PENDAHULUAN
I. 1. LATAR BELAKANG
Seperti diketahui bersama dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa
ini, perkembangan di segala bidang kehidupan yang membawa kesejahteraan bagi umat
manusia, pada kenyataannya juga menimbulkan berbagai akibat yang tidak diharapkan.
Salah satu diantara akibat yang tidak diharapkan tersebut adalah meningkatnya
kuantitas maupun kualitas mengenai cara atau teknik pelaksanaan tindak pidana, khusunya
yang berkaitan dengan upaya pelaku tindak pidana dalam usaha meniadakan sarana bukti,
sehingga tidak jarang dijumpai kesulitan bagi para petugas hukum untuk mengetahui korban
dan atau pelakunya.
Dalam proses penyidikan suatu tindak pidana, mengetahui identitas korban
merupakan suatu hal yang mempunyai arti sangat penting, yaitu sebagai langkah awal
penyidikan yang harus dibuat jelas lebih dahulu sebelum dapat dilakukan langkah-langkah
selanjutnya dalam proses penyidikan tersebut. Apabila identitas korban tidak dapat diketahui,
maka sebenarnya penyidikan menjadi tidak mungkin dilakukan. Selanjutnya apabila
penyidikan tidak sampai menemukan identitasnya identitas korban, maka dapat dihindari
adanya kekeliruan dalam proses peradilan yang dapat berakibat fatal (ingat semboyan: lebih
baik membebaskan yang bersalah daripada menghukum yang tidak bersalah).
Selain itu untuk berbagai kehidupan sosial misalnya asuransi, pembagian dan
penentuan ahli waris, akte kelahiran, pernikahan dan sebagainya keterangan identitas
mempunyai arti penting pula, yaitu untuk mengetahui bahwa keterangan itu benar-benar
keterangan yang dimaksud untuk memperoleh yang menjadi haknya maupun untuk
memenuhi kewajibannya.
Bencana adalah suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak dan tidak terencana
atau secara perlahan tetapi berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan
normal atau kerusakan ekosistem sehingga diperlukan tindakan darurat dan menyelamatkan
korban yaitu manusia beserta lingkungannya.
-Bencana yang terjadi secara akut atau mendadak dapat berupa rusaknya rumah
serta bangunan, rusaknya saluran air, terputusnya aliran listrik, jalan raya, bencana akibat
tindakan manusia, dan lain sebagainya. Sedangkan bencana yang terjadi secara perlahanlahan atau slow onset disaster, misalnya perubahan kehidupan masyarakat akibat
menurunnya kemampuan memperoleh kebutuhan pokok, atau akibat dari kekeringan yang
1
berkepanjangan, kebakaran hutan dengan akibat asap atau haze yang menimbulkan masalah
kesehatan.
Dalam ilmu kedokteran forensik dikenal pemeriksaan identifikasi yang merupakan
bagian tugas yang mempunyai arti cukup penting. Disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
identifikasi adalah suatu usaha untuk mengetahui identitas seseorang melalui sejumlah ciri
yang ada pada orang tak dikenal, sedemikian rupa sehingga dapat ditentukan bahwa orang itu
apakah sama dengan orang yang hilang yang diperkirakan sebelumnya juga dikenal dengan
ciri-ciri itu. Disitulah semua, identifikasi mempunyai arti penting baik ditinjau dari segi untuk
kepentingan forensik maupun non-forensik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. DEFINSI
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu
penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu
masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas personal dengan tepat
amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses
peradilan.
Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak
dikenal, jenazah yang rusak, membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana
alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh
manusia atau kerangka.Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus
lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orangtua nya.Identitas seseorang
yang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif
(tidak meragukan).
II.2 METODE IDENTIFIKASI
Dalam pelayanan identifikasi forensik berbagai macam pemeriksaan dapat digunakan
sebagai sarana identifikasi. Berdasarkan penyelenggaraan penanganan pemeriksaannya, maka
sarana-sarana identifikasi dapat dikelompokkan:
1. Sarana identifikasi konvensional, yaitu berbagai macam pemeriksaan identifikasi yang
biasanya sudah dapat diselenggarakan penanganannya oleh pihak polisi penyidik antara
lain:
a. Pemeriksaan secara visual dan fotografi mengenali ciri-ciri muka atau sinyalemen
tubuh lainnya.
b. Pemeriksaan benda-benda milik pribadi seperti: pakaian, perhiasan, sepatu dan
sebagainya.
c. Pemeriksaan kartu-kartu pengenal seperti KTP,SIM, Karpeg, kartu mahasiswa dan
sebagainya, surat-surat seperti surat tugas/ jalan atau dokumen-dokumen dsb.
d. Pemeriksaan sidik jari dan lain-lain.
2. Sarana identifikasi medis, yaitu berbagai macam pemeriksaan identifikasi yang
diselenggarakan penanganannya oleh pihak medis, yaitu apabila pihak polisi penyidik
3
tidak dapat menggunakan sarana identifikasi konvensional atau kurang memperoleh hasil
identifikasi yang meyakinkan, antara lain:
a. Pemeriksaan ciri-ciri tubuh yang spesifik maupun yang non-spesifik secara medis
melalui pemeriksaan luar dan dalam pada waktu otopsi. Beberapa ciri yang spesifik,
misalnya cacat bibir sumbing atau celah palatum, bekas luka atau operasi luar
(sikatrik atau keloid), hiperpigmentasi daerah kulit tertentu (toh), tahi lalat, tato, bekas
fraktur atau adanya pin pada bekas operasi tulang atau juga hilangnya bagian tubuh
tertentu dan lain-lain. Beberapa contoh ciri non-spesifik antaralain misalnya tinggi
badan, jenis kelamin, warna kulit, warna serta bentuk rambut dan mata, bentuk-bentuk
hidung, bibir dan sebagainya.
b. Pemeriksaan ciri-ciri gigi melalui pemeriksaan odontologis.
c. Pemeriksaan ciri-ciri badan atau rangka melalui pemeriksaan antropologis,
antroposkopi dan antropometri.
d. Pemeriksaan golongan darah berbagai sistem: ABO, Rhesus, MN, Keel, Duffy, HLA
dan sebagainya.
e. Pemeriksaan ciri-ciri biologi molekuler sidik DNA dan lain-lain.
Dikenal ada dua metode melakukan identifikasi yaitu secara membandingkan dan
secara rekonstruksi. Yang dimaksud dengan identifikasi membandingkan data adalah
identifikasi yang dilakukan dengan cara membandingkan antara data ciri hasil pemeriksaan
hasil orang tak dikenal dengan data ciri orang yang hilang yang diperkirakan yang pernah
dibuat sebelumnya.
Pada penerapan penanganan identifikasi kasus korban jenasah tidak dikenal, maka
kedua data ciri yang dibandingkan tersebut adalah data post mortem dan data ante mortem.
Data ante mortem yang baik adalah berupa medical record dan dental record.
