PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut Thibaut dan Kelley (2005) Interaksi adalah suatu peristiwa saling
memengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, yang
kemudian mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi
satu sama lain. Jadi, tindakan setiap orang bertujuan untuk memengaruhi
individu lain terjadi dalam setiap kasus interaksi.
terjadi melalui komunikasi: verbal dan nonverbal, tertulis dan tidak tertulis,
terencana dan tidak terencana. Mereka harus memiliki keterampilan komunikasi
yang baik agar efektif dalam berinteraksi. Mereka harus menyadari kata-kata dan
bahasa tubuh yang mereka sampaikan pada orang lain. Ketika perawat
mengemban peran kepemimpinan, mereka harus menjadi efektif, baik dalam
ketrampilan komunikasi verbal maupun komunikasi nun verbal (Kathleen,2007).
Pada tahun 2007, data kunjungan pasien ke Instalasi Gawat Darurat
(IGD) di seluruh Indonesia mencapai 4.402.205 (13,3% dari total seluruh
kunjungan di RSU) dengan jumlah kunjungan 12% dari kunjungan IGD berasal
dari rujukan dengan jumlah Rumah Sakit Umum 1.033 Rumah Sakit Umum dari
1.319 Rumah Sakit yang ada. Jumlah yang signifikan ini kemudian memerlukan
perhatian yang cukup besar dengan pelayanan pasien gawat darurat (Keputusan
Menteri Kesehatan, 2009). Menurut (Liu dkk, 2012). Instalasi Gawat Darurat
sebagai gerbang utama penanganan kasus gawat darurat di rumah sakit
memegang
peranan
penting
dalam
upaya
penyelamatan
hidup
klien.
Penanganan pasien di IGD dilakukan dengan cepat dan tepat tergantung pada
zona apa pasien itu di tempatkan saat itu,pada saat pasien di lakukan tindakan
resusitasi trauma atau non trauma pasti akan ada proses interaksi antara
pasien,keluarga pasien dan perawat atau dengan tenaga kesehatan lainya untuk
melakukan tindakan intervensi. Menurut American jurnal 2001 menyatakan ada
beberapa institusi rumah sakit di USA yang tidak memperbolehkan keluarga
pasien ikut menemani saat pasien di lakukan tindakan resusitasi dengan alasan
keluarga pasien akan shock dengan tindakanya tapi beberapa rumah sakit di
USA juga memperbolehkan keluarga pasien ikut menemani pasien saat tindakan
Dr.Iskak
Tulungagung?
2.3.1 Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi prosedur interaksi antara perawat dengan pasien
dan
Tulungagung
2) Mengidentifikasi prosedur interaksi antara perawat dengan pasien
dan keluarga pasien berdasarkan kritisi jurnal
3) Membandingkan prosedur interaksi antara perawat dengan pasien
dan
dasar
informasi
dan
evidence
based
practice
untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI KOMUNIKASI
Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan
vital dalam
kehidupan manusia.
Dikatakan mendasar
karena setiap
pesan.
Pesan
yang
disampaikan
dapat
berupa
informasi,
2.
3.
4.
Kehidupan di rumah sewaan (di kota besar) dan rumah sederhana (di
desa) : Proses hidup dan kehidupan terbuka
2. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan
cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu
pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa
Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau
information.
3. Media
Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa
pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media
bisa
bermacam-macam
bentuknya,
misalnya
dalam
komunikasi
Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim
oleh sumber. Penerima bisa saja satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai
macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa
Inggrisnya disebut audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah
dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya
sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada sumber. Penerima adalah
elemen penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi
sasaran dari komunikasi.
5. Interaksi
karena
pengaruh
juga
bisa
diartikan
perubahan
atau
macam,
yakni
lingkungan
fisik,
lingkungan
sosial
budaya,
b.
pesan (Goldenberg, 2000). Isi suatu pesan dapat saja berupa pernyataan
sederhana, tetapi mempunyai meta pesan atau intruksi bergantung
pada variable seperti emosi dan alur bicara, gerakan dan posisi tubuh
serta nada suara.
c.
d.
e.
Diuraikan oleh kelompok yang sama dari beberapa ahli teori komunikasi
keluarga (Watzlick, Beavin, & Jackson, 1967) yang disebut prinsip
redundasi (kemubadziran). Prinsip ini merupakan dasar pengembangan
penelitian keluarga yang menggunakan keterbatasan pengamatan
interaksi keluarga sehingga dapat memberikan penghayatan yang valid
kedalam pola umum komunikasi
f.
Dalam
jaringan
komunikasi
menggunakan
saluran
dalam
rasional,
kemampuan
mental
dan
kemampuan
orang lain. Komunikasi ini sering muncul dalam bentuk bungkam, sikap
tidak peduli, tanpa memperhatikan yang diajak berbicara
1.4 PROSES KOMUNIKASI YANG BAIK
Komunikasi
fungsional
dipandang
sebagai
landasan
keberhasilan
berkenaan
dengan
kemampuan
pengirim
dalam
yang
dialaminya.
