Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial
budaya danperilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BAB) di
sembarang tempat, khususnya ke badan air yang juga digunakan untuk
mencuci, mandi dan kebutuhan higienis lainnya. Buruknya kondisi sanitasi
merupakan salah satu penyebab kematian anak di bawah 3 tahun yaitu sebesar
19% atau sekitar 100.000 anak meninggal karena diare setiap tahunnya dan
kerugian ekonomi diperkirakan sebesar 2,3% dari Produk Domestik Bruto
(studi World Bank, 2007). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004, penanganan masalah sanitasi merupakan kewenangan daerah, tetapi
sampai saat ini belum memperlihatkan perkembangan yang memadai. Oleh
sebab itu, pemerintah daerah perlu memperlihatkan dukungannya melalui
kebijakan dan penganggarannya
Kesehatan merupakan salah satu layanan dasar sosial yang harus
dipenuhi oleh pemerintah sebagai kewajibannya untuk menjaga kesejahteraan
masyarakat. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk
keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan
dengan berwawasan kesehatan yang menyeluruh dan berkesinambungan.
Berdasarkan Kepmenkes no. 128 tahun 2004, Puskesmas adalah
penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat
pertama. Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan
yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan, yang
melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah kerja tertentu.
Wilayah kerja puskesmas pada mulanya ditetapkan satu kecamatan, kemudian
dengan semakin berkembangnya kemampuan dana yang dimiliki oleh
pemerintah untuk membangun puskesmas, wilayah kerja puskesmas
ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk di satu kecamatan, kepadatan dan
mobilitasnya.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten /
kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
1

suatu wilayah kerja. Puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan


memegang peranan yang penting karena fungsi dari puskesmas adalah
mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan
pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk
kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.
Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat, dalam
pelaksanaan kegiatannya dijalankan dalam bentuk 6 program pokok
Puskesmas yang terdiri atas upaya Promosi Kesehatan (Promkes), Kesehatan
Lingkungan (Kesling), Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Perbaikan Gizi,
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), dan Pengobatan
Dasar. Namun, pada umumnya program pokok Puskesmas ini belum dapat
dilaksanakan secara optimal. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dan
hambatan baik dari sisi internal (Puskesmas) maupun eksternal (masyarakat)
dalam pelaksanaan program pokok Puskesmas. Kondisi tersebut dapat diatasi
berdasarkan skala prioritas permasalahan dengan memanfaatkan potensi
sumber daya yang ada.
Kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Komunitas/Ilmu Kesehatan
Masyarakat dilaksanakan selama empat minggu di Puskesmas II Tambak.
Selama pelaksanaan kegiatan kepaniteraan di bagian IKK/IKM ini, telah
dilakukan pengamatan secara langsung maupun pengumpulan data sekunder
dari dokumen-dokumen kesehatan yang terdapat di Puskesmas II Tambak
untuk menilai pelaksanaan dan efektivitas program-program yang ada di
Puskesmas II Tambak. Pengamatan yang dilakukan meliputi program-program
kegiatan yang sudah diagendakan, pelaksanaan program kegiatan, evaluasi
program kegiatan, hingga target-target yang ditetapkan masing-masing
program beserta angka pencapaiannya. Terdapat beberapa permasalahan pada
program Puskesmas II Tambak, sehingga perlu dilakukannya evaluasi program
agar program-program puskesmas tersebut dapat menghasilkan output yang
maksimal dan memuaskan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum

Menganalisis permasalahan kesehatan dan menentukan metode


pemecahan masalah yang terdapat pada 6 program pokok Puskesmas II
Tambak.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui gambaran umum keadaan kesehatan di wilayah kerja
Puseksmas II Tambak.
b. Mengetahui gambaran umum Puskesmas II Tambak sebagai pusat
pelayanan kesehatan tingkat pertama.
c. Mengetahui secara umum tentang program dan cakupan program
Perbaikan Gizi Puskesmas II Tambak.
d. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program Kesehatan
Lingkungan di Puskesmas II Tambak.
e. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program
Kesehatan Lingkungan di Puskesmas II Tambak.
f. Menentukan alternatif pemecahan masalah pada program Kesehatan
Lingkungan di Puskesmas II Tambak.
C. Manfaat Penulisan
1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas untuk memperbaiki kekurangan
yang mungkin masih tedapat pada 6 program pokok Puskesmas II Tambak.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas untuk melakukan evaluasi
terhadap kinerja Puskesmas.
3. Sebagai bahan untuk perbaikan Puskesmas kearah yang lebih baik guna
mengoptimalkan mutu pelayanan kepada masyarakat pada umumnya dan
individu pada khususnya.

BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS
I.