Identifikasi dengan cara membandingkan data ini berpeluang menentukan identitas
sampai pada tingkat individual, yaitu dapat menunjuka siapa jenasah yang tidak dikenal
tersebut. Hal ini karena pada identidikasi dengan cara membandingkan data, hasilnya hanya
ada dua alternatif: identifikasi positif atau negatif. Identifikasi positif, yaitu apabila kedua
data yang dibandingkan adalah sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa jenasah yang tidak
dikenali itu adalah sama dengan orang yang hilang yang diperkirakan. Identifikasi negatif
yaitu apabila data yang dibandingkan tidak sama, sehingga dengan demikian belum dapat
ditentukan siapa jenasah tak dienal tersebut. Untuk itu masih harus dicarikan data
pembanding antemortem dari orang hilang lain yang diperkirakan lagi. Untuk dapat
melakukan identifikasi dengan cara membandingkan data, diperlukan syarat yang tidak
4
mudah, yaitu harus tersedianya data ante mortem berupa medical atau dental record yang
lengkap dan akurat serta up-to-date, memenuhi kriteria untuk dapat dibandingkan dengan
data post mortemnya. Apabila tidak dapat dipenuhi syarat tersebut, maka identifikasi dengan
cara membandingkan tidak dapat diterapkan.
Apabila identifikasi dengan cara membandingkan data tidak dapat diterapkan, bukan
berarti kita tidak dapat mengidentifikasi. Apabila demikian halnya, kita masih dapat mencoba
mengidentifikasi dengan cara merekonstruksi data hasil pemeriksaan post-mortem ke dalam
perkiraan-perkiraan mengenai jenis kelamin, umur, ras, tinggi dan bentuk serta ciri-ciri
spesifik badan. Sebagai contoh:
a. Dengan mengamati lebar-sempitnya tulang panggul terhadap kriteria dan ukuran laki-laki
dan perempuan, dapat diperkirakan jenis kelaminnya.
b. Dengan mengamai interdigitasi dutura-sutura tengkorak dan pola waktu erupsi gigi, dapat
diperkirakan umurnya. Pada kasus infantisid dengan mengukur tinggi badan (kepala-tumit
atau kepala-tulang ekor) dapat diperkirakan umur bayi dalam bulan.
c. Dengan formula matematis, dapat diperhitungkan perkiraan tinggi badan individu dari
ukuran barang bukti tulang-tulang panjangnya.
d. Dengan perhitungan indeks-indeks dan modulus kefalometri atau kraniometri, dapat
diperhitungkan perkiraan ras dan bentuk muka individu.
e. Dengan ciri-ciri yang spesifik, dapat menuntun kepada siapa individu yang memilikinya.
Meskipun identifikasi cara rekonstruksi ini tidak sampai menghasilkan dapat
menentukan identitas sampai pada tingkat individual, namun demikian perkiraan-perkiraan
identitas yang dihasilkan dapat mempersempit dan memberikan arah penyidikan.
II.3 DASAR DASAR IDENTIFIKASI FORENSIK
Dasar hukum dan undang-undang bidang kesehatan yang mengatur identifikasi
jenasah adalah :
A. Berkaitan dengan kewajiban dokter dalam membantu peradilan diatur dalam KUHP pasal
133 :
1. Dalam hal penyidik untuk membantu kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang di duga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli
kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3. Mayat yang dikirimkan kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah
sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat
tersebut dan diberi label yang memuatkan identitas mayat, dilak dengan diberi cap
jabatan yang diilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
B. Undang-undang Kesehatan Pasal 79
1. Selain penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia juga kepada pejabat
pegawai negeri sipil tertentu di Departemen Kesehatan diberi wewenang khusus
sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam UU No 8 tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana, untuk melakukan penyidikan tindak pidana sebagaimana diatur dalam
undang-undang ini.
2. Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang :
a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan.
b. Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan.
c. Meminta keteragan dan bahan bukti dari orang atau badan usaha.
d. Melakukan pemeriksaan atas surat atau dokumen lain.
e. Melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti.
f. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan.
g. Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti sehubungan dengan
tindak pidana di bidang kesehatan.
3. Kewenangan penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan menurut
UU No 8 tahun 1981 tentang HAP.
II.4 JENIS JENIS PEMERIKSAAN IDENTIFIKASI FORENSIK
Identifikasi dapat berupa orang masing hidup atau yang sudah meninggal dunia.
Identifikasi terhadap orang tak dikenal yang masing hidup meliputi :
Penampilan umumm (general appearance), yaitu : tinggi badan, berat badan, jenis kelamin,
umur, warna kulit, rambut dan mata.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pakaian
Sidik jari
Jaringan parut
Tatoo
Kondisi mental
Antropometri
gambaran mengenai seseorang dari gambaran saksi. Dimana kesan pribadi seseorang
tergantung pada corak seperti rambut, jenggot dan kumis, dimana kesan dapat diubah
dengan mudah dengan menggunakan perawatan bedah plastik.
2. Fotografi
Lebih bermanfaat dalam mengidentifikasi yang hidup dibanding yang mati.
3. Tulisan tangan
Memungkinkan para tenaga ahli untuk mengidentifikasi seseorang atau mendeteksi
pemalsuan. Metoda yang digunakan meliputi pembesaran fotografis, analisa tinta, analisa
kertas.
4. Sidik jari ( Dactylography)
Sidik jari diproduksi oleh kulit friksi yaitu telapak tangan dan tapak kaki yang membentuk
suatu pola. Kelenjar keringat pada kulit menghasilkan keringat dan sebum. Ketika kulit
menyentuh suatu permukaan akan meninggalkan suatu kesan berminyak (sidik jari). Sidik
jari tersebut dapat dilihat baik dengan menaburkan suatu bedak. Sidik jari tersebut dapat
diangkat setelah pengembangan. Sidik jari dapat tersisa selama bertahun-tahun bila tidak
dibersihkan. Pola sidik jari dari suatu individu tidak akan berubah sepanjang hidupnya.
Sedangkan identifikasi terhadap orang yang sudah meninggal dunia dapat dilakukan
terhadap :
1. Jenazah yang masih baru dan utuh
2. Jenazah yang sudah membusuk dan utuh
3. Bagian-bagian dari tubuh jenazah
Dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, Paspor) dan sejenisnya yang kebetulan
ditemukan dalam dalam saku pakaian yang dikenakan akan sangat membantu mengenali
jenazah tersebut. Perlu diingat pada kecelakaan masal, dokumen yang terdapat dalam tas
atau dompet yang berada dekat jenazah belum tentu adalah milik jenazah yang
bersangkutan.
Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah, mungkin dapat diketahui merek atau
nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge yang semuanya dapat membantu
proses identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah tersebut.
Metode eksklusi.
Metode ini sering digunakan pada kasus yang terdapat banyak korban seperti bencana.
Bila dari sekian banyak korban, tinggal satu yang tidak dapat dikenali oleh karena
keadaan mayatnya sudah sedemikian rusaknya, maka atas bantuan daftar korban akan
dapat diketahui siapa korban tersebut.
Metode ini digunakan pada kecelakaan masal yang melibatkan sejumlah orang yang dapat
diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat udara, kapal laut dan sebagainya.