Agar
terbuka,
pengirim
fungsional
merespon pesan
tersebut.
c) Mengklarifikasi dan mengualifikasi pesan
Karakteristik penting kedua dari komunikasi yang fungsional menurut
Satir adalah pernyataan klarifikaasi daan kualifikaasi. Pernyataan
tersebut memungkinkan pengirim untuk lebih spesifik dan memastikan
persepsinya terhadap kenyataan dengan persepsi orang lain.
atau
pernyataan
memastikan,
pengirim
menunjukkan
Penerima Fungsional
Penerima fungsional mencoba untuk membuat pengkajian maksud suatu
pesa secara akurat. Dengan melakukan ini, mereka akan lebih baik
mempertimbangkan arti pesan dengan benar dan dapat lebih tepat
mengkaji sikap dan maksud pengirim, serta perasaan yang diekspresikan
dalam metakomunikasi. Menurut Anderson (1972), penerima fungsional
mencoba
untuk
mengevaluasi.ini
memahami
berarti
bahwa
pesan
secara
terdapat
penuh
analisis
sebelum
motivasi
dan
yang
akan
merusak
pesan.
Penerima
secara
penuh
pertanyaan
merupakan
bagian
penting
dari
utama
kedua
dari
penerima
fungsional
adalah
menggunakan
validasi
penerima
menyampaikan
mengajukan
pertanyaan,
memperhatikan
dan
mendengarkan
dilakukan
berulang-ulang
dengan
derajat
kebebasan
dan
perasaan cinta antara anak-anak dari ayah dan ibu yang sama. Cinta yang
menandai hubungan persaudaraan itu berdasarkan emosi.Kedekatan intra
anggota keluarga akan membawa dampak bagi keluarga lain.
Sembilan cara untuk merubah pikiran orang tanpa menimbulkan rasa kecewa
dan mendongkol , yaitu :
1. Mulailah dengan memberikan pujian yang ikhlas
2. Jika menunjukkan kesalahan orang, lakukanlah dengan cara yang tidak
langsung
3. Berbicaralah tentang kesalahan diri sendiri, sebelum mengecam orang lain
4. Berilah perintah dalam bentuk usul
5. Usahakan jangan sampai menyinggung perasaan orang
6. Pujilah perbaikan-perbaikan yang bagaimanapun kecilnya dan jika
memberikan pujian lakukan dengan ikhlas
7. Berilah reputasi (nama baik) , supaya ia mempertahankannya
8. Bersikaplah
seolah-olah
kesalahan
mereka
mudah
diperbaiki
dan
lain
dari
komunikasi
disfungsional
oleh
pengirim
adalah
disfungsional
mendiskualifikasi
suatu
dapat
pesan
menerapkan
dengan
pengelakkan
menghindari
isu
untuk
penting.
dalam
bukunya
The
Interpersonal
Communication
Book
tidak ada pemimpin dan pengikut, pemberi pendapat dan pencari pendapat,
tiap orang memainkan peran yang sama.
Komunikasi memperdalam pengenalan satu sama lain, melalui
intensitas, kedalaman dan frekuensi pengenalan diri masing-masing, serta
tingkah laku nonverbal seperti sentuhan dan kontak mata yang seimbang
jumlahnya. Tiap orang memiliki hak yang sama dalam pengambilan
keputusan, baik yang sederhana seperti film yang akan ditonton maupun
yang penting seperti sekolah mana yang akan dimasuki anak-anak, membeli
rumah, dan sebagainya. Konflik yang terjadi tidak dianggap sebagai
ancaman.
Masalah diamati dan dianalisa. Perbedaan pendapat tidak dilihat
sebagai salah satu kurang dari yang lain tetapi sebagai benturan yang tak
terhindarkan dari ide-ide atau perbedaan nilai dan persepsi yang merupakan
bagian dari hubungan jangka panjang. Bila model komunikasi dari pola ini
digambarkan, anak panah yang menandakan pesan individual akan sama
jumlahnya, yang berarti komunikasi berjalan secara timbal balik dan
seimbang.
2. Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)
Dalam pola ini, persamaan hubungan tetap terjaga, namun dalam
pola ini tiap orang memegang kontrol atau kekuasaan dalam bidangnya
masing-masing. Tiap orang dianggap sebagai ahli dalam wilayah yang
berbeda. Sebagai contoh, dalam keluarga biasa, suami dipercaya untuk
bekerja/mencari nafkah untuk keluarga dan istri mengurus anak dan
memasak. Dalam pola ini, bisa jadi semua anggotanya memiliki pengetahuan
yang sama mengenai agama, kesehatan, seni, dan satu pihak tidak dianggap
lebih dari yang lain.
Konflik yang terjadi tidak dianggap sebagai ancaman karena tiap
orang memiliki wilayah sendiri-sendiri. Sehingga sebelum konflik terjadi,
sudah ditentukan siapa yang menang atau kalah. Sebagai contoh, bila konflik
terjadi dalam hal bisnis, suami lah yang menang, dan bila konflik terjadi dalam
hal urusan anak, istri lah yang menang. Namun tidak ada pihak yang dirugikan
oleh konflik tersebut karena masing-masing memiliki wilayahnya sendirisendiri.
3. Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern)
daripada
berkomunikasi,
memberi
wejangan
daripada
Mereka
tidak
tahu
bagaimana
mengeluarkan
pendapat
atau
2. INTERAKSI
orang atau lebih hadir secara bersamaan, mereka menciptakan suatu hasil
satu sama lain atau berkomunikasi antara satu sama lain.
f. Menurut pendapat Gillin, interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial
yang dinamis, dimana menyangkut hubungan antarindividu dan kelompok
atau antarkelompok. Didalam hubungan sosial ini, individu maupun kelompok
bekerja sama atau yang berkonflik, melakukan interaksi baik itu formal atau
tidak formal yang dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
g. Menurut Homans, pengertian interaksi sosial ialah suatu proses dimana
aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberikan
ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu
lain yang menjadi pasangannya. Dalam hal ini, suatu tindakan yang dilakukan
oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu reaksi balasan bagi
tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.
h. Menurut Macionis adalah suatu proses sosial yang menimbulkan rekasi
sebagai akibat daripada aksi yang dilakukan seseorang dalam hubungan
dengan orang lain, dalam hal ini proses bertindak disebut dengan aksi dan
membalas tindakan disebut reaksi.
i. Menurut Walgito, pengertian interaksi sosial ialah hubungan timbale balik
antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Dalam hal ini individu
yang satu dapat mempengaruhi individu lain maupun sebaliknya antara
individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.
Dari pengertian interaksi sosial yang diungkapkan para pakar diatas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian interaksi sosial adalah suatu proses
sosial dimana terjadi hubungan antara individu yang satu dengan yang lainnya,
individu dengan kelompok maupun yang terjadi antara kelompok dengan
kelompok.
Bentuk umum dari proses sosial merupakan interaksi sosial. Interaksi sosial
adalah syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk
khusus dari interaksi sosial. Jadi, pengertian interaksi sosial adalah ubungan
sosial yang dinamis dimana menyangkut hubungan antara orang perorangan,
antar kelompok-kelompok manusia, maupun yang terjadi antara orang
perorangan dengan kelompok manusia.
Jika salah satu syarat tidak dipenuhi, maka tidak dapat dikatakan sebagai
interaksi sosial. Adanya kontak sosial yang terjadi tanpa adanya saling
mengerti maksud atau perasaan masing-masing, maka bukan merupakan
proses interaksi sosial. Jadi disini, interaksi sosial merupakan kontak sosial
yang terjadi, dimana saling mengerti maksud atau perasaan masing-masing.
2.2 CIRI-CIRI INTERAKSI SOSIAL
Ada 4 ciri interaksi sosial, antara lain:
a. Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
b. Terjadinya komunikasi diantara pelaku melalui kontak sosial
c. Mempunyai maksud dan tujuan yang jelas
d. Dilaksanakan melalui suatu pola system sosial tertentu
2.3 MACAM-MACAM INTERAKSI SOSIAL
Menurut Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tida
macam, yaitu :
1. Interaksi antara individu dan individu. Dalam hubungan ini bisa terjadi
interaksi positif ataupun negative.
a. Interaksi positif, jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan
b. Interaksi negative, jika hubungan timbale balik merugikan satu pihak atau
keduanya (bermusuhan)
Contoh interaksi sosial yang terjadi antara individu dengan individu lainnya :
Ketika dua orang bertemu, saling menegur, saling berbicara, atau bahkan
mungkin berkelahi, saling bertemu muka tanpa bericara pun juga disebut
dengan interaksi sosial antara individu.
2. Interaksi antara individu dan kelompok
Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negative. Bentuk
interaksi sosial individu dan kelompok yang bergantung pada situasi dan
kondisinya. Contoh interaksi sosial yang terjadi antara individu dengan
kelompok:
Ketika seorang guru menghadapi murid-muridnya yang merupakan suatu
kelompok manusia didalam kelas, pada taraf pertama akan tampak bahwa
guru mencoba menguasai kelasnya supaya interaksi sosial berlangsung
dengan seimbang. Dalam hal ini terjadi saling pengaruh mempengaruhi
YANG
MENDORONG
TERJADINYA
INTERAKSI
SOSIAL
Menurut Sitorus (2000), berlangsungnya suatu interaksi sosial dapat
didasarkan pada berbagai faktor, antara lain imitasi, sugesti, identifikasi, dan
simpati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah
ataupun saling berkaitan.
1. Imitasi yaitu tindakan meniru orang lain. Salah satu segi positifnya adalah
bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah
dan nilai-nilai yang berlaku
2. Sugesti, sugesti ini berlangsung apabila seseorang memberikan pandangan
atau sikap yang dianutnya, lalu diterima oleh orang lain. Biasanya sugesti
muncul ketika si penerima sedang dalam kondisi yang tidak netral sehingga
tidak dapat berpikir rasional. Biasanya sugesti berasal dari orang-orang
sebagai berikut:
a) Orang yang berwibawa, karismatik dan punya pengaruh terhadap yang
disugesti, misalnya orang tua ulama dsb.
b) Orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada yang disugesti.
c) Kelompok mayoritas terhadap minoritas.
d) Reklame atau iklan media masa.
