A. PENDAHULUAN
Paradigma baru dalam pemanfaatan hutan yang berbasis sumberdaya hutan (forest
resources based management) saat ini telah membuka peluang bagi pemanfaatan jasa
lingkungan hutan yang selama ini relatif terabaikan. Hal ini mendorong terjadinya
pergeseran nilai jasa lingkungan yang semula merupakan barang tak bernilai (non
marketable goods) bergeser ke barang bernilai (marketable goods). Perubahan apresiasi
nilai tersebut memerlukan upaya pengaturan dan perencanaan yang komprehensif agar
pemanfaatan jasa lingkungan tetap berada di dalam koridor pembangunan hutan
berkelanjutan.
Pemanfaatan jasa lingkungan hutan di kawasan taman nasional dapat dilakukan
berdasarkan prinsip kelestarian, efisiensi dan keadilan. Prinsip kelestarian menekankan
bahwa pemanfaatan harus dapat mendorong terwujudnya kelestarian lingkungan, bukan
justru merusak lingkungan. Prinsip efisiensi dilakukan untuk meningkatkan efisiensi ekonomi
secara keseluruhan, dengan memperhitungkan nilai jasa lingkungan dalam kegiatan
ekonomi melalui pembayaran jasa lingkungan. Sedangkan prinsip keadilan dilakukan untuk
terjadinya distribusi manfaat dan biaya pemanfaatan jasa lingkungan secara adil, melalui
penerapan sistem imbal jasa dari penerima manfaat kepada penyedia jasa lingkungan dan
juga dari pencemar kepada penyedia jasa lingkungan.
Aplikasi ketiga prinsip pemanfaatan jasa lingkungan tersebut dapat menekan konflik
yang terjadi di lapangan. Konflik sering terjadi antara pengelola, masyarakat dan Pemerintah
Daerah. Pengelola Taman Nasional berorientasi pada kelestarian hutan dan fungsi ekologis,
sedangkan masyarakat yang biasanya memiliki akses ke dalam taman nasional untuk
pemenuhan kebutuhan hidup merasa terbatasi dengan adanya taman nasional. Demikian
juga Pemerintah Daerah, bahwa keberadaan taman nasional dipersepsikan sebagai beban
karena hilangnya kewenangan pengaturan dan hilangnya pendapatan asli daerah (PAD).
Konflik tersebut dapat ditekan melalui peningkatan distribusi manfaat dan biaya jasa
lingkungan diantara ketiganya.
Taman Nasional (TN) merupakan aset nasional dan internasional yang memiliki nilai
manfaat penting bagi kehidupan umat manusia, maka IUCN (1994) memberikan kriteria
penetapannya yang berfungsi sebagai upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan
lestari. Undang-undang nomor 5 tahun 1990 juga memberikan panduan dalam pengelolaan
taman nasional yang didasarkan pada sistem zonasi (zona inti, zona rimba, zona
pemanfaatan dan zona lainnya).
Kawasan taman nasional pada umumnya memiliki potensi jasa lingkungan yang
beragam, dari pengatur tata air, perlindungan keanekaragaman hayati, penyimpan dan
penyerap karbon dan pariwisata alam. Namun demikian setiap taman nasional memiliki
keunggulan nilai jasa lingkungan yang berbeda antara satu lokasi dengan lokasi taman
nasional yang lain. Hal tersebut memberikan nilai pasar yang berbeda dari masing-masing
1
taman nasional sesuai keunggulan masing-masing. Terdapat beberapa taman nasional yang
memiliki keunggulan nilai jasa lingkungan pariwisata alam yang spesifik. Salah satunya
adalah Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) yang memiliki keindahan bentang alam
dan keindahan danau vulkanik di atas bukit sebagai atraksi wisata alam yang menakjubkan.
Pemanfaatan potensi pariwisata alam ini diharapkan dapat memberikan manfaat
ekonomi bagi masyarakat sekitar kawasan, Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan di sekitar hutan dalam pemanfaatan jasa
lingkungan pariwisata alam, diharapkan menjadi alternatif peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Pengaturan pemanfaatan jasa lingkungan dapat meningkatkan pendapatan asli
daerah (PAD), peningkatan penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan peningkatan dana
konservasi untuk perbaikan lingkungan. Pengaturan pemanfaatan jasa lingkungan ditujukan
juga untuk pengendalian pemanfaatan dan dukungan pendanaan dalam melakukan upaya
konservasi.
Upaya pencapaian manfaat pengembangan pariwisata alam didasarkan pada lima
prinsip pengembangan (konservasi, edukasi, ekonomi, partisipasi, rekreasi). Kelima prinsip
tersebut merupakan koridor pemanfaatan obyek daya tarik wisata alam yang dilakukan
secara hati-hati agar fungsi perlindungan dan pengawetan kawasan konservasi tetap
terjaga.
