Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TEORI & KONSEP


A. DEFINISI
Ketuban pecah dini (KPD) / Premature Rupture of Membrane (PROM)
adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan dan
ditunggu satu jam sebelum inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini
terjadi pada kehamilan atrem lebih dari 37 minggu, sedangkan kurang dari
36 minggu tidak terlalu banyak. (Manuba, 2009). Normalnya selaput
ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala II persalinan. KPD adalah
pecahnya ketuban sebelim inpartus yaitu bila pembukaan pada primi < 3
cm dan pada multipara < 5 cm.
Arti klinis ketuban pecah dini :
1. Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka
kemungkinan terjadi prolaps tali pusat atau kompresi tali pusat menjadi
membesar
2. Pristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil atrem dengan bagian
terendah yang masih belum masuk pintu atas panggul seringkali
merupakan tanda adanya gangguan keseimbanagn febo pelvic
3. KPD sering kali diikuti dengan adanya tanda tanda persalinan sehingga
dapat memicu terjadi persalianan preterm dengan segala akibatnya
4. Pristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam (prolonged rupture of
membrane) seringkali disertai dengan infeksi intrauterine dengan segala
akibatnya
Peristiwa KPD dapat menyebabkan oligohidramnion dan dalam
jangka panjang kejadian ini akan menyebabkan hilangnya fungsi amnion
bagi pertumbuhan dan perkembanagn janinPengertian lain adalah disebut
ketuban pecah dini jika ketuban yang pecah sebelum dilatasi serviks
mencapai 5cm (Geri & Carole, 2009).
B. EPIDEMIOLOGI DAN KLASIFIKASI
EPIDEMIOLOGI
Insiden KPD berkisar antara 8-10 %dari semua kehamilan. Pada kehamilan
aterm insidennya bervariasi antara 6-9%, sedangkan pada kehamilan
preterm insidennya 2% dari semua kehamilan. Menurut WHO pada tahun
2010, memperkirakan angka kematian ibu lebih dari 300-400/100.000
kelahiran hidup, yang disebabkan oleh perdarahan 28%,KPD 20%,
eklampsia 12%, abortus 13%, partus lama 18%, penyebab lain 2%. Angka
kematian ibu di Indonesia masih yang tertinggi di ASEAN, yaitu
230/100.000 kelahiran hidup. Filipina 200/100.000 kehamilan hidup,

sedangkan Vietnam 130/100.000 kelahiran hidup, Singapore 15/100.000


kelahiran hidup. Angka kematian ibu di provinsi Jambi pada tahun 2010
yaitu 116/100.000 kelahiran hidup dengan penyebab perdarahan 72
orang, KPD 30 orang. Berdasarkan catatan medis di RS Jambi Raden
Mattaher,

pada

bulan

terakhir

jumlah

pasien

KPD

sebanyak

21

orang,dengan perincian bulan November 2011- Januari 2012 sebanyak 12


kasus, bulan februari-Juli 2012 sebanyak 9 kasus.
KLASIFIKASI
1. PROM (Premature Rupture of Membrane)
Ketuban pecah saat usia kehamilan 37 minggu. Pada PROM
penyebabnya mungkin karena lemahnya membrane amnion secara
fisiologis. Kondisi klinis seperti inkompetensi serviks dan polihidramnion
telah diidentifikasi sebagai factor risiko yang jelas dalam beberapa kasus
ketuban pecah dini. Untuk penanganannya melalui seksio sesarea.
(Sarifuddin. 2002)
2. PPROM (Preterm Premature Rupture of Membrane)
Kelainan ketuban pecah dini premature (PPROM) mendefinisikan
rupture spontan membrane janin sebelum mencapai umur kehamilan 37
minggu dan sebelum onset persalinan. Pecah tersebut kemungkinan
memiliki

berbagai

penyebab

namun

banyak

yang

percaya

infeksi

intrauterine menjadi salah satu predisposisi utama.