Gambaran Umum

A. Keadaan Geografi
Puskesmas II Tambak merupakan wilayah timur jauh (tenggara)
dari Kabupaten Banyumas, dengan luas wilayah 1.432 Ha atau sekitar
1,1% dari luas kabupaten Banyumas. Wilayah Puskesmas Tambak II
terdiri dari 5 desa yaitu: Pesantren, Karangpucung, Prembun, Purwodadi
dan Buniayu. Desa yang paling luas adalah Purwodadi yaitu 374 ha,
sedangkan desa yang wilayahnya paling sempit adalah Karangpucung
yaitu sekitar 218 ha.
Wilayah Puskesmas II Tambak terletak diperbatasa Kabupaten Banyumas
dengan Kabupaten Kebumen, dan berbatasan dengan :
1.
2.
3.
4.

Disebelah utara
Sebelah timur
Sebelah Selatan
Sebelah Barat

:
:
:
:

Desa Watuagung
Kabupaten Kebumen
Desa Gebangsari
Desa Kamulyan, Desa Karangpetir.

Wilayah Puskesmas II Tambak terletak pada ketinggian sekitar 15


mdpl 35 mdpl. Dengan suhu udara rata rata sekitar 27 derajat celcius
dengan kelembaban udara sekitar 80 %. Sekitar 50 % dari luas tanah
adalah daerah persawahan, 43 % pekarangan dan tegalan dan 7 % lainlain.
B. Keadaan Demografi
1.

Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk dalam wilayah Puskesmas II Tambak tahun
2013 berdasarkan data yang dari BPS adalah 20.361 jiwa. Terdiri dari
10.010 jiwa (49,16%) laki-laki dan 10.351 jiwa (50,83%) perempuan.
Jumlah keluarga 6.096 KK.

Bila dibandingkan dengan jumlah

penduduk tahun 2012 (16.232 jiwa) mengalami kenaikan.


2. Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk tahun 2013 yang paling banyak adalah Desa
4 dengan kepadatan penduduk 1.655
Purwodadi sebesar 6.190 jiwa,
jiwa/km2, sedangkan yang paling sedikit penduduknya adalah Desa
Pesantren sebesar 2.577 jiwa dengan kepadatan penduduk 1.141
jiwa/km2. Kepadatan penduduk total wilayah Puskesmas II Tambak

adalah1.422 jiwa/km2. Penyebaran penduduknya cukup merata, mulai


dari daerah yang dekat jalan raya sampai ke daerah.
C. Petugas kesehatan
Tenaga

kesehatan

merupakan

tenaga

keberhasilan pembangunan bidang kesehatan.

kunci

dalam

mencapai

Jumlah tenaga kesehatan

dalam wilayah Puskesmas II Tambak adalah sebagai berikut :


a. Tenaga Medis
Tenaga Medis atau dokter yang ada di sarana kesehatan dalam wilayah
Puskesmas II Tambak ada 2 (dua) orang dokter umum, yaitu dokter umum
yang bekerja di Puskesmas II dengan rasio 10/100.000 jumlah penduduk.
Menurut standar Indikator Indonesia Sehat (IIS) tahun 2010 ratio tenaga
medis per 100.000 penduduk adalah 40 tenaga medis, berarti
b.
c.
d.
e.

tenaga

medis masih kurang.


Dokter Spesialis
Dokter spesialis tidak ada. Standar IIS 2010, 6/100.000 penduduk.
Dokter Gigi
Dokter gigi tidak ada. Standar IIS 2010, 11/100.000 penduduk
Tenaga Farmasi
Tenaga farmasi tidak ada. Standar IIS 2010, 10/100.000 penduduk
Tenaga Bidan
Tenaga D-III Kebidanan jumlahnya 7 orang. Berarti ratio tenaga bidan
adalah 34,38/100.000 penduduk. Standar IIS 2010, jumlah tenaga bidan
100/100.000 atau 16 bidan. Dengan demikian jumlah bidan di wilayah
Puskesmas II tambak masih kurang 9 bidan.

f. Tenaga Perawat
Tenaga perawat kesehatan yang ada di Puskesmas II Tambak lulusan SPK
ada 2 orang dan D-III Keperawatan 3 orang, jumlah seluruhnya ada 5
orang perawat (ratio 31/100.000 jumlah penduduk). Standar IIS tahun
2010, adalah 117,5/100.000 penduduk ( sekitar 19 perawat).

Berarti

kurang 14 orang perawat.


g. Tenaga Gizi
Tenaga Gizi di Puskesmas II Tambak jumlahnya 1 orang, lulusan
D-III Gizi, ratio 4,91/100.000 penduduk. Standar IIS 2010, 22/100.000
penduduk (3,5 ahli gizi). Berarti kurang 3 orang ahli gizi.
h. Tenaga Sanitasi

Tenaga Sanitasi ada 1 orang dengan pendidikan D-I. Ratio 6/100.000


penduduk. Standar IIS 2010, 40/100.000 penduduk (6,5 tenaga sanitasi).
Kurang 5 orang tenaga sanitasi.
i. Tenaga Kesehatan Masyarakat
Tenaga Kesehatan Masyarakat ada 2 orang.
40/100.000 penduduk (6,5).
masyarakat
Tabel

Standar IIS tahun 2010,

Masih kurang 4 orang tenaga kesehatan

2.1. Ratio Jumlah Tenaga Kesehatan terhadap Jumlah

Penduduk di Puskesmas II Tambak, tahun 2012.