Bila sebagian besar korban telah dapat dipastikan identitasnya dengan menggunakan
metode indentifikasi yang lain, sedangkan identitas sisa korban tidak dapat ditentukan
dengan metode-metode tersebut diatas, maka sisa korban diindentifikasi menurut daftar
penumpang.
akurat, aman, mudah, dan nyaman bila dibandingkan dengan sistem biometrik yang
lainnya. Hal ini dapat dilihat pada sifat yang dimiliki oleh sidik jari yaitu guratanguratan pada sidik jari yang melekat pada kulit manusia seumur hidup, pola ridge
tidaklah bisa menerima warisan, pola ridge dibentuk embrio, pola ridge tidak pernah
berubah dalam hidup, dan hanya setelah kematian dapat berubah sebagai hasil
pembusukan. Dalam hidup, pola ridge hanya diubah secara kebetulan akibat, lukaluka, kebakaran, penyakit atau penyebab lain yang tidak wajar. Dapat dikatakan
bahwa tidak ada dua orang yang mempunyai sidik jari yang sama, walaupun kedua
orang tersebut kembar satu telur. Dibawah ini merupakan sifat-sifat khusus yang
dimiliki sidik jari :
a) Perennial nature, yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat pada kulit
manusia seumur hidup.
b) Immutability, yaitu sidik jari seseorang tidak pernah berubah, kecuali
mendapatkan kecelakaan yang serius.
c) Individuality, pola sidik jari adalah unik dan berbeda untuk setiap orang.
3. Macam Macam Sidik Jari
a) Latent prints (Sidik jari Laten). Walaupun kata laten berarti tersembunya atau
tak tampak, pada penggunaan modern di ilmu forensik istilah sidik laten berarti
kemungkinan adanya atau impressi secara tak sengaja yang ditinggalkan dari aluralur tonjolan kulit jari pada sebuah permukaan, tanpa melihat apakah sidik
tersebut terlihat atau tak terlihat pada waktu tersentuh. Teknik memproses secara
elektronik, kimiawi, dan fisik dapat digunakan untuk melihat residu sidik laten
yang tak terlihat yang ditimbulkan dari sekresi kelenjar ekrin yang berada di aluralur tonjolan kulit (yang memproduksi keringat, sebum, dan berbagai macam
lipid) walaupun impressi tersebut terkontaminasi dengan oli, darah, cat, tinta, dll.
b) Patent prints (Sidik jari Paten). Sidik ini ialah impressi dari alur-alur tonjolan
kulit dari sumber yang jak jelas yang dapat langsung terlihat mata manusia dan
disababkan dari transfer materi asing pada kulit jari ke sebuah permukaan. Karena
sudah dapat langsung dilihat sidik ini tidak butuh teknik-teknik enhancement, dan
diambil bukan dengan diangkat, tetapi hanya dengan difoto.
c) Plastic prints (Sidik jari Plastik). Sidik plastik adalah impressi dari sentuhan aluralur tonjolan kulit jari atau telapak yang tersimpan di material yang
mempertahankan bentuk dari alur-alut tersebut secara detail. Contoh umum: pada
lilin cair, deposit lemak pada permukaan mobil. Sidik-sidik seperti ini dapat
langsung dilihat, tapi penyidik juga tak boleh mengenyampingkan kemungkinan
bahwa sidik-sidik laten yang tak tampak dari sekongkolan pelaku mungkin juga
10
c.
sebuah kurva, dan menuju keluar dari sisi yang sama ketika kerutan itu muncul.
Tipe Whorl, Pada patern ini kerutan berbentuk sirkuler yang mengelilingi sebuah
mayatnya yang telah membusuk. Teknik pengembangan sidik jari pada jari yang
keriput, serta mencopot kulit ujung jari yang telah mengelupas dan memasangnya
pada jari yang sesuai pada jari pemeriksa, baru kemudian dilakukan pengambilan
sidik jari, merupakan prosedur standar yang harus dikethui dokter.
Cara pengangkatan sidik jari yang paling sederhana adalah dengan metode dusting
(penaburan bubuk). Biasanya metode ini digunakan pada sidik jari paten / yang
tampak dengan mata telanjang. Sidik jari laten biasanya menempel pada lempeng
aluminium, kertas, atau permukaan kayu. Agar dapat tampak, para ahli dapat
menggunakan zat kimia, seperti lem (sianoakrilat), iodin, perak klorida, dan
ninhidrin. Lem sianoakrilat digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari dengan
cara mengoleskannya pada permukaan benda aluminium yang disimpan di dalam
wadah tertutup, misalnya stoples. Dalam stoples tersebut, ditaruh juga permukaan
benda yang diduga mengandung sidik jari yang telah diolesi minyak. Tutup rapat
stoples. Sianoakrilat bersifat mudah menguap sehingga uapnya akan menempel
pada permukaan benda berminyak yang diduga mengandung sidik jari. Semakin
banyak sianoakrilat yang menempel pada permukaan berminyak, semakin
12
keringat, lalu tertempel pada permukaan benda, sidik jarinya akan terlihat dengan
cara menyemprotkan larutan ninhidrin. Setelah dibiarkan selama 10-20 menit,
akan tampak warna ungu. Proses ini dapat dipercepat dengan memanfaatkan panas
lampu. Metode paling mutakhir yang digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari
adalah teknik micro-X-ray fluorescence (MXRF).
2. Medik.
Metode ini menggunakan data umum dan data khusus. Data umum meliputi tinggi badan,
berat badan, rambut, mata, hidung, gigi dan sejenisnya.Data khusus meliputi tatto, tahi
lalat, jaringan parut, cacat kongenital, patah tulang dan sejenisnya.
Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan
menggunakan berbagai cara/modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan sinar-X) sehingga
ketepatan nya cukup tinggi. Bahkan pada tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan
metode identifikasi ini. Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras,
perkiraan umur dan tingi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.
Perbedaan umur jenis kelamin pria dan wanita
Panggul
Posture
Payudara
Jakun
Striae
Rambut pubis
Pria
Lebih kecil dari bahu
Besar
Jarang berkembang
Menonjol
Tidak ada
Tebal, tumbuh melebar -
Wanita
Lebih lebar dari bahu
Kecil
Berkembang
Tidak menonjol
Ada, payudara dan bokong
Lurus, hanya di mons
Rambut
Kelamin dalam
pusar
veneris
Ada di wajah, dada
Tidak ada
Testis, prostate, vesikula Ovarium,tuba
Tengkorak
seminalis
vagina
Lebih besar, berat dan Lebih kecil, ringan dan
Proporsi perut
Paha
tebal
Lebih kecil
Bentuk silinder
fallopi,
tipis
Lebih besar
Bentuk kerucut
3. Odontologik.
Dalam beberapa tahun terakhir, kita banyak dikejutkan oleh terjadinya bencana massal
yang menyebabkan kematian banyak orang. Selain itu kasus kejahatan yang memakan
banyak korban jiwa juga cenderung tidak berkurang dari waktu ke waktu. Pada kasus-
13
kasus seperti ini tidak jarang kita jumpai korban jiwa yang tidak dikenal sehingga perlu
diidentifikasi.
Forensik odontologi adalah salah satu metode penentuan identitas individu yang telah
dikenal sejak era sebelum masehi. Kehandalan teknik identifikasi ini bukan saja
disebabkan karena ketepatannya yang tinggi sehingga nyaris menyamai ketepatan teknik
sidik jari, akan tetapi karena kenyataan bahwa gigi dan tulang adalah material biologis
yang paling tahan terhadap perubahan lingkungan dan terlindung. Gigi merupakan sarana
identifikasi yang dapat dipercaya apabila rekaman data dibuat secara baik dan benar.