Sebuah tinjauan ilmiah penyebab PPROM didefinisikan penyebab
potensial banyak dalam kasus tertentu. Ini termasuk penurunan umum
dalam kekuatan peregangan membrane amnion, penurunan kolagen
cairan ketuban dan perubahan dalam struktur kolagen, iritabilitas uterus,
apoptosis, degradasi kolagen dan peregangan kolagen. Pada jaringan
Membrane Fetal Membrane Unit (MFMU) menemukan bahwa factor risiko
PPROM

adalah

PPROM

sebelumnya,

fibronektin

janin

positif

pada

kehamilan 23 minggu dan leher Rahim pendek (<25 mm) pada kehamilan
23 minggu. Untuk penatalaksanaannya dirawat di Rumah Sakit, tunda
persalinan, berikan antibiotic. (Manuaba, dkk. 2009)
PROM / KPD dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Early PROM : Kelahiran pada PROM yang terjadi kurang dari 12
jam setelah terjadi PROM
2. Prolonged PROM : Kelahiran pada PROM yang terjadi lebih dari
12 jam setelah terjadi PROM
C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Penyebab KPD menurut Manuaba, 2009
Serviks inkompeten yg menyebabkan dinding ketuban paling bawah
mendapat tekanan yang tinggi

Faktor keturunan ( defisiensi ion CU serum rendah, vit C rendah, kelainan

genetik)
Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban seperti infeksi genetalia

sampai meningkatnya enzim proteolitik.


Multipara, grandemultipara
Pada kehamilan yang terlalu

sering

mempengaruhi

proses

embriogenesis sehingga selaput ketuban yang terbentuk lebih tipis

sehingga ketuban pecah sebelum tanda-tanda in partu


Kelainan letak yaitu lintang sungsang
Pendular abdomen atau perut gantung
Riwayat sebelumnya KPD dua kali atau lebih
Merokok selama kehamilan
Rokok, merokok pada ibu hamil penyebabkan jandungan tembakau
yang ada pada rokok dapat menurunkan konsentrasi asam askorbat. Asam
askorbat sangat penting dalam struktur triple heliks pada kolagen (Geri &

Carole, 2009).
Kehamilan kembar (gemelli)
Kehamilan kembar (gemelli) dapat memberikan risiko yang lebih
tinggi baik bagi janin maupun ibu.

Wanita dengan kehamilan kembar

berisiko tinggi mengalami KPD. Hal ini biasanya disebabkan oleh


peningkatan

massa plasenta dan produksi hormon yang dapat

memungkinkan ketegangan rahim meningkat sehingga sewaktu-waktu


selaput

ketuban dapat pecah secara tiba-tiba yang dapat diidentifikasi

sebagai KPD (Varney. 2008).


Infeksi vagina/serviks
Di Amerika Serikat 0,5% 7% wanita hamil didapatkan menderita
gonorea. Meningkatnya kasus gonore dalam kehamilan setara dengan
peningkatan

kejadian

korioamnionitis,

ketuban

dan

pecah

terjadinya

dini

sepsis

dalam

kehamilan,

pada

neonatus.

(Rachimharihi.2005). Infeksi Clamidydia trachomatis merupakan penyebab


akibat hubungan seksual yang kejadiannya semakin tinggi, kejadian
infeksi ini pada serviks wanita hamil yaitu 2-37%. Beberapa penelitian
menunjukkan berbagai masalah meningkatnya risiko kehamilan dan
persalinan pada ibu dengan infeksi ini. Misalnya dapat menimbulkan
abortus,

kematian

terhambat,

ketuban

janin,
pecah

persalinan
sebelum

preterm,
waktunya

pertumbuhan
serta

janin

endometritis

postabortus maupun postpartum (Rachimharihi.2005) Penyakit bacterial


vagionosis (BV) dahulu dikenal dengan sebagai vaginitis nonspesifik atau
vaginitis yang disebabkan oleh Haemophilus/ Gardnerella vaginalis. Dalam
kehamilan, penelitian membuktikan bahwa BV merupakan salah sate

factor

pecahnya

selaput

ketuban

pada

kehamilan

dan

persalinan

premature (Rachimharihi,2005). Streptokokus grup B (GBS) adalah bakteri


gram positif betahemolitikus yang umumnya ditemukan dalam saluran
cena. Diperkirakan 10 30% wanita hamil memiliki penyakit GBS pada
vaginan

dan

rectum.

GBS

dapat

menyebabkan

korioamnionitis,

endometritis, infeksi saluran kemih, dan infeksi luka, dan hal itu miliki
kaitan dengan persalinan premature dan dengan pecah ketuban dini pada

persalinan premature (Helen,Varney. 2008).


