Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN
I. 1. LATAR BELAKANG

Seperti diketahui bersama dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa
ini, perkembangan di segala bidang kehidupan yang membawa kesejahteraan bagi umat
manusia, pada kenyataannya juga menimbulkan berbagai akibat yang tidak diharapkan.
Salah satu diantara akibat yang tidak diharapkan tersebut adalah meningkatnya
kuantitas maupun kualitas mengenai cara atau teknik pelaksanaan tindak pidana, khusunya
yang berkaitan dengan upaya pelaku tindak pidana dalam usaha meniadakan sarana bukti,
sehingga tidak jarang dijumpai kesulitan bagi para petugas hukum untuk mengetahui korban
dan atau pelakunya.
Dalam proses penyidikan suatu tindak pidana, mengetahui identitas korban
merupakan suatu hal yang mempunyai arti sangat penting, yaitu sebagai langkah awal
penyidikan yang harus dibuat jelas lebih dahulu sebelum dapat dilakukan langkah-langkah
selanjutnya dalam proses penyidikan tersebut. Apabila identitas korban tidak dapat diketahui,
maka sebenarnya penyidikan menjadi tidak mungkin dilakukan. Selanjutnya apabila
penyidikan tidak sampai menemukan identitasnya identitas korban, maka dapat dihindari
adanya kekeliruan dalam proses peradilan yang dapat berakibat fatal (ingat semboyan: lebih
baik membebaskan yang bersalah daripada menghukum yang tidak bersalah).
Selain itu untuk berbagai kehidupan sosial misalnya asuransi, pembagian dan
penentuan ahli waris, akte kelahiran, pernikahan dan sebagainya keterangan identitas
mempunyai arti penting pula, yaitu untuk mengetahui bahwa keterangan itu benar-benar
keterangan yang dimaksud untuk memperoleh yang menjadi haknya maupun untuk
memenuhi kewajibannya.
Bencana adalah suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak dan tidak terencana
atau secara perlahan tetapi berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan
normal atau kerusakan ekosistem sehingga diperlukan tindakan darurat dan menyelamatkan
korban yaitu manusia beserta lingkungannya.
-Bencana yang terjadi secara akut atau mendadak dapat berupa rusaknya rumah
serta bangunan, rusaknya saluran air, terputusnya aliran listrik, jalan raya, bencana akibat
tindakan manusia, dan lain sebagainya. Sedangkan bencana yang terjadi secara perlahanlahan atau slow onset disaster, misalnya perubahan kehidupan masyarakat akibat
menurunnya kemampuan memperoleh kebutuhan pokok, atau akibat dari kekeringan yang
1

berkepanjangan, kebakaran hutan dengan akibat asap atau haze yang menimbulkan masalah
kesehatan.
Dalam ilmu kedokteran forensik dikenal pemeriksaan identifikasi yang merupakan
bagian tugas yang mempunyai arti cukup penting. Disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
identifikasi adalah suatu usaha untuk mengetahui identitas seseorang melalui sejumlah ciri
yang ada pada orang tak dikenal, sedemikian rupa sehingga dapat ditentukan bahwa orang itu
apakah sama dengan orang yang hilang yang diperkirakan sebelumnya juga dikenal dengan
ciri-ciri itu. Disitulah semua, identifikasi mempunyai arti penting baik ditinjau dari segi untuk
kepentingan forensik maupun non-forensik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. DEFINSI
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu
penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu
masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas personal dengan tepat
amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses
peradilan.
Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak
dikenal, jenazah yang rusak, membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana
alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh
manusia atau kerangka.Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus
lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orangtua nya.Identitas seseorang
yang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif
(tidak meragukan).
II.2 METODE IDENTIFIKASI
Dalam pelayanan identifikasi forensik berbagai macam pemeriksaan dapat digunakan
sebagai sarana identifikasi. Berdasarkan penyelenggaraan penanganan pemeriksaannya, maka
sarana-sarana identifikasi dapat dikelompokkan:
1. Sarana identifikasi konvensional, yaitu berbagai macam pemeriksaan identifikasi yang
biasanya sudah dapat diselenggarakan penanganannya oleh pihak polisi penyidik antara
lain:
a. Pemeriksaan secara visual dan fotografi mengenali ciri-ciri muka atau sinyalemen
tubuh lainnya.
b. Pemeriksaan benda-benda milik pribadi seperti: pakaian, perhiasan, sepatu dan
sebagainya.
c. Pemeriksaan kartu-kartu pengenal seperti KTP,SIM, Karpeg, kartu mahasiswa dan
sebagainya, surat-surat seperti surat tugas/ jalan atau dokumen-dokumen dsb.
d. Pemeriksaan sidik jari dan lain-lain.
2. Sarana identifikasi medis, yaitu berbagai macam pemeriksaan identifikasi yang
diselenggarakan penanganannya oleh pihak medis, yaitu apabila pihak polisi penyidik
3

tidak dapat menggunakan sarana identifikasi konvensional atau kurang memperoleh hasil
identifikasi yang meyakinkan, antara lain:
a. Pemeriksaan ciri-ciri tubuh yang spesifik maupun yang non-spesifik secara medis
melalui pemeriksaan luar dan dalam pada waktu otopsi. Beberapa ciri yang spesifik,
misalnya cacat bibir sumbing atau celah palatum, bekas luka atau operasi luar
(sikatrik atau keloid), hiperpigmentasi daerah kulit tertentu (toh), tahi lalat, tato, bekas
fraktur atau adanya pin pada bekas operasi tulang atau juga hilangnya bagian tubuh
tertentu dan lain-lain. Beberapa contoh ciri non-spesifik antaralain misalnya tinggi
badan, jenis kelamin, warna kulit, warna serta bentuk rambut dan mata, bentuk-bentuk
hidung, bibir dan sebagainya.
b. Pemeriksaan ciri-ciri gigi melalui pemeriksaan odontologis.
c. Pemeriksaan ciri-ciri badan atau rangka melalui pemeriksaan antropologis,
antroposkopi dan antropometri.
d. Pemeriksaan golongan darah berbagai sistem: ABO, Rhesus, MN, Keel, Duffy, HLA
dan sebagainya.
e. Pemeriksaan ciri-ciri biologi molekuler sidik DNA dan lain-lain.
Dikenal ada dua metode melakukan identifikasi yaitu secara membandingkan dan
secara rekonstruksi. Yang dimaksud dengan identifikasi membandingkan data adalah
identifikasi yang dilakukan dengan cara membandingkan antara data ciri hasil pemeriksaan
hasil orang tak dikenal dengan data ciri orang yang hilang yang diperkirakan yang pernah
dibuat sebelumnya.
Pada penerapan penanganan identifikasi kasus korban jenasah tidak dikenal, maka
kedua data ciri yang dibandingkan tersebut adalah data post mortem dan data ante mortem.
Data ante mortem yang baik adalah berupa medical record dan dental record.
Identifikasi dengan cara membandingkan data ini berpeluang menentukan identitas
sampai pada tingkat individual, yaitu dapat menunjuka siapa jenasah yang tidak dikenal
tersebut. Hal ini karena pada identidikasi dengan cara membandingkan data, hasilnya hanya
ada dua alternatif: identifikasi positif atau negatif. Identifikasi positif, yaitu apabila kedua
data yang dibandingkan adalah sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa jenasah yang tidak
dikenali itu adalah sama dengan orang yang hilang yang diperkirakan. Identifikasi negatif
yaitu apabila data yang dibandingkan tidak sama, sehingga dengan demikian belum dapat
ditentukan siapa jenasah tak dienal tersebut. Untuk itu masih harus dicarikan data
pembanding antemortem dari orang hilang lain yang diperkirakan lagi. Untuk dapat
melakukan identifikasi dengan cara membandingkan data, diperlukan syarat yang tidak
4

mudah, yaitu harus tersedianya data ante mortem berupa medical atau dental record yang
lengkap dan akurat serta up-to-date, memenuhi kriteria untuk dapat dibandingkan dengan
data post mortemnya. Apabila tidak dapat dipenuhi syarat tersebut, maka identifikasi dengan
cara membandingkan tidak dapat diterapkan.
Apabila identifikasi dengan cara membandingkan data tidak dapat diterapkan, bukan
berarti kita tidak dapat mengidentifikasi. Apabila demikian halnya, kita masih dapat mencoba
mengidentifikasi dengan cara merekonstruksi data hasil pemeriksaan post-mortem ke dalam
perkiraan-perkiraan mengenai jenis kelamin, umur, ras, tinggi dan bentuk serta ciri-ciri
spesifik badan. Sebagai contoh:
a. Dengan mengamati lebar-sempitnya tulang panggul terhadap kriteria dan ukuran laki-laki
dan perempuan, dapat diperkirakan jenis kelaminnya.
b. Dengan mengamai interdigitasi dutura-sutura tengkorak dan pola waktu erupsi gigi, dapat
diperkirakan umurnya. Pada kasus infantisid dengan mengukur tinggi badan (kepala-tumit
atau kepala-tulang ekor) dapat diperkirakan umur bayi dalam bulan.
c. Dengan formula matematis, dapat diperhitungkan perkiraan tinggi badan individu dari
ukuran barang bukti tulang-tulang panjangnya.
d. Dengan perhitungan indeks-indeks dan modulus kefalometri atau kraniometri, dapat
diperhitungkan perkiraan ras dan bentuk muka individu.
e. Dengan ciri-ciri yang spesifik, dapat menuntun kepada siapa individu yang memilikinya.
Meskipun identifikasi cara rekonstruksi ini tidak sampai menghasilkan dapat
menentukan identitas sampai pada tingkat individual, namun demikian perkiraan-perkiraan
identitas yang dihasilkan dapat mempersempit dan memberikan arah penyidikan.
II.3 DASAR DASAR IDENTIFIKASI FORENSIK
Dasar hukum dan undang-undang bidang kesehatan yang mengatur identifikasi
jenasah adalah :
A. Berkaitan dengan kewajiban dokter dalam membantu peradilan diatur dalam KUHP pasal
133 :
1. Dalam hal penyidik untuk membantu kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang di duga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli
kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

3. Mayat yang dikirimkan kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah
sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat
tersebut dan diberi label yang memuatkan identitas mayat, dilak dengan diberi cap
jabatan yang diilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
B. Undang-undang Kesehatan Pasal 79
1. Selain penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia juga kepada pejabat
pegawai negeri sipil tertentu di Departemen Kesehatan diberi wewenang khusus
sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam UU No 8 tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana, untuk melakukan penyidikan tindak pidana sebagaimana diatur dalam
undang-undang ini.
2. Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang :
a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan.
b. Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan.
c. Meminta keteragan dan bahan bukti dari orang atau badan usaha.
d. Melakukan pemeriksaan atas surat atau dokumen lain.
e. Melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti.
f. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan.
g. Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti sehubungan dengan
tindak pidana di bidang kesehatan.
3. Kewenangan penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan menurut
UU No 8 tahun 1981 tentang HAP.
II.4 JENIS JENIS PEMERIKSAAN IDENTIFIKASI FORENSIK
Identifikasi dapat berupa orang masing hidup atau yang sudah meninggal dunia.
Identifikasi terhadap orang tak dikenal yang masing hidup meliputi :
Penampilan umumm (general appearance), yaitu : tinggi badan, berat badan, jenis kelamin,
umur, warna kulit, rambut dan mata.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pakaian
Sidik jari
Jaringan parut
Tatoo
Kondisi mental
Antropometri

Metoda identifikasi untuk orang hidup adalah :


1. Kesan pribadi ( identifikasi visual)
Basis identifikasi sangat sering dilakukan tetapi kadang tak dapat dipercaya. Saksilah
diminta untuk menunjuk terdakwa. Basis Identifikasi yang dimaksud adalah suatu

gambaran mengenai seseorang dari gambaran saksi. Dimana kesan pribadi seseorang
tergantung pada corak seperti rambut, jenggot dan kumis, dimana kesan dapat diubah
dengan mudah dengan menggunakan perawatan bedah plastik.
2. Fotografi
Lebih bermanfaat dalam mengidentifikasi yang hidup dibanding yang mati.
3. Tulisan tangan
Memungkinkan para tenaga ahli untuk mengidentifikasi seseorang atau mendeteksi
pemalsuan. Metoda yang digunakan meliputi pembesaran fotografis, analisa tinta, analisa
kertas.
4. Sidik jari ( Dactylography)
Sidik jari diproduksi oleh kulit friksi yaitu telapak tangan dan tapak kaki yang membentuk
suatu pola. Kelenjar keringat pada kulit menghasilkan keringat dan sebum. Ketika kulit
menyentuh suatu permukaan akan meninggalkan suatu kesan berminyak (sidik jari). Sidik
jari tersebut dapat dilihat baik dengan menaburkan suatu bedak. Sidik jari tersebut dapat
diangkat setelah pengembangan. Sidik jari dapat tersisa selama bertahun-tahun bila tidak
dibersihkan. Pola sidik jari dari suatu individu tidak akan berubah sepanjang hidupnya.
Sedangkan identifikasi terhadap orang yang sudah meninggal dunia dapat dilakukan
terhadap :
1. Jenazah yang masih baru dan utuh
2. Jenazah yang sudah membusuk dan utuh
3. Bagian-bagian dari tubuh jenazah

Proses identifikasi menggunakan 2 metode, yaitu metode sederhana dan metode


ilmiah. Metode sederhana dari proses identifikasi meliputi:
1. Metode visual.
Metode ini hanya dapat dilakukan bila keadaan tubuh, terutama wajah korban masih
dalam keadaan baik dan belum terjadi pembusukan yang lanjut. Metode ini dilakukan
dengan memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang merasa kehilangan anggota
keluarga atau temannya. Cara ini hanya efektif pada jenazah yang belum membusuk,
sehingga masih mungkin dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu orang.
2. Metode kepemilikan, seperti pakaian, perhiasan, dokumen.

Dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, Paspor) dan sejenisnya yang kebetulan
ditemukan dalam dalam saku pakaian yang dikenakan akan sangat membantu mengenali
jenazah tersebut. Perlu diingat pada kecelakaan masal, dokumen yang terdapat dalam tas
atau dompet yang berada dekat jenazah belum tentu adalah milik jenazah yang
bersangkutan.
Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah, mungkin dapat diketahui merek atau
nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge yang semuanya dapat membantu
proses identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah tersebut.
Metode eksklusi.
Metode ini sering digunakan pada kasus yang terdapat banyak korban seperti bencana.
Bila dari sekian banyak korban, tinggal satu yang tidak dapat dikenali oleh karena
keadaan mayatnya sudah sedemikian rusaknya, maka atas bantuan daftar korban akan
dapat diketahui siapa korban tersebut.
Metode ini digunakan pada kecelakaan masal yang melibatkan sejumlah orang yang dapat
diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat udara, kapal laut dan sebagainya.
Bila sebagian besar korban telah dapat dipastikan identitasnya dengan menggunakan
metode indentifikasi yang lain, sedangkan identitas sisa korban tidak dapat ditentukan
dengan metode-metode tersebut diatas, maka sisa korban diindentifikasi menurut daftar
penumpang.

Metode ilmiah dari proses identifikasi meliputi:


1. Sidik jari.
1. Definisi
Keuntungan dari metode ini mudah dilakukan secara massal dan biaya yang murah.
Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari antemortem.
Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling
tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang. Dengan demikian harus
dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari tangan jenazah untuk
pemeriksaan sidik jari, misalnya dengan melakukan pembungkusan kedua tangan
jenazah dengan kantong plastik.
Daktiloskopi adalah suatu sarana dan upaya pengenalan identitas diri seseorang
melalui suatu proses pengamatan dan penelitian sidik jari, yang dipergunakan untuk
8

berbagai keperluan/kebutuhan, tanda bukti, tanda pengenal ataupun sebagai pengganti


tanda tangan (cap Jempol).
Sidik jari adalah suatu impresi dari alur-alur lekukan yang menonjol dari epidermis
pada telapak tangan dan jari-jari tangan atau telapak kaki dan jari-jari kaki, yang juga
dikenal sebagai dermal ridges atau dermal papillae, yang terbentuk dari satu atau
lebih alur-alur yang saling berhubungan. Dari bayi pun, kita semua sudah mempunyai
sidik jari yang sangat identik dan tidak dimiliki orang lain. Alur-alur kulit di ujung jari
dan telapak tangan dan kaki mulai tumbuh di ujung jari sejak janin berusia empat
minggu hingga sempurna saat enam bulan di dalam kandungan.
Detail anatomi ini memperkasar permukaan telapak tangan dan kaki hingga
memperkuat cengkeraman kala memegang atau berjalan. Benda yang dipegang tidak
mudah lepas.
Gambar : Sidik jari pada manusia
2. Sifat sifat Sidik Jari
Biometrik merupakan cabang matematika terapan yang bidang garapnya untuk
mengindentifikasi individu berdasarkan ciri atau pola yang dimiliki oleh individu
tersebut, misalnya bentuk wajah, sidik jari, warna suara, retina mata, dan struktur
DNA. Sidik jari merupakan salah satu pola yang sering digunakan untuk
mengindentifikasi indentitas seseorang karena polanya yang unik, terbukti cukup

akurat, aman, mudah, dan nyaman bila dibandingkan dengan sistem biometrik yang
lainnya. Hal ini dapat dilihat pada sifat yang dimiliki oleh sidik jari yaitu guratanguratan pada sidik jari yang melekat pada kulit manusia seumur hidup, pola ridge
tidaklah bisa menerima warisan, pola ridge dibentuk embrio, pola ridge tidak pernah
berubah dalam hidup, dan hanya setelah kematian dapat berubah sebagai hasil
pembusukan. Dalam hidup, pola ridge hanya diubah secara kebetulan akibat, lukaluka, kebakaran, penyakit atau penyebab lain yang tidak wajar. Dapat dikatakan
bahwa tidak ada dua orang yang mempunyai sidik jari yang sama, walaupun kedua
orang tersebut kembar satu telur. Dibawah ini merupakan sifat-sifat khusus yang
dimiliki sidik jari :
a) Perennial nature, yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat pada kulit
manusia seumur hidup.
b) Immutability, yaitu sidik jari seseorang tidak pernah berubah, kecuali
mendapatkan kecelakaan yang serius.
c) Individuality, pola sidik jari adalah unik dan berbeda untuk setiap orang.
3. Macam Macam Sidik Jari
a) Latent prints (Sidik jari Laten). Walaupun kata laten berarti tersembunya atau
tak tampak, pada penggunaan modern di ilmu forensik istilah sidik laten berarti
kemungkinan adanya atau impressi secara tak sengaja yang ditinggalkan dari aluralur tonjolan kulit jari pada sebuah permukaan, tanpa melihat apakah sidik
tersebut terlihat atau tak terlihat pada waktu tersentuh. Teknik memproses secara
elektronik, kimiawi, dan fisik dapat digunakan untuk melihat residu sidik laten
yang tak terlihat yang ditimbulkan dari sekresi kelenjar ekrin yang berada di aluralur tonjolan kulit (yang memproduksi keringat, sebum, dan berbagai macam
lipid) walaupun impressi tersebut terkontaminasi dengan oli, darah, cat, tinta, dll.
b) Patent prints (Sidik jari Paten). Sidik ini ialah impressi dari alur-alur tonjolan
kulit dari sumber yang jak jelas yang dapat langsung terlihat mata manusia dan
disababkan dari transfer materi asing pada kulit jari ke sebuah permukaan. Karena
sudah dapat langsung dilihat sidik ini tidak butuh teknik-teknik enhancement, dan
diambil bukan dengan diangkat, tetapi hanya dengan difoto.
c) Plastic prints (Sidik jari Plastik). Sidik plastik adalah impressi dari sentuhan aluralur tonjolan kulit jari atau telapak yang tersimpan di material yang
mempertahankan bentuk dari alur-alut tersebut secara detail. Contoh umum: pada
lilin cair, deposit lemak pada permukaan mobil. Sidik-sidik seperti ini dapat
langsung dilihat, tapi penyidik juga tak boleh mengenyampingkan kemungkinan
bahwa sidik-sidik laten yang tak tampak dari sekongkolan pelaku mungkin juga

10

terdapat pada permukaan tersebut. Usaha untuk melihat immpressi-impressi non


plastik pun harus dilaksanakan.
4. Klasifikasi Sidik Jari
Sebelum komputerisasi menggantikan sistem pendataan manual di operasi-operasi
pemrosesan sidikjari yang besar, klasifikasi sidik jari manual digunakan untuk
mengkatagorikan sidik jari berdasarkan formasi alur-alur tonjolan secara umum
(seperti ada atau tak adanya pola-pola sirkular pada jari-jari), oleh karena itu
pendataan dan pengambilan catatan laporan dalam jumlah besar berdasarkan polapola tersebut, yang terlepas dari pertimbangan nama, tanggal lahir, dan data biografis.
Sistem-sistem klasifikasi sidik jari yang paling populer diantaranya sitem Roscher,
sistem Vucetich, dan sistem Henry. Dari sistem-sistem ini, sistem Roscher
dikembangkan di Jerman dan diaplikasikan di Jerman dan Jepang. Sistem Vucetich
dikemkangkan di Argentina dan diimplementasikan di seluruh Amerika Utara, dan
sistem Henry dikembangkan di India dan diimplementasikan di kebanyakan negaranegara berbahasa Inggris.
Sistem Henry berasal dari pola ridge yang terpusat pola jari tangan, jari kaki,
khusunya telunjuk. Metoda yang klasik dari tinta dan menggulung jari pada suatu
kartu cetakan menghasilkan suatu pola ridge yang unik bagi masing-masing digit
individu.Dalam sistem klasifikasi Henry, terdapat tiga pola dasar sidik jari: Arch
(lengkungan), Loop (uliran), dan Whorl (lingkaran).
a. Tipe Arch, Pada patern ini kerutan sidik jari muncul dari ujung, kemudian mulai
b.

naik di tengah, dan berakhir di ujung yang lain.


Tipe Loop, Pada patern ini kerutan muncul dari sisi jari, kemudian membentuk

c.

sebuah kurva, dan menuju keluar dari sisi yang sama ketika kerutan itu muncul.
Tipe Whorl, Pada patern ini kerutan berbentuk sirkuler yang mengelilingi sebuah

titik pusat dari jari.


Dari ketiga klasifikasi diatas terdapat juga klasifikasi yang lebih kompleks yang
mengikutsertakan pola plain arches (lengkungan sederhana atau tented arches
(lekukan yang seperti tenda) . Pola Loop dapat berarah radial atau ulnar, tergantung
arah ekor dari loop tersebut. Pola Whorl juga dibagi dalam subgrup-subgrup: plain
whorl, accidental whorls, dan central pocket loop.
5. Cara Pengambilan Dan Pemeriksaan Sidik Jari
Dari sembilan metode identifikasi yang dikenal hanya metode penetuan jati diri
dengan sidik jari (daktiloskopi), yang tidak lazim dikerjakan oleh dokter, melainkan
dilakukan oleh pihak kepolisian. Walaupun pemeriksaan sidik jari tidak dilakukan
oleh dokter, dokter masih mempunyai kewajiban yaitu untuk mengambilkan atau
mencetak sidik jari, khususnya sidik jari pada korban yang tewas dan keadaan
11

mayatnya yang telah membusuk. Teknik pengembangan sidik jari pada jari yang
keriput, serta mencopot kulit ujung jari yang telah mengelupas dan memasangnya
pada jari yang sesuai pada jari pemeriksa, baru kemudian dilakukan pengambilan
sidik jari, merupakan prosedur standar yang harus dikethui dokter.
Cara pengangkatan sidik jari yang paling sederhana adalah dengan metode dusting
(penaburan bubuk). Biasanya metode ini digunakan pada sidik jari paten / yang
tampak dengan mata telanjang. Sidik jari laten biasanya menempel pada lempeng
aluminium, kertas, atau permukaan kayu. Agar dapat tampak, para ahli dapat
menggunakan zat kimia, seperti lem (sianoakrilat), iodin, perak klorida, dan
ninhidrin. Lem sianoakrilat digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari dengan
cara mengoleskannya pada permukaan benda aluminium yang disimpan di dalam
wadah tertutup, misalnya stoples. Dalam stoples tersebut, ditaruh juga permukaan
benda yang diduga mengandung sidik jari yang telah diolesi minyak. Tutup rapat
stoples. Sianoakrilat bersifat mudah menguap sehingga uapnya akan menempel
pada permukaan benda berminyak yang diduga mengandung sidik jari. Semakin
banyak sianoakrilat yang menempel pada permukaan berminyak, semakin

tampaklah sidik jari sehingga dapat diidentifikasi secara mudah.