No.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Jenis Tenaga

Dokter Umum
Dokter Spesialis
Dokter Gigi
Farmasi
Bidan
Perawat
Ahli Gizi
Sanitasi
Kesehatan

Jumlah

Ratio

per Target

IIS

Tenaga

100.000

per 100.000

Kesehatan
2
0
0
0
7
5
1
1
2

pddk
10
0
0
0
34,38
24,56
4,91
6
24

pddk
40
6
11
10
100
117,5
22
40
40

Masyarakat
D. Sarana Kesehatan
1. Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Labkes
Puskesmas Tambak II satu-satunya sarana kesehatan yang mempunyai
kemampuan Labkes di wilayah Puskesmas Tambak II.
2. Rumah Sakit Yang Menyelenggarakan 4 Pelayanan Dasar
Rumah Sakit yang menyelenggarakan 4 pelayanan dasar tidak ada.
3. Pelayanan Gawat Darurat
Pelayanan gawat darurat di wilayah Puskesmas Tambak II hanya ada
di Puskesmas.
E. Pembiayaan Kesehatan
Penyelenggaraan pembiayaan di Puskesmas Tambak II terdiri dari
operasional umum, Jamkesmas, Jampersal dan dana BOK dengan tujuan
agar semua program kesehatan di Puskesmas Tambak II ini berjalan
dengan lancer dan mencapai target yang telah ditentukan. Anggaran dana
operasional umum di Rencana Kerja Anggaran tahun 2012 adalah
Rp.99.313.000,00 (sembilan puluh sembilan juta tiga ratus tiga belas ribu
rupiah), dan dapat direalisasikan Rp. 95.523.671,00 (96,2%). Rencana

anggaran

untuk

tahun

2013

sama

seperti

tahun

2012

yaitu

Rp.99.313.000,00. Sedangkan untuk dana Jamkesmas dan Jampersal tahun


2012 direncanakan sebesar Rp. 174.875.050,00 dan dapat direalisasikan
sebesar Rp. 78.982.800,00 (45,16%). Kemudian untuk RKA tahun 2013
Jamkesmas Jampersal adalah Rp. 148.576.200,00.
Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) tahun 2012 di
rencanakan Rp. 58.000,00 (lima puluh delapan juta rupiah) dan 100%
dapat direalisasikan. Tahun 2013 dana BOK dianggarkan sebesar
Rp.60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
II. Capaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Permasalahan program kesehatan yang terdapat di Puskesmas II
Tambak dapat dilihat dari terpenuhi atau tidaknya target dari setiap program
yang telah disepakati dengan mengacu pada Standar Pelayanan Minimal
(SPM). Adapun pencapaian SPM dari Puskesmas II Tambak dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2 Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Puskesmas II Tambak
No

Urusan Wajib/ Standar Pelayanan Target

Pencapaian

Minimal

Jan s/d Des

2013

2013 (%)
I.

Penyelenggaraan

Pelayanan

A.

Kesehatan Dasar
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil
K-4
2.

4.
5.

93,06 %

90%

101,2 %

100%

141,66 %

90%

101,83 %

90%

83,54 %

Cakupan pertolongan Persalinan


Oleh Nakes

3.

95%

Ibu Hamil Resiko Tinggi Dirujuk


Cakupan Kunjungan Neonatus
Cakupan Kunjungan Bayi

6.

B.

Cakupan BBLR Ditangani

Pelayanan

Kesehatan

Anak

100%

100 %

95%

100 %

100%

100 %

80%

100 %

80%

100 %

80%

86,4%

100%

100

15%

19,53 %

1,5%

2,44 %

15%

0,40

70%

9,14%

80%

92,59

Pra

Sekolah dan Usia Sekolah


1. Cakupan Deteksi Dini Tumbuh
Kembang Balita dan Pra Sekolah
2.

Cakupan Pemeriksaan Kesehatan


Siswa SD dan setingkat oleh

3.

Nakes/guru UKS/dokter kecil


Cakupan pemeriksaan Kesehatan
siswa Tk oleh Nakes

4.

Cakupan Pelayanan Kesehatan


Remaja

C.
D.

Pelayanan Keluarga Berencana


Cakupan KB Aktif
Pelayanan Immunisasi
Desa dengan Universal

Child

Immunization (UCI)
E.

Pelayanan Pengobatan/Perawatan
1. Cakupan Rawat Jalan
2.

F.

Cakupan Rawat Inap

Pelayanan Kesehatan Jiwa


Pelayanan Gangguan Jiwa di Sarana
Pelayanan Kesehatan Umum

G.

Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut


Cakupan Pelayanan Kesehatan pra
usia lanjut dan usia lanjut

H.

Pelayanan Kesehatan Kerja


1. Cakupan Pelayanan Kesehatan
Kerja pada Pekerja Formal

2.

Cakupan Pelayanan Kesehatan


Kerja pada Pekerja Informal

II

Penyelenggaraan

Perbaikan

A.