Faktor golongan darah
Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat
menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit

ketuban.
Trauma abdomen
Kadar Corticotropin Releasing Hormone (CRH) maternal tinggi bisa

menyebabkan ibu hamil stress


Kelebihan berat badan selama kehamilan
Penambahan berat badan yang sedikit

morgan.2009)
Usia <20 tahun, termasuk usia yang terlalu muda dengan keadaan uterus

yang kurang matur untuk melahirkan, sehingga rentan mengalami KPD


Pekerjaan : Pola pekerjaan ibu hamil berpengaruh terhadap kebutuhan

selama

kehamilan.

(geri

energi. Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dapat mengakibatkan
kelelahan. Kelelahan dalam bekerja menyebabkan lemahnya korion
amnion. Hasil penelitian menyatakan bahwa ibu yang bekerja >40
jam/minggu dapat meningkatkan resiko sebesar 1,7 kali mengalami KPD
(Nurhadi,2006)
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut mansjoer, 2001 manifestasi klinis ketuban pecah dini adalah :
1. Keluarnya air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning atau
kecoklatan sedikit atau sekaligus banyak, keluarnya terasa nyeri pada
2.
3.
4.
5.

perut
Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
Janin mudah diraba
Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah bersih
Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada

dan air ketuban sudah kering.


6. Jika penyebab KPD adalah infeksi maka terjadi peningkatan nadi >
100x/m, DJJ > 160x/m, dan ibu mengeluh nyeri pada perut bagian bawah
ketika disentuh.
E. PATOFISIOLOGI
(Terlampir)
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Diagnosis KPD dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik,


dan pemeriksaan laboratorium :
1. Anamnesis
Pasien merasa basah pada vagina/ mengeluarkan cairan yang
banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir (Chan, 2006)
2. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan
vagina.

Bila ketuban baru pecah dan lahir ketuban masih

banyak, pemeriksaan ini lebih jelas


3. Pemeriksaan inpekulo
Yang dinilai dari pemeriksaan ini adalah keadaan umum
serviks, pooling pada cairan amnion dari forniks posterior
mendukung

untuk mempermudah melihat pooling). Cairan

amnion di konfirmasikan dengan nitrazine test, tes pakis


(melakukan

pemeriksaan

mikroskopis

dari

cairan

yang

diambil dari foniks posterior).


4. Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan alpha- fetoprotein (AFP) konsentrasi tinggi di
dalam cairan amnion tapi di semen dan urine
- Pemeriksaan darah lengkap dan kultur urinalisis
- Tes pakis
- Tes lakmus
5. Pemeriksaan USG
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk melihat jumlah
cairan ketuban dalam cavum uteri. Pada KPD jumlah cairan
ketuban sedikit (oligohidramnion/anhidramnion). Selain itu
dinilai Amniotic Fluid Index (AFI), presentasi janin, berat janin,
dan usia janin. Pemeriksaan USG berguna menegakkan
diagnosa KPD.
Pemeriksaan lainnya adalah pemeriksaan histopatologi air
ketuban (Rustam Mochtar 1998: 256). Penilaian klinik KPD :
a. Tentukan pecahnya selapu ketuban. Di tentukan dengan
adanya cairan ketuban dari vagina. Jika tidak ada dapat
dicoba dengan gerakkan sedikit bagian terbawah janin
b. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan USG
c. Tentukan ada tidaknya infeksi
d. Tentukan tanda-tanda in partu : kontraksi teratur, periksa
dalam dilakukan bila akan di lakukan penanganan aktif
(erminasi kehamilan) untuk menilai skor pelvik
Vaginal fluid fernig adalah pemriksaan lain yang bisa dilakukan pada
pasien KPD. Caranya adalah dengan mengumpulkan cairan dengan
vaginal pooling, tempatkan pada gelas pemeriksaan, dan keringkan

selama 10 menit. Keakuratan dari tes ini untuk deteksi cairan amnion
adalah 84- 100%, sedangkan sensivitasnya 100% (Bennet Am J Perinatol
1993 10 (2) : 101-4)
Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah akan menjadi
biru karena menunjukkan adanya ketuban yang bersifat alkalis. pH air
ketuban 7-7,5, darah dan infeksi vagina dapat menunjukkan tes (+) palsu.
Tes mikroskopik (tes pakis) dengan meneteskan air ketuban pada gelas
objek dan dibiarkan kering. Peemeriksaan mikroskopik dapat menunjukkan
gambaran daun pakis.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Penatalaksanaan konservatif
1. Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24-72 jam setelah ketuban
pecah
2. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukkan ke
vagina , kecuali spekulum steril; jangan melakukan pemeriksaan
vagina
3. Saat menunggu, tetap pantau pasien dengan ketat
a. Ukur suhu empat kali sehari; bila suhu meningkat secara signifikan,
dan/ atau mencapai 38oc, berikan 2 macam antibiotik dan pelahiran
harus diselesaikan
b. Observasi rabas vagina : bau menyengat, porulen atau tampak
kekuningan menunjukkan adanya infeksi
c. Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas serta laporkan perubaa
apapun
b. Penatalaksanaan agresif
1. Jel prostaglandin atau