Implementasi konsep ekowisata bagi pengembangan wisata alam TNGR mengacu
pada keadaan wilayah yang mencakup sumberdaya hayati dan masyarakat sekitar. Melihat
pertimbangan tersebut, pola pengembangan wisata TNGR diarahkan pada wisata alam
trekking dan wisata yang berbasis pada sosial masyarakat (pola kearifan tradisional) yang
masih dianut dengan kental. Selanjutnya pola tersebut diterjemahkan dalam masing-masing
cluster yang ada.
Dalam kerangka mewujudkan pemanfaatan jasa lingkungan secara lestari di TNGR,
maka perlu upaya strategis dan terprogram yang dituangkan dalam master plan pariwisata
alam tingkat kawasan. Master plan ini difungsikan sebagai rencana teknis pengembangan
pariwisata alam tingkat kawasan, untuk jangka waktu 20 tahun (sebagai turunan dari
Rencana Pengelolaan Taman Nasional). Penyusunan master plan didasarkan pada rencana
pengelolaan taman nasional (RPTN), peraturan perundangan terkait, kebijakan
pemanfaatan pariwisata alam, potensi, pasar, daya dukung, organisasi dan sumberdaya
manusianya.
1.2.1.1
Wisata alam petualangan (adventure tourism) merupakan jenis kegiatan utama pada
TNGR. Bentuk kegiatannya dapat berupa trekking, lintas alam, berkemah dll. Hal ini
mengingat potnsi SDA yang dimiliki TNGR.
1.2.1.2
1.2.1.3
1.2.1.4
1.2.1.5
1.2.1.6
1.2.1.7
Menggiatkan kinerja koperasi citra wisata, meningkatkan skill guide dan porter
(pelatihan bahasa asing dan pelatihan mountaineering), peningkatan skill usaha bagi wanita,
penyuluhan berkenaan dengan sektor pertanian dan kehutanan, dll
1.3
1.4
1.4.1
Profil Investasi
Analisis Nilai Manfaat Ekonomi Jasa Pariwisata Alam TNGR
Kalau diestimasi berapa sebenarnya nilai ekonomi atau benefit yang dinikmati oleh
kawasan Rinjani dan sekitarnya, dapat diketahui dengan menghitung jumlah wisatawan
yang berkunjung ke Kawasan Rinjani dengan jumlah pengeluaran yang dilakukan perkapita.
Jumlah wisatawan yang berkunjung ke kawasan Rinjani serta estimasi benefit yang
diperoleh dapat dikaji pada tabel berikut.
Tabel IV-1
Estimasi Nilai Manfaat Jasa Pariwisata Alam Terhadap Ekonomi
Internasional, Nasional, Lokal (Milyar Rupiah)
THD Ekonomi
Internasional
(milyar rupiah)
THD Ekonomi
Nasional (milyar
rupiah)
Total (milyar
rupiah)
THD Ekonomi
Lokal (milyar
rupiah)
2001
87
13
107
2002
1200
114
53
1367
2003
1320
124
58
1501
2004
2075
194
90
2359
2005
2135
202
94
2431
Jumlah
6817
647
301
7765
Nilai benefit yang bisa dihasilkan dari kawasan Rinjani, pada tahun 2001 bisa
mencapai Rp. 107 milyar per tahun. Sejak tahun 2001 nilai ekonomi pariwisata kawasan
TNGR tersebut cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Jika jumlah kunjungan wisatawan
khususnya wisatawan mancanegara meningkat dan diikuti dengan meningkatnya nilai
pengeluaran mereka di kawasan Rinjani atau pulau Lombok. Untuk itu pengelolaan kawasan
Rinjani sebagai obyek wisata alam (natural tourism) harus senantiasa memperhatikan
kondisi lingkungan kawasan sehingga daya tarik kawasan menjadi tetap terjaga. Faktorfaktor nonekonomi seperti politik dalam bentuk kerusuhan serta kegiatan yang
mempengaruhi rasa aman dan kenyamanan wisatawan harus tetap dijaga.
Kawasan TNGR sudah cukup dikenal oleh wisatawan yang mengunjungi Pulau
Lombok, terutama wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara. Lokasi utama yang
dikunjungi adalah Danau Segara Anak, Puncak Gunung Rinjani dan desa adat Senaru.
Wisatawan yang datang berkunjung terdiri dari kelompok pencinta alam, mahasiswa,
petualang, pelajar dan masyarakat umum lainnya. Tujuan utama wisatawan adalah
melakukan kegiatan rekreasi sepeti berkemah, melakukan petualangan, berziarah, berobat
serta melakukan penelitian. Dilihat dari maksud berkunjung ke TNGR, sebagian besar
pengunjung datang untuk kegiatan rekreasi, wisata pendidikan, tujuan khusus kemudian
terakhir untuk kepentingan penelitian. Laju kunjungan wisatawan yang ke TNGR untuk
kegiatan rekreasi dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Data tujuan
berkunjung wisatawan selama lima tahun terakhir disajikan pada tabel berikut.
Tabel IV-2
Tahun
Rekreasi
Penelitian
Wisata
Pendidikan
Tujuan
Khusus
Jumlah
1.
2001
10.305
10.305
2.
2002
88.817
29
220
325
89.391
3.
2003
96,471
497
766
97,743
4.
2004
151.247
363
330
151.944
5.