3. Identifikasi yaitu merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk
menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan).
Kerja sama, Adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
b.
sebagai
manusia
pastinya
tidak
pernah
luput
dari
suatu
permasalahan konflik atau pertentangan. Maka itu, tanpa kita semua sadari
bahwa konflik atau pertentangan termasuk dalam akomodasi. Akomodasi
adalah suatu interaksi sosial yang dilakukan antara individu maupun
kelompok yang bertujuan untuk menyelesaikan suatu pertentangan atau
konflik. Ada beberapa macam bentuk akomodasi, berikut ini adalah
penjelasan singkatnya:
1) Arbitration
Arbitration merupakan suatu pengendalian atau penyelesaian konflik
yang menunjuk pihak ketiga untuk memutuskan konflik atau pertentangan
tersebut. Dalam bentuk ini, pihak yang bertikai berusaha untuk mencari
pihak ketiga untuk mengendalikan konflik tersebut.
2) Mediation
Mediation merupakan penyelesaian konflik yang dilakukan melalui
suatu jasa perantara yang bersikap netral. Pada mediasi, terdapat pihak
yang berusaha untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai antara
dua belah pihak.
3) Coercion
yang
terdapat
dalam
masyarakat. Dalam
bentuk
ini,
2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk bentuk pertentangan atau konflik, seperti :
a. Persaingan
Adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial
tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa
menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.
b. Kontravensi
Adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan
pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang,
baik secara tersembunyi maupun secara terang - terangan yang ditujukan
terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur - unsur
kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi
kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.
c.
Konflik
Adalah
proses
sosial
antar
perorangan
atau
kelompok
masyarakat
2.
Hubungan yang merupakan dasar dari dimulainya hubungan saling percaya dan
kesempatan melakukan kegiatan.
C.
j)
rejek atau diam saat dilakukan intervesi. Pada akhirnya timbul pertanyaan
bahwa ketakutan perawat berhubungan dengan kesehatan status mental
dirinya
m) Pengkajian Diri.
Keuntungan penampilan perawat dipengaruhi oleh jawaban dari pertanyaan di
bawah ini:
Analisis fase pra interaksi sangat diperlukan untuk melakukan tugas
selanjutnya. Yang paling efektif, perawat mampu mempertahankan stabilitas
konsep dirinya dan meningkatkan adekuat harga dirinya. Hubungan yang
konstruktif dengan orang lain dan penampilan yang realistis membantu pasien
untuk meningkatkan kemampuannya. Jika mereka sadar dan kontrol diri baik
akan dapat menampilkan verbal dan non verbal kepada klien dapat dengan baik,
perawat dapat menggunakan fungsi role model dengan baik. Tugas dari fase ini
diharapkan klien mendapatkan informasi yang baik dan perawat mempunyai
perencanaan untuk melakukan interaksi pertama kali dengan klien. Pengkajian
perawat segera dimulai, tetapi pekerjaan yang dilakukan harus berhubungan
dengan apa yang dilakukan pada klien.
2. Fase Introduksi atau Orientasi
Fase
introduksi
merupakan
pertemuan
pertama
antara
perawat
dan klien. Bentuk kontraknya pada fase ini, hubungan dibangun dengan saling
percaya, saling mengerti, kedekatan dan komunikasi terbuka dan bentuk
kontrak dengan klien.
Berikut ini elemen kontrak perawat-klien:
a.
nama individu
b.
c.
d.
e.
tujuan hubungan
h.
dan harapan dari peran. Yang termasuk dalam peran adalah tanggung jawab dan
harapan klien dan perawat, bisa dijabarkan oleh perawat ataupun tidak. Pada
tahap ini juga didiskusikan tujuan hubungan dengan memperhatikan atau fokus
dengan klien dan klien menampilkan kehidupannya dan area konflik.
Kondisi terminasi harus dilakukan pengulangan dan termasuk spesifik lama
waktu, tujuan yang akan dicapai atau perubahan klien terhadappenanganan.
Eksplorasi perasaan yang ditampilkan dari perawat dan klien adalah
perbedaan tingkat ketidak nyamanan dan kecemasan pada fase introduksi.
Perawat harus sadar akan ketakutan dan kecemasan dirinya, tetapi biasanya
pasien sulit untuk menceritakan apa yang dirasakannya kepada orang yang
menolongnya.
Tugas perawat pada hubungan fase orientasi adalah;
dibutuhkan untuk fase orientasi, biasanya klien harus tahu serius dan tidak
penyakit
mentalnya.
Perubahan
staf
akan
memberikan
perubahan
aktual.
Klien menampilkan perilaku yang resisiten selama fase ini sebab bagian ini
merupakan proses penyelesaian masalah. Perkembangan hubungan, dimulai
dengan menanyakan perasaan klien, mengembangkan kemampuan dan
mencarikan jalan keluar demi klien.