Cara lainnya dengan menggunakan iodin. Iodin dikenal sebagai zat pengoksidasi.
Jika dipanaskan, iodin akan menyublim, yaitu berubah wujud dari padat menjadi
gas. Kemudian, gas iodin ini akan bereaksi dengan keringat atau minyak pada
sidik jari. Reaksi kimia ini menghasilkan warna cokelat kekuning-kuningan.
Warna yang dihasilkan tidak bertahan lama sehingga harus segera dipotret agar
dapat didokumentasikan. Zat kimia lain yang biasa digunakan adalah perak nitrat
dan larutan ninhidrin. Jika perak nitrat dicampurkan dengan natrium klorida, akan
dihasilkan natrium nitrat yang larut dan endapan perak klorida. Keringat dari
pelaku mengandung garam dapur (natrium klorida, NaCl) yang dikeluarkan
melalui pori-pori kulit. Pada praktiknya, larutan perak nitrat disemprotkan ke
permukaan benda yang diduga tersentuh pelaku. Setelah 5 menit, permukaan
benda akan kering dan perak nitrat pun terlihat. Lalu, sinar terang atau ultra violet
yang disorotkan ke permukaan benda akan membuat sidik jari yang mengandung
perak nitrat terlihat. Seperti halnya iodin, warna yang dihasilkan tidak bertahan
lama sehingga harus segera dipotret agar dapat didokumentasikan. Ninhidrin
merupakan zat kimia yang dapat bereaksi dengan minyak dan keringat
menghasilkan warna ungu. Jika jari pelaku kejahatan mengandung minyak atau

12

keringat, lalu tertempel pada permukaan benda, sidik jarinya akan terlihat dengan
cara menyemprotkan larutan ninhidrin. Setelah dibiarkan selama 10-20 menit,
akan tampak warna ungu. Proses ini dapat dipercepat dengan memanfaatkan panas
lampu. Metode paling mutakhir yang digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari
adalah teknik micro-X-ray fluorescence (MXRF).
2. Medik.
Metode ini menggunakan data umum dan data khusus. Data umum meliputi tinggi badan,
berat badan, rambut, mata, hidung, gigi dan sejenisnya.Data khusus meliputi tatto, tahi
lalat, jaringan parut, cacat kongenital, patah tulang dan sejenisnya.
Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan
menggunakan berbagai cara/modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan sinar-X) sehingga
ketepatan nya cukup tinggi. Bahkan pada tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan
metode identifikasi ini. Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras,
perkiraan umur dan tingi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.
Perbedaan umur jenis kelamin pria dan wanita
Panggul
Posture
Payudara
Jakun
Striae
Rambut pubis

Pria
Lebih kecil dari bahu
Besar
Jarang berkembang
Menonjol
Tidak ada
Tebal, tumbuh melebar -

Wanita
Lebih lebar dari bahu
Kecil
Berkembang
Tidak menonjol
Ada, payudara dan bokong
Lurus, hanya di mons

Rambut
Kelamin dalam

pusar
veneris
Ada di wajah, dada
Tidak ada
Testis, prostate, vesikula Ovarium,tuba

Tengkorak

seminalis
vagina
Lebih besar, berat dan Lebih kecil, ringan dan

Proporsi perut
Paha

tebal
Lebih kecil
Bentuk silinder

fallopi,

tipis
Lebih besar
Bentuk kerucut

3. Odontologik.
Dalam beberapa tahun terakhir, kita banyak dikejutkan oleh terjadinya bencana massal
yang menyebabkan kematian banyak orang. Selain itu kasus kejahatan yang memakan
banyak korban jiwa juga cenderung tidak berkurang dari waktu ke waktu. Pada kasus-

13

kasus seperti ini tidak jarang kita jumpai korban jiwa yang tidak dikenal sehingga perlu
diidentifikasi.
Forensik odontologi adalah salah satu metode penentuan identitas individu yang telah
dikenal sejak era sebelum masehi. Kehandalan teknik identifikasi ini bukan saja
disebabkan karena ketepatannya yang tinggi sehingga nyaris menyamai ketepatan teknik
sidik jari, akan tetapi karena kenyataan bahwa gigi dan tulang adalah material biologis
yang paling tahan terhadap perubahan lingkungan dan terlindung. Gigi merupakan sarana
identifikasi yang dapat dipercaya apabila rekaman data dibuat secara baik dan benar.
Beberapa alasan dapat dikemukakan mengapa gigi dapat dipakai sebagai sarana
identifikasi adalah sebagai berikut, pertama karena gigi bagian terkeras dari tubuh
manusia yang komposisi bahan organik dan airnya sedikit sekali dan sebagian besar
terdiri atas bahan anorganik sehingga tidak mudah rusak, terletak dalam rongga mulut
yang terlindungi. Kedua, manusia memiliki 32 gigi dengan bentuk yang jelas dan masingmasing mempunyai lima permukaan.
Berdasarkan pengalaman di lapangan, identifikasi korban meninggal massal melalui gigigeligi mempunyai kontribusi yang tinggi dalam menentukan identitas seseorang.
Identifikasi korban pada kasus-kasus ini diperlukan karena status kematian korban
memiliki dampak yang cukup besar pada berbagai aspek yang ditinggalkan. Identifikasi
tersebut merupakan perwujudan HAM dan merupakan penghormatan terhadap orang
yang sudah meninggal.selain itu juga merupakan menentukan apakah seseorang tersebut
secara hukum sudah meninggal atau masih hidup.
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (Odontogram) dan rahang yang dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan gigi dan
rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah,bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi
dan sebagainya.
Seperti hal nya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan gigi yang khas.
Dengan demikian dapat dilakukan indentifikasi dengan cara membandingkan data temuan
dengan data pembanding antemortem.
a. Definisi Forensik Odontologi
Ilmu kedokteran gigi forensik memiliki nama lain yaitu forensic dentistry dan
odontology forensic. Forensik odontologi adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi
yang mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara
evaluasi dan presentasi temuan gigi tersebut untuk kepentingan peradilan.

14

Sebagai suatu metode identifikasi pemeriksaan gigi memiliki keunggulan sebagai


berikut :
1. Gigi merupakan jaringan keras yang resisten terhadap pembusukan dan
pengaruh lingkungan yang ekstrim.
2. Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi geligi dan restorasi
gigi menyebabkan identifikasi dengan ketepatan yang tinggi.
3. Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk catatan medis
gigi (dental record) dan data radiologis.
4. Gigi geligi merupakan lengkungan anatomis, antropologis, dan morfologis,
yang mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir dan pipi, sehingga
apabila terjadi trauma akan mengenai otot-otot tersebut terlebih dahulu.
5. Bentuk gigi geligi di dunia ini tidak sama, karena berdasarkan penelitian
bahwa gigi manusia kemungkinan sama satu banding dua miliar.
6. Gigi geligi tahan panas sampai suhu kira-kira 400C.
7. Gigi geligi tahan terhadap asam keras, terbukti pada peristiwa Haigh yang
terbunuh dan direndam dalam asam pekat, jaringan ikatnya hancur, sedangkan
giginya masih utuh.

Gambar : identifikasi gigi pada jenazah


Pada gambar diatas menunjukkan bahwa gigi tetap dalam keadaan utuh pada suhu
yang tinggi, walaupun tubuh telah rusak, tetapi gigi masih dapat diidentifikasi.
Batasan dari forensik odontologi terdiri dari identifikasi dari mayat yang tidak dikenal
melalui gigi, rahang dan kraniofasial.
1. Penentuan umur dari gigi.
2. Pemeriksaan jejas gigit (bite-mark).
3. Penentuan ras dari gigi.
4. Analisis dari trauma oro-fasial yang berhubungan dengan tindakan kekerasan.
5. Dental jurisprudence berupa keterangan saksi ahli.

15

6. Peranan pemeriksaan DNA dari bahan gigi dalam identifikasi personal.


b. Peranan Forensik Odontologi Dalam menangani bencana Massal
Kematian yang tidak wajar atau tidak terduga, atau dalam kondisi bencana massal,
kerusakan fisik yang direncanakan, dan keterlambatan dalam penemuan jenazah, bisa
mengganggu identifikasi. Dalam kondisi inilah forensik odontologi diperlukan
walaupun tubuh korban sudah tidak dikenali lagi.
Identifikasi dalam kematian penting dilakukan, karena menyangkut masalah
kemanusiaan dan hukum. Masalah kemanusian menyangkut hak bagi yang meninggal,
dan adanya kepentingan untuk menentukan pemakaman berdasarkan agama dan
permintaan keluarga. Mengenai masalah hukum, seseorang yang tidak teridentifiksi
karena hilang, tidak dipersoalkan lagi apabila telah mencapai 7 tahun atau lebih.
Dengan demikian surat wasiat, asuransi, masalah pekerjaan dan hukum yang perlu
diselesaikan, serta masalah status pernikahan menjadi tidak berlaku lagi. Sebelum
sebab kematian ditemukan atau pemeriksa medis berhasil menentukan jenazah yang
sulit diidentifikasi, harus diingat bahwa kegagalan menemukan rekaman gigi dapat
mengakibatkan hambatan dalam identifikasi dan menghilangkan semua harapan
keluarga, sehingga sangat diperlukan rekaman gigi setiap orang sebelum dia
meninggal.
c. Anatomi dan Morfologi Gigi Manusia
d.1. Anatomi Gigi
Gigi manusia terdiri dari tiga
1. Akar gigi, yang berfungsi menopang gigi dan merupakan bagian gigi yang
terletak didalam tulang rahang.
2. Mahkota gigi yaitu bagian gigi yang berada diatas ginggiva.
3. Leher gigi, yaitu bagian yang menghubungkan akar gigi dengan mahkota gigi.
d.2. Struktur Gigi
Badan dari gigi terdiri dari :
1. Email, merupakan jaringan keras yang mengelilingi mahkota gigi dan
berfungsi membentuk struktur luar mahkota gigi dan membuat gigi tahan
terhadap tekanan dan abrasi. Email tersusun dari mineral anorganik terutama
kalsium dan fosfor, zat organic dan air.

16

2. Dentin, merupakan bagian dalam struktur gigi yang terbanyak dan berwarna
kekuningan. Dentin bersifat lebih keras dari pada tulang tetapi lebih lunak
dari email. Dentin terdiri dari 70 % bahan organic, terutama Kalsium dan
fosfor serta 30 % bahan organic dan air.
3. Sementum, merupakan jaringan gigi yang mengalami kalsifikasi dan
menutup akar gigi. Sementum berfungsi sebagai tempat melekatnya jaringan
ikat yang memperkuat akar gigi pada alveolus. Sementum lebih lunak dari
dentin dan terdiri dari 50% bahan organic berupa Kalsium dan Fosfor dan
50% bahan organic.
4. Pulpa, merupakan jaringan ikat longgar yang menempati bagian ruang tengah
pulpa dan akar gigi. Pada pulpa terkandung pembuluh darah, syaraf, dan sel
pembentuk dentin. Pulpa berisi nutrisi dan berfungsi sebagai sensorik.
d.3. Morfologi gigi.
Menurut masa pertumbuhan gigi manusia terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Gigi susu
Gigi susu berjumlah 20 buah dan mulai tumbuh pada umur 6 -9 bulan dan
lengkap pada umur 2 2,5 tahun. Gigi susu terdiri dari 5 gigi pada setiap
daerah rahang masing masing adalah : 2 gigi seri (incicivus), 1 gigi taring.
2. Gigi permanen
Gigi permanen berjumlah 28 32 terdiri dari 2 gigi seri, 1 gigi taring, 2 gigi
premolar, dan 3 gigi molar pada setiap daerah rahang. Gigi permanen
menggantikan gigi susu. Antara umur 6 14 tahun 20 gigi susu diganti gigi
permanen. Gigi molar 1 dan 2 mulai erupsi pada umur 6 12 tahun sedangkan
gigi molar 3 mulai erupsi pada umur 17 21 tahun.
d.4. Nomenklatur Gigi
Nomenklatur yang biasa dipakai adalah :
1. Cara Zsigmondy
Gigi susu
V IV III II I
V IV III II I
Gigi tetap
8764321
8764321
Contoh penulisan :

I II III IV V
I II III IV V
12345678
12345678
Vl : gigi susu m2 kanan atas

17

2. Cara Palmer
Gigi susu
EDCBA
EDCBA
Gigi tetap
8764321
8764321

AB C D E
AB C D E
12345678
12345678

Contoh penulisan :
3.

