Anda di halaman 1dari 25

TEXT BOOK READING

DIZZINESS

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan


Profesi Dokter Bagian Saraf
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo

Diajukan Kepada :
dr. Hernawan, Sp.S
Disusun Oleh :
Faidh Husnan
G4A013089

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO
2014

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui Text Book Reading dengan judul :

Dizziness

tanggal :

2015

tempat : RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo

oleh :
Faidh Husnan
G4A013089

disahkan oleh :
dokter pembimbing

dr. Hernawan, Sp.S

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb
Alhamdullilah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat allah swt atas segala limpahan
rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dalam text book
reading yang memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian akhir program pendidikan
profesi di bagian Saraf dengan judul :
Dizziness
Penulisan presentasi kasus ini dapat terwujud atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Hernawan, Sp. S. selaku dokter pembimbing dan dokter spesialis saraf RSUD
Prof. dr. Margono Soekarjo.
2. Seluruh perawat bangsal Cendana, Asoka, Dahlia, dan Poli Saraf di RSUD Prof.
dr. Margono Soekarjo
3. Teman-teman coass atas dukungan dan kerjasamanya.
Dalam penyusunan text book reading ini penulis menyadari bahwa masih memiliki
banyak kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan
penyusunan tugas di masa yang akan datang. Semoga dapat menambah pengetahuan bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum wr.wb

Purwokerto,

2014

Faidh Husnan

I.

PENDAHULUAN

Permasalah keluhan pusing (dizziness) adalah salah satu hal yang paling
membuat dokter di praktek sehari-hari merasa jengkel. Semua dokter tahu
bagaimana rasanya mendapati pasien duduk di depan meja praktek dan ketika kita
bertanya, apa yang bisa saya bantu? mereka menjawab saya pusing. (Samuel,
2013).
Sekitar lima persen dari seluruh kunjungan di prakter dokter umum adalah
pasien dengan keluhan pusing. Riwayat keluhan pasien yang didapat dari
anamnesis yang adekuat dapat membagi keluhan pusing secara umum kedalam
empat kategori: vertigo, disequilibrium, presyncope (hampir pingsan), dan
lightheadedness (perasaan tidak nyaman seperti ringan kepala) . Penyebab
utama dari vertigo adalah BPPV, meniere disease, vestibular neuritis, dan
labirinthistis. Banyak dari jenis obat-obatan, ketidakseimbangan elektrolit, dan
kelainan fungsi jantung yang dapat menyebabkan keadaan presyncope. Penyakit
Parkinson dan neuropati diabetik biasanya berhubungan dengan disequilibrium.
Sedangkan kelainan psikiatrik, seperti depresi, stress, kecemasan, dan sindrom
hiperventilasi dapat mengerah kepada lightheadedness (Am Fam Physician,
2010).
Menentukan penyebab dari keluhan pusing dapat menjadi cukup sulit karena
terkadang keluhan pasien tidak spesifik dan luasnya diagnosis diferensial. Namun
bagaimana pun, beberapa pertanyaan simpel dan pemeriksaan fisik dapat
mempersempit kemungkinan diagnosis. Tujuan dari diskusi ini adalah untuk
memberikan pendekatan yang tepat dan rasional terhadap pasien dengan keluhan
pusing yang akan mengarahkan dengan tepat kepada diagnosis dan terapi yang
efektif.