2005
157.203
532
157,749
Jumlah
504,043
51
1.612
1.426
507.132
Jumlah (orang)
Wisman1)
Wisnu2)
5,042
18,132
40,495
30,744
3,442
444
898
343
633
589
6,243
85,877
94,402
148,425
1,236
8,051
6,456
4,934
2,213
756
976
1,321
938
365
4,062
2,940
2,069
2,822
Jumlah
6,268
26,183
49,951
57,678
5,655
1,201
1,874
1,664
1,571
954
10,305
88,817
96,471
151,247
Jumlah (orang)
Wisman1)
Wisnu2)
Waktu (tahun)
2005
152,779
Jumlah
Jumlah
4,424
588,488
157,203
43,563
657,052
Sumber :
Kantor Pengelola TNGR dan Hasil Survei Lapangan Tahun 2006 yang dianalisis
Keterangan: 1) Wisatawan mancanegara
2) Wisatawan nusantara
Dari kunjungan wisatawan nusantara maupun wisatawan asing ini teleh memberikan
kontribusi kepada penerimaan negara. Adapun penerimaan dari kegiatan wisata pada
TNGR ini selama 5 tahun terakhir disajikan pada Tabel IV-4 berikut ini.
Selama 5 tahun terakhir, TNGR telah memberikan manfaat ekonomi bagi berbagai pihak.
Dari penjualan tiket yang sudah masuk sebesar Rp. 1.622.830.000,-. Dari keseluruhan
pendapatan tersebut 17% diberikan kepada desa, 23% untuk pengelola RIC/RTC, 18%
untuk PEMDA TK I, 24% untuk PEMDA TKII, 9% untuk Pusat dan 9% untuk DR Pusat.
Dengan adanya manfaat yang cukup besar bagi berbagai pihak tersebut maka aset TNGR
bukan menjadi monopoli Balai TNGR tetapi sudah menjadi milik publik. Oleh karena itu
sudah semestinya stakeholder yang terkait dengan TNGR dapat berkolaborasi dalam
rangka pengelolaan TNGR yang berkelanjutan. Sistem pengelolaan TNGR kolaboratif ini
sangat diperlukan untuk menjamin kontribusi stakeholder dalam pengelolaan TNGR.
Tabel IV-4
Penerimaan dan Distribusi Hasil Penjualan Tiket Masuk (5 Tahun terakhir)
Jumlah
Penyetoran
No. Tahun
Desa
RIC/RTC
PemdaTkI
Pemda
TKII
DR Pusat
1.
2001
13276500
33586500
21088350
28117800
10544175
10544175
117157500
2.
2002
50288500
64988500
51874650
64756200
25937325
25937325
283782500
3.
2003
52373500
62718500
51791400
69055200
25895700
25895700
287730000
4.
2004
81267500
95377500
79490250
105987000
39745125
39745125
441612500
5.
2005
87449500
109569500
88658550
118211400
44329275
44329275
492547500
Total 284655500
(%)
17
366240500
23
292903200
18
386127600
24
146451600
9
146451600
9
1622830000
100
Sumber :
Pusat
Kantor Pengelola TNGR dan Hasil Survei Lapangan Tahun 2006 yang dianalisis
Berdasarkan Tabel tersebut di atas terlihat bahwa penerimaan negara dari tiket masuk dari
tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa minat wisatawan
untuk berkunjung ke kawasan TNGR setiap tahun terus mengalami peningkatan. Oleh
karena itu pihak pengelola perlu terus memperbaiki fasilitas dan layanan sehingga dapat
menjadi promosi yang baik bagi wisatawan untuk berkunjung ke TNGR.
4.4.2
Analisis Finansial
Analisis finansial dalam kajian ini dilakukan untuk memberikan gambaran tentang tingkat
kelayakan investasi pengusahaan pariwisata alam selama jangka pengusahaan (10 tahun).
Kelayakan pengembangan pengusahaan pariwisata alam dapat dilihat dari tiga kriteria, yaitu
: Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) dan IRR Internal Rate of Return (IRR).
Jasa pariwisata alam dinyatakan layak untuk dikembangkan jika NPV yang diperoleh
mempunyai nilai positif, BCR mempunyai nilai lebih dari satu, dan IRR mempunyai nilai lebih
besar dari suku bunga bank konvensional (dengan suku bunga bank saat ini rata-rata 10%).
Berdasarkan analisis terhadap cash flow selama jangka waktu pengusahaan 20 tahun
diperoleh hasil analisis finansial sebagai berikut.
Tabel V-5
Analisis Finansial Pengembangan Jasa Pariwisata Alam TNGR Selama Jangka Waktu
Pengusahaan 10 Tahun
Uraian
Tingkat Bunga
10%
Total Penerimaan
15%
20%
17577074594
23409641411
31230922301
12921913167
16079036801
20251953001
4655161427
73306046
10
10978969299
1,36
1,46
1,54
Terdiskonto
Total Pengeluaran
Terdiskonto
NPV
BCR
IRR
Kesimpulan
0,107 (10,70%)
NPV +++
BCR>1