E l : gigi susu m2 kanan atas

Cara FID ( Federation Internationale Dentaire )


Dengan menggunakan sstem 2 angka :
Gigi Tetap :

1-

24-

3-

18 17 16 15 14 13 12 11

21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41

31 32 33 34 35 36 37 38

Gigi Susu
5-

6-

8-

755 54 53 52 51
85 84 83 82 81

61 62 63 64 65

71 72 73 74 75

Contoh penulisan :
55

: gigi susu m2 kanan atas

36

: gigi tetap M1 kiri bawah

d. Embriologi Dan Perkembangan Gigi Manusia


Gigi memiliki tiga periode pertumbuhan yaitu :
1. Periode Proliferasi
Pertumbuhan gigi mulai bulan keenam dari kehidupan embrio ( 11 mm embrio )
dengan bentukan tonjolan gigi primordial. Diferensiasi pertumbuhan gigi
berkembang dari ectoderm dan mesoderm.
Pembentukan gigi diawali dari pembentukan enamel, kemudian berdiferensiasi
menjadi dentin, pulpa, sementum, dan ligament periodontal.
Tonjolan gigi berasal dari invaginasi proliferatif dari ectoderm epitel mulut dan
diikuti

difernsiasi

dari

mesenkial

18

mesoderm

berdekatan.

Epitel

mulut

berdiferensiasi menjadi enamel yang memproduksi ameloklast dan dentin yang


memproduksi odontoblast yang muncul dari mesoderm.
Pulpa gigi terdiri dari jaringan ikat mesoderm, pembuluh darah dan saraf yang
berkembang secara sentral dalam cangkang luar gigi yang membentuk dentin dan
enamel. Invaginasi Tonjolan gigi berpisah dari tonjolan epitel mulut dan terus
berkembang secara bertahap dan diikuti pembentukan tulang maxilla, mandibula,
gigi seri, gigi taring.
Gigi susu terbentuk sampai umur 3 4 bulan (fetus), sedangkan untuk gigi tetap,
gigi belakang ( premolar dan molar ) sampai dengan stadium III kehamilan,
sedangkan untuk gigi incicivus lateralis sampai dengan stadium II kehamilan.
2. Periode kalsifikasi
Kalsifikasi jaringan email dan dentin merupakan aposisi, mulai 4 bulan
intrauterine sampai dengan usia 3 tahun setelah lahir untuk gigi susu, sedang
untuk gigi tetap antara lain :

Gigi I1 mulai 4 bulan intrauterine sampai dengan usia 1,5 tahun setelah
lahir.
Gigi I2 mulai 6 bulan intrauterine sampai dengan usia 2 atau 3 tahun,
begitu pula untuk gigi M1 atas dan gigi M2 bawah. Untuk gigi M2 atas
dan bawah sampai dengan usia 3 tahun. Sedangkan untuk gigi caninus
atas dan bawah sampai dengan usia 3,5 tahun.
3. Periode erupsi
Periode erupsi ini sangat bervariasi, tergantung dari beberapa faktor antara lain :
Pertumbuhan memanjang dari gigi.
Multiplikasi dari jaringan pulpa.
Deposisi dari jaringan baru jaringan cement.
Pertumbuhan jaringan tulang rawan.
Gigi dapat memberi informasi apakah seseorang itu anak anak atau remaja.
e. Penentuan Umur Berdasarkan Pemeriksaan Gigi
Metode yang sering digunakan untuk seseorang berdasar pemeriksaan gigi antara lain:
a. Metode Schour dan Massler
Schour dan Massler membuat table tentang gambaran pertumbuhan gigi mulai
dari lahir sampai dengan umur 21 tahun, yang banyak digunakan dalam ilmu
kedokteran gigi klinis khususnya ordontis untuk merencanakan atau
mengevaluasi perawatan gigi.

19

Tabel ini biasa dibunakan untuk mempelajari gigi geligi dimana yang sudah
seharusnya tanggal atau seharusnya sudah tumbuh pada umur tertentu. Untuk
penentuan umur penggunaannyajustru melihat gigi ayng sudah ada didalam
mulut dan menentukan umurnya dengan bantuan table Schour dan Massler.
2. Tabel Gustaffson dan Koch
Pada prinsipnya sama dengan sChour dan Massler, hanya pada table
Gustaffson untuk setiap gigi ini diberikan perkiraan jadwal yang lebih
lengakap, mulai dari pembentukan, mineralisasi, pertumbuhan ke dalam mulut
sapai pada penutupan foramen apicalis, sejak dalam kandungan hingga umur
16 tahun.
3. Metode Gustaffson
Penentuan umur berdasarkan table Gustaffson Koch pada umumnya
bermanfaat

selama

gigi

masih

dalam

masa

pertumbuhan.

Untuk

memperkirakan umur seseorang setelah masa itu digunakan 6 metode dari


Gustaffson.
a. atrisi
Penggunaan gigi setiap hari membuat gigi mengalami keausan yang sesuai
dengan bertambahnya usia.
b. Sekunder dentin
Sejalan dengan adanya atrisi, maka di dalam ruang pulpa akan dibentuk
sekunder dentin untuk melindungi gigi, sehingga semakin bertambah usia
maka sekunder dentin akan semakin tebal.
c. Ginggiva attachment
Pertambahan usia juga ditandai dengan besarnya jarak antara perlekatan
gusi dan gigi.
d. Pembentukan foramen apikalis
Semakin lanjut usia, semakin kecil juga foramen apikalis.
e. Transfarasi akar gigi
Semakin tua usia seseorang maka akar giginya semakin bening, hal ini
dipengaruhi oleh mineralisasi yang terjadi selama kehidupan.
f. Sekunder sement
Ketebalan semen sangat berhubungan dengan usia. Dengan bertambahnya
usia ketebalan sement pada ujung akar gigi juga semakin bertambah.
4.

Neonatal dan Von Ebner Lines

20

Garis-garis incremental Von Ebner dan Neonatal, dapat dilihat pada gigi yang
telah disiapkan dalam bentuk sediaan asahan dengan ketebalan 30-40 mikron.
Pada gigi susu dan Molar 1 (yaitu gigi-gigi yang ada pada waktu kelahiran),
akan ditemukan neonatal line berupa garis demarkasi yang memisahkan bagian
dalam email (yang terbentuk sebelum kelahiran) dengan bagian luar enamel
(yang terbentuk setelah lahir). Selanjutnya juga akan ditemukan garis-garis
incremental Von Ebner yang merupakan transisi antara periode pertumbuhan
cepat dan pertumbuhan lambat yang berselang-seling.
Jarak rata-rata antara garis ini adalah 4 mikron yang merupakan kecepatan
deposisi dentin dalam 24 jam. Apabila pembentukan gigi belum selesai,
perhitungan garis Von Ebner dari neonatal line dapat membantu penentuan
umur.
5. Metode Asam Aspartat
Hapusan asam aspartat telah digunakan untuk menentukan usia berdasarkan
pada terdapatnya bahan tersebut pada dentin manusia. Komponen protein
terbanyak pada tubuh manusia berbentuk L-amino Acid, D-amino acid yang
ditemukan pada tulang, gigi, otak dan lensa mata. D-amino acid dipercaya
mempunyai proses metabolisme yang lambat dan tiap bagiannya mempunyai
laju pemecahan yang lebih lambat dan mempunyai ratio dekomposisi yang
lebih lambat juga. Asam aspartat mempunyai kemampuan penghapusan paling
tinggi dari semua asam amino.
Pada 1976 Helfman dan Bada menggunakan informasi ini untuk mempelajari
perkiraan umur dengan membandingkan rasio D-Laspartat acid dengan 20
subyek dengan hasil bagus (r = 0,979) rasio yang tinggi pada D/L rasio banyak
ditemukan pada usia muda dan menurun akibat pertambahan usia dan
perubahan lingkungan.
Pada tahun 1990 Ritz et al. melaporkan adanya asam aspartat pada dentin
untuk menentukan usia pada orang yang telah meninggal, berdasarkan hal
tersebut metode ini dapat menyediakan informasi yang lebih akurat tentang
penentuan usia dibandingkan dengan parameter yang lain.
Untuk penentuan usia digunakan persamaan linier sebagai berikut :
Ln (1 + D/L) / (1 D/L) = 2k (aspartat)t + konstanta
K : first order kinetik
t : actual age
21

Gigi yang digunakan dalam kasus ini adalah gigi seri tengah bagian bawah dan
premolar pertama. Mereka menemukan perkiraan umur yang lebih baik dari
fraksi total asam amino dengan membagi menjadi fraksi kolagen yang tidak
larut dan fraksi peptide. Dibandingkan dengan total asam amino, fraksi
kolagen yang tidak larut dan fraksi peptide yang terlarut, mempunyai
konsentrasi glutamine dan asam aspartat yang lebih tinggi.
f. Identifikasi Forensik Odontologi
Ketika tidak ada yang dapat diidentifikasi, gigi dapat membantu untuk membedakan
usia seseorang, jenis kelamin,dan ras. Hal ini dapat membantu untuk membatasi
korban yang sedang dicari atau untuk membenarkan/memperkuat identitas korban.
g.1. Penentuan Usia
Perkembangan gigi secara regular terjadi sampai usia 15 tahun. Identifikasi
melalui pertumbuhan gigi ini memberikan hasil yang yang lebih baik daripada
pemeriksaan antropologi lainnya pada masa pertumbuhan. Pertumbuhan gigi
desidua diawali pada minggu ke 6 intra uteri. Mineralisasi gigi dimulai saat 12
16 minggu dan berlanjut setelah bayi lahir. Trauma pada bayi dapat merangsang
stress metabolik yang mempengaruhi pembentukan sel gigi. Kelainan sel ini akan
mengakibatkan garis tipis yang memisahkan enamel dan dentin di sebut sebagai
neonatal line. Neonatal line ini akan tetap ada walaupun seluruh enamel dan
dentin telah dibentuk. Ketika ditemukan mayat bayi, dan ditemukan garis ini
menunjukkan bahwa mayat sudah pernah dilahirkan sebelumnya. Pembentukan
enamel dan dentin ini umumnya secara kasar berdasarkan teori dapat digunakan
dengan melihat ketebalan dari struktur di atas neonatal line. Pertumbuhan gigi
permanen diikuti dengan penyerapan kalsium, dimulai dari gigi molar pertama
dan dilanjutkan sampai akar dan gigi molar kedua yang menjadi lengkap pada
usia 14 16 tahun. Ini bukan referensi standar yang dapat digunakan untuk
menentukan umur, penentuan secara klinis dan radiografi juga dapat digunakan
untuk penentuan perkembangan gigi.

