KASUS I - Tipus Tetanus
KASUS I - Tipus Tetanus
TETANUS
A. DEFINISI
Tetanus
adalah
gangguan
neurologis
yang
ditandain
dengan
10
11
12
Terikatnya
toksin
pada
neuron
bersifat
irreversible.
Pemulihan
14
15
16
17
40 mg per jam
2) Dosis Anak
Dosis diazepam yang direkomendasikan adalah 0,1-0,3
mg/kgBB/kali dengan interval 2-4 jam sesuai gejala klinis atau
dosis yang direkomendasikan untuk usia <2 tahun adalah
8mg/kgBB/hari diberikan oral dalam dosis 2-3 mg setiap 3 jam.
Spasme harus segera dihentikan dengan pemberian diazepam 5
mg per rektal untuk BB<10 kg dan 10 mg per rektal untuk anak
dengan BB 10 kg, atau dosis diazepam intravena untuk anak
0,3 mg/kgBB/kali.
Setelah spasme berhenti, pemberian diazepam dilanjutkan
dengan dosis rumatan sesuai dengan keadaan klinis pasien.
Alternatif lain, untuk bayi (tetanus neonatorum) diberikan dosis
awitan 0,1-0,2 mg/kgBB iv untuk menghilangkan spasme akut,
diikuti infus tetesan tetap 15-40 mg/kgBB/hari. Setelah 5-7 hari
dosis diazepam diturunkan bertahap 5-10 mg/hari dan dapat
diberikan melalui pipa orogastrik. Dosis maksimal adalah 40
mg/kgBB/hari.
Obat lain yang dapat digunakan untuk menangani spasme otot
diantaranya baclofen, dantrolen, barbirutat dan chlorpromazine.
f. Eksplorasi luka, dibersihkan secara hati-hati dan dilakukan
debridement secara menyeluruh
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Netralisasi dari toksin yang bebas
Penatalaksanaan khusus tetanus terdiri dari pemberian serum
anti tetanus/HTIG dan antibiotika. Tujuan pemberian ATS dan HTIG
adalah untuk menetralisasi toksin yang beredar di dalam darah dan
dapat juga diberikan sebagai profilaksis. Antitoksin menurunkan
menetralisasi toksi yang beredar di sirkulasi dan toksin pada luka
yang belum terikat, walaupun toksin yang telah melekat pada
jaringan saraf tidak terpengaruh. Immunoglobulin tetanus manusia
(TIG/HTIG) merupakan pilihan utama dan hendaknya diberikan
segera dengan dosis 3000-6000 IU intramuscular. Paling baik
18
dapat
diberikan
penisilin
prokain
50.000-100.000
sebagai
agonis
terhadap
tetanospasmin
dengan
19
masa inkubasi, masa awitan, jenis luka, dan keadaan status imunitas pasien.
Semakin pendek masa inkubasi, prognosisnya menjadi semakin buruk.
Semakin pendek masa awitan, semakin buruk prognosis. Letak, jenis luka dan
luas kerusakan jaringan turut memegang peran dalam menentukan prognosis.
Jenis tetanus juga memengaruhi prognosis. Tetanus neonatorum dan tetanus
sefalik harus dianggap sebagai tetanus berat, karena mempunyai prognosis
buruk. Sebaliknya tetanus lokal yang memiliki prognosis baik. Pemberian
antitoksin profilaksis dini meningkatkan angka kelangsungan hidup,
meskipun terjadi tetanus.
Berikut ini adalah skala/derajat keparahan yang menentukan prognosis
tetanus menurut sistem skoring Bleck:
20