4. Fase Terminasi
Terminasi merupakan hal yang sangat sulit tetapi penting pada fase ini
karena merupakan hubungan terapeutik klien dan perawat. Selama fase
terminasi, belajar untuk meningkatkan kemampuan klien dan perawat. Setiap
waktu perubahan perasaan dan memori dan evaluasi secara menyeluruh
sesuai dengan kemajuan dan tujuan yang dicapai klien. Kriteria kerelaan klien
untuk terminasi adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
false
emergency
tetapi
tidak
boleh
mengganggu/
mutu/kualitas
pelayanan
kesehatan
masyarakat
terhadap masalah
keperawatan.
Pemberian
asuhan
keperawatan
ini
dalam
pengambilan
persetujuan
atas
tindakan
aktifitas
yang di lakukan
masalah
(Diagnosa
Keperawatan),
Perencanaan,
b. Tujuan
1. Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya
kesalahan
dalam
melakukan
komunikasi
antara
petugas
benar.
Memastikan komunikasi yang benar dengan pendekatan /
metode SBAR, ketika melakukan pelaporan kondisi pasien atau
iii.
iv.
pemberi perintah
E. TATALAKSANA KOMUNIKASI SERAH TERIMA PASIEN / OPERAN
ANTAR SIFT ATAU ANTAR PETUGAS RUANGAN
1. Lakukan pengkajian ulang
2. Kumpulkan data yang diperlukan
3. Pastikan diagnose medis pasien dan prioritas masalah keperawatan
yang akan dilanjutkan
4. Baca dan pahami catatan perkembangan terkini dari hasil pengkajian
5. Siapkan rekam medis pasien termasuk rencana perawatan harian
6. Lakukan serah terima dengan sift berikutnya atau perawat ruang lain.
Data yang wajib di serah terimakan adalah status kesehatan pasien,
ringkasan asuhan, perkembangan pasien dan rencana asuhan.
7. Petugas / perawat yang di operi wajib mengulangi pesan / read
back, apa yang sudah disampaikan
8. Tanda tangan serah terima pasien
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 KOMUNIKASI BERDASARKAN JURNAL
Kehadiran keluarga pasien selama resusitasi dan prosedur invasif di IGD
masih topik perdebatan. Menurut literatur, sebagian besar lembaga memiliki
implisit atau pedoman yang jelas untuk mengakui atau membolehkan keluarga
pasien, termasuk pemilihan dan persiapan, dukungan, dan Kriteria eksklusi
selama prosedur invasif. Prosedur ini direkomendasikan untuk keluarga pasien
guna melakukan
dilakukan.
Interaksi sosial terutama hubungan atara perawat, pasien, dan keluarga
pasien terdapat banyak variasi dalam 5 kategori dalam jurnal ini. Hal tersebut
dikarenakan perilaku dan pengalaman manusia yang kompleks. Penelitian ini
berpotensi dalam pelayanan perawatan dasar hubungan komunikasi. Hal ini
bermanfaat untuk dasar pengkajian saat monitoring dan penyediaan dukungan
terhadap pasien dan keluarga pasien dalam ruang trauma di IGD.
Dalam jurnal ini, tidak mengamati atau melakukan observasi terhadap
keluarga pasien sebelum keluarga pasien masuk ke ruang trauma. Peneliti tidak
dapat memprediksi anggota keluarga pasien yang mana yang harus diinklusi
atau eksklusi (misal : suami, istri, tante, nenek, dll). Namun, peneliti dapat
mengaplikasikan metode interaksi ini pada hubungan perawat dan keluarga
pasien. Dari hasil penelitian dengan evident case, penggunaan metode empati
tidak sesuai untuk dilakukan pada orang yang sedang dalam tekanan secara
emosional. Dalam jurnal lain (Morse et al., 1998) membahas bahwa metode
carte blanche yang merupakan bentuk dari empati juga tidak sesuai untuk
berinteraksi dengan pasien. Oleh karena itu, peneliti akan menginvestigasi kapan
empati sesuai untuk dilakukan dan kapan empati tidak sesuai untuk dilakukan.
Isu ini sangat penting sehingga menjadi perdebatan dalam perijinan keberadaan
pasien dalam ruang trauma dan kepekaan perawat terhadap anggota keluarga
yang akan kehilangan kontrol emosi.
Strategi komunikasi yang sesuai dan tidak sesuai harus dikaitkan dengan
dasar perawatan kritis di IGD. Sehingga, tenaga medis dapat menghindari resiko
terjadinya perilaku yang tidak diinginkan dari keluarga pasien. Dasar dari hasil
penelitian ini adalah, saat keluarga pasien berada dalam ruang trauma, interaksi
perawat yang harus dilakukan dengan bekal informasi yang lengkap dan perlu
memberikan dukungan moral baik ke pasien maupun ke keluarga pasien.
Dalam jurnal ini, menggunakan model suffering sebagai alat pengukur
untuk menilai, manifestasi perilaku yang ditunjukkan oleh pasien dan keluarga
pasien. Perawat tidak dapat hanya mengkaji secara terus menerus perilaku dari
status emosional pasien, namun juga dapat memilih strategi yang sesuai untuk
mendukung pasien, agar mereka lebih tenang dan tidak cemas.