Masyarakat
Pemantauan Pertumbuhan Balita
1. Balita
yang
datang
dan

Pelayanan Gizi
1. Cakupan
Bayi

(6-11

3.

kali
Cakupan

Balita

(12-59

bl)

mendapat kapsul vitamin A

1,19 %

95%

100%

95%

100%

90%

100%

90%

100%

100%

100%

100%

100 %

80%

43,75%

Cakupan Pemberian makanan


pendamping

6.

< 1,5%

Cakupan Ibu Hamil mendapat 90


tablet Fe

5.

60,60 %

kali pertahun
Cakupan Ibu Nifas mendapat
kapsul vitamin A

4.

80%

bl)

mendapat kapsul vitamin A 1


2.

73,73 %

Balita di bawah garis merah


(BGM)

B.

80%

Balita yang naik berat badan-nya


(N/D)

3.

38,64

Gizi

ditimbang (D/S)
2.

40%

ASI

pada

bayi

BGM dari keluarga miskin


Balita Gizi Buruk mendapat
perawatan

III

Penyelenggaraan

Pelayanan

A.

Kesehatan Rujukan Dan Penunjang


Pelayanan Obstetrik dan Neonatal
Emergensi Dasar dan Komprehensif
1. Akses terhadap ketersediaan
darah dan komponen yang aman

10

untuk menangani rujukan ibu


2.

Hamil dan Neonatus


Ibu hamil resiko tinggi yang
90%

100 %

90%

100 %

80%

100 %

kemampuan gawat darurat yang

90%

dapat diakses masyarakat


Pemenuhan darah di RS

95%

ditangani
3.

Ibu hamil dengan komplikasi


yang ditangani

4.

Neonatal

resiko

tinggi/komplikasi yang ditangani


B.

Pelayanan Gawat Darurat


1. Sarana
Kesehatan

2.
IV.

Penyelenggaraan

A.

Penyakit Menular
Penyelenggaraan

dengan

Pemberantasan
Penyelidikan

Epidemologi dan Penanggulangan


Kejadian Luar Bisaa
1. Desa/Kelurahan

mengalami

KLB yang ditangani kurang dari


2.

B.

24 jam
Desa bebas rawan gizi

Pencegahan

dan

80%

(Tidak ada
KLB)
(Tidak ada
kasus)

Pemberantasan

Penyakit Polio
Acute Flacid Paralysis (AFP) per
C.

100%

100.000 penduduk < 15 tahun


Pencegahan dan Pemberantasan

<1

(Tidak ada
kasus)

Penyakit TB Paru
1. Kesembuhan penderita TB Paru
BTA positif (CR / Cure Rate )
2.

>85%

40%

70%

39,84%

Penemuan Kasus TB Paru BTA


positif (CDR/ Case Detection
Rate)

11

D.

Pencegahan
Penyakit ISPA
1. Cakupan
2.

dan

Pemberantasan

Balita

dengan

Pnemonia yang ditemukan


Cakupan
Balita
dengan
Pnemonia yang ditangani

E.

Pencegahan

dan

Penyakit HIV-AIDS
1. Klien
yang

mendapatkan

2.

penanganan HIV-AIDS
Kasus infeksi menular seksual

3.

(IMS) yang yang diobati


Darah donor di skrenning

Pencegahan

dan

17,86%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

<20

9,8 %

<2

0%

100%

100

<1

Pemberantasan

terhadap HIV-AIDS
F.

100%

pemberantasan

penyakit demam berdarah dengue


(DBD)
1. Penderita DBD ditangani
2.

Incident

Rate

DBD

(per

100.000)
3.

G.

CFR/Angka Kematian DBD

Pencegahan

dan

Pemberantasan

Penyakit Diare
1. Balita diare yang ditangani
2. CFR/Angka kematian Diare per
10.000
H.

Pencegahan

dan

pemberantasan

Penyakit Malaria
1. Penderita malaria yang diobati
2.

CFR/Angka Kematian Malaria

100%
0

(Tidak ada
kasus)
(Tidak ada

12

kasus)
I.

Pencegahan

dan

pemberantasan

Penyakit Kusta
Penderita Kusta yang selesai berobat
(RFT Rate)
J.

Pencegahan

dan

V.

Penyelenggaraan

A.

Lingkungan Dan Sanitasi Dasar


Pelayanan Kesehatan Lingkungan
1. Institusi yang dibina

3.
4.

>90%

B.

kasus)

80%

90 %

65%

70 %

85%

88%

81 %

85%

72 %

>90%

94,80 %

80%

62%

65%

89,06 %

Rumah sehat perkotaan


Penduduk yang memanfaatkan
Rumah yang mempunyai SPAL

Pelayanan Pengendalian Vektor


Rumah/bangunan
bebas
jentik

Pelayanan

Hygiene

Sanitasi

di

Tempat Umum
Tempat umum yang memenuhi syarat
VI.

(Tidak ada

Rumah sehat pedesaan

nyamuk aedes
C.

kasus)

Kesehatan

jamban
5.

(Tidak ada

Pemberantasan

Penyakit Filariais (kaki gajah)


Penyakit Filariasis ditangani

2.