II. PENDEKATAN DIAGNOSIS


Prinsip Utama Anamnesis

Deskripsi awal yang tepat dari keluhan pusing pasien seringkali sulit
didapatkan karena respon pasien yang tidak konsisten. Maka dari itu, anamnesis
pertama kali sebaiknya berfokus pada sensasi pusing seperti apa yang pasien
rasakan. Tabel 1 mencakup penjelasan dari kategori utama keluhan pusing. Perlu
diingat bahwa beberapa keluhan pusing dapat saling berkaitan dengan beberapa
penyebab.
Riwayat konsumsi obat harus ditanyakan karena keluhan pusing (terutama
hipotensi orthostatik) juga sering kali disebabkan dari efek samping beberapa
jenis obat (tabel 2). Kita juga harus menanyakan riwayat konsumsi kafein, nikotin,
dan alkohol. Cedera kepala dan whiplash injurie (cedera leher karena sentakan)
dapat menyebabkan berbagai jenis keluhan pusing, dari mulai vertigo hingga
lightheadedness. Insidensi keluhan pusing dengan cedera kepala dan keluhan
vertigo setelah whipslash telah dilaporkan sekitar 78-80%.
Prinsip utama dalam mengobservasi keluhan pusing dari pasien adalah tidak
memberikan pilhan jawaban atau lansung membenarkan ucapan pasien. Memang
ini merupakan prinsip dasar dari semua anamnesis, namun pada situasi seperti ini
prinsip tersebut perlu benar-benar diperhatikan. Jangan pernah bertanya apakah
ruangan seperti berputar? kaki anda terasa lemas, hingga sulit berdiri? apakah
anda merasa sempoyongan? atau kepala anda terasa ringan? karena hampir
semua yang anda katakan akan direspon oleh pasien dengan ucapan ya. Cukup
sekedar bertanya apa yang anda maksud dengan pusing?atausensasi pusing
seperti apa yang anda rasakan?. Ada beberapa respon yang umumnya pasien
berikan yang mengacu pada diagnosis yang berbeda gambar 1.

III.

PEMBAHASAN

Tabel 1. Pembagian utama keluhan pusing (dizziness)


Gambar 1. Algoritma untuk penilaian awal pasien dengan
keluhan pusing

III.

PEMBAHASAN

A. Vertigo
1. Definisi
Vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar.
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari

jaringan otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan


tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit.
Diagnosis banding vertigo meliputi penyebab perifer vestibular
(berasal dari system saraf perifer), dan sentral vestibular (berasal dari
system saraf pusat) dan kondisi lain. 93% pasien pada primary care
mengalami BPPV, acute vestibular neuronitis, atau menire disease.
2. Pemeriksaan fisik
Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan
sistemik, otologik atau neurologik vestibuler atau serebeler; dapat berupa
pemeriksaan

fungsi

pendengaran

dan

keseimbangan,

gerak

bola

mata/nistagmus dan fungsi serebelum. Pendekatan klinis terhadap keluhan


vertigo adalah untuk menentukan penyebab; apakah akibat kelainan sentral
yang berkaitan dengan kelainan susunan saraf pusat korteks serebri,
serebelum, batang otak, atau berkaitan dengan sistim vestibuler / otologik;
selain itu harus dipertimbangkan pula faktor psikologik / psikiatrik yang
dapat mendasari keluhan vertigo tersebut. Faktor sistemik yang juga harus
dipikirkan / dicari antara lain aritmi jantung, hipertensi, hipotensi, gagal
jantung kongestif, anemi, hipoglikemi. Dalam menghadapi kasus vertigo,
pertama-tama harus ditentukan bentuk vertigonya, lalu letak lesi dan
kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan terapi kausal yang tepat dan
terapi simtomatik yang sesuai.
a. Pemeriksaan Fisik Umum.
Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik;
tekanan darah diukur dalam posisi berbaring,duduk dan berdiri; bising
karotis, irama (denyut jantung) dan pulsasi nadi perifer juga perlu
diperiksa.
b. Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada
fungsi vestibular/ cerebral
1) Uji Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi
demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita
tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik
cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada

mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis


tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita
tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita
akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.

Gambar 2. Uji Romberg


2) Tandem Gait
Tandem Gait: penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan
diletakkan pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti.Pada
kelainan vestibuler perjalanannya akan menyimpang, dan pada
kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.
3) Tes Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu
menit.

Pada

kelainan

vestibuler

posisi

penderita

akan

menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang


melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua
lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan
yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase
lambat ke arah lesi.

Gambar 3. Uji Unterberger


4) Post Pointing Tes (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita
disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan
sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan
berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan
vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.

Gambar 4. Tes post5) Tes Babinsky


Pasien dengan

pointing
Weil
mata tertutup berulang kali

berjalan lima langkah ke depan dan lima langkah ke belakang seama


setengah menit; jika ada gangguan vestibuler unilateral, pasien akan
berjalan dengan arah berbentuk bintang.