Beberapa alasan dapat dikemukakan mengapa gigi dapat dipakai sebagai sarana
identifikasi adalah sebagai berikut, pertama karena gigi bagian terkeras dari tubuh
manusia yang komposisi bahan organik dan airnya sedikit sekali dan sebagian besar
terdiri atas bahan anorganik sehingga tidak mudah rusak, terletak dalam rongga mulut
yang terlindungi. Kedua, manusia memiliki 32 gigi dengan bentuk yang jelas dan masingmasing mempunyai lima permukaan.
Berdasarkan pengalaman di lapangan, identifikasi korban meninggal massal melalui gigigeligi mempunyai kontribusi yang tinggi dalam menentukan identitas seseorang.
Identifikasi korban pada kasus-kasus ini diperlukan karena status kematian korban
memiliki dampak yang cukup besar pada berbagai aspek yang ditinggalkan. Identifikasi
tersebut merupakan perwujudan HAM dan merupakan penghormatan terhadap orang
yang sudah meninggal.selain itu juga merupakan menentukan apakah seseorang tersebut
secara hukum sudah meninggal atau masih hidup.
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (Odontogram) dan rahang yang dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan gigi dan
rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah,bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi
dan sebagainya.
Seperti hal nya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan gigi yang khas.
Dengan demikian dapat dilakukan indentifikasi dengan cara membandingkan data temuan
dengan data pembanding antemortem.
a. Definisi Forensik Odontologi
Ilmu kedokteran gigi forensik memiliki nama lain yaitu forensic dentistry dan
odontology forensic. Forensik odontologi adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi
yang mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara
evaluasi dan presentasi temuan gigi tersebut untuk kepentingan peradilan.
14
15
16
2. Dentin, merupakan bagian dalam struktur gigi yang terbanyak dan berwarna
kekuningan. Dentin bersifat lebih keras dari pada tulang tetapi lebih lunak
dari email. Dentin terdiri dari 70 % bahan organic, terutama Kalsium dan
fosfor serta 30 % bahan organic dan air.
3. Sementum, merupakan jaringan gigi yang mengalami kalsifikasi dan
menutup akar gigi. Sementum berfungsi sebagai tempat melekatnya jaringan
ikat yang memperkuat akar gigi pada alveolus. Sementum lebih lunak dari
dentin dan terdiri dari 50% bahan organic berupa Kalsium dan Fosfor dan
50% bahan organic.
4. Pulpa, merupakan jaringan ikat longgar yang menempati bagian ruang tengah
pulpa dan akar gigi. Pada pulpa terkandung pembuluh darah, syaraf, dan sel
pembentuk dentin. Pulpa berisi nutrisi dan berfungsi sebagai sensorik.
d.3. Morfologi gigi.
Menurut masa pertumbuhan gigi manusia terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Gigi susu
Gigi susu berjumlah 20 buah dan mulai tumbuh pada umur 6 -9 bulan dan
lengkap pada umur 2 2,5 tahun. Gigi susu terdiri dari 5 gigi pada setiap
daerah rahang masing masing adalah : 2 gigi seri (incicivus), 1 gigi taring.
2. Gigi permanen
Gigi permanen berjumlah 28 32 terdiri dari 2 gigi seri, 1 gigi taring, 2 gigi
premolar, dan 3 gigi molar pada setiap daerah rahang. Gigi permanen
menggantikan gigi susu. Antara umur 6 14 tahun 20 gigi susu diganti gigi
permanen. Gigi molar 1 dan 2 mulai erupsi pada umur 6 12 tahun sedangkan
gigi molar 3 mulai erupsi pada umur 17 21 tahun.
d.4. Nomenklatur Gigi
Nomenklatur yang biasa dipakai adalah :
1. Cara Zsigmondy
Gigi susu
V IV III II I
V IV III II I
Gigi tetap
8764321
8764321
Contoh penulisan :
I II III IV V
I II III IV V
12345678
12345678
Vl : gigi susu m2 kanan atas
17
2. Cara Palmer
Gigi susu
EDCBA
EDCBA
Gigi tetap
8764321
8764321
AB C D E
AB C D E
12345678
12345678
Contoh penulisan :
3.
1-
24-
3-
18 17 16 15 14 13 12 11
21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41
31 32 33 34 35 36 37 38
Gigi Susu
5-
6-
8-
755 54 53 52 51
85 84 83 82 81
61 62 63 64 65
71 72 73 74 75
Contoh penulisan :
55
36
difernsiasi
dari
mesenkial
18
mesoderm
berdekatan.
Epitel
mulut
Gigi I1 mulai 4 bulan intrauterine sampai dengan usia 1,5 tahun setelah
lahir.
Gigi I2 mulai 6 bulan intrauterine sampai dengan usia 2 atau 3 tahun,
begitu pula untuk gigi M1 atas dan gigi M2 bawah. Untuk gigi M2 atas
dan bawah sampai dengan usia 3 tahun. Sedangkan untuk gigi caninus
atas dan bawah sampai dengan usia 3,5 tahun.
3. Periode erupsi
Periode erupsi ini sangat bervariasi, tergantung dari beberapa faktor antara lain :
Pertumbuhan memanjang dari gigi.
Multiplikasi dari jaringan pulpa.
Deposisi dari jaringan baru jaringan cement.
Pertumbuhan jaringan tulang rawan.
Gigi dapat memberi informasi apakah seseorang itu anak anak atau remaja.
e. Penentuan Umur Berdasarkan Pemeriksaan Gigi
Metode yang sering digunakan untuk seseorang berdasar pemeriksaan gigi antara lain:
a. Metode Schour dan Massler
Schour dan Massler membuat table tentang gambaran pertumbuhan gigi mulai
dari lahir sampai dengan umur 21 tahun, yang banyak digunakan dalam ilmu
kedokteran gigi klinis khususnya ordontis untuk merencanakan atau
mengevaluasi perawatan gigi.
19
Tabel ini biasa dibunakan untuk mempelajari gigi geligi dimana yang sudah
seharusnya tanggal atau seharusnya sudah tumbuh pada umur tertentu. Untuk
penentuan umur penggunaannyajustru melihat gigi ayng sudah ada didalam
mulut dan menentukan umurnya dengan bantuan table Schour dan Massler.
2. Tabel Gustaffson dan Koch
Pada prinsipnya sama dengan sChour dan Massler, hanya pada table
Gustaffson untuk setiap gigi ini diberikan perkiraan jadwal yang lebih
lengakap, mulai dari pembentukan, mineralisasi, pertumbuhan ke dalam mulut
sapai pada penutupan foramen apicalis, sejak dalam kandungan hingga umur
16 tahun.
3. Metode Gustaffson
Penentuan umur berdasarkan table Gustaffson Koch pada umumnya
bermanfaat
selama
gigi
masih
dalam
masa
pertumbuhan.
Untuk
20
Garis-garis incremental Von Ebner dan Neonatal, dapat dilihat pada gigi yang
telah disiapkan dalam bentuk sediaan asahan dengan ketebalan 30-40 mikron.