Setiap keluarga pasien yang masuk ke dalam ruangan trauma ditentukan
oleh terutama kondisi pasien, perilaku, dan sifat dari perawatan. Keluarga pasien
memasuki ruangan di mana pasien dilakukan perawatan, biasanya ketika kondisi
pasien stabil atau beberapa saat sebelum transfer dari unit gawat darurat, pasien
yang tidak sadar, cemas atau takut.
Kasus lainnya adalah pasien anak-anak, satu-satunya kasus di mana
anggota keluarga pasien hadir dari awal adalah ketika anggota keluarga telah
tiba dengan membawa pasien di bagian gawat darurat, kecuali dalam kasus
anak-anak yang anggota keluarga pasien jarang mengakui ketika kondisi pasien
tidak stabil atau ketika pasien mengalami ketakutan.
Hasil pengamatan dari perilaku dan interaksi verbal pasien dan anggota
keluarganya, kita mampu mengklasifikasikan yang kuat/ bertahan
dan yang
memiliki tekanan secara emosional. Orang yang bertahan (salah satu anggota
keluarga atau pasien) dapat diwujudkan berupa: Secara lisan, mereka diam,
hanya mengunakan satu kata atau kalimat singkat, atau tidak memulai
percakapan. Ketika mereka bertemu dan berbicara, intonasi suara mereka
berkurang. Misalnya, jika posisi lengan ketika seorang perawat melakukan
prosedur, posisi itu akan dipertahankan bahkan ketika perawat sudah pindah ke
sisi lain, anggota keluarga biasanya berdiri dengan posisi menggenggam tangan
di belakang badan atau saling memegang pundak.
Sebaliknya, orang-orang yang secara emosional tertekan (anggota
keluarga atau pasien) diluapkan dengan perilaku emosional. Secara lisan,
anggota keluarga diajarkan untuk menenangkan seperti berkata kamu tidak
apa-apa seolah-olah untuk meyakinkan diri pasien oleh anggota keluarga
lainnya. Secara postur, anggota keluarga yang emosionalnya tidak stabil berdiri
dalam posisi membungkuk dengan bahu merendah dan kepala ke bawah, sinyal
kepada orang lain bahwa ia butuh untuk dihibur. Anggota keluarga ini berdiri
dekat satu sama lain, sering dengan memegang pundak untuk saling
memberikan
dukungan.
Perilaku,
anggota
keluarga
muncul
untuk
sedangkan pria lebih mungkin untuk berdiri di kaki atau bahkan pergi dari bed
pasien. Perempuan lebih mungkin untuk menyentuh dan berbicara dengan
pasien, meskipun kadang-kadang perilaku diubah atau berganti-ganti. Misalnya,
seorang ibu menjadi tertekan dan menangis dan menjauh dari sisi tempat tidur,
dan ayah pindah untuk mengambil tempatnya.
2. Patient Failing to Endure (Pasien Gagal Bertahan)
Pasien yang gagal bertahan biasanya sakit atau nyeri yang tidak
terkendali, atau takut. Ketika pasien ketakutan atau di luar kendali, anggota
keluarga tidak selalu masuk ke ruang trauma. Anggota keluarga diizinkan untuk
hadir dengan disamping pasien yang takut atau rasa sakit tak terkendali dan
tekanan emosional. Dalam hal ini, keluarga menunjukka perilaku bertahan dan
bekerjasama dengan perawat untuk membuat pasien bertahan (lihat Tabel).
Perawat mengakui rasa sakit pasien, memberikan penjelasan singkat untuk
prosedur yang tidak menyenangkan, dan melatih pasien untuk bertahan,
menganjurkan pasien untuk bersabar. Perawat disini berperan untuk
menenangkan pasien sekaligus keluarga. Mereka menirukan perawat sebagai
leader dan bicara, ("Tidak apa-apa"), penegasan ("Kami di sini"), dan dorongan
("Santai saja").
Keluarga memperhatikan arahan perawat ("Ambil napas dalam-dalam").
Namun, mereka diam jika pasien bersumpah, berisik, atau menangis, meskipun
mereka kadang-kadang membantu dalam menahan dengan memegang kaki
pasien atau tangan. Banyak anggota keluarga mendekati atau menyentuh pasien
hanya setelah dorongan dari perawat untuk melakukannya. Mereka menyentuh
pasien dengan tepukan pendek, mengusap lengan atau kaki pasien, membelai
dahi pasien atau wajah, atau memegang tangan pasien dengan cara ala
kadarnya. Kebanyakan pasien yang gagal untuk bertahan lebih muda (anak-anak
atau bayi). Interaksi perawat-keluarga pasien berbeda dalam kelompok usia ini.
Anak-anak mengungkapkan perasaan mereka, takut, atau sakit dengan
menangis atau berteriak. Perawat mendorong anggota keluarga untuk tinggal
dan menghibur anak, perawat dan orang tua mengambil isyarat dari satu
sama lain mencoba untuk menghibur anak. Banyak strategi menghibur yang
digunakan;
gangguan,
goyang,
tawar-menawar,
membujuk,
memeluk,
berdiri dibelakang
mereka yang sakit. Mereka tidak membuat percakapan atau kontak mata dengan
anggota keluarga lain, tetapi mereka lebih mempertahankan distance mereka
dan fokus pada teknologi atau peralatan yang ada.