Gambar 5. Tes Babinsky-Weil


c. Pemeriksaan neurootologi
Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya
di sentral atau perifer.
1) Uji Dix Hallpike
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke
belakang dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45 di
bawah garis horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45 ke
kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan
nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer
atau sentral.
Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul
setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1
menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang
beberapa kali (fatigue). Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus
dan vertigo berlangsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang
reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).

Gambar 6. Tes Dix-Hallpike

2) Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30, sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi
bergantian dengan air dingin (30C) dan air hangat (44C) masingmasing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus
yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai
hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150 detik). Dengan tes ini
dapat

ditentukan

adanya

canal

paresis

atau

directional

preponderance ke kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah jika


abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air
hangat maupun air dingin, sedangkan directional preponderance
ialah jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama
di masing-masing telinga. Canal paresis menunjukkan lesi perifer di
labirin

atau

n. VIII,

sedangkan

directional

preponderance

menunjukkan lesi sentral.


3. Penyebab
a. penyakit system vestibuler perifer
1)
telinga bagian luar: serumen, benda asing
2)
telinga bagian tengah: retraksi timpani, OMA/OMP, kolesteatom
3)
telinga bagian dalam: labirintitis akut, syndrome meniere, BPPV
4)
N VIII: infeksi, trauma, tumor
5)
Inti vestibuler: infeksi, CVA, tumor, multipel sklerosis
b. penyakit susunan saraf pusat
1) hipoksia/ iskemik otak : hipertaensi kronik, arteriosclerosis,
anemia, sinkop, hipotensi ortostatik, blok jantung
2) infeksi: meningitis, ensefalitis
3) trauma kepala
4) tumor
5) migren
6) epilepsi
c. kelainan refraksi
Tabel 1. Perbedaan durasi dan kemungkinan penyebab vertigo
Durasi episode
Beberapa detik

Kemungkinan Diagnosis
Peripheral cause: unilateral loss of vestibular
function; late stages of acute vestibular

Detik sampai menit


Beberapa

menit

neuronitis
Benign paroxysmal positional vertigo;
perilymphatic fistula

sampai satu jam


Beberapa jam

Posterior transient ischemic attack;

Beberapa hari

Mnires disease; perilymphatic fistula from

perilymphatic fistula
trauma or surgery; migraine; acoustic neuroma

Beberapa minggu

Early acute vestibular neuronitis*; stroke;


migraine; multiple sclerosis
Psychogenic
Ciri-ciri
Vertigo perifer
Vertigo sentral
Lesi
Sistem vestibuler (telinga dalam, Sistem vertebrobasiler dan gangguan
saraf perifer)
vaskular
(otak,
batang
otak,
serebelum)
Penyebab
Vertigo posisional paroksismal iskemik batang otak, vertebrobasiler
jinak (BPPV), penyakit maniere, insufisiensi, neoplasma, migren basiler
neuronitis vestibuler, labirintis,
neuroma akustik, trauma
Gejala gangguan Tidak ada
Diantaranya
:diplopia,
parestesi,
SSP
gangguan sensibilitas dan fungsi
motorik, disartria, gangguan serebelar
Masa laten

3-40 detik

Tidak ada

Habituasi

Ya

Tidak

Jadi cape

Ya

Tidak

Intensitas vertigo

Berat

Ringan

Telinga
berdenging
atau tuli
Nistagmus
spontan

Kadang-kadang

Tidak ada

dan

Tabel 2. Perbedaan vertigo vestibular dan non vestibular


Tabel 3. Perbedaan vertigo vestibular sentral dan perifer

Bangkitan vertigo
Derajat vertigo
Pengaruh gerakan kepala
Gejala otonom
Gangguan pendengaran

Perifer
Mendadak
Berat
(+)
(++)
(+)

Sentral
Lambat
Ringan
(-)
(-)
(-)