>90%

Penyelenggaraan Promosi Kesehatan


Penyuluhan Perilaku Sehat
1. Rumah Tangga Sehat

13

2.

Bayi

yang

mendapat

ASI

eksklusif
3.

5.
6.

VII.

69,01%

90%

100%

80%

77,05%

40%

95,83%

>2%

0%

30%

18,46 %

80%

100%

104, 38 %

Desa dengan garam beryodium


baik

4.

80%

Keluarga Sadar Gizi


Posyandu Purnama
Posyandu Mandiri

Pencegahan

Dan

Penanggulangan

Penyalahgunaan
Psikotropika

Narkotika,

Dan

(P3napza)
Penyuluhan

Zat

Adiktif

Pencegahan

Penanggulangan

dan

Penyalahgunaan

NAPZA/Narkoba
Upaya penyuluhan P3 NAPZA / P3
Narkoba oleh petugas kesehatan
VIII

Penyelenggaraan

Pelayanan

.
A.

Kefarmasian (Obat)
Penyelenggaraan dan Pembiayaan
untuk Yankes Perorangan
Cakupan penduduk yang menjadi
peserta JPKM Prabayar

B.

Penyelenggaraan Pembiayaan untuk


Gakin dan Masyarakat Rentan
Cakupan jaminan pemeliharaan
kesehatan

keluarga

mayarakat rentan

miskin

dan

14

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa


permasalahan program kesehatan yang dilihat dari belum terpenuhinya
pencapaian program dari target SPM. Salah satu diantaranya yaitu pada
program pokok kesehatan lingkungan khususnya dalam hal pelayanan
hygiene sanitasi di tempat umum. Angka pencapaiannya sebesar 62%,
sementara target minimalnya harus mencapai angka 80%.

BAB III
ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS
A. Analisis Potensi
1. Input
a. Man
Kelebihan :
1) Secara umum, tenaga medis dan non medis yang terdapat pada
Puskesmas Tambak II terdiri dari 2 dokter umum, 7 bidan, 5
perawat, 1 tenaga gizi , 1 tenaga sanitasi, 2 tenaga kesehatan
masayrakat dan 4 tenaga administrasi. Petugas struktural pada
program Promkes terdiri dari 1 orang yang merupakan Sarjana

15

Kesehatan Masyarakat. Petugas struktural pada program Kesling


terdiri dari 1 orang. Petugas struktural pada program KIA/KB
terdiri dari 4 orang. Petugas struktural pada program Perbaikan
Gizi terdiri dari 1 orang yang merupakan Ahli Madya Gizi.
Petugas struktural pada program P2M terdiri dari 3 orang.
Petugas struktural pada program Pengobatan Dasar terdiri dari 5
orang, di mana 4 diantaranya merupakan petugas dari Puskesmas
Keliling (Pusling). Terdapat 2 unit penunjang yaitu pengelola
obat yang terdiri dari 2 orang petugas dan laborat yang terdiri
dari 1 orang petugas.
Kekurangan :
1) Kurangnya jumlah tenaga petugas sanitasi yang dimiliki
membuat program yang dijalankan kurang optimal
2) Kurang optimalnya pemanfaatan kader Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar belum tersedia di
setiap desa yang akibatnya kegiatan pemantauan tidak dapat
dilakukan secara maksimal.
b. Money
Kelebihan :
Dana untuk kegiatan program berasal dari APBN, APBD
Kabupaten Banyumas dan BOK.
Kekurangan :

16
Jumlah dana yang telah diajukan dan disediakan untuk

jalannya program kerja terkadang tidak sesuai dengan yang talah


diajukan sehingga menghambat jalannya program kerja akibat
terbatasnya dana yang terkadang keluar terlambat.
c. Material
Kelebihan :
1) Fasilitas yang dimiliki demi kelancaran program adalah sanitarian
kit.
2) Terdapat Puskesmas dan Puskesmas keliling sebagai pusat
kesehatan masyarakat.
Kekurangan :

16

1) Masih minimnya sanitarian kit yang dimiliki, tidak tiap


puskesmas memiliki sanitarian kit, hanya di beberapa puskesmas
yang menyediakan dan disimpan di puskesmas lain, sehingga
apabila membutuhkan sanitarian kit harus berkunjung ke
puskesmas lain untuk meminjam.
2) Dengan belum tersedianya sanitarian kit dapat menghambat
jalannya program kerja, selain itu tidak dapat menanggapi dengan
cepat terhadap suatu laporan atau aduan dari masyarakat.
3) Belum tersedianya kendaraan yang disediakan bagi kader untuk
menjalankan tugasnya.
d. Metode
Kelebihan :
1) Ketrampilan diperoleh dari pelatihan-pelatihan yang diadakan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas yang diadakan
secara insidensil.
2) Prosedur kerja dilakukan berdasarkan kasus yang dilaporkan dari
masyarakat berdasarkan kasus yang muncul di masyarakat.
Kekurangan :
Penyuluhan, screening, dilakukan jika ditemukan laporan terhadap
masalah dibidang sanitasi.
e. Minute
Kelebihan :
Terdapat petugas

yang

khusus

menangani

Penyelenggaraan

Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar sehingga pelaksanaan


progam bias intensif.
Kekurangan :
1) Jangka waktu pelaksanaan kegiatan program sesuai dengan
program yang telah ditetapkan, akan tetapi besarnya kasus masih
memiliki keterbatasan, hal ini dikarenakan jumlah tenaga
kesehatan yang masih kurang.
2) Terdapat jadwal yang sudah berjalan, namum belum terkoordinasi
dengan petugas-petugas terkait.
f. Market
Kelebihan :
Cakupan target dari progam Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan
Dan Sanitasi Dasar adalah keseluruhan masyarakat wilayah kerja
Puskesmas Tambak II.

