punya kebiasaan menggunakan earphone untuk mendengar musik
Merokok : Pajanan di rumah: Pekerjaan sambilan: tidak ada
DIAGNOSIS OKUPASI
11

Setelah meneliti langkah 1 sampai 6 maka di simpulkan diagnosisnya adalah Noise Induced
Hearing Loss atau Tuli Akibat Kerja, karena gangguan pendengaran yang di alami pasien
disebabkan oleh pajanan bising di tempat kerjanya.
PENATALAKSANAAN
Sesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknya dipindahkan kerjanya dari lingkungan
bising. Bila tidak mungkin dipindahkan dapat dipergunakan alat pelindung telinga terhadap
bising, seperti sumbat telinga (ear plug), tutup telinga (ear muff) dan pelindung kepala
(helmet). 7
Oleh karena tuli akibat bising adalah tuli sensorineural koklea yang bersifat menetap
(irreversible), bila gangguan pendengaran sudah mengakibatkan kesulitan berkomunikasi
dengan volume percakapan biasa, dapat dicoba pemasangan alat bantu dengar / ABD (hearing
aid). Apabila pendengarannya telah sedemikian buruk, sehingga dengna memekai ABD pun
tidak dapat berkomunikasi dengan adekuat perli dilakukan psikoterapi agar dapat menerima
keadaanya.

Latihan pendengaran (auditory training) agar dapat menggunakan sisa

pendengaran dengan ABD secara efisien dibantu dengan membaca ucapan bibir (lip reading),
mimik dan gerakan anggota badan, serta bahasa isyarat untuk dapat berkomunikasi. Di
samping itu, oleh karena pasien mendengar suaranya sendiri sangat lemah, rehabilitasi suara
juga diperlukan agar dapat mengendalikan volume, tinggi rendah dan irama percakapan. 7
Pada pasien yang telah mengalami tuli total bilateral dapat dipertimbangkan untuk
pemasangan implan koklea (cochlear implant). 7
PENCEGAHAN
Primer:
Penyuluhan, olahraga dan perubahan perilaku
Sekunder:
Peraturan & Administrasi: peraturannya membolehkan pekerja bekerja selama 8 jam dengan
tingkat kebisingan <85 dB/ hari.
Teknis: bising dengan intensitas lebih dari 85 dB dalam waktu tertentu dapat mengakibatkan
ketulian, oleh karena itu bising lingkungan kerja harus diusahakan lebih rendah dari 85dB.
Hal ini dapat diusahakan dengan cara meredam sumber bunyi, misalnya yang berasal dari
generator dipisah dengan menempatkannya di suatu ruangan yang dapat meredam bunyi. 7
APD: Memilih pelindung telinga yang tepat
Tabel 3. Pelindung Telinga
Jenis

Penjelasan

Cara Pemakaian

pelindung
Sumbat telinga Sumbat telinga busa sekali pakai dibuat Putar pelan-pelan dan tekan
12

busa

(Foam dari busa yang dapat melar yang lambat sumbat ke dalam telinga. Ketika

earplug)

kembali ke bentuk awal. Sumbat ini ditekan, masukan sumbat ke


memberikan kombinasi yang paling dalam
baik

antara

perlindungan

kenyamanan
bagi

sebagian

liang

telinga.

dan Memasukkan akan lebih mudah


besar jika telinga agak ditarik ke atas

penggunanya. Sewaktu berada di dalam selama memasukkan sumbat.


telinga, sumbat telinga busa ini akan
melebar sesuai bentuk telinga sehingga
membuat pengguna merasa nyaman dan
aman. Bentuk sumbat ini paling banyak
digunakan.
Sumbat telinga Dibuat dari bahan yang fleksibel yang Raih bagian belakang kepala dan
yang

dapat dibuat untuk cocok dengan telinga. tarik telinga ke arah luar dan

dipakai

ulang Meskipun lebih mahal, sumbat ini dapat atas ketika memasukkan sumbat

(Premolded

dicuci dan digunakan kembali beberapa sampai dirasakan menyumbat.