4. Terapi
a. Medikasi
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali
merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali
menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi.
Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu.
Beberapa golongan yang sering digunakan :
1) Antihistamin
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo.
Antihistamin

yang

dapat

meredakan

vertigo

seperti

obat

dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang


mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas anti-kholinergik di
susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik ini ada kaitannya
dengan kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping yang
umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo
yang berat efek samping ini memberikan dampak yang positif.
a) Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan
sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala
vertigo. Efek samping Betahistin ialah gangguan di lambung,
rasa enek, dan sesekali rash di kulit.
b) Betahistin Mesylate (Merislon) dengan dosis 6 mg (1 tablet) 12
mg, 3 kali sehari per oral.
c) Betahistin di Hcl (Betaserc) dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali
sehari. Maksimum 6 tablet dibagi dalam beberapa dosis.
d) Dimenhidrinat (Dramamine) lama kerja obat ini ialah 4 6 jam.
Dapat diberi per oral atau parenteral (suntikan intramuscular dan
intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25 mg 50 mg (1
tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.
e) Difhenhidramin Hcl (Benadryl) lama aktivitas obat ini ialah 4 6
jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1kapsul) 50 mg, 4 kali
sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan parenteral. Efek
samping mengantuk.
2) Antagonis kalsium
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis
kalsium Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering
digunakan. Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut

vestibular mengandung banyak terowongan kalsium. Namun,


antagonis kalsium sering mempunyai khasiat lain seperti anti
kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini
berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.
a) Cinnarizine (Stugerone) mempunyai khasiat menekan fungsi
vestibular. Dapat mengurangi respons terhadap akselerasi angular
dan linier. Dosis biasanya ialah 15 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x
75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa
cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan rash di kulit.
3) Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti
muntah). Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo.
Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat
efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun
kurang berkhasiat terhadap vertigo.
a) Promethazine (Phenergan) merupakan golongan Fenotiazine
yang paling efektif mengobati vertigo. Lama aktivitas obat ini
ialah 4 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg 25 mg (1
draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan
intramuscular atau intravena). Efek samping yang sering
dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping
ekstrapiramidal lebih sedikit disbanding obat Fenotiazine
lainnya.
b) Khlorpromazine (Largactil) dapat diberikan pada penderita
dengan serangan vertigo yang berat dan akut. Obat ini dapat
diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau
intravena). Dosis yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) 50 mg, 3
4 kali sehari. Efek samping ialah sedasi (mengantuk).
4) Obat simpatomimetik
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya
obat simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo
ialah efedrin.
a) Efedrin : lama aktivitas ialah 4 6 jam. Dosis dapat diberikan 10
-25 mg, 4 kali sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila
dikombinasi dengan obat anti vertigo lainnya. Efek samping

ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah


gugup.
5) Obat penenang minor
Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi
kecemasan yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek
samping seperti mulut kering dan penglihatan menjadi kabur.
a) Lorazepam dosis dapat diberikan 0,5 mg 1 mg
b) Diazepam dosis dapat diberikan 2 mg 5 mg.
6) Obat anti kholinergik
Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas
sistem vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo.
a) Skopolamin, dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau
efedrin dan mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin
ialah 0,3 mg 0,6 mg, 3-4 kali sehari
b. Terapi fisik
Susunan saraf pusat mempunyai

kemampuan

untuk

mengkompensasi gangguan keseimbangan. Namun kadang-kadang


dijumpai beberapa penderita yang kemampuan adaptasinya kurang atau
tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan lain di
susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di

sistem visual atau

proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak banyak membantu, sehingga


perlu latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan
vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan
keseimbangan. Tujuan latihan ialah :
1) Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium
untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.
2) Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.
3) Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
Contoh latihan :
1) Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.
2) Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi,
gerak miring).
3) Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian
dengan mata tertutup.
4) Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan
mata tertutup.

5) Berjalan tandem (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu
menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah).
6) Jalan menaiki dan menuruni lereng.
7) Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.
8) Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga
memfiksasi pada objek yang diam
9) Terapi Fisik Brand-Darrof
Ada berbagai macam latihan fisik, salah satunya adalah latihan
Brand-Darrof.