misoprostol

(meskipun

tidak

disetujui

pengunaannya) dapat diberikan setelah konsultasi dengan dokter


2. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak
berespon
3. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak
ada tanda mulai pemberian pitocin
4. Berikan cairan per iv, pantau janin
5. Peningkatan risiko seksio secaria bila induksi tidak efektif
c. Penatalaksanaan persalinan lebih dari 24 jam setelah ketuban pecah
1. Persalinan spontan
a. Ukur suhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila ada
demam
b. Anjurkan pemantauan janin internal
2. Induksi persalinan
a. Lakukan secara rutin setalh konsultasi dengan dokter
b. Ukur suhu tubuh setiap 2 jam

c. Antibiotik : 1-2 g ampisilin per iv atau 1-2 g Mefoxin per iv setiap 6


jam sebagai profilaksis. Beberapa panduan lainnya menyarankan
untk mengukur suhu ibu dan DJJ untuk menentukan kapan antibiotik
mungkin diperlukan

Penanganan ketuban pecah dini dirumah

1. Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina, segera hubungi
dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke rumah sakit
2. Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air yang
keluar
3. Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah infeksi,
jangan berhubungan seksual atau mandi berendam
4. Selalu membersihkan dari arah depan kebelakanng untuk menghindari
infeksi dari dubur
5. Jangan coba melakukan pemeriksaan dalam sendiri
H. KOMPLIKASI DAN PENCEGAHAN
KOMPLIKASI
Terhadap Janin :
Walau ibu belum menunjukkan tanda gejala infeksi, tetapi janin
sudah terkena infeksi karena infeksi intrauteri lebih dahulu. Dapat
terjadi infeksi bahkan sepsis. Sepsis neonatrum adalah infeksi aliran
darah yang bersifat invasif, ditandai dengan ditemukannya bakteri
dalam darah, sum-sum tulang atau air kemih. KPD sebelum usia 37
minggu menyebabkan distress pernafasan pada janin yang terjadi 1040% bayi baru lahir. Terjadi prolaps tali pusar. Resiko kecacatan dan
kematian

janin

meningkat

pada

KPD

preterm.

Hipoplasia

paru

merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD. Kejadian mencapai

100 % apabila KPD preterm terjadi pada usia 25 minggu kehamilan.


Terhadap Ibu :
Terjadi infeksi
intrapartum, puerpuralis, peritonitis dan
septikemia, dry labour/ olighohidromion karena air ketuban kering
sehingga persalinan kering. Infeksi tersebut akan meninggkan angka
kematian pada ibu. Menurut Chan 2006 pasien akan mengalami infeksi

baik korioamnionitis, endometritis dan sepsis


Fetal hipoksia atau afiksia
Saat terjadi KPD, maka cairan yang

membuat

bayi

tetap

mengapung dalam uterus berkurang. Hal tersebut menyebabkan bayi


terbentur dinding uterus. Hal tersebut dapat menyebabkan umbilical
cord prolapse sehingga fetus kekurangan oksigen dan meningkatnya

produksi CO2
Placental abruption
Kejadian ini dapat

terjadi

ketika

penyebab

KPD

adalah

overstretched uterus. Hal tersebut menyebabkan pemisahan premature

antara uterus dengan placenta


Deformitas fetal limbs
Hal ini disebabkan karena cairan amnion berkurang sehingga fetus
terbentur dinding uterus. Tulang fetus yang belum sempurna tidak