Pada gigi susu dan Molar 1 (yaitu gigi-gigi yang ada pada waktu kelahiran),
akan ditemukan neonatal line berupa garis demarkasi yang memisahkan bagian
dalam email (yang terbentuk sebelum kelahiran) dengan bagian luar enamel
(yang terbentuk setelah lahir). Selanjutnya juga akan ditemukan garis-garis
incremental Von Ebner yang merupakan transisi antara periode pertumbuhan
cepat dan pertumbuhan lambat yang berselang-seling.
Jarak rata-rata antara garis ini adalah 4 mikron yang merupakan kecepatan
deposisi dentin dalam 24 jam. Apabila pembentukan gigi belum selesai,
perhitungan garis Von Ebner dari neonatal line dapat membantu penentuan
umur.
5. Metode Asam Aspartat
Hapusan asam aspartat telah digunakan untuk menentukan usia berdasarkan
pada terdapatnya bahan tersebut pada dentin manusia. Komponen protein
terbanyak pada tubuh manusia berbentuk L-amino Acid, D-amino acid yang
ditemukan pada tulang, gigi, otak dan lensa mata. D-amino acid dipercaya
mempunyai proses metabolisme yang lambat dan tiap bagiannya mempunyai
laju pemecahan yang lebih lambat dan mempunyai ratio dekomposisi yang
lebih lambat juga. Asam aspartat mempunyai kemampuan penghapusan paling
tinggi dari semua asam amino.
Pada 1976 Helfman dan Bada menggunakan informasi ini untuk mempelajari
perkiraan umur dengan membandingkan rasio D-Laspartat acid dengan 20
subyek dengan hasil bagus (r = 0,979) rasio yang tinggi pada D/L rasio banyak
ditemukan pada usia muda dan menurun akibat pertambahan usia dan
perubahan lingkungan.
Pada tahun 1990 Ritz et al. melaporkan adanya asam aspartat pada dentin
untuk menentukan usia pada orang yang telah meninggal, berdasarkan hal
tersebut metode ini dapat menyediakan informasi yang lebih akurat tentang
penentuan usia dibandingkan dengan parameter yang lain.
Untuk penentuan usia digunakan persamaan linier sebagai berikut :
Ln (1 + D/L) / (1 D/L) = 2k (aspartat)t + konstanta
K : first order kinetik
t : actual age
21
Gigi yang digunakan dalam kasus ini adalah gigi seri tengah bagian bawah dan
premolar pertama. Mereka menemukan perkiraan umur yang lebih baik dari
fraksi total asam amino dengan membagi menjadi fraksi kolagen yang tidak
larut dan fraksi peptide. Dibandingkan dengan total asam amino, fraksi
kolagen yang tidak larut dan fraksi peptide yang terlarut, mempunyai
konsentrasi glutamine dan asam aspartat yang lebih tinggi.
f. Identifikasi Forensik Odontologi
Ketika tidak ada yang dapat diidentifikasi, gigi dapat membantu untuk membedakan
usia seseorang, jenis kelamin,dan ras. Hal ini dapat membantu untuk membatasi
korban yang sedang dicari atau untuk membenarkan/memperkuat identitas korban.
g.1. Penentuan Usia
Perkembangan gigi secara regular terjadi sampai usia 15 tahun. Identifikasi
melalui pertumbuhan gigi ini memberikan hasil yang yang lebih baik daripada
pemeriksaan antropologi lainnya pada masa pertumbuhan. Pertumbuhan gigi
desidua diawali pada minggu ke 6 intra uteri. Mineralisasi gigi dimulai saat 12
16 minggu dan berlanjut setelah bayi lahir. Trauma pada bayi dapat merangsang
stress metabolik yang mempengaruhi pembentukan sel gigi. Kelainan sel ini akan
mengakibatkan garis tipis yang memisahkan enamel dan dentin di sebut sebagai
neonatal line. Neonatal line ini akan tetap ada walaupun seluruh enamel dan
dentin telah dibentuk. Ketika ditemukan mayat bayi, dan ditemukan garis ini
menunjukkan bahwa mayat sudah pernah dilahirkan sebelumnya. Pembentukan
enamel dan dentin ini umumnya secara kasar berdasarkan teori dapat digunakan
dengan melihat ketebalan dari struktur di atas neonatal line. Pertumbuhan gigi
permanen diikuti dengan penyerapan kalsium, dimulai dari gigi molar pertama
dan dilanjutkan sampai akar dan gigi molar kedua yang menjadi lengkap pada
usia 14 16 tahun. Ini bukan referensi standar yang dapat digunakan untuk
menentukan umur, penentuan secara klinis dan radiografi juga dapat digunakan
untuk penentuan perkembangan gigi.
22
23
24
25
26
a. Osteologi
Osteologi, merupakan satu dari teknik yang paling bermakna pada pemeriksaan
antropologi forensik, karena antropologi forensik berhubungan dengan pemeriksaan
sisa sisa tulang maupun tulang yang utuh. Pemeriksa dapat menentukan perkiraan
usia, jenis kelamin, pertalian ras, tampilan fisik saat hidup. Tengkorak merupakan
bagian dari rangka manusia yang paling informatif. Namun, jarang sekali tengkorak
ditemukan dalam keadaan utuh ataupun baik. Oleh karena itu osteologis harus dapat
memanfaatkan apapun tulang yang tersedia.
27
28
Pada orang dewasa terdapat 32 gigi yang pada masing masing sisinya, pada rahang
atas dan bawah terdapat dua insisivus, satu kaninus, dan dua atau tiga molar. Pada anak
anak terdapat dua puluh gigi dengan dua insisivus dan satu kaninus serta dua molar
pada masing masing kuadran.
.
4. 3. Manfaat Pemeriksaan Antropologi Forensik
Dapat mengidentifikasi Manusia atau Bukan Manusia dari Kerangka. Merupakan
suatu hal yang biasa bahwa tulang atau komponen binatang menjadi perhatian hukum
bagi para agen penyelidik forensik. Biasanya para ilmuwan forensik dapat dengan
mudah menentukan spesimen nonhuman. Suatu cakar beruang, kuku binatang dan
ruas jari yang koyak, bulu binatang dan kulit yang dipisahkan oleh pengulitan pisau
atau oleh pembusukan, biasa menyerupai manusia. Gambar yang dihasilkan oleh sinar
X dapat dengan tepat mengungkapkan perbedaan tersebut.
Sisa tulang dari binatang menyusui besar kemungkinan dapat mengacaukan para
penemu yang tak terlatih. Seseorang yang terlatih dalam ilmu tulang atau anatomi
manusia seperti dokter, dokter gigi, dan ahli antropologi tidak akan mempunyai
kesukaran dalam mendeteksi karakteristik nonhuman baik dari segi ukuran, arsitektur,
dan bentuk dari tulang binatang yang utuh. Yang paling membedakan bagian-bagian
tulang manusia dan binatang adalah articular permukaan (gambaran makroskopis),
mungkin perbedaan tersebut dapat hilang oleh karena aktivitas carnivoral,
pembusukan, atau epiphyses tulang yang belum mature.
Seandainya sisa tulang cuma berupa fragmen diaphysis, roentgenography dapat sangat
menolong. Tulang, proses pembentukan tulang, dan proses eksresi yang berhubungan
dengan organ dan perlekatan ototberbeda antara manusia dan binatang. Chilvarquer et
al. menunjukan perbedaan dalam penampilan roentgenographic antara midshafts
manusia dengan tulang binatang. Pola tulang manusia berbentuk saluran spongiosa
dan medullary yang reguler, memiliki ruang ovoid antar trabeculae utama yang agak
kasar dan trabeculae sekunder yang lebih halus. Zone transisi tersebut lebarnya kirakira 1-3 mm. Pada penyakit osteoporosis, zona transisi tersebut lebih lebar karena
adanya reduksi osteomalacia yang menghancurkan corticomedullary.