Gambar 7. Terapi Brand-Darrof


Keterangan Gambar:
a) Ambil posisi duduk.
b) Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik
posisi duduk.
c) Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing-masing
gerakanlamanya sekitar satu menit, dapat dilakukan berulang kali.
d) Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin bertambah.
c. Terapi Spesifik
1) BPPV
Pada kondisi ini tidak direkomendasikan terapi bat-obatan. Vertigo
dapat membaik dengan maneuver rotasi kepala hal ini akan memindahkan
deposit kalsium yang bebas ke belakang vestibule,. Manuver ini meliputi
reposisi kanalit berupa maneuver epley, modifikasi maneuver epley. Pasien
perlu tetap tegak selama 24 jam setelah reposisi kanalit utnuk mencegah
deposit kalsium kembali ke kanalis semisirkularis,
2) Vestibular neuronitis dan Labirynthis

Terapi focus pada gejala menggunakan terapi obat-obatan yang


mensipresi vestibular yang diikuti dengan latihan vestibular. Kompensasi
vestibular terjasi lebih cepat dan lebih sempurna jika pasien mulai 2 kali
sehari latihan vestibular sesegera mungkin setelah vertigo berkurang
dengan obat-obatan.
3) Meniere disease
Terapi dengan menurunkan tekanan endolimfatik. Walaupun diet
rendah garam dan diuretic seringkali mengurangi vertigo, hal ini kurang
efektif dalam mengobati ketulian dan tinnitus. Pada kasus yang jarang
intervensi bedah seperti dekompresi dengan shunt endolimfatik atau
cochleosacculoctomy dibutuhkan jika penyakit ini resisten terhadap
pengobatan diuretic dan diet.
4) Iskemik Vascular
Terapi TIA dan stroke meliputi mencegah terjadinya ulangan kejadian
melalui control tekanan darah, menurunkan level kolesterol, mengurangi
merokok, menginhibisi fungsi platelet (misalnya aspirin, clopidogrel) dan
terkadang antikoagulasi (warfarin). Vertigo akut yang disebabkan oleh
stroke pada batang otak atau cerebellum diobati dengan obat-oabat yang
mensupresi vestibular dan meminimalisrir pergerakan kepala pada hari
pertama. Sesegera mungkin jika keluhan dapat ditoleransi obat-oabatan
harus di tapper off dan latihan rehabilitasi vestibular harus segera dimulai.
Penempatan stent vertebrobasilar diperlukan pada pasien dengan stenosis
arteri vertebralis dan refrakter terhadap penaganan medis. Perdarahan
pada cerebellum dan batang otak member risiko kompresi sehingga
diperlukan dekompresi mellau neurosurgery.
B. Disequilibrium
"Saya merasa seolah-olah aku mungkin jatuh." Versi pusing umumnya
mencerminkan salah satu dari dua kategori utama penyakit neurologis,
terlepas dari gangguan sistem vestibular.
Ada banyak kondisi yang mendasari yang dapat menyebabkan rasa
ketidakseimbangan. Stroke merupakan penyebab penting dan mengancam
jiwa pusing yang perlu dikesampingkan ketika pusing yang dikaitkan dengan
gejala lain dari stroke. Namun, temuan neurologis lainnya umumnya hadir.
Dalam sebuah studi berbasis populasi lebih dari 1.600 pasien, 3,2 persen dari