22

Gambar : x ray gigi pada anak - anak


Gambar diatas memperlihatkan gambaran panoramic X ray pada anak-anak.
(a) Gambaran yang menunjukkan suatu pola pertumbuhan gigi dan
perkembangan pada usia 9 tahun (pada usia 6 tahun terjadi erupsi dari akar
gigi molar atau gigi 6 tapi belum tumbuh secara utuh).
(b) Dibandingkan dengan diagram yang diambil dari Schour dan Massler pada
gambar (b) menunjukkan pertumbuhan gigi pada anak usia 9 tahun.
Penentuan usia antara 15 dan 22 tahun tergantung dari perkembangan gigi molar
tiga yang pertumbuhannya bervariasi. Setelah melebihi usia 22 tahun, terjadi
degenerasi dan perubahan pada gigi melalui terjadinya proses patologis yang
lambat dan hal seperti ini dapat digunakan untuk aplikasi forensik.
g.2. Penentuan Jenis Kelamin
Ukuran dan bentuk gigi juga digunakan untuk penentuan jenis kelamin. Gigi
geligi menunjukkan jenis kelamin berdasarkan kaninus mandibulanya. Anderson
mencatat bahwa pada 75% kasus, mesio distal pada wanita berdiameter kurang
dari 6,7 mm, sedangkan pada pria lebih dari 7 mm. Saat ini sering dilakukan
pemeriksaan DNA dari gigi untuk membedakan jenis kelamin.
g.3. Penentuan Ras
Gambaran gigi untuk ras mongoloid adalah sebagai berikut:
1. Insisivus berbentuk sekop. Insisivus pada maksila menunjukkan nyata
berbentuk sekop pada 85-99% ras mongoloid. 2 sampai 9 % ras kaukasoid dan

23

12 % ras negroid memperlihatkan adanya bentuk seperti sekop walaupun tidak


terlalu jelas.
2. Dens evaginatus. Aksesoris berbentuk tuberkel pada permukaan oklusal
premolar bawah pada 1-4% ras mongoloid.
3. Akar distal tambahan pada molar 1 mandibula ditemukan pada 20%
mongoloid.
4. Lengkungan palatum berbentuk elips.
5. Batas bagian bawah mandibula berbentuk lurus.

Gambar : gigi untuk Ras Kaukasoid


Gambaran gigi untuk Ras kaukasoid adalah sebagai berikut:
1. Cusp carabelli, yakni berupa tonjolan pada molar 1.
2. Pendataran daerah sisi bucco-lingual pada gigi premolar kedua dari mandibula.
3. Maloklusi pada gigi anterior.
4. Palatum sempit, mengalami elongasi, berbentuk lengkungan parabola.
5. Dagu menonjol.

Gambar : gigi untuk Ras Negroid


Gambaran gigi untuk ras negroid adalah sebagai berikut:
1. Pada gigi premolar 1 dari mandibula terdapat dua sampai tiga tonjolan.
2. Sering terdapat open bite.

24

3. Palatum berbentuk lebar.


4. Protrusi bimaksila.
Di bawah ini merupakan contoh gambar open bite:

Gambar : gambaran open bite


4. Antropologik
4. 1. Definisi
Antropologi merupakan bidang studi sains tentang asal usul, prilaku, fisik, sosial dan
pengembangan lingkungan manusia. Antropologi forensik merupakan bidang ilmu untuk
physical anthropologists yang mengaplikasikan ilmunya dalam bidang biologi, sains, dan
budaya dalam proses hukum. Antropologi Forensik adalah pemeriksaan pada sisa-sisa
rangka. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sebagai langkah pertama untuk menentukan
apakah sisa-sisa tersebut berasal dari manusia.

25

Gambar : Anatomi Rangka Manusia


Menurut American Board of Forensic Anthropology, forensik antropologi adalah aplikasi
ilmu pengetahuan dari antropologi fisik untuk proses hukum. Identifikasi dari kerangka,
atau sediaan lain dari sisa sisa jasad (dugaan manusia) yang tidak teridentifikasi penting
untuk alasan hukum maupun alasan kemanusiaan. Forensik antropologi mengaplikasikan
tehnik sains sederhana yang berdasarkan antropologi fisik untuk mengidentifikasi sisa
sisa jasad manusia dan mengungkap tindak kejahatan.

26

Antropologi forensik meliputi penggalian arkeologis; pemeriksaan rambut, serangga,


plant materials dan jejak kaki; penentuan waktu kematian; facial reproduction;
photographic superimposition; detection of anatomical variants; dan analisa mengenai
cedera masa lalu dan penanganan medis. Namun, pada pelaksanaannya forensik
antropologi terutama untuk menentukan identitas jasad berdasar bukti yang tersedia, yaitu
menentukan jenis kelamin, perkiraan usia, bentuk tubuh, dan pertalian ras.
Gambar : Wire yang digunakan pada penyatuan fraktur.
4. 2. Ruang Lingkup pemeriksaan Forensik
Faktor utama yang digunakan pada pemeriksaan forensik adalah:

a. Osteologi
Osteologi, merupakan satu dari teknik yang paling bermakna pada pemeriksaan
antropologi forensik, karena antropologi forensik berhubungan dengan pemeriksaan
sisa sisa tulang maupun tulang yang utuh. Pemeriksa dapat menentukan perkiraan
usia, jenis kelamin, pertalian ras, tampilan fisik saat hidup. Tengkorak merupakan
bagian dari rangka manusia yang paling informatif. Namun, jarang sekali tengkorak
ditemukan dalam keadaan utuh ataupun baik. Oleh karena itu osteologis harus dapat
memanfaatkan apapun tulang yang tersedia.

27

Gambar : Alat alat Ukur Pemeriksaan Osteologi


Osteologi harus mengerti mengenai kerangka manusia. Langkah pertama pertama dari
osteologi menentukan sisa rangka yang ditemukan apakah dari manusia atau bukan.
Walaupun banyak sekali variasi yang terdapat pada manusia atau hewan, namun
terdapat persamaan-persamaan umum pada setiap spesies. Jika tengkorak tidak
ditemukan, tulang manusia dapat dibedakan dari hewan berdasarkan bentuk, ukuran
dan perbedaan densitas tulang. Penentuan spesies akan sangat sulit jika tulang yang
ditemukan berupa pecahan pecahan. Ada dua tipe sifat yang dapat ditemukan dari sisa
sisa rangka yaitu metrik dan nonmetrik. Tipe metrik adalah variasi ukuran tulang.
Contohnya panjang dari humerus pada seseorang dapat lebih panjang dari orang lain
yang mempunyai tinggi badan yang sama. Sifat nonmetrik adalah perbedaan antara
tulang tulang seseorang yang tidak dapat diukur. Contohnya penyatuan pada tulang
seseorang dapat berbeda dengan orang lainnya.

Gambar : Penentuan jenis Kelamin Berdasar Metode Non Metrik


b. Dentisi
Dentisi merupakan ilmu yang mempelajari sisa sisa gigi. Analisa dari sisa sisa gigi
dapat digunakan untuk menentukan beberapa aspek pada antropologi forensik.
Digunakan bersama dengan osteologi untuk menentukan usia, jenis kelamin dan diet.

28

Pada orang dewasa terdapat 32 gigi yang pada masing masing sisinya, pada rahang
atas dan bawah terdapat dua insisivus, satu kaninus, dan dua atau tiga molar. Pada anak
anak terdapat dua puluh gigi dengan dua insisivus dan satu kaninus serta dua molar
pada masing masing kuadran.
.
4. 3. Manfaat Pemeriksaan Antropologi Forensik
Dapat mengidentifikasi Manusia atau Bukan Manusia dari Kerangka. Merupakan
suatu hal yang biasa bahwa tulang atau komponen binatang menjadi perhatian hukum
bagi para agen penyelidik forensik. Biasanya para ilmuwan forensik dapat dengan
mudah menentukan spesimen nonhuman. Suatu cakar beruang, kuku binatang dan
ruas jari yang koyak, bulu binatang dan kulit yang dipisahkan oleh pengulitan pisau
atau oleh pembusukan, biasa menyerupai manusia. Gambar yang dihasilkan oleh sinar
X dapat dengan tepat mengungkapkan perbedaan tersebut.
Sisa tulang dari binatang menyusui besar kemungkinan dapat mengacaukan para
penemu yang tak terlatih. Seseorang yang terlatih dalam ilmu tulang atau anatomi
manusia seperti dokter, dokter gigi, dan ahli antropologi tidak akan mempunyai
kesukaran dalam mendeteksi karakteristik nonhuman baik dari segi ukuran, arsitektur,
dan bentuk dari tulang binatang yang utuh. Yang paling membedakan bagian-bagian
tulang manusia dan binatang adalah articular permukaan (gambaran makroskopis),
mungkin perbedaan tersebut dapat hilang oleh karena aktivitas carnivoral,
pembusukan, atau epiphyses tulang yang belum mature.
Seandainya sisa tulang cuma berupa fragmen diaphysis, roentgenography dapat sangat
menolong. Tulang, proses pembentukan tulang, dan proses eksresi yang berhubungan
dengan organ dan perlekatan ototberbeda antara manusia dan binatang. Chilvarquer et
al. menunjukan perbedaan dalam penampilan roentgenographic antara midshafts
manusia dengan tulang binatang. Pola tulang manusia berbentuk saluran spongiosa
dan medullary yang reguler, memiliki ruang ovoid antar trabeculae utama yang agak
kasar dan trabeculae sekunder yang lebih halus. Zone transisi tersebut lebarnya kirakira 1-3 mm. Pada penyakit osteoporosis, zona transisi tersebut lebih lebar karena
adanya reduksi osteomalacia yang menghancurkan corticomedullary.
Gambar : Cakar beruang biasa salah dikira suatu tangan manusia

29

Pada binatang corticomedullary terlihat sangat jelas. Saluran spongiosa lebih sedikit
dan berisi butiran-butiran kecil homogen. Terdapat selaput Spicules atau invaginations
yang meluas ke dalam saluran medullary dari endosteum.
Untuk memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari manusia dapat digunakan
beberapa pemeriksaan seperti pengamatan jaringan secara makroskopik, mikroskopik
dan pemeriksaan serologik berupa reaksi antigen-antibodi (reaksi presipitin).
Pada gambaran mikroskopik perlu juga dilihat fusi epiphysis dan metaphysis serta
ukuran tulang. Pada hewan, fusi ini terjadi saat ukuran tulang belum begitu panjang.
Pada manusia fusi terjadi pada usia dewasa dimana panjang tulang sudah maximal.
Tulang manusia lebih banyak trabekulanya sehingga lebih padat.
Antropologi forensik juga dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin,
perkiraan umur, tinggi badan, dan pertalian ras. Pemeriksaan juga dapat digunakan
untuk memperkirakan waktu kematian, dan dugaan penyebab kematian.

Gambar : Ruang Lingkup Pemeriksaan Antropologi Forensik


a. Penentuan Jenis Kelamin
Jenis kelamin dapat ditentukan dengan beberapa cara dari bagian bagian yang
berbeda pada rangka. Penentuan jenis kelamin hanya mungkin pada rangka orang
dewasa. Salah satu cara yang umum dilakukan yaitu dengan mengukur ukuran
tulang, dimana pada pria ukuran rangka lebih besar. Pria juga lebih cenderung
memiliki area lebih luas untuk perlekatan otot.

Gambar : Perbedaan Pelvis Pria dan Wanita

30

Pelvis adalah tulang yang paling umum digunakan untuk menentukan jenis
kelamin. Sudut subpubis pada wanita lebih besar, biasanya lebih dari 90 0.
Acetabulum, yang merupakan tempat perlekatan kepala femur dengan os pubis,
khasnya lebih besar dan dalam pada pria dibandingkan wanita. Sakrum lebih lurus
pada wanita dan lebih lengkung pada pria. Pintu atas panggul pada wanita lebih
luas daripada pria.
Gambar : Perbedaan Tengkorak Pria dan Wanita
Kranium atau tengkorak merupakan tulang yang juga berguna untuk menentukan
jenis kelamin. Dagu pada pria cendrung lebih petak dan lebih lancip pada wanita.
Dahi pada pria cendrung lebih landai sedangkan pada wanita dahinya lebih lurus.
Pria memiliki lengkungan alis yang lebih tinggi daripada wanita.
Perbedaan Tulang Pria dan Wanita
Tulang

Pria
Wanita
Lebih besar, berat dan Lebih kecil, ringan dan

Tengkorak

kasar
Lebih berat dan menonjol

halus
Lebih

Lebih besar
Lebih menonjol

menonjol
Lebih kecil
Kurang menonjol

Tulang wajah
Supra orbital

31

ringan,

kurang

Zigomatikus
Oksiput
Sinus frontalis
Toraks
Pelvis

Lebih menonjol
Lebih menonjol
Lebih lebar
Panjang
Lebih dalam, sempit dan

Kurang menonjol
Kurang menonjol
Lebih kecil
Pendek lebar
Lebih dangkal, halus dan

Ilium
SIAS
Cekungan sacrum

berat
Lebih melengkung
Terpisah jarak tidak lebar
Tidak
lebar, panjang,

ringan
Kurang melengkung
Terpisah jarak lebar
Lebih
lebar

dan

sempit dan tidak begitu melengkung


melengkung
Lebih sempit

Arkus pubis
Lebih besar
b. Perkiraan Umur
Walaupun umur sebenarnya tidak dapat ditentukan dari tulang, namun perkiraan
umur seseorang dapat ditentukan. Biasanya pemeriksaan dari os pubis, sakroiliac
joint, cranium, artritis pada spinal dan pemeriksaan mikroskopis dari tulang dan
gigi memberikan informasi yang mendekati perkiraan umur. Untuk memperkirakan
usia, bagian yang berbeda dari rangka lebih berguna untuk menentukan perkiraan
usia pada range usia yang berbeda. Range usia meliputi usia perinatal, neonatus,
bayi dan anak kecil, usia kanak-kanak lanjut, usia remaja, dewasa muda dan
dewasa tua.