reuseable

kali sebelum harus dibuang.

earplugs)

Pada awalnya mungkin terasa


ketat, khususnya jika belum
pernah memakai sumbat. Putar
dengan hati-hati untuk membuka
sumbat

agar

dapat

terlepas

Sungkup

dengan aman.
Earmuff memiliki sungkup yang kaku Sungkup harus

telinga

dengan bantalan plastik lunak yang menutupi telinga dan melingkupi

(Earmuff)

menyumbat

sekitar

telinga

untuk kepala. Sesuaikan bagian kepala

menghalangi suara. Bantalan dapat diisi sehingga


dengan

busa,

cairan,

sepenuhnya

bantalan

mendesak

atau bahkan menekan sekitar telinga

kombinasinya. Bentuk sungkupnya juga untuk memberikan reduksi suara


bervariasi. Untuk pajanan bising kuat terbaik.

Tarik

rambut

ke

yang lama, atau jika dirasakan perlunya belakang agar tidak menutupi
perlindungan yang lebih, earmuff dapat bantalan.

Sesuaikan

digunakan bersama dengan earplug kedudukannya dengan kacamata


untuk tambahan reduksi suara sekitar 5- agar tidak mengganggu reduksi
10 dB (dual protection).

suara.

13

Tersier
MCU (Medical Check Up), dilakukan pada pekerja yang baru masuk, untuk mengetahui
status kesehatannya, kemudian diulang 6 bulan kemudian, untuk melihat apakah ada
perubahan pada kesehatanya yang diakibatkan oleh pajanan pekerjaan.
Semua usaha pencegahan akan lebih berhasil bila diterapkan Program Konservatif
Pendengaran (PKP) yang bertujuan untuk mencegah atau mengurangi tenaga kerja dari
kerusakan atau kehilangan pendengaran akibat kebisingan di tempat kerja, tujuan lain adalah
mengetahui status kesehatan pendengaran tenaga kerja yang terpajan bising berdasarkan datadata. Untuk mencapai keberhasilan program Konservasi pendengaran, diperlukan
pengetahuan tentang seluk beluk pemeriksaan audiometri, kemampuan dan keterampilan
pelaksanaan audiometri, kondisi audiometer dan penilaian hasil audiogram. 7
Aktivitas Program Konservasi Pendengaran antara lain adalah : Melakukan Identifikasi
sumber bising melalui survey kebisingan di tempat kerja (walk through survey), melakukan
analisis kebisingan dengan mengukur kebisingan menggunakan Sound Level Meter (SLM)
atau Oktave Band Analyzer), Melakukan kontrol kebisingan dengna berbagai cara peredaman
bising, Melakukan Tes Audiometri secara berkala pada pekerja yang beresiko, Menerapkan
sistem komunikasi, informasi, dan edukasi, serta menerapkan penggunaan APD (Alat
Pelindung Diri) secara ketat dan melakukan pencatatan dan pelaporan data. 7
PROGNOSIS
Oleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli saraf koklea yang sifatnya
menetap, dan tidak dapat diobati secara medikamentosa maupun pembedahan, maka
prognosisnya kurang baik. Oleh sebab itu yang terpenting adalah pencegahan terjadinya
ketulian.

KESIMPULAN
Bising dengan frekuensi dan intensitas tertentu dapat menyebabkan ketulian yang berupa tuli
saraf dan sifatnya permanen. Pemeriksaan fisik dan pengujian audiometrik mutlak
dibutuhkan untuk setiap pekerja yang dilakukan sebelum mulai bekerja dan secara berkala
selama bekerja dengan tujuan untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran akibat
bising terutama bising industri. Oleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli
saraf koklea yang sifatnya menetap dan tidak dapat diobati secara medikamentosa ataupun
pembedahan, maka yang terpenting dilakukan adalah pencegahan terjadinya ketulian.

14

Anda mungkin juga menyukai