mampu menahan tekanan tersebut sehingga bisa terjadi deformitas


lengan / tungkai
Prematuritas
Kelahiran bayi yang beratnya < 2500 gr pada usia kehamilan
< 37 minggu
PENCEGAHAN :
1. Obati infeksi gonokokus, klamdia dan vaginosis bakterial
2. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung usaha
untuk mengurangi atau berhenti
3. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil
4. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trimester akhir bila
ada faktor predisposisi
5. Mengurangi aktivitas/ istirahat cukup pada trimester kedua/ awal
trimester ketiga.
6. Pemeriksaan kehamilan secara teratur, memeriksakan kedokter jika
ada temuan abnormal di daerah kemaluan
7. Hindari stress pada ibu hamil
8. Konsumsi Vitamin C 100 mg secara teratur saat usia kehamilan >20
minggu
9. ASKEP
Trigger
Ny. P usia 25 tahun G1 P0000 Ab000 usia kehamilan 37 minggu datang ke
RS dengan keluhan keluar cairan berwarna keruh merembes dari jalan lahir sejak
kemarin pagi. Pasien mengatakan sejak keluar cairan dari jalan lahir Ny. P tidak
berani beraktivitas berat, pasien hanya tiduran sepanjang hari. Pasien mengeluh
badannya demam, saat di RS hasil pemeriksaan perawat di dapatkan TD 120/80
mmHg, RR 18x/m, T 39C, DJJ 120x/m, pasien tidak merasakan his. Hasil
pemeriksaan cairan manion menujukka PH netral dan warna keruh. Pasien
tampak tegang, penurunan konsentrasi, pucat dan gelisah. Berdasar anamnesa
perawat, pasien mengatakan jarang kontrol kehamilan ke puskesmas.
1. Pengkajian
1. Identitas Klien
- Nama
: Ny. P
- Usia
: 25 tahun
- Agama
: tidak terkaji
- Pendidikan : tidak terkaji
- Pekerjaan : tidak terkaji
- Alamat
: tidak terkaji
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengeluh keluar cairan berwarna keruh merembes dari jalan
lahir sejak kemarin pagi
b. Riwat kesehatan sekarang

Klien mengeluh keluar cairan berwarna keruh merembes dari jalan


lahir sejak kemarin pagi, klien tidak berani beraktivitas berat, hanya
tiduran sepanjang hari, klien mengeluh badannya demam
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Tidak terkaji
d. Riwayat kesehatan
Tidak terkaji
e. Riwayat prenatal
- GPA
: G1PooooAbooo
- Riwayat pengunaan Kontrasepsi
: tidak terkaji
- Riwayat menstrusi
: tidak terkaji
- Riwayat perkawinan
: tidak terkaji
- Riwayat kehamialn sekarang
Usia kehamialn : 37 minggu
Tes kehamilan : + hamil
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Penampilan : klien tampak tegang, penurunan konsentrasi, pucat

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

i.
j.

dan gelisah
Kesadaran : composmentis
Tanda tanda vital
TD
: 120/80mmHg
N
: 98 x/menit
S
: 390C
RR
: 18 x/menit
Rambut dan kulit kepala : tidak terkaji
Muka
: tidak terkaji
Mata
: tidak terkaji
Hidung
: tidak terkaji
Leher
: tidak terkaji
Dada
: tidak terkaji
Abdomen
: tidak terkaji
Pemeriksaan liopoid
: - DJJ : 120 x/menit
- his : tidak ada his
Genetalia
Tungkai

: tidak terkaji
: tidak terkaji

4. Aktivitas sehari hari


1. Pola nutrisi
: tidak terkaji
2. Pola hygiene
: tidak terkaji
3. Pola eliminasi
: tidak terkaji
4. Pola istirahat / tidur
: tidak terkaji
5. Pola aktivitas
: tidak terkaji
5. Aspek Psikologis
: tidak tekaji
6. Aspek Spiritual
: tidak terkaji
7. Penegtahuan klien dan keluarga tentang kehamilan : klien mengatakan
jarang kontrol ke puskesmas
8. Pemeriksaan cairan amnion : pH netral dan warna keruh
2. Analisa Data