Interaksi triadic ini diarahkan pada anggota keluarga yang memiliki
beban secara emosional dan bukan ke arah pasien. Bahkan perawat
mengarahkan perhatian lebih dan informasi untuk keluarga pasien melalui
pasien sendiri.
4. Patient and Family Enduring (Pasien dan Keluarga Enduring)
Jika pasien dan atau anggota keluarganya semua berada pada keadaan
yang kuat, mereka semua berperilaku tabah. Pasien tenang, mempertahankan
kontrol, dan memasrahkan dirinya untuk perawatan yang diperlukan. Anggota
keluarga berdiri terpisah, kadang-kadang di sisi yang berlawanan dari bed, dan
mengamati pasien, perawat, dan lain-lainnya. Pasien dan anggota keluarga
diam-diam mengamati tindakan perawat, diam-diam mencari petunjuk tentang
kondisi pasien. Pada saat yang sama, perawat mengamati pasien dan keluarga.
Perawat, kadang-kadang memberi pengakuan lisan dan pujian untuk
menguatkan pasien ("Kau gadis yang baik dan berani," "Kau melakukan
dengan baik") dan keluarga mengulangi ("Kami bangga padamu, kau begitu
kuat").
Dalam kategori ini, ketika pasien dan keluarga kuat, interaksi antara
pasien, keluarga, dan perawat hanya minimal. Semua interaksi ditujukan untuk
mendukung perilaku kuat daripada interaksi yang akan memicu pelepasan
beban emosional.
5. RESOLUTION OF ENDURING (PENYELESAIAN MASALAH KRITIS)
Penyelesaian masalah kritis terjadi ketika pasien dalam keadaan stabil
sehingga keluarga tidak perlu memikul lagi beban tentang kondisi pasien. Ketika
keluarga mengetahui mereka tidak perlu lagi untuk khawatir
tentang kondisi
kelurganya membuat mereka sedikit lebih tenang terlihat dari postur tubuh yang
semula tegang bisa kembali rileks, dapat tersenyum, dan mendekat keanggota
keluarga yang lain, berpelukan, saling tertawa dan terkadang diikuti dengan
sedikit air mata bahagia. Jika mampu mereka dapat bercanda dengan kelurga
mereka sambil menunggu dipindah keruangan untuk perawatan selanjutnya.
Kemudian keluarga pasien akan memasuki fase menunggu (waiting mode),
menunggu pasien akan dipindah dari departemen emergensi ke ruangan. Disini
perawat menjadi penuh perhatian ke anggota keluarga pasien, perawat akan
meminta
keluarga
untuk
mengekspresikan
perasaan
mereka
dan
memastikan ke anggota keluarga bahwa ini akan baik baik saja, meminta
keluarga siap untuk menghadapi ini semua sambil menawarkan kopi atau teh.
Adakalanya tindakan perawat ini ditolak oleh keluarga pasien sebelum melakuan
penyelesaian beban dan tekanan. Terkadang perawat sampai harus bertanya
tiga kali ke istri atau keluarga pasien apakah menginginkan minuman dan tidak
mendapakat jawaban.
Setelah kegelisahan berkurang terjadi interaksi kecil antara perawat,
pasien dan anggota keluarga pasien. Anggota keluarga akan mulai merasa
bosan saat terjadi interaksi, beberapa diantara mereka malah membaca buku,
dan sisanya pergi untuk menonton. Fokus anggota keluarga berubah dari focus
ke pasien menjadi ke diri mereka masing masing. Terkadang mereka melirik ke
ruang trauma mengamati waktu dan berencana melakukan aktifitas mereka,
termasuk bekerja dan mengurus anak jika melihat kondisi pasien baik baik saja.
Beberapa menginggalkan pasien untuk menelepon teman atau pergi ke kantin,
keluarga merasa tidak perlu ada yang di waspadai
ketika sudah melewati masa kritis dan mereka merasa bebas untuk
meninggalkan pasien dan kembali ke aktivitas mereka.
interaksi antara perawat dengan pasien dan keluarga pasien semakin sedikit.
Para perawat tidak perlu lagi khawatir atau waspada dengan kondisi pasien dan
hanya perlu memantau kondisi pasien di monitor dan dapat meninggalkan
ke pasien lain.
Dua pengecualian untuk pola-pola ini telah dicatat. Yang pertama terjadi
ketika anggota keluarga seorang pasien tidak asing lagi dengan lingkungan
rumah sakit; kedua terjadi ketika pola dan respon terhadap tekanan emosional
dan bertahan dalam triad yang tidak sinkron.
Dalam beberapa kasus, angota keluarga seorang pasien merasa nyaman
dengan lingkungan rumah sakit atau Unit Gawat Darurat (UGD) karena riwayat
penerimaan pasien yang sebelumnya dan alur perjalanan penyakit pasien.