Gambar : Penutupan Sutura Tengkorak


Usia perinatal, yaitu bayi yang belum lahir, dapat ditentukan dari ukuran tulang. Ini
karena faktor luar seperti malnutrisi pada ibu tidak akan mempengaruhi

32

pertumbuhan fetus secara berarti. Dalam periode intake makanan yang kurang,
tubuh ibu akan memberi nutrisi pada fetus, mengambil nutrien ibu.
Umur dalam tiga tahapan :
1. Bayi baru dilahirkan
Neonatus, bayi yg belum mempunyai gigi, sangat sulit untuk menentukan
usianya karena pengaruh proses pengembangan yang berbeda pada masingmasing individu. Bayi dan anak kecil biasanya telah memiliki gigi.
Pembentukan gigi sering kali digunakan untuk memperkirakan usia. Gigi
permanen mulai terbentuk saat kelahiran, dengan demikian pembentukan dari
gigi permanen merupakan indikator yang baik untuk menentukan usia.
Beberapa proses penulangan mulai terbentuk pada usia ini, ini berarti bagianbagian yang lunak dari tulang mulai menjadi keras. Namun, ini bukan faktor
penentuan yg baik. Pengukuran tinggi badan diukur :
Streeter : tinggi badan dari puncak kepala sampai tulang ekor
Haase : tinggi badan diukur dari puncak kepala sampai tumit
Umur
1 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
5 bulan

Panjang
1 cm
4 cm
9 cm
16 cm
25 cm

Umur
6 bulan
7 bulan
8 bulan
9 bulan
10 bulan

Panjang
30 cm
35 cm
40 cm
45 cm
50 cm

2. Anak dan dewasa sampai umur 30 tahun


Masa kanak-kanak lanjut dimulai saat gigi permanen mulai tumbuh. Semakin
banyak tulang yang mulai mengeras. Masa remaja menunjukkan pertumbuhan
tulang panjang dan penyatuan pada ujungnya. Penyatuan ini merupakan teknik
yang berguna dalam penentuan usia. Masing-massing epifisis akan menyatu
pada diafisis pada usia-usia tertentu. Dewasa muda dan dewasa tua
mempunyai metode-metode yang berbeda dalam penentuan usia; penutupan
sutura cranium; morfologi dari ujung iga, permukaan aurikula dan simfisis
pubis; struktur mikro dari tulang dan gigi.
Persambungan speno-oksipital terjadi pada umur 17 25 tahun.
Tulang selangka merupakan tulang panjang terakhir unifikasi.
Unifikasi dimulai umur 18 25 tahun.
Unifikasi lengkap 25 30 tahun, usia lebih dari 31 tahun sudah lengkap
Tulang belakang sebelum 30 tahun menunjukkan alur yang dalam dan
radier pada permukaan atas dan bawah.
3. Dewasa > 30 tahun
Sutura kranium (persendian non-moveable pada kepala) perlahan-perlahan
menyatu. Walaupun ini sudah diketahui sejak lama, namun hubungan
33

penyatuan sutura dengan penentuan umur kurang valid. Morfologi pada ujung
iga berubah sesuai dengan umur. Iga berhubungan dengan sternum melalui
tulang rawan. Ujung iga saat mulai terbentuk tulang rawan awalnya berbentuk
datar, namun selama proses penuaan ujung iga mulai menjadi kasar dan tulang
rawan menjadi berbintik-bintik. Iregularitas dari ujung iga mulai ditemukan
saat usia menua.

Gambar : Perkembangan Tengkorak Berdasar Umur


Pemeriksaan tengkorak :
Pemeriksaan sutura, penutupan tabula interna mendahului eksterna
Sutura sagitalis, koronarius dan sutura lambdoideus mulai menutup umur
20 30 tahun
Sutura parieto-mastoid dan squamaeus 25 35 tahun tetapi dapat tetap
terbuka sebagian pada umur 60 tahun.
Sutura spheno-parietal umumnya tidak akan menutup sampai umur 70
tahun.
c. Perkiraan Tinggi Badan
Tinggi merupakan persamaan linear dari berbagai panjang tulang, yaitu humerus
(lengan atas), femur (paha), radius (pengumpil) dan tibia (kering) dengan rumusan
Trotter dan Gleser, Stevenson, Karl pearson, Dupertus dan Hadden
Kepentingan pengukurang tinggi badan dari tulang panjang adalah penting pada
keadaan tubuh sudah terpotong atau yang didapatkan rangka atau sebagai tulang.
Perkiraan tinggi badan dengan pengukuran tulang panjang :
Tulang lengan atas.35%TB
Tulang paha27%TB
Tulang kering.22%TB
Tulang belakang.35%YB
Perhatikan dengan pengukuran osteometrik board : tulang harus dalam keadaan
kering.
Rumus TB (tinggi badan)
1. Stevenson
TB = 61,7207 + 2,4378 X F + 2,1756 (F = Femur)
TB = 81,5115 + 2,8131X H + 2,8903 (H = Humerus)
TB = 59,2256 + 3,0263 X T + 1,8916 (T = Tibia)
TB =80,0276 + 3,7384 X R + 2,6791 (R = Radius)

34

2. Trotter dan Gleser (untuk ras mongoloid)


TB =1, 22 (Femur + Fibula) + 70,24 (3,18 cm)
TB =1, 22 (Femur + Tibia) + 70,37 (3,24 cm)
TB =2,40 (Fibula) + 80,56 (3,24 cm)
TB =2,39 (Tibia) + 81,45 (3,27 cm)
TB =2,15(Femur) + 72,57 (3,80cm)
TB =1, 68 (Humerus+ Ulna 71,18) + (4,14 cm)
TB =1, 67(Humerus+ Radius ) + 74,83 (4,16 cm)
TB =2,68 (Humerus) + 83,19 (4,25 cm)
TB =3,54 (Radius) + 82,00 (4,60 cm)
TB =3,48(Ulna) + 77,45(4,66 cm)
Pengukuran sebaiknya dengan kedua formula tersebut diatas agar mendekati tinggi
badan sebenarnya.
Rumus antropoloogi Ragawi UGM pria dan dewasa (Jawa)
TB = 897 + 1,74 y (femur kanan)
TB = 822 + 1,90 y (femur kiri)
TB = 879 + 2,12 y (Tibia kanan)
TB = 847 + 2,22 y (Tibia kiri)
TB = 867+ 2,19 y (fibula kanan)
TB = 883 + 2,14 y (fibula kiri)
TB = 847 + 2,60 y (humerus kanan)
TB = 805 + 2,74 y (humerus kiri)
TB = 842 + 3,45 y (radius kanan)
TB = 862 + 3,15 y (radius kiri)
TB = 819 + 3,15 y (ulna kanan)
TB = 847+ 3,06 y (radius kiri)
Melalui suatu penelitian, Djaja Surya Atmadja menemukan rumus untuk populasi
dewasa muda di Indeonesia :
a) Pria :
TB = 72,9912 + 1,7227 (Tibia) + 0,7545 (Fibula) ( 4,2961 cm)
TB = 75,9800 + 2,3922 (Tibia) ( 4,3572 cm)
TB = 80,8078 + 2,2788 (Fibula) ( 4,6186 cm)
b) Wanita :
TB = 71,2817 + 1,3346 (Tibia) + 1,0459 (Fibula) ( 4,8684cm)
TB = 77,4717 + 2,1889 (Tibia) ( 4,9526 cm)
TB = 76,2772 + 2,2522 (Fibula) ( 5,0226 cm)
d. Perkiraan Interval Waktu Kematian
Memperkirakan waktu kematian sangat sulit. Biasanya diperkirakan berdasarkan
jumlah dan kondisi dari jaringan lunak seperti otot, kulit, dan ligamen, keadaan
tulang yang masih baik, luas yang berhubungan dengan pertumbuhan akar
tanaman, bau busuk, dan aktivitas karnivora maupun serangga pada jasad. Namun
banyak variabel yang harus dipertimbangkan, seperti suhu saat kematian, luka

35

tusuk, kelembapan, ph tanah, dan kadar air. Semakin lama waktu kematian semakin
sulit menentukan interval waktu kematian.
Ketika mayat ditinggalkan di permukaan, aktivitas serangga segera dimulai dan
dalam 2 minggu tubuh tersebut akan telah menjadi kerangka., dan dalam 8 bulan
akan menjadi kerangka secara komplit. Jika dikubur, tubuh akan menjadi kerangka
komplit dalam waktu 1 sampai 2 tahun dan pada daerah yang kering dapat terjadi
mumifikasi.
Penghancuran

tulang

memakan

waktu

bertahun-tahun,

keasaman

tanah

mempercepat proses ini. Terpisah-pisahnya tulang penting bagi seorang


antropologis forensik untuk menentukan perkiraan waktu kematian atau waktu
penguburan. Jumlah dan tipe tulang yang masih dapat ditemukan memberikan
gambaran berapa lama tubuh tersebut sudah berada disana, contoh, tulang yang
lebih kecil lebih cepat hilang. Perkiraan waktu kematian berdasarkan penelitian di
Universitas Tennessee sebagai berikut:
3 minggu: tulang dengan sendi masih utuh.
5 minggu : sebagian tulang terpisah, sebagian sendi masih utuh.
4 bulan : tulang terpisah-pisah.
1 tahun: tulang-tulang kecil hilang, terjadi disartikulasi komplit.
2-4 tahun: sebagian tulang rusak, sebagian tulang besar hilang.
>12 tahun: tulang hancur, dapat terkubur oleh daun, badai, erosi.
15-20 tahun : tidak ada bukti.
e. Pertalian Ras
Pertanyaan mengenai pertalian ras sulit untuk dijawab karena walaupun klasifikasi
ras memiliki komponen biologis yang sama, tetap didasari dari hubungan sosial.
Namun, beberapa rincian anatomis, terutama di wajah, sering menunjukkan ras
individual. Pada ras kulit putih memiliki wajah yang menyempit dengan hidung
yang agak meninggi dan dagu yang menonjol. Ras kulit hitam memiliki hidung
yang lebar dan subnasal yang berlekuk. Indian Amerika dan Asia memilki bentuk
tulang pipi yang menonjol dan tekstur gigi yang khas.