Gambar : Cakar beruang biasa salah dikira suatu tangan manusia
29
Pada binatang corticomedullary terlihat sangat jelas. Saluran spongiosa lebih sedikit
dan berisi butiran-butiran kecil homogen. Terdapat selaput Spicules atau invaginations
yang meluas ke dalam saluran medullary dari endosteum.
Untuk memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari manusia dapat digunakan
beberapa pemeriksaan seperti pengamatan jaringan secara makroskopik, mikroskopik
dan pemeriksaan serologik berupa reaksi antigen-antibodi (reaksi presipitin).
Pada gambaran mikroskopik perlu juga dilihat fusi epiphysis dan metaphysis serta
ukuran tulang. Pada hewan, fusi ini terjadi saat ukuran tulang belum begitu panjang.
Pada manusia fusi terjadi pada usia dewasa dimana panjang tulang sudah maximal.
Tulang manusia lebih banyak trabekulanya sehingga lebih padat.
Antropologi forensik juga dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin,
perkiraan umur, tinggi badan, dan pertalian ras. Pemeriksaan juga dapat digunakan
untuk memperkirakan waktu kematian, dan dugaan penyebab kematian.
30
Pelvis adalah tulang yang paling umum digunakan untuk menentukan jenis
kelamin. Sudut subpubis pada wanita lebih besar, biasanya lebih dari 90 0.
Acetabulum, yang merupakan tempat perlekatan kepala femur dengan os pubis,
khasnya lebih besar dan dalam pada pria dibandingkan wanita. Sakrum lebih lurus
pada wanita dan lebih lengkung pada pria. Pintu atas panggul pada wanita lebih
luas daripada pria.
Gambar : Perbedaan Tengkorak Pria dan Wanita
Kranium atau tengkorak merupakan tulang yang juga berguna untuk menentukan
jenis kelamin. Dagu pada pria cendrung lebih petak dan lebih lancip pada wanita.
Dahi pada pria cendrung lebih landai sedangkan pada wanita dahinya lebih lurus.
Pria memiliki lengkungan alis yang lebih tinggi daripada wanita.
Perbedaan Tulang Pria dan Wanita
Tulang
Pria
Wanita
Lebih besar, berat dan Lebih kecil, ringan dan
Tengkorak
kasar
Lebih berat dan menonjol
halus
Lebih
Lebih besar
Lebih menonjol
menonjol
Lebih kecil
Kurang menonjol
Tulang wajah
Supra orbital
31
ringan,
kurang
Zigomatikus
Oksiput
Sinus frontalis
Toraks
Pelvis
Lebih menonjol
Lebih menonjol
Lebih lebar
Panjang
Lebih dalam, sempit dan
Kurang menonjol
Kurang menonjol
Lebih kecil
Pendek lebar
Lebih dangkal, halus dan
Ilium
SIAS
Cekungan sacrum
berat
Lebih melengkung
Terpisah jarak tidak lebar
Tidak
lebar, panjang,
ringan
Kurang melengkung
Terpisah jarak lebar
Lebih
lebar
dan
Arkus pubis
Lebih besar
b. Perkiraan Umur
Walaupun umur sebenarnya tidak dapat ditentukan dari tulang, namun perkiraan
umur seseorang dapat ditentukan. Biasanya pemeriksaan dari os pubis, sakroiliac
joint, cranium, artritis pada spinal dan pemeriksaan mikroskopis dari tulang dan
gigi memberikan informasi yang mendekati perkiraan umur. Untuk memperkirakan
usia, bagian yang berbeda dari rangka lebih berguna untuk menentukan perkiraan
usia pada range usia yang berbeda. Range usia meliputi usia perinatal, neonatus,
bayi dan anak kecil, usia kanak-kanak lanjut, usia remaja, dewasa muda dan
dewasa tua.
32
pertumbuhan fetus secara berarti. Dalam periode intake makanan yang kurang,
tubuh ibu akan memberi nutrisi pada fetus, mengambil nutrien ibu.
Umur dalam tiga tahapan :
1. Bayi baru dilahirkan
Neonatus, bayi yg belum mempunyai gigi, sangat sulit untuk menentukan
usianya karena pengaruh proses pengembangan yang berbeda pada masingmasing individu. Bayi dan anak kecil biasanya telah memiliki gigi.
Pembentukan gigi sering kali digunakan untuk memperkirakan usia. Gigi
permanen mulai terbentuk saat kelahiran, dengan demikian pembentukan dari
gigi permanen merupakan indikator yang baik untuk menentukan usia.
Beberapa proses penulangan mulai terbentuk pada usia ini, ini berarti bagianbagian yang lunak dari tulang mulai menjadi keras. Namun, ini bukan faktor
penentuan yg baik. Pengukuran tinggi badan diukur :
Streeter : tinggi badan dari puncak kepala sampai tulang ekor
Haase : tinggi badan diukur dari puncak kepala sampai tumit
Umur
1 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
5 bulan
Panjang
1 cm
4 cm
9 cm
16 cm
25 cm
Umur
6 bulan
7 bulan
8 bulan
9 bulan
10 bulan
Panjang
30 cm
35 cm
40 cm
45 cm
50 cm
penyatuan sutura dengan penentuan umur kurang valid. Morfologi pada ujung
iga berubah sesuai dengan umur. Iga berhubungan dengan sternum melalui
tulang rawan. Ujung iga saat mulai terbentuk tulang rawan awalnya berbentuk
datar, namun selama proses penuaan ujung iga mulai menjadi kasar dan tulang
rawan menjadi berbintik-bintik. Iregularitas dari ujung iga mulai ditemukan
saat usia menua.
34
35
tusuk, kelembapan, ph tanah, dan kadar air. Semakin lama waktu kematian semakin
sulit menentukan interval waktu kematian.
Ketika mayat ditinggalkan di permukaan, aktivitas serangga segera dimulai dan
dalam 2 minggu tubuh tersebut akan telah menjadi kerangka., dan dalam 8 bulan
akan menjadi kerangka secara komplit. Jika dikubur, tubuh akan menjadi kerangka
komplit dalam waktu 1 sampai 2 tahun dan pada daerah yang kering dapat terjadi
mumifikasi.
Penghancuran
tulang
memakan
waktu
bertahun-tahun,
keasaman
tanah
36
Seorang antropologis memiliki banyak metode yang rumit untuk dapat menentukan
ras atau nenek moyang suatu populasi melalui tulang. Ras dari pemilik tulang dapat
diidentifikasi menjadi :
Ras kaukasoid (semua kulit putih)
Morfologi kranium pada ras ini sebagai berikut :
Tipe kranium dolichocephalic (panjang).
Tulang zygomaticus cenderung mundur terhadap tulang fasial.
Apertura nasalis sangat sempit dan tajam tepi bawahnya.
Dasar tulang orbita cenderung miring ke bawah.
Palatum relatif sempit dan cenderung berbentuk segitiga.