Beberapa dari mereka menggambarkan diri mereka sebagai pengunjung tetap
atau telah akrab dengan UGD. Anggota keluarga lainnya adalah petugas
kesehatan dan akrab dengan rumah sakit. Pada saat memasuki ruangan trauma
untuk pertama kalinya, anggota keluarga tersebut berjalan dengan rasa yakin,
biasanya dengan percaya diri mereka langsung menuju ke kepala perawat tanpa
bimbingan. Sesekali ketika menjaga pasien, mereka sering pergi atau berdiri
dengan para staf perawat, walaupun mereka tidak dikenal sebagai seorang
karyawan di sana. Anggota keluarga yang seperti ini terlihat nyaman dengan
staf perawat dan peralatan rumah sakit, dan, sesekali, mengurus, seperti
memasang alat oksigen, menginformasikan kepada perawat tentang kebutuhan
pasien, atau mencari linen atau kain untuk membasuh pasien.
Perlu diperhatikan, ketika kondisi seorang pasien memburuk, perubahan
sering menyebabkan hilangnya rasa percaya diri keluarga untuk bertahan. Disaat
seperti ini, anggota keluarga mudur atau meninggalkan sisi tempat tidur. Hanya 2
KOMUNIKASI
EFEKTIF
DENGAN
PASIEN
DAN
KELUARGA DI RS DR.ISKAK
1. Perawat/bidan melakukan cuci tangan 6 langkah secara benar
2. Perawat atau bidan mengucapkan salam
3. Perawat/bidan menyebutkan nama dan unit kerjanya
4. Perawat/bidan memberitahukan maksud dan tujuan dalam memberikn
informasi
5. Perawat/bidan memberikan kesempatan kepada paien dan keluarga
untuk bertanya tentang segala sesuatu yang tidak dimengerti dan
meyebabkan kekhawatiran
6. Perawat/bidan mengucapkan salam meninggalkan
7. Perawat/bidan melakukan cuci tangan 6 langkah secara benar
B. PROSEDUR KOMUNIKASI PELAPORA HASIL PEMERIKSAAN PASIEN
DENGAN NILAI KRITIS
1. Petugas mengucapkan salam
2. Petugas memperkenalkan diri : nama (petuga kesehatan), dari ruang/
instalasi mana
3. Petugas melaporkan hasil nilai kritis saat ini
4. Setelah menerima pesan nilai kritis, perawat/dokter melakukan
pengulangan ucapan (read back) dari pemberi peritah/pesan
5. Petugas member perintah/pesan memberikan konfirmasi ya benar
setelah penerima pemerintah mengulangi ucapan (read back)
pemberi perinta secara benar
C. KOMPONEN EDUKASI PASIEN DAN KELUARGA
Program edukasi
Bidang disiplin
Medis
( ) rencana pengobatan
Medis
Keperawatan
Farmasi
( ) rencana perawatan
Keperawatan
( ) manajemen nyeri
Keperawatan
( ) Perawatan luka
Keperawatan
( ) diet/nutrisi
Farmasi
( ) teknik rehabilitasi
Rehabilitasi medis
Keperawatan
Keperawatan
Keperawatan
Keperawatan
RESPON
1
2. peragaan
3. selebaran
4. audio visual
Dapat
menjelaskan
apa
yang
telah
1. Fase pra interaksi (sebelum bertemu dengan pasien atau keluarga), meliputi:
Perawat melihat catatan atau rekaman medik sebelum bertemu klien,
mempersiapkan alat-alat yang
maupun dokter.
c. Berusaha mengetahui kondisi pasien melalui komunikasi dengan
memberi kesempatan kepada pasien untuk menjelaskan kondisinya.
Dengan demikian perawat dapat menyimpulkan tindakan apa yang perlu
diambil berdasarkan pada keluhan yang disampaikan oleh pasien.
d. Memberikan salam atau sapaan, seperti Selamat pagi! Bagaimana
tidurnya kemarin?
e. Berjabat tangan atau sentuhan. Meskipun tidak selalu dilakukan karena
alasan pasien memiliki penyakit menular minimal perawat sesekali
menyentuh badan pasien.
f.
melakukan
tindakan
keperawatan
perawat
kadang
memberikan pujian jika pasien mau menuruti apa yang dianjurkan. Ketika
akan mengakhiri kegiatan, perawat menanyakan lagi perasaan pasien
setelah dilakukan tindakan medis. Namun tidak semua perawat memanggil
nama pasien, atau berjabat tangan. Selain itu tidak semua perawat juga
menanyakan
kondisi
perasaan
pasien.
Dalam
fase
ini
perawat
berisik,
atau
menangis,
meskipun
mereka
kadang-kadang
keluarga
pasien,
perawat
akan
meminta
keluarga
untuk
perawat
ini
ditolak
oleh
keluarga
pasien
sebelum
melakuan
penyelesaian beban dan tekanan. Namun hal ini belum bisa di implementasikan
dalam proses keperawatan disini terkait jumlah perawat yang tersedia hanya
berfokus untuk merawat pasien, berbeda dengan di luar negeri yang tugas
masing-masig perawat sudah jelas.