17

Kekurangan :
Sasaran masyarakat pada program Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Dan Sanitasi Dasar belum semuanya terjangkau
dikarenaka masih banyaknya kendala dan keterbatasan.
2. Proses
a. Perencanaan
Kelebihan :
1) Survey terhadap kesehatan dan sanitasi lingkungan dilakukan
untuk mencegahnya suatu wabah penyakit yang dapat membawa
dampak yang merugikan bagi masyarakat.
2) Rencana pelaksanaan progam Penyelenggaraan

Kesehatan

Lingkungan Dan Sanitasi Dasar bekerja sama lintas progam


(Promkes dan pengobatan).
Kekurangan :
Tidak semua daerah tercapai tindakan suatu survey dalam suatu
waktunya.
b. Pengorganisasian
Kelebihan :
1) Penggalangan kerjasama dalam menangani kasus sanitasi
lingkungan
2) Penggalangan kerjasama lintas sektoral
Kekurangan :
1) Mempertimbangkan jumlah tenaga, beban kerja dan sarana yang
kurang memadai.
2) Tidak adanya kader Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar
pada setiap Desa di wilayah kerja Puskesmas Tambak II.
c. Penggerakan dan pelaksanaan program
Kelebihan :
1) Tim Puskesmas Tambak II

khususnya

petugas program

Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar


bekerjasama dengan masyarakat guna mengetahui dan deteksi
dini tentang penyakit di wilayah kerja Puskesmas Tambak II.
Kekurangan :
1) Belum semua orang atau warga desa turut serta membantu dalam
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar

18

2) Tidak ada kader Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dan


Sanitasi Dasar di setiap desa.
3) Penyuluhan dilakukan jika ditemukan laporan dari masyarakat.
d. Pengawasan dan pengendalian untuk kelancaran kegiatan
Kelebihan :
Laporan program Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dan
Sanitasi Dasar dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas
disertai dengan data pencapaian progam evaluasi progam dilakukan
setiap 6 bulan s/d 1 tahun. Badan pengawasan dan pengendalian
untuk kelancaran kegiatan dilakukan oleh :
1. Dinas Kesehatan wilayah Bayumas
2. Puskesmas Tambak II khususnya bagian program sanitasi
lingkungan
3. PWS = Pemantauan wilayah setempat
4. Kader posyandu atau perangkat desa setempat
5. Masyarakat
Kekurangan :
Belum optimalnya kerjasama dilapangan yang telah diberikan
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas.
3. Output
Mewujudkan pembangun masyarakat wilayah kerja Puskesmas
Tambak II sadar kesehatan dan lingkungan. Kelompok masyarakat yang
sudah diskrining atau survey di wilayah kerja Puskesmas Tambak II
diberikan konseling yang berisi informasi dan edukasi mengenai kondisi
lingkungan, cara manjaga kebersihan lingkungan masyarakat sehingga
diharapkan dapat terwujud Puskesmas Tambak Sehat 2015.
4. Effect
Dapat menarik minat masyarakat untuk mengetahui mengenai
bahayanya lingkungan dan sanitasi lingkungan tempat tinggal yang
kurang baik dengan memberikan edukasi kepada kader ataupun
masyarakat langsung yang komprehensif, terpadu, terarah, intensif dan
berkesinambungan sehingga dapat tercapai target Puskesmas Tambak 2
Sehat 2015.
5. Outcome
Dampak program yang diharapakan adalah menurunnya angka
kejadian penyakit atau wabah di Kecamatan Tambak Sehat 2015 sesuai
dengan arah perencanaan yang ada.