mereka yang datang ke unit gawat darurat dengan pusing didiagnosis dengan
stroke atau transient ischemic attack (TIA), tetapi hanya 0,7 persen yang
mengalami pusing terisolasi didiagnosis dengan stroke atau TIA 0,25
Pengelihatan yang buruk umumnya menyertai perasaan tidak seimbang,
mengarah ke air terjun. Dokter harus menanyakan tentang riwayat masalah
lain yang dapat menyebabkan imbalance, seperti penyakit Parkinson,
neuropati perifer, dan setiap gangguan muskuloskeletal yang dapat
mempengaruhi penggunaan gait. benzodiazepin dan antidepresan trisiklik
meningkatkan risiko ataksia dan jatuh lebih tua persons.
Ataksia serebelar adalah karena baik untuk penyakit utama dari otak
kecil, misalnya, degenerasi otak, atau tumor di atau dekat otak kecil, misalnya,
dalam sudut cerebellopontine. Neurologis examination biasanya akan
mengungkapkan patologi tersebut.
The beberapa sindrom defisit sensorik mencerminkan beberapa kelainan pada
berbagai sistem proprioseptif sensorik. Ketika beberapa dari sistem ini gagal
dalam individu tertentu, sistem saraf pusat menerima masukan proprioseptif
bertentangan, dengan pusing konsekuen. Pasien khas agak tua, mungkin
dengan beberapa gangguan penglihatan karena katarak, beberapa gangguan
pendengaran karena presbyacusis, dan neuropati perifer akibat diabetes dan /
atau penggunaan kronis alkohol. Pasien seperti biasanya mengeluh pusing
pada malam hari, misalnya, ketika lampu keluar atau redup dan dia harus pergi
ke kamar mandi. Pada kesempatan, pasien mungkin jatuh.
Pengobatan sindrom yang sangat umum ini adalah akal sehat: Seperti
banyak kelainan sensorik seperti dapat diperbaiki, harus. Katarak dan
gangguan pendengaran dapat diobati, dan perkembangan neuropati perifer
dapat dicegah dengan pantang dari alkohol. Anda mungkin juga menyarankan
pasien untuk menjaga lampu menyala di malam hari, yang akan membantu
sistem visual mengkompensasi kelainan sensorik lainnya. Pasien tersebut
tidak boleh diobati dengan obat yang mungkin membius mereka, sebagai obat
antivertigo akan melakukan. Mengira sindrom ini untuk vertigo akan, pada
kenyataannya, membuat masalah lebih buruk.
C. Presyncope

" Saya merasa seolah-olah aku mungkin pingsan , " atau " Saya merasa
pusing atau pusing. " Beberapa pasien pingsan atau melaporkan bahwa mereka
telah melakukannya ; orang lain tidak pernah benar-benar pingsan (dekat sinkop ) . Pathophysiologically , baik sindrom menyarankan beberapa
gangguan kardiovaskular yang menghasilkan penurunan umum dalam aliran
darah otak ; tidak ada perbedaan kualitatif antara sinkop dan dekat - sinkop
sehubungan dengan diagnosis diferensial .
Penyebab kardiovaskular pusing termasuk aritmia , infark miokard ,
stenosis arteri karotis , dan hypotension.21 orthostatic Of pasien dengan
takikardia supraventricular , 75 persen pengalaman pusing dan sekitar 30
persen Gejala pengalaman syncope.23 dibawa oleh perubahan postural
menyarankan diagnosis ortostatik hypotension.9 berbagai obat kardiovaskular
meningkatkan risiko hipotensi ortostatik di persons tua , termasuk reserpin
( pada dosis lebih besar dari 0,25 mg ) , doxazosin ( Cardura ) , dan clonidine (
Catapres ).
Sindrom sirkulasi yang harus dipertimbangkan dalam diferensial
termasuk hipotensi ortostatik , yang mungkin memiliki sejumlah penyebab ,
kebanyakan dari mereka iatrogenik ( misalnya , agen antihipertensi dan / atau
vasodilator ) . Aritmia jantung adalah penyebab yang sangat sering sinkop dan
dekat - sinkop . Jika sejarah menunjukkan episode aritmia , pemantauan
Holter mungkin diperlukan . Hipersensitif sinus karotis relatif jarang .
Serangan vasovagal atau dikenal sebagai samar sederhana atau pingsan
sederhana . Sinkop neurocardiogenic mungkin karena over aktivitas refleks
baroreseptor sehingga periode singkat hasil hipertensi pada bradikardia yang
tidak proporsional dan hipotensi yang mengakibatkan penurunan aliran darah
otak dan kehilangan akibat kesadaran . Setiap pingsan yang terjadi selama atau
segera setelah latihan menunjukkan gangguan jantung serius mungkin, seperti
stenosis aorta , setara angina , atau asimetris septum hipertrofi .
D. Lightheadedness
Penyebab kejiwaan ringan yang umum, terutama kecemasan; Oleh
karena itu, pertanyaan tentang anxiety dan depresi harus dimasukkan dalam