Gambar : Variasi Rangka Manusia Berdasarkan Ras

36

Seorang antropologis memiliki banyak metode yang rumit untuk dapat menentukan
ras atau nenek moyang suatu populasi melalui tulang. Ras dari pemilik tulang dapat
diidentifikasi menjadi :
Ras kaukasoid (semua kulit putih)
Morfologi kranium pada ras ini sebagai berikut :
Tipe kranium dolichocephalic (panjang).
Tulang zygomaticus cenderung mundur terhadap tulang fasial.
Apertura nasalis sangat sempit dan tajam tepi bawahnya.
Dasar tulang orbita cenderung miring ke bawah.
Palatum relatif sempit dan cenderung berbentuk segitiga.
Sutura zygomaticomaxillaris cenderung membelok.
Persentase sutura metopika cenderung lebih tinggi dibanding 2 ras lainnya.
Negroid (semua kilit hitam/ Negro Afrika, Amerika dan Indian Barat).
Tipe kranium mesocephalic (sedang).
Tulang zygomaticus tidak begitu menjorok ke depan relatif terhadap tulang

fasial.
Apertura nasalis sangat lebar dan tepi bawah tulang nasalis tumpul.
Tulang orbita cenderung persegi empat dan jarak interorbital lebar.
Tulang palatum cenderung sangat lebar dan agak persegi empat.
Alveolus anterior pada maksilla dan mandibula cenderung sangat

prognathis.
Sering didapati depresi coronal posterior pada sutura coronaria.
Sutura zygomaticomaxillaris cenderung membentuk huruf S.
Mongoloid (Cina, Jepang, Indian Amerika)
Kranium cenderung memiliki tulang zygomaticus yang menonjol.
Lebar apertura nasalis sedang dan tepi bawah nasal agak runcing.
Tulang orbita cenderung sirkulair.
Tulang palatum lebarnya sedang.
Sutura zygomaticomaxillaris cenderung lurus
Penentuan ras dapat dilakukan melalui pemeriksaan terhadap tengkorak, sudut
intercondylus, dan tulang panjang :
Tengkorak

37

Tengkorak dapat memberikan gambaran yang dapat diandalkan mengenai


karakteristik tertentu dari nenek moyang suatu populasi, akan tetapi kadang
kala dapat dikelirukan dengan pencampuran ras.

Gambar : Gambar menunjukkan perbedaan karakteristik tulang tengkorak dari


berbagai nenek moyang populasi
Tabel : Memperlihatkan gambaran morfologi tengkorak dan mandibula untuk
menentukan ras.
Ciri

Kaukasoid

Negroid

Mongoloid

Konfigurasi umum Mesocephalic

Dolichocephalic

Brachycephalic

Kontur sagital

Bulat

Datar atau takik

Lengkung

Parietal

+-++

+++

Gigi

Sedikit overbite

Prognatik

Sejajar

Wajah

Panjang, sempit

Prognatik

Datar

38

Orbita

Persegi

Oval

Bulat

Jarang interorbital

Intermediet

Lebar

Lebar

Apertura nasal

Sempit, oval

Bulat

Bulat dengan gully


inferior

Spina nasalis

Tajam

Pendek atau

inferior

Tumpul

berbentuk palung

Tulang nasal

Intermediet

Arkus zygomatikus Ramping

Pendek

Menonjol

Sedikit ramping

Menyolok dengan

dan prominensia

penonjolan inferior

malar
Sudut mandibular

Sedikit tumpul

Tumpul

Hampir menyerupai
sudut

Dagu, prosesus

++

mentalis

Sudut intercondylar shelf


Menentukan ras dari sudut intercondylus dapat digunakan bila yang tersisa
hanya kerangka saja. Metode ini memerlukan penempatan distal femur pada
posisi lateral.

39

Gambar : Gambaran foto Rontgen lateral lutut memperlihatkan metode untuk mengukur
sudut intercondylar shelf.

Tulang panjang
Pada ras kulit hitam, tibia relatif lebih panjang daripada femur dan radius
relatif lebih panjang daripada humerus. Pada populasi kulit putih dan
Mongoloid, femur lebih melengkung ke anterior bila dibandingkan dengan
populasi kulit hitam. Femur ras kulit hitam cenderung lebih lurus.

f. Bukti Trauma
Setelah tanah dan kotoran lainnya dibersihkan dari tulang dengan menggunakan air
dan sikat yang halus, maka jejas trauma yang halus sekalipun, akan terlihat.
Dicari pula tanda-tanda kekerasan pada tulang dan memperkirakan sebab kematian.
Perkiraan saat kematian dilakukan dengan memeperhatikan kekeringan tulang. Bila
terdapat dugaan berasal dari seseorang tertentu, maka dilakukan identifikasi
dengan membandingkan data antemortem. Bila terdapat foto terakhir wajah orang
tersebut semasa hidup, dapat dilaksanakan metode superimposisi, yaitu dengan

40

jalan menumpukkan foto Rontgen tulang tengkorak diatas foto wajah orang
tersebut yang dibuat berukuran sama dan diambil dari sudut pengambilan yang
sama. Dengan demikian dapat dicari adanya titik-titik persamaan.
5. Serologik.
Metode serologik meliputi penentuan golongan darah, dan analisis DNA. Pemeriksaan
serologik betujuan untuk menentukan golongan darah jenazah.Penentuan golongan darah
pada jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku
dan tulang. Saat ini telah dapat dilakukan pemeriksaan sidik DNA yang akurasi nya
sangat tinggi.
a) Definisi DNA
Asam deoksi-ribonukleat ( Deoxyribonucleic Acid = DNA ) adalah suatu senyawa
kimiawi yang membentuk kromosom . Bagian dari suatu kromosom yang
mendikte suatu sifat khusus disebut gen . Struktur DNA adalah untaian ganda
(double helix), yaitu dua untai bahan genetik yang membentuk spiral satu sama lain.
Setiap untaian terdiri dari satu deretan basa ( juga disebut nukleotida ). Basa dimaksud
adalah salah satu dari keempat senyawa kimiawi berikut : Adenin, Guanin, Cytosine
dan thymine.
Kedua untai DNA berhubungan pada setiap basa. Setiap basa hanya akan berikatan
dengan satu basa lainnya, dengan aturan sebagai berikut : Adenin (A) hanya akan
berikatan dengan thymine (T), dan guanine (G) hanya akan berikatan dengan
Cytosine (C) .
Contoh dari satu untaian DNA terlihat seperti ini :

A- A- C - T - G - A- T - A- G - G - T - C - T - A- G
Untaian DNA yang dapat terikat pada untaian DNA di atas adalah

T - T - G - A- C - T - A- T - C - C - A- G - A- T - C
dan gabungan dari keduanya menjadi :

A- A- C - T - G - A- T - A- G - G - T - C - T - A- G
T - T - G - A- C - T - A- T - C - C - A- G - A- T - C
Untaian DNA dibaca dari arah yang khusus, dari puncak atas (disebut 5 atau ujung
lima utama ) atau dari dasar (disebut ujung 3 atau ujung tiga utama). Pada suatu
untaian ganda, untaian diurut dari arah yang berlawanan :

5 A - A - C - T - G - A - T - A - G - G - T - C - T - A - G 3
3 T - T - G - A - C - T - A - T - C - C - A - G - A - T - C 5
41

Struktur kimia dari DNA adalah sebagai berikut :

Gambar : Pasangan basa DNA


Struktur kimiawi DNA dari setiap orang adalah sama, yang berbeda hanyalah
urutan/susunan dari pasangan basa yang membentuk DNA tersebut. Ada jutaan
pasangan basa yang

yang terkandung dalam DNA setiap orang, di mana

urutan/susunan basa-basa tersebut berbeda untuk setiap orang.


Berdasarkan perbedaan urutan/susunan basa-basa dalam DNA tersebut, setiap orang
dapat diidentifikasi. Namun demikian, karena ada jutaan pasangan basa, pekerjaan
tersebut akan membutuhkan waktu yang lama. Sebagai penggantinya, para ahli dapat
menggunakan metode yang lebih pendek, yaitu berdasarkan adanya pola pengulangan
urutan/deretan basa dalam DNA setiap orang.
Namun demikian, pola ini tidak dapat memberikan suatu sidik jari secara individu,
tetapi dapat digunakan untuk menentukan apakah dua contoh DNA yang dianalisis
berasal dari orang yang sama, atau orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga

42

satu satu sama lain, atau mereka sama sekali tidak mempunyai hubungan keluarga.
Para ahli menggunakan sejumlah kecil deretan DNA yang diketahui bervariasi di
antara sekian banyak individu, dan menganalisisnya untuk memperoleh tingkat
kemungkinan kecocokan tertentu.
b) Cara Melakukan Pemetaan Sidik Jari DNA
Southern Blot adalah salah satu cara untuk menganalisis pola-pola genetik yang
muncul dalam DNA seseorang. Tahapan-tahapan pekerjaan Southern Blot ,
meliputi :
(1). Isolasi DNA, yang dipermasalahkan yang berasal dari sisa-sisa bahan sel di
dalam inti sel. Pekerjaan ini dapat dilakukan secara kimiawi, yaitu dengan
menggunakan detergent khusus untuk mencuci bahan ekstra dari DNA, atau
secara mekanis, dengan menerapkan tekanan tinggi untuk melepaskan DNA
dari bahan-bahan sel lainnya.
(2). Pemotongan DNA menjadi beberapa potongan dengan ukuran yang berbeda.
Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan satu atau lebih enzim
pemotong ( restriction enzymes ).
(3). Penyortiran potongan DNA berdasarkan ukurannnya. Suatu proses di mana
dilakukan pemisahan berdasarkan ukuran atau fraksinasi ukuran dengan
menggunakan cara yang disebut elektroforesis gel ( gel electrophoresis ).
DNA dimasukkan ke dalam gel ( seperti agarose ), dan muatan listrik
diterapkan pada gel tersebut, dengan muatan positif pada dasar wadah gel, dan
muatan negatif pada puncak wadah. Karena DNA bermuatan negatif, maka
potongan DNA akan tertarik ke arah dasar gel. Namun demikian, potonganpotongan kecil dari DNA akan dapat bergerak lebih cepat, dan karenanya
berada lebih jauh dari dasar dibandingkan dengan potongan-potongan yang
lebih besar. Berdasarkan prinsip di atas, potongan DNA dengan ukuran yang
berbeda akan terpisah, potongan yang lebih kecil lebih dekat ke dasar, dan
potongan yang lebih besar lebih dekat ke puncak.
(4). Denaturasi DNA, agar semua DNA berubah menjadi untai tunggal. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara pemanasan atau dengan perlakukan kimiawi terhadap
DNA yang terdapat di dalam gel (lihat poin 4 ).
(5). Blotting DNA. Gel dengan DNA yang sudah terfraksinasi berdasarkan
ukurannya diterapkan pada lembaran kertas nitrosellulosa sehingga DNA
tersebut dapat melekat secara tetap pada lembaran tersebut. Lembaran ini
43

disebut Southern blot ). Sekarang southern blot sudah siap dianalisis.