19

B. Identifikasi Isu Strategis (Analisis SWOT)


1. Strength
a. Terdapat tenaga kerja dalam bidang Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Dan Sanitasi Dasar
b. Pada setiap desa sudah memiliki posyandu
c. Terdapat kader kesehatan pada setiap posyandu
d. Adanya periode untuk survey tentang kesehatan lingkungan
2. Weakness
a. Metode survey dan sosialisasi tentang Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Dan Sanitasi Dasar belum dapat terlaksana dengan baik
b. Terbatasnya tenaga kesehatan di bidang Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Dan Sanitasi Dasar yaitu hanya satu orang sehingga
kurang optimal.
c. Sistem deteksi wabah penyakit masih dilakukan secara pasif, yaitu
mengandalkan laporan dari masyarakat atau pasien-pasien yang datang
ke puskesmas. Deteksi penderita secara aktif, penyuluhan kesehatan ke
semua desa wilayah kerja Puskesmas Tambak II dan pembentukan
kader kesehatan yang khusus dalam penanganan sanitasi lingkungan
belum berjalan.
d. Belum ada hal pemicu khusus (trigger) atau semacam reward bagi
penderita ataupun petugas kesehatan yang ditugaskan dalam progam
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar
e. Tenaga seorang analis lingkungan yang tidak ada.
3. Edukasi kepada masyarakat akan pentingnya mengetahui dampak yang
disebabkan lingkungan dan sanitasi dasar terhadap kesehatan.
4. Opportunity
a. Tersedianya sumber daya manusia yang menjalankan program
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar
b. Tersedianya sumber daya kesehatan yang bersedia menjadi petugas
dalam program Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi
Dasar Puskesmas Tambak II.
c. Terdapat bantuan dana dari Dinas Kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan.
5. Threat
a. Kurangnya pengetahuan pada masyarakat mengenai bahaya yang
ditimbulkan oleh

lingkungan dan betapa

penting lingkungan

memberikan dampak yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari.


b. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan yang
bersih dan sehat.

20

Dari hasil analisis SWOT, dapat disimpulkan permasalahan yang


terjadi seputar Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi
Dasar, baik dari dalam maupun dari luar Puskesmas. Sebenarnya
Puskesmas Tambak II memiliki kekuatan dalam upaya melaksanakan
program Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar
yaitu adanya fasilitas berupa sanitasi kit dalam melaksanakan tugasnya.
Akan tetapi kondisi ini kurang mendukung karena tenaga kesehatan di
bidang Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar sangat
terbatas yaitu hanya satu orang sedangkan wilayah kerja Puskesmas
Tambak II cukup luas. Kondisi ini jelas mempersulit cakupaan secara aktif
dengan terjun langsung ke masyarakat.
Jika dilihat kekuatan dan kelemahan yang telah dianalisis, baik dari
dalam dan luar Puskesmas, mengajak peran serta masyarakat dalam
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar adalah solusi
yang cukup tepat, dibanding hanya mengandalkan peran petugas kesehatan
saja yang jumlahnya terbatas untuk turun langsung ke masyarakat. Hal ini
mengingat, masyarakat Kecamatan Tambak memiliki tingkat partisipatif
yang cukup baik di bidang kesehatan dan dapat diajak kerjasama.

BAB IV
PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH
A. Pembahasan Isu Strategis

21

Penyakit terkait air, sanitasi dan masalah kebersihan (hygiene)


berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2008 menyumbangkan
3,5 persen dari total kematian di Indonesia. Sedangkan salah satu penyakit
akibat ketiga hal tersebut, yaitu diare, menyumbang kematian nomor satu
pada balita di Indonesia sebesar 25 persen sesuai data Riset Kesehatan Dasar
2007. Masalah utama yang memengaruhi adalah masalah sanitasi
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum,
higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation
Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47%
masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam,
kebun dan tempat terbuka.
Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun
2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah:
a.
b.
c.
d.
e.

setelah buang air besar 12%,


setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%,
sebelum makan 14%,
sebelum memberi makan bayi 7%, dan
sebelum menyiapkan makanan 6 %.
Sementara studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum

rumah tangga menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air


minum, tetapi 47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli.
Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare di
Indonesia. Hal ini terlihat dari angka kejadian diare nasional pada tahun 2006
sebesar 423 per seribu penduduk pada semua umur dan 16 provinsi
mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate
(CFR) sebesar 2,52.
Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensi terpadu
melalui pendekatan sanitasi total. Hal ini dibuktikan melalui hasil studi WHO
tahun 2007, yaitu kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses
masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45% dengan perilaku mencuci tangan
pakai sabun, dan 39% perilaku pengelolaan air minum yang aman di rumah
tangga. Sedangkan dengan mengintegrasikan ketiga perilaku intervensi
tersebut, kejadian diare menurun sebesar 94%.
Pemerintah telah memberikan perhatian di bidang higiene dan sanitasi
dengan menetapkan Open Defecation Free dan peningkatan perilaku hidup

22

bersih dan sehat pada tahun 2009 dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004 - 2009. Hal ini sejalan dengan
komitmen pemerintah dalam mencapai target Millennium Development Goals
(MDGs) tahun 2015, yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar
secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang belum
mendapatkan akses.
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai
STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi
melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Komunitas
merupakan kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial berdasarkan
kesamaan kebutuhan dan nilai-nilai untuk meraih tujuan. Open Defecation
Free yang selanjutnya disebut sebagai ODF adalah kondisi ketika setiap
individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. Cuci Tangan
Pakai Sabun adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air
bersih yang mengalir.
Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga yang selanjutnya disebut
sebagai PAMRT adalah suatu proses pengolahan, penyimpanan dan
pemanfaatan air minum dan air yang digunakan untuk produksi makanan dan
keperluan

oral

lainnya

seperti

berkumur,

sikat

gigi,

persiapan

makanan/minuman bayi. Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas:


a.
b.
c.
d.
e.