sejarah pasien. Dalam satu studi, sekitar 28 persen pasien dengan pusing
melaporkan gejala setidaknya satu kecemasan disorder. Dalam studi lain, satu
dari empat pasien dengan pusing memenuhi kriteria untuk panik disorder.
Sebuah studi pasien dengan pusing kronis menunjukkan bahwa orang-orang
dengan panik gangguan lebih mungkin untuk memiliki temuan neurotologic
daripada mereka yang tidak panik disorder. Hingga 60 persen pasien dengan
pusing subjektif kronis telah dilaporkan memiliki kecemasan disorder.
Depression dan keracunan alkohol juga telah ditemukan tumpang tindih
dengan pusing.
Sindrom hiperventilasi merupakan penyebab penting dari ringan.
Meskipun kondisi dapat associated dengan gangguan kecemasan, banyak
pasien

tanpa

pengalaman

kecemasan

hiperventilasi.

Hiperventilasi

didefinisikan sebagai bernapas lebih dari metabolisme membutuhkan-KASIH,


menyebabkan alkalosis pernapasan dan lightheadedness. Pasien mungkin
mengeluh berulang kali dan mungkin memiliki gejala yang terkait, seperti
nyeri dada, paraesthesias, kembung, dan nyeri epigastrium. Kecemasan Dan /
Atau Depresi
Ada pasien yang ketika ditanya, "Apa maksudmu, pusing?" Respon,
biasanya setelah jeda, "Dizzy." Jika dokter terus berlanjut dengan "Apakah
Anda berarti Anda mungkin pingsan?" Atau "Apakah Anda berarti bahwa
Anda mungkin jatuh ? "atau" Apakah Anda berarti bahwa ruangan berputar?
"berulang pasien," Tidak, saya berarti aku pusing. "Kelainan ini hanya bisa
disebut pusing benar, dan umumnya timbul dari berbagai gangguan psikologis,
paling sering kecemasan ( dengan atau tanpa hiperventilasi) dan / atau depresi.
Gangguan afektif sering dapat dikenali karena efek bahwa pasien telah
di pemeriksa. Jika Anda merasa cemas atau tertekan sendiri setelah
menghabiskan waktu dengan pasien, mungkin juga menjadi karena pasien
depresi atau cemas. Hal ini sangat penting untuk mengenali contoh ketika
pusing merupakan metafora untuk depresi, karena pengobatan untuk vertigo
cenderung memperburuk depresi, sedangkan pengobatan untuk depresi
mungkin secara dramatis mengurangi rasa pusing.

IV.

KESIMPULAN

Untuk mengevaluasi keluhan pusing, Anda harus terlebih dahulu


memutuskan apakah itu

dapat

dikategorikan sebagai dekat - sinkop,

ketidakseimbangan, tidak jelas pusing, atau vertigo. Jika itu adalah vertigo,
vestibular dan pengujian pendengaran akan memungkinkan Anda untuk
menempatkan pasien di salah satu dari tiga kategori: penyakit perifer koklea ,
penyakit retrocochlear perifer, atau penyakit pusat. Ketika perbedaan ini dibuat ,
Anda dapat membuat diagnosis diferensial yang wajar dan tiba di diagnosis
kemungkinan. Beberapa gangguan ini (misalnya: schwannoma vestibular)
membutuhkan evaluasi dan pengobatan khusus, sedangkan yang lain memiliki
sejarah alam jinak dan hanya membutuhkan bantuan gejala untuk durasi. Terapi
simtomatik sangat mudah dan membuat penggunaan tiga kategori obat dibahas.
Pendekatan ini harus memungkinkan Anda untuk mendiagnosa dan mengobati
pasien pusing Anda dengan cepat dan efektif .