Sutura zygomaticomaxillaris cenderung membelok.
Persentase sutura metopika cenderung lebih tinggi dibanding 2 ras lainnya.
Negroid (semua kilit hitam/ Negro Afrika, Amerika dan Indian Barat).
Tipe kranium mesocephalic (sedang).
Tulang zygomaticus tidak begitu menjorok ke depan relatif terhadap tulang
fasial.
Apertura nasalis sangat lebar dan tepi bawah tulang nasalis tumpul.
Tulang orbita cenderung persegi empat dan jarak interorbital lebar.
Tulang palatum cenderung sangat lebar dan agak persegi empat.
Alveolus anterior pada maksilla dan mandibula cenderung sangat
prognathis.
Sering didapati depresi coronal posterior pada sutura coronaria.
Sutura zygomaticomaxillaris cenderung membentuk huruf S.
Mongoloid (Cina, Jepang, Indian Amerika)
Kranium cenderung memiliki tulang zygomaticus yang menonjol.
Lebar apertura nasalis sedang dan tepi bawah nasal agak runcing.
Tulang orbita cenderung sirkulair.
Tulang palatum lebarnya sedang.
Sutura zygomaticomaxillaris cenderung lurus
Penentuan ras dapat dilakukan melalui pemeriksaan terhadap tengkorak, sudut
intercondylus, dan tulang panjang :
Tengkorak
37
Kaukasoid
Negroid
Mongoloid
Dolichocephalic
Brachycephalic
Kontur sagital
Bulat
Lengkung
Parietal
+-++
+++
Gigi
Sedikit overbite
Prognatik
Sejajar
Wajah
Panjang, sempit
Prognatik
Datar
38
Orbita
Persegi
Oval
Bulat
Jarang interorbital
Intermediet
Lebar
Lebar
Apertura nasal
Sempit, oval
Bulat
Spina nasalis
Tajam
Pendek atau
inferior
Tumpul
berbentuk palung
Tulang nasal
Intermediet
Pendek
Menonjol
Sedikit ramping
Menyolok dengan
dan prominensia
penonjolan inferior
malar
Sudut mandibular
Sedikit tumpul
Tumpul
Hampir menyerupai
sudut
Dagu, prosesus
++
mentalis
39
Gambar : Gambaran foto Rontgen lateral lutut memperlihatkan metode untuk mengukur
sudut intercondylar shelf.
Tulang panjang
Pada ras kulit hitam, tibia relatif lebih panjang daripada femur dan radius
relatif lebih panjang daripada humerus. Pada populasi kulit putih dan
Mongoloid, femur lebih melengkung ke anterior bila dibandingkan dengan
populasi kulit hitam. Femur ras kulit hitam cenderung lebih lurus.
f. Bukti Trauma
Setelah tanah dan kotoran lainnya dibersihkan dari tulang dengan menggunakan air
dan sikat yang halus, maka jejas trauma yang halus sekalipun, akan terlihat.
Dicari pula tanda-tanda kekerasan pada tulang dan memperkirakan sebab kematian.
Perkiraan saat kematian dilakukan dengan memeperhatikan kekeringan tulang. Bila
terdapat dugaan berasal dari seseorang tertentu, maka dilakukan identifikasi
dengan membandingkan data antemortem. Bila terdapat foto terakhir wajah orang
tersebut semasa hidup, dapat dilaksanakan metode superimposisi, yaitu dengan
40
jalan menumpukkan foto Rontgen tulang tengkorak diatas foto wajah orang
tersebut yang dibuat berukuran sama dan diambil dari sudut pengambilan yang
sama. Dengan demikian dapat dicari adanya titik-titik persamaan.
5. Serologik.
Metode serologik meliputi penentuan golongan darah, dan analisis DNA. Pemeriksaan
serologik betujuan untuk menentukan golongan darah jenazah.Penentuan golongan darah
pada jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku
dan tulang. Saat ini telah dapat dilakukan pemeriksaan sidik DNA yang akurasi nya
sangat tinggi.
a) Definisi DNA
Asam deoksi-ribonukleat ( Deoxyribonucleic Acid = DNA ) adalah suatu senyawa
kimiawi yang membentuk kromosom . Bagian dari suatu kromosom yang
mendikte suatu sifat khusus disebut gen . Struktur DNA adalah untaian ganda
(double helix), yaitu dua untai bahan genetik yang membentuk spiral satu sama lain.
Setiap untaian terdiri dari satu deretan basa ( juga disebut nukleotida ). Basa dimaksud
adalah salah satu dari keempat senyawa kimiawi berikut : Adenin, Guanin, Cytosine
dan thymine.
Kedua untai DNA berhubungan pada setiap basa. Setiap basa hanya akan berikatan
dengan satu basa lainnya, dengan aturan sebagai berikut : Adenin (A) hanya akan
berikatan dengan thymine (T), dan guanine (G) hanya akan berikatan dengan
Cytosine (C) .
Contoh dari satu untaian DNA terlihat seperti ini :
A- A- C - T - G - A- T - A- G - G - T - C - T - A- G
Untaian DNA yang dapat terikat pada untaian DNA di atas adalah
T - T - G - A- C - T - A- T - C - C - A- G - A- T - C
dan gabungan dari keduanya menjadi :
A- A- C - T - G - A- T - A- G - G - T - C - T - A- G
T - T - G - A- C - T - A- T - C - C - A- G - A- T - C
Untaian DNA dibaca dari arah yang khusus, dari puncak atas (disebut 5 atau ujung
lima utama ) atau dari dasar (disebut ujung 3 atau ujung tiga utama). Pada suatu
untaian ganda, untaian diurut dari arah yang berlawanan :
5 A - A - C - T - G - A - T - A - G - G - T - C - T - A - G 3
3 T - T - G - A - C - T - A - T - C - C - A - G - A - T - C 5
41
42
satu satu sama lain, atau mereka sama sekali tidak mempunyai hubungan keluarga.
Para ahli menggunakan sejumlah kecil deretan DNA yang diketahui bervariasi di
antara sekian banyak individu, dan menganalisisnya untuk memperoleh tingkat
kemungkinan kecocokan tertentu.
b) Cara Melakukan Pemetaan Sidik Jari DNA
Southern Blot adalah salah satu cara untuk menganalisis pola-pola genetik yang
muncul dalam DNA seseorang. Tahapan-tahapan pekerjaan Southern Blot ,
meliputi :
(1). Isolasi DNA, yang dipermasalahkan yang berasal dari sisa-sisa bahan sel di
dalam inti sel. Pekerjaan ini dapat dilakukan secara kimiawi, yaitu dengan
menggunakan detergent khusus untuk mencuci bahan ekstra dari DNA, atau
secara mekanis, dengan menerapkan tekanan tinggi untuk melepaskan DNA
dari bahan-bahan sel lainnya.
(2). Pemotongan DNA menjadi beberapa potongan dengan ukuran yang berbeda.
Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan satu atau lebih enzim
pemotong ( restriction enzymes ).
(3). Penyortiran potongan DNA berdasarkan ukurannnya. Suatu proses di mana
dilakukan pemisahan berdasarkan ukuran atau fraksinasi ukuran dengan
menggunakan cara yang disebut elektroforesis gel ( gel electrophoresis ).