Tidak buang air besar (BAB) sembarangan.


Mencuci tangan pakai sabun.
Mengelola air minum dan makanan yang aman.
Mengelola sampah dengan benar.
Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk

memutus mata rantai penularan penyakit. Sanitasi dasar adalah sarana sanitasi
rumah tangga yang meliputi sarana Luang air besar, sarana pengelolaan
sampah dan limbah rumah tangga.
B. Alternatif pemecahan masalah
Pembinaan sanitasi dasar diperlukan upaya yang melibatkan berbagai
sektor, baik dari pemerintah, swasta maupun kelompok organisasi masyarakat,
mengingat beban masalah sanitasi dasar yang tinggi, keterbatasan sektor
pemerintah, potensi melibatkan sektor lain, keberlanjutan program dan
akuntabilitas, mutu serta transparansi.

23

Melihat hasil analisis SWOT, didapatkan isu strategis yang dapat


dilakukan untuk mendapatkan alternatif pemecahan masalah, meliputi :
1. Puskesmas khususnya sanitarian lebih aktif dalam menciptakan suasana
yang menarik dalam kegiatan pembinaan langsung ke rumah tangga
ataupun tempat-tempat umum sehingga para masyarakat tertarik untuk
memperhatikan dan menerapkan dari pembinaan tersebut.
2. Sebaiknya puskesmas khususnya sanitarian bekerja sama dengan lintas
sektoral, bidan desa, perangkat desa ataupun tokoh masyarakat setempat
mengadakan reward atau penghargaan khusus bagi rumah tangga maupun
tempat-tempat umum yang telah memenuhi syarat sanitasi dasar supaya
lebih bersemangat untuk mempertahankan prestasinya.
3. Penambahan jumlah petugas sanitarian yang dipekerjakan di puskesmas
sehingga dapat memantau seluruh rumah tangga maupun tempat umum di
wilayah kerja puskesmas dengan maksimal serta pelatihan yang berkala
dilakukan oleh dinas kesehatan setempat untuk memperbarui pengetahuan
dan keterampilan.
4. Sebaiknya pada setiap kegiatan survey terdapat penindak lanjutan hasil
dari survey seperti pembinaan berupa pemberian pengetahuan dan
pemberian

alternatif-alternatif

pemecahan

masalah

yang

mudah

diterapkan secara langsung.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Angka pencapaian hyegiene dan sanitasi ditempat umum di wilayah kerja
Puskesmas II Tambak belum mencapai target standar pencapaian
minimal.
2. Angka pencapaian hyegine dan sanitasi ditempat umum di wilayah kerja
Puskesmas II Tambak jauh dari indikator Indonesia sehat 2015 yaitu
62%.
3. Bagian program kesehatan lingkungan Puskesmas II Tambak masih
memiliki kekurangan dalam upaya menggalakkan program hyegiene dan
sanitasi ditempat umum.

24

4. Perlu dilakukan upaya-upaya stretegis untuk dapat meningkatkan jumlah


pemantauan hyegiene dan sanitasi tempat umum di wilayah kerja
Puskesmas II Tambak.
C. Saran
1. Bagi peneliti
Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan dsar dilakukannya penelitian
lebih

lanjut

mengenai

progam

kesehatan

lingkungan

khususnya

penanganan hygiene dan sanitasi di wilayah kerja Puskesmas Tambak II.


2. Bagi DKK
Diperlukan komitmen yang berkesinambungan dalam menangani hyegien
dan sanitasi sehingga tiap program yang dilakukan akan memberikan hasil
yang maksimal.
3. Bagi Puskesmas
a. Diperlukan pendataan sasaran dari program kesehatan lingkungan
yang lebih akurat.
b. Pembentukan kader kesehatan lingkungan tiap desa yang dapat diambil
dari kader Posyandu.
c. Dilakukan penyuluhan berkesinambungan yang ditujukan kepada
seluruh masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
mengenai hygiene dan sanitasi.
d. Untuk mengatasi masalah yang26ditemukan, pihak puskesmas dapat
menciptakan suasana yang menarik dalam kegiatan pemantauan
hygiene dan sanitasi dengan cara memberikan

reward atau

penghargaan khusus bagi petugas kesehatan maupun kader yang di


tunjuk khusus agar dapat meningkatkan kinerja dan kesejahteraan.
4. Bagi masyarakat
a. Masyarakat hendaknya dapat mendukung setiap langkah pemantauan
higiene dan sanitasi yang dilakukan Puskesmas Tambak II untuk
meningkatkan kualitas pola hidup sehat masyarakat.

25

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Sanitasi Dasar
Berbasis Masyarakat. Available at http://www.sanitasi.net/pedomanstbm.html diakses 19 Mei 2014.
Profil

Kesehatan
Jawa
Tangah
Tahun
2008.
Available
at
http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil/profile2004/bab4.htm
diakses 19 Mei 2014

Anda mungkin juga menyukai