DAFTAR PUSTAKA
Sloane PD. Dizziness in primary care. J Fam Pract. 1989;29(1):33-38.
Kerber KA, Meurer WJ, West BT, et al. Dizziness presentations in U.S.
emergency departments, 1995-2004. Acad Emerg Med. 2008;15(8):744750.
Kroenke K, Lucas CA, Rosenberg ML, et al. Causes of persistent dizziness. Ann
Intern Med. 1992;117(11):898-904.
Herr RD, Zun L, Mathews JJ. A directed approach to the dizzy patient. Ann
Emerg Med. 1989;18(6):664-672.
Newman-Toker DE, Cannon LM, Stofferahn ME, et al. Imprecision in patient
reports of dizziness symptom quality: a cross-sectional study conducted in
an acute care setting. Mayo Clin Proc. 2007;82(11):1329-1340.
Hoffman RM, Einstadter D, Kroenke K. Evaluating dizziness. Am J Med.
1999;107(5):468-478.
Kentala E, Rauch SD. A practical assessment algorithm for diagnosis of dizziness.
Otolaryngol Head Neck Surg. 2003;128(1):54-59.
Goebel JA. The ten-minute examination of the dizzy patient. Semin Neurol.
2001;21(4):391-398.
Gupta V, Lipsitz LA. Orthostatic hypotension in the elderly: diagnosis and
treatment. Am J Med. 2007;120(10):841-847.
Fitzgerald DC. Head trauma: hearing loss and dizziness. J Trauma.
1996;40(3):488-496.
Hanley K, ODowd T, Considine N. A systematic review of vertigo in primary
care. Br J Gen Pract. 2001;51(469):666-671.

Agrawal Y, Carey JP, Della Santina CC, et al. Disorders of balance and vestibular
function in US adults: data from the National Health and Nutrition
Examination Survey, 2001-2004 [published correction appears in Arch
Intern Med. 2009;169(15):1419]. Arch Intern Med. 2009;169(10):938-944.
Lempert T, Neuhauser H, Daroff RB. Vertigo as a symptom of migraine. Ann N Y
Acad Sci. 2009;1164:242-251.
Colledge NR, Barr-Hamilton RM, Lewis SJ, et al. Evaluation of investigations to
diagnose the cause of dizziness in elderly people: a community based
controlled study. BMJ. 1996;313(7060):788-792.
Nedzelski JM, Barber HO, McIlmoyl L. Diagnoses in a dizziness unit. J
Otolaryngol. 1986;15(2):101-104.
Gardner WN. The pathophysiology of hyperventilation disorders. Chest.
1996;109(2):516-534.
McGee S, Abernethy WB III, Simel DL. The rational clinical examination. Is this
patient hypovolemic? JAMA. 1999;281(11):1022-1029.
Ebersbach G, Sojer M, Valldeoriola F, et al. Comparative analysis of gait in
Parkinsons disease, cerebellar ataxia and subcortical arteriosclerotic
encephalopathy. Brain. 1999;122(pt 7):1349-1355.
Newman-Toker DE, Hsieh YH, Camargo CA Jr, et al. Spectrum of dizziness visits
to US emergency departments: cross-sectional analysis from a nationally
representative sample. Mayo Clin Proc. 2008;83(7):765-775.
Kroenke K, Hoffman RM, Einstadter D. How common are various causes of
dizziness? A critical review. South Med J. 2000;93(2):160-167.
Wood KA, Drew BJ, Scheinman MM. Frequency of disabling symptoms in
supraventricular tachycardia. Am J Cardiol. 1997;79(2):145-149.
Fick DM, Cooper JW, Wade WE, et al. Updating the Beers criteria for potentially
inappropriate medication use in older adults: results of a US consensus
panel of experts [published correction appears in Arch Intern Med.
2004;164(3):298]. Arch Intern Med. 2003;163(22):2716-2724.
Kerber KA, Brown DL, Lisabeth LD, et al. Stroke among patients with dizziness,
vertigo, and imbalance in the emergency department: a population-based
study. Stroke. 2006;37(10):2484-2487.
Wiltink J, Tschan R, Michal M, et al. Dizziness: anxiety, health care utilization
and health behavior. J Psychosom Res. 2009;66(5):417-424.
Yardley L, Owen N, Nazareth I, et al. Panic disorder with agoraphobia associated
with dizziness. J Nerv Ment Dis. 2001;189(5):321-327.

Teggi R, Caldirola D, Bondi S, et al. Vestibular testing in patients with panic


disorder and chronic dizziness. Acta Otorhinolaryngol Ital.
2007;27(5):243-247.

Anda mungkin juga menyukai