DNA dimasukkan ke dalam gel ( seperti agarose ), dan muatan listrik
diterapkan pada gel tersebut, dengan muatan positif pada dasar wadah gel, dan
muatan negatif pada puncak wadah. Karena DNA bermuatan negatif, maka
potongan DNA akan tertarik ke arah dasar gel. Namun demikian, potonganpotongan kecil dari DNA akan dapat bergerak lebih cepat, dan karenanya
berada lebih jauh dari dasar dibandingkan dengan potongan-potongan yang
lebih besar. Berdasarkan prinsip di atas, potongan DNA dengan ukuran yang
berbeda akan terpisah, potongan yang lebih kecil lebih dekat ke dasar, dan
potongan yang lebih besar lebih dekat ke puncak.
(4). Denaturasi DNA, agar semua DNA berubah menjadi untai tunggal. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara pemanasan atau dengan perlakukan kimiawi terhadap
DNA yang terdapat di dalam gel (lihat poin 4 ).
(5). Blotting DNA. Gel dengan DNA yang sudah terfraksinasi berdasarkan
ukurannya diterapkan pada lembaran kertas nitrosellulosa sehingga DNA
tersebut dapat melekat secara tetap pada lembaran tersebut. Lembaran ini
43
44
45
46
penting
dalam
menentukan
bersalah
tidaknya
tersangka
tanpa
Namun demikian, bagian lain dari cerita ini menjadi lebih penting dari buktibukti DNA, yaitu tentang cara pengumpulan barang bukti tersebut. Penyelidikan
yang lebih mendalam menunjukkan bahwa pihak penuntuk tidak mungkin dapat
mengumpulkan barang bukti sebanyak itu tanpa adanya kesalahan dan
kekurangan. Akhirnya ketahuan bahwa penuntut dan Departemen Kepolisian Los
Angeles ( Los Angeles Police Department = LAPD ) telah membuat kekeliruan
serius dalam penanganan barang bukti DNA selama tahap awal penyelidikan.
Kesalahan itu meliputi :
kejadian perkara.
Hal yang lebih memberatkan lagi adalah kenyataan bahwa Vannatter
(seorang detektif LAPD) membawa berkeliling barang bukti darah O.J.
Simpson di dalam vial yang disimpan dalam amplop terbuka selama tiga
jam, dan pergi minum kopi sebelum membawa barang bukti tersebut ke
laboratorium pemeriksaan.
halangan terhadap peradilan dan merupakan hal yang tidak konstitusional bila
tidak menghadirkan bukti-bukti tersebut di pengadilan .
Pengujian DNA bukan hanya terkait dengan persoalan etika, legal, atau kebijakan
publik, pengujian ini juga berkaitan dengan permasalahan wanita. Sembilan puluh
persen (90 %) dari korban kriminil yang melibatkan identifikasi DNA adalah
perempuan. Pengujian ini sangat bermanfaat dalam mengungkapkan kasus-kasus
kejahatan seksual, yang secara tradisional paling sulit diungkapkan dan
kebanyakan tidak dilaporkan. Hanya sekitar separuh dari kasus pemerkosaan
yang dilaporkan yang menghasilkan penahanan, dan kurang dari separuh pelaku
yang ditahan yang dijatuhi hukuman di pengadilan. Uji DNA telah membuat
banyak kemajuan yang berarti dalam penghukuman terhadap pelaku-pelaku
kejahatan seksual terhadap wanita.
II.5 PERAN DOKTER DALAM PROSES IDENTIFIKASI FORENSIK
Bantuan yang dapat diberikan oleh dokter pada proses identifikasi meliputi :
1. Menentukan manusia atau bukan
Jika ditemukan tulang-tulang maka kadang-kadang tulang dari beberapa binatang tertentu
mirip manusia. Cakar dari beruang misalnya, hamper mirip bentuknya dengan tangan
manusia.denngan pemeriksaan teliti akan dapat dibedakan apakah tulang yang ditemukan
berasal dari manusia atau binatng.
Yang agak sulit adalah jika yang ditemukan itu berupa tukang yang khas (unidentifiable
bones) atau jaringan lunak. Dalam hal ini pemeriksaan yang diperlukan untuk
menentukan manusia atau binatang adalah pemeriksaan imunologi (precipitin test).
51
b. Tulang-tulang tertentu :
Pada orang dewasa, beberapa tulang tertentu bentuknya berbeda antara laki-laki dan
wanita. Tulang- tulang itu antara lain tengkorak, pelvis, tulang panjang, rahang dan
gigi.
Tengkorak :
Dahi
Tepi orbital
Orbital
Tonjolan mastoid
Rigi (muscle-ridges)
Laki-laki :
rendah
lebih menonjol
persegi empat
besar
kasar (nyata)
wanita:
tinggi
kurang menonjol
bulat
kecil
halus
Pelvis :
laki-laki:
wanita:
Bentuk
Arcus pubis
<90 derajat
>90 derajat
Foramen ischiadica
oval
segitiga
Incisura ischiadica
lebih dalam
lebih dangkal
Os sacrum
kurang lebar
lebih lebar
Tulang panjang pada laki-laki lebih massive ( terutama di sekitar sendi ) dan rigi
perlekatan otot lebih nyata. Bentuk rahang dan gigi antara laki-laki dan wanita juga
berbeda sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan identifikasi jenis kelamin.
Rahang pada laki-laki umumnya seperti huruf V sedangkan pada wanita seperti huruf
U. Gigi dan akar gigi permanen pada laki-laki lebih besar dari pada wanita.
3. Menentukan Umur
Tulang manusia dan gigi juga dapat memberikan informasi penting bagi perkiraan umur
manusia. Namun signifikasi dari pemeriksaan tulang bergantung pada besarnya
penyebaran kelompok umur sehingga perlu dikelompokkan secara terpisah menjjadi
kelompok fetus, neonatus, anak-anak, adolescen dan dewasa.
Pada fetus dan neonates, perkiraan didasarkan pada inti penulangan yang dapat dilihat
melalui pemeriksaan ronsenologik atau otopsi. Oleh para ahli telah disusun table
pembentukan inti penulangan dari berbagai tulang, mulai dari kehidupan intra uterine
sampai pada kehidupan di luar kandungan. Pada anak-anak dan adolescen sampai umur
20 tahun, yang paling berguna bagi penentuan umur adalah penutupan epifise. Seperti
52
diketahui bawha penutupan epifise juga mengikutti urutan kronologik. Memang tingkat
ketelitiannya rendah sehingga perlu dikoombinasikan dengan pemeriksaan lain.
Pada kelompok dewasa (yaitu sesudah berumur 20 tahun), perkiraan umur dengan
menggunakan tulang menjadi lebih sulit. Beberapa petunjuk yang dapat dipakai antara
lain; penutupan sutura, perubahan sudut rahang dan adanya proses penyakit.
Penentuan umur dengan menganalisa jaringan yang akan tumbuh menjadi gigi pada bayi
di dalam kandungan mempunyai derajat kecermatan yang tinggi. Sesudah dilahirkan
penentuan umur dapat dilakukan dengan mendasarkan pada mineralisasi, pembentukan
mahkota gigi, erupsi gigi dan resorbsi apicalis.dengan menggunakan formula matematik,
Gustafson
telah
menyusun
rumus
yang
dapat
digunakan
untuk
membantu
53