Data
DS :
-

Klien

mengeluh

keluar cairan dari


-

jalan lahir
Klien
mengeluh

merasa demam
Klien tidak merasa
adanya his

DO :
-

Tampak

cairan

merembes
-

dari

jalan lahir
Cairan
berwarna
keruh dengan pH
netral

Pasien

tidak

beranni

hubungan ibu/janin

dengan flora normal dan


pH yang ada di vagina

Ketuban keruh dan pH


netral

Resiko gangguan
Ansietas

Air ketuban merembes

beraktivitas, hanya
tidur

malalui jalan lahir

DO :
Pasien

Masalah Keperawatan
Resiko
gangguan

proses persalinan

Stress

Selaput amnion lemah

Ketuban pecah dini

Ketuban bercampur

hubungan ibu/janin
KPD

DS :
-

Etiologi
Kehamilan yang pertama

Kekhawatiran akan

Tidak berani beraktivitas


tampak

penurunan

tegang,

konsentrasi,

gelisah dan pucat

Kecemasan terhadap
kondisi janin

Ibu tampak gelisah,


pucat, tegang dan
penurunan konsentrasi

DS : Ny.P usia 25 tahun,


usia

kehamilan

37

minggu

datang

RS

dengan

keluhan

ke

keluar

cairan dari jalan lahir


DO : hasil pemeriksaan

Ansietas
Infeksi bakterial

Aktivasi monosit /
makrofag

IL I dan IL VI

Elastase leukosit PMN

Resiko Infeksi

cairan

amnion

menunjukkan PH netral
berwarna

keruh,

suhu

pasien meningkat pada


pemeriksaan TTV

Memecah kolagen tipe III

Infiltrasi leukostit ke kulit


ketuban

Pengurangan kolagen
tipe III

Melemahnya selaput
ketuban

PROM

Cairan merembes melalui


jalan lahir

Jalan lahir terkontaminasi


bakteri

Resiko infeksi pada bayi

3. Diagnosa Keperawatan & Prioritas Diagnosa


1. Resiko gangguan hubungan ibu/janin b.d PROM
2. Ansietas b.d status kesehatan d.d gelisah,

tegang,

penurunan

konsentrasi, pucat
3. Resiko infeksi b/d ketuban pecah dini d/d keluarnya cairan berwarna
keruh dari jalan lahir.
4. RENPRA
Diagnosa

NOC

Keperawatan
Resiko
gangguan

Setelah dilakukan tindakan

hubungan

keperawatan selama 1 jam

b.d PROM

ibu/janin

gangguan

ibu

NIC

dan

janin

tidak terjadi dengan kriteria


hasil :
MATERNAL

Indicator Stages
1 2 3 4 5
s
1. Tidak

peruba
han

status membrane
amnion
2. Lakukan

cervical

exam,
STATUS

INTRAPARTUM

ada

Labor suppression
1. Menentukan

adanya

kajia
bukann

dan posisi serviks


3. Palpasi
posisi
fetus
4. Monitor DJJ
5. Diskusikan untuk
bedrest
pembatasan

dan

atau

aktifitas

selama

klien

fase akut supresi

nyama

kelahiran
Labor induksi

n
denga

1. Monitor

sebelum diinduksi
2. Tentuakn
indiksi

keadaa

untuk

TTV

janin

dilakuakn

induksi
3. Monitor efek samping

cairan
ketuba

penggunaan

n yang

obat

induksi untuk cervix


4. Kolaborasikan

merem

pemberian oksitosin

bes
2. Pasien

IV dengan dokter
5. Monitor
efek

dapat

samping

meras

keberhasilan induksi

akan
adany
a his
4 = mild deviation from
normal range
FETAL
STATUS

INTRAPARTUM
Indicato
rs
1. DJJ

Stages
1 2 3 4 5

(120160
bpm)
2. Tidak
ada
perub
ahan
warna
cairan
amnio
n

dan

4=

mild

deviation

from

normal range
Ansietas b.d status

Setelah

kesehatan

keperawatan selama 1x24

gelisah,

d.d
tegang,

dlakukan

jam,

asuhan

ansietas

penurunan

berkurang dengan KH :

konsentrasi, pucat

ANXIETY LEVEL
Indicators
1. Difficult

klien

1. Assesses

for

verbal

and

non

verbal

signs

anxiety
2. Use

Stages
1 2 3 4 5

of

calm,

reassuring
approach
3. Provide

factual

information

concent

concerning

rating
2. Panic

attack
3. Increase

diagnosis,
treatment

and

procedure
4. Encourage

pulse
rate
1.
2.
3.
4.
5.

Anxiety Reduction

to

family

stay

with

patient
5. Teach patient

Severe
Substantial
Moderate
Mild
None

use

to

distraction

technique

and

relaxation
progressive

Resiko

infeksi

b/d

Setelah dilakukan tindakan

Infection Control

ketuban pecah dini

keperawatan selama 2x24

1. Berikan

ruangan

d/d keluarnya cairan

jam,

khusus

untuk

berwarna keruh dari

resiko infeksi dengan KH :

jalan lahir

RISK

klien

terhindar

dari

CONTROL

meminimalkan
:

INFECTIOUS PROCESS

terjadinya infeksi
2. Batasi
jumlah
pengunjung

Indicator
s
4. Mainta
in

clean
enviro

Stages
1 2 3 4 5

yg

masuk
3. Monitor tanda dan
gejala infeksi
4. Anjurkan
klien
untuk bedrest.
5. Anjurkan
klien
untuk

banyak

mengkonsumsi air

nment
5. Takes

putih.
6. Ajarkan

immedi

untuk

ate

klien
perineal

hygiene.
7. Berikan antibiotik,

action

jika diperlukan
8. Anjurkan
pasien

to
reduce

untuk

risk
6.
Uses

istirahat

dengan cukup
9. Ajarkan
pasien

univers

untuk

al

selalu

meenjaga

precaut

kebersihan

ions
4 = often demonstrated
5=

perineal

consistently

demonstrated

selama

kehamilan
10.Anjurkan
pasien
untuk bedrest

1. Diagnosa: Resiko gangguan hubungan ibu dan janin berhubungan dengan


komplikasi pada kehamilan (KPD) ditandai dengan keluar cairan amnion
melalui jalan lahir.
Tujuan : Setelah diberi asuhan keperawatan 2x24 jam risiko terjadinya
gangguan ibu dan janin dapat berkurang.
Kriteria Hasil:
Maternal status: Intrapartum
Indikator hasil
Coping with discomforts of
labor
Use of techniques to facilitate
labor
Radial pulse rate

Fetal status: Intrapartum


Indikator hasil
Amniotic fluid color

Amniotic fluid amount

Fetal position

Keterangan:
1.
Severe deviation from normal range
2.
Substantial deviation from normal range
3.
Moderate deviation from normal range
4.
Mild deviation from normal range
5.
No deviation from normal range
Intervensi:
Labor Supression
-

Review history for risk factors commonly related to preterm labor (eg.
Multifetal pregnancy, anomalies, prior history of preterm birth, early
cervical range, and uterine irritability)
Determine status of amniotic membranes
Palpate fetal position, station, presentation
Position mother laterally of optimize placenta perfusion
Discuss bed rest and activity limits during acute phase of labor
suppression
Provide written patient education material for family

2 . Diagnosa

: Ansietas berhubungan dengan kondisi KPD ditandai dengan


klien tampak tegang, penurunan konsentrai, pucat dan

Tujuan

gelisah.
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam ,

maka ansietas klien dapat teratasi


Criteria hasil
:
Anxiety level
indicator
Restlesness
Distress
Facial tension

Intervensi
:
Anxiety reduction
1) Identifikasi tingkat kecemasan Ny. P
2) Memahami perspektif Ny. P tentang situasi stressnya
3) Menjelaskan kepada Ny. P bahwa Ny. P sekarang mengalami KPD
dan tenaga medis akan berusaha melakukan yang terbaik dengan
prinsip well health mother dan well health baby. Dan menjelaskan
pula kemungkinan negativnya.
4) Menjelaskan kepada Ny.P rencana tindakan yang akan dilakukan
pada Ny. P
5) Menginstruksikan klien untuk melakukan teknik relaksasi, menarik
napas pelan dan melepasnya.
6) Mengkaji perubahan verbal dan nonverbal cemas Ny. P.

1. Diagnose: risiko infeksi factor risiko premature rupture of membrane


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien
tidak mengalami infeksi
Criteria hasil:
No
.
1.
2.
3.

1.
2.
3.

Risk control: infection


process
Indentifies infection risk in
everyday situations
Use universal precautions
Practices hand sanitization

Knowlwdge: infection
management
Sign and symptoms of
infection
Treatment for diagnosed
infection
Identification of correct name
of medication

V
V
v
2

v
v
v

Intervensi:
infection control
1.
2.
3.
4.

Institute universal precaution


Teach improved hand washing to healthcare personal
Wash hands before and after patient activity
Administer antibiotic therapy, as appropriate
Teaching : disease process
1.
Describe the disease process
2.
Provide information about available diagnostic measures, as
appropriate.

Anda mungkin juga menyukai