Untuk menganalisis suatu southern blot digunakan suatu probe genetik
radioaktif

yang akan melakukan reaksi hibridisasi dengan DNA yang

dipertanyakan. Jika suatu sinar-X dikenakan pada southern blot setelah


probe-radioaktif dibiarkan berikatan dengan DNA yang telah terdenaturasi
pada kertas, hanya area di mana probe radioaktif berikatan yang terlihat
pada film. Keadaan ini yang memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi
DNA seseorang dari kejadian dan frekwensi pemunculan pola genetik khusus
yang terkandung pada probe.
c) Apa itu VNTRs
Setiap untaian DNA mempunyai bagian yang membawa informasi genetik yang
menginformasikan pertumbuhan suatu organisme, bagian ini disebut exons , dan
bagian yang tidak membawa informasi genetik, yang disebut introns . Namun
demikian, introns bukanlah sesuatu yang tidak berguna, telah ditemukan bahwa
introns mengandung deretan pasangan basa terulang . Deretan ini disebut
Variable Number Tandem Repeats ( VNTRs ) yang dapat tersusun dari dua-puluh
hingga seratus pasangan basa.
Setiap manusia mempunyai beberapa VNTRs. Untuk menentukan apakah seseorang
mempunyai VNTR khusus, dibuat suatu southern blot , kemudian southern blot
tersebut di-probe-kan, selanjutnya melalui reaksi hibridisasi dengan suatu versi
radioaktif dari VNTR yang dipertanyakan. Pola yang dihasilkan dari proses ini
dianggap sebagai sidik jari DNA.
VNTRs seseorang berasal dari informasi genetik yang diwariskan oleh kedua orang
tuanya ( ibu dan bapak ). Dia dapat memiliki VNTRs yang diwariskan dari bapaknya
atau dari ibunya, atau kombinasi dari keduanya, tetapi mustahil tidak ada dari
keduanya.
d) Penggunaan Praktis dari Pencetakan Sidik Jari DNA (Suatu Tinjauan Aksiologi)
i. Penentuan Ke-bapak-an dan Ke-ibu-an ( Paternity and Maternity )
Karena seseorang mewarisi VNTRS dari orang tuanya, maka pola VNTRs dapat
digunakan untuk menentukan ke-bapak-an dan ke-ibu-an. Begitu khas-nya pola
VNTR tersebut, sehingga pola VNTR yang diwarisi dari orang tua hanya dapat
direkontruksi jika pola VNTR dari si anak diketahui ( lebih banyak anak yang
diuji, maka rekonstruksi akan lebih benar ). Analisis pola VNTR dari orang tuaanak telah digunakan sebagai standar penyelesaian kasus identifikasi-ayah,

44

demikian pula untuk kasus-kasus yang lebih kompleks, seperti penegasan


kewarganegaraan, dalam hal adopsi, kedudukan sebagai orang tua kandung. Pada
tahun 1988, Kantor Keimmigrasian Inggeris ( United Kingdom Home Office and
Foreign Commonwealth ) meratifikasi penggunaan pencetakan sidik jari DNA
untuk pemecahan perdebatan keimmigrasian yang bergantung pada hubungan
keluarga.
ii. Identifikasi Penjahat dan Forensik
DNA yang diisolasi dari darah, air mani (semen), rambut, sel-sel kulit, atau
barang bukti genetik lainnya yang ditemukan di tempat kejadian perkara dapat
dibandingkan (melalui pola VNTR) dengan DNA dari tersangka pelaku
kejahatan, untuk menentukan bersalah atau tidaknya si tersangka tersebut. Pola
VNTR juga berguna dalam menetapkan identitas dari korban pembunuhan, juga
dari DNA yang ditemukan sebagai barang bukti atau dari mayat itu sendiri.
Banyaknya penerapan dari pencetakan sidik jari DNA dalam bidang ini telah
menjadikan metode pembuktian ini sebagai metode yang tak terhingga nilainya di
dalam lapangan forensik.
iii. Identifikasi Perorangan
Gagasan untuk menggunakan sidik jari DNA sebagai suatu jenis bar-code
genetik untuk mengidentifikasi individu telah dibahas, tetapi hal ini kurang
disukai. Teknologi yang dibutuhkan untuk mengisolasi, menyimpan di dalam file,
kemudian menganalisis jutaan pola VNTR yang sangat khas merupakan hal yang
mahal dan tidak praktis.
iv. Bidang Kesehatan
Sidik jari DNA telah digunakan pada beberapa bidang penelitian perawatan
kesehatan, demikian pula pada sistem peradilan. Sidik jari DNA digunakan untuk
mendiagnosa penyakit keturunan, baik pada bayi-bayi yang belum lahir, maupun
yang sudah lahir. Penyakit keturunan dimaksud, meliputi : cystic fibrosis,
hemophilia, Hutingtons disease, familial Alzheimers, sickle cell anemia, dan
banyak lagi yang lain. Deteksi awal dari dari penyakit-penyakit semacam ini
memungkinkan dokter dan orang tua si anak untuk mempersiapkan diri terhadap
pengobatan yang cocok untuk sang bayi. Pada beberapa program, penasehat
genetik menggunakan informasi sidik jari DNA untuk membantu calon orang tua
untuk memahami resiko mempunyai anak yang cacat. Sidik jari DNA juga
penting dalam pengembangan metode pengobatan terhadap penyakit keturunan.
Program penelitian untuk menemukan gen-gen penyebab penyakit keturunan

45

sangat tergantung pada informasi yang tergantung pada informasi yang


terkandung di dalam kenampakan (profile ) DNA.
e) Masalah-masalah Seputar Pencetakan Sidik Jari DNA (Suatu tinjauan teleologi)
Sama halnya dengan topik-topik lain dalam dunia ilmu pengetahuan, pencetakan
sidik jari DNA tidak dapat dijamin 100 %. Istilah sidik jari DNA kurang tepat
karena menyiratkan pengertian bahwa pola VNTR dari seseorang mempunyai sifat
khas yang sempurna untuk orang tersebut. Sebenarnya semua pola VNTR dapat
menyajikan peluang bahwa seseorang yang dipersoalkan adalah sungguh-sungguh
pemilik pola VNTR tersebut ( dari anak, bukti-bukti kriminil, atau dari sumber
lainnya ), dengan peluang 1 dalam 20 milyar. Pernyataan ini menunjukkan bahwa
tingkat kepercayaan hasil analisis sidik jari DNA sangat ditentukan oleh besar
kecilnya peluang kecocokan (matches) dari sidik jari DNA yang dipersoalkan dengan
sidik jari DNA pembanding. Hal ini menimbulkan keraguan yang besar mengenai
identitas khas dari pemilik pola VNTR.
i. Mengupayakan Peluang yang Tinggi
Diperlukan peluang kesamaan yang tinggi yang dapat mendukung bahwa suatu
sidik jari DNA betul-betul adalah milik seseorang, khususnya dalam pembuktian
kasus-kasus kriminil. Hal ini dimaksudkan untuk membantu dalam menetapkan
apakah seorang tersangka bersalah atau tidak bersalah. Dengan menggunakan
VNTRs yang langka atau kombinasi VNTRs untuk memperoleh pola VNTR yang
dapat meningkatkan peluang kecocokan ( agar terhindar dari penafsiran yang
keliru di mana pola-pola VNTR yang dibandingkan kelihatannya sama padahal
pola-pola VNTR tersebut berasal dari orang yang berbeda, atau dari orang-orang
yang mempunyai hubungan darah, seperti orang tua dan anak ).
ii. Permasalahan dalam Penentuan Peluang
Genetika Populasi
Karena VNTRs merupakan faktor genetik yang diwariskan, sehingga VNTR
tidak terdistribusi secara merata pada semua populasi manusia. Oleh karena
itu, suatu VNTR tertentu tidak mempunyai peluang kemunculan yang stabil.
Peluang kemunculan tersebut tergantung pada latar belakang genetik
individu. Perbedaan peluang ini khususnya tampak pada kelompok ras yang
berbeda. Beberapa VNTRs yang paling sering muncul (ditemukan) pada ras
Hispanic akan jarang muncul pada ras Caucasian atau ras African-American.
Hingga saat ini, tidak ada pengetahuan yang cukup tentang distribusi
frekwensi VNTR di antara kelompok-kelompok etnis yang dapat digunakan
dalam penentuan peluang secara tepat terhadap individu-individu dalam

46

kelompok tersebut. Komposisi genetik yang heterogen dari individu-individu


antar-rasial (ras paduan), yang jumlahnya semakin meningkat, justru
menyajikan serangkaian pertanyaan baru. Penelitian lanjutan dalam bidang
ini yang dikenal sebagai genetika populasi telah terhalang oleh
banyaknya pertentangan (kontroversi), karena ide-ide untuk mengidentifikasi
orang melalui anomali-anomali genetik sepanjang garis rasial dikhawatirkan
berhubungan dengan gerakan pemurnian etnis yang baru saja terjadi ,
serta argumen lain yang menyatakan bahwa upaya tersebut dapat

memberikan dasar ilmiah untuk membangkitkan diskriminasi rasial.


Kesulitan-kesulitan Teknis
Kesalahan dalam proses hibridisasi dan probing juga harus dihitung
dalam bentuk peluang, dan seringkali gagasan tentang kesalahan tidak dapat
diterima secara sederhana. Secara sederhana dapat digambarkan bahwa
kesalahan yang timbul akibat kurang telitiya teknisi laboratorium dalam
melaksanakan tugasnya ( dalam pencetakan sidik jari DNA ) dapat
menyebabkan dipenjaranya orang-orang yang tidak bersalah, dibebaskannya
orang-orang yang bersalah, dan hilangnya hak-hak sah seorang ibu untuk
memelihara anaknya, serta akibat-akibat fatal lainnya. Suatu perhatian
khusus juga harus diberikan terhadap contoh DNA dalam jumlah yang sangat
sedikit, khususya jika analisis DNA harus melibatkan proses pelipatgandaan

(amplifikasi )( memperbanyak contoh DNA dengan cara

melipatgandakan contoh DNA yang ada dengan metode Polimerase Chain


Reactions = PCR ). Jika yang diaplifikasi adalah DNA yang salah (misalnya
DNA dari sel-sel kulit teknisi laboratorium), maka akibatnya akan sangat
merusak hasil analisis. Hingga sekarang ini, belum ada standar yang bersifat
universal untuk penentukan kecocokan sidik jari DNA dan untuk keamanan
dan ketepatan laboratorium yang adapat meminimalkan kesalahan, hal ini
menyebabkan banyaknya protes keras dari masyarakat.
f) Contoh Kasus (Kasus O.J. Simpson)
i. Kasus O.J. Simpson
Majalah Time memberitakan mengenai putusan bersalah dalam pengadilan kasus
pembunuhan dengan tersangka O.J. Simpson, pada tanggal 2 Oktober 1995.
Belum ada dalam sejarah seseorang yang seterkenal O.J.Simpson didakwa
melakukan kejahatan yang sangat keji, yaitu menggorok bekas isterinya ( Nicole
Brown Simpson ), mencekik dan menikam hingga mati temannya ( Ronald
47

Goldman ). Kasus Simpson merupakan pertunjukan yang menakjubkan bagi


publik Amerika yang tergoda oleh kemasyhuran seseorang ( celebrity ).
Sebagai bagian dari kegilaan media massa, pemetaan sidik jari DNA yang
memberikan bukti penting dalam kasus tersebut mendapat perhatian yang sangat
besar. Namun demikian, sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pada akhirnya
barang bukti sidik jari DNA dalam kasus ini tidak dapat mengarahkan kepada
penghukuman tersangka. Keadaan dari kasus tersebut merupakan faktor yang
paling

penting

dalam

menentukan

bersalah

tidaknya

tersangka

tanpa

memperhatikan bukti-bukti sidik jari DNA. Akibat dari kegemparan yang


ditimbulkan oleh media massa, pandangan masyarakat adalah bahwa penuntutan
dalam kasus Simpson mempunyai banyak bukti yang didasarkan pada sidik jari
DNA, namun pada kenyataanya bukti-bukti tersebut tidak bermanfaat.
ii. Barang Bukti yang Ditemukan
Penuntutan kasus Simpson ini secara esensial didasarkan pada barang bukti
DNA.Salah satu bagian terpenting dari barang bukti adalah sarung tangan yang
berlumuran darah yang ditemukan di perkebunan milik Simpson di Rockingham.
Sarung tangan ini sesuai dengan ukuran Simpson, modelnya sama dengan model
sarung tangan yang biasa dia pakai, dan ditemukan juga pasangan dari sarung
tangan tersebut di tempat kejadian perkara. Pada sarung tangan itu ditemukan
juga serat yang serupa dengan serat bahan baju Goldman, rambut Brown dan
Goldman, dan bulu badan laki-laki kulit hitam. Darah pada sarung tangan tersebut
cocok cocok dengan darah Goldman, Brown, dan Simpson. Potongan barang
bukti penting lainnya adalah kaos kaki yang mengandung noda darah yang
ditemukan pada lantai kamar tidur Simpson. DNA dari noda darah pada kaos kaki
tersebut cocok dengan DNA Simpson dan Brown, dan darah yang ditemukan
pada pintu belakang di tempat kejadian perkara DNA-nya cocok dengan DNA
Simpson, serta darah yang ditemukan di mobil Ford-Bronco milik Simpson
DNA-nya cocok dengan DNA Simpson, Brown, dan Goldman. Selain itu,
pengujian DNA dan serologi-konvensional menghubungkan Simpson dengan
tetesan darah di dekat korban pada tempat kejadian perkara.
iii. Kesalahan Pada Penanganan Barang Bukti
Ini adalah suatu kasus dengan dukungan barang bukti yang sangat kuat. Jika
semua bukti di atas telah diterima oleh hakim sebagai sesuatu yang otentik (asli),
maka sudah cukup kuat dalam mengarahkan hakim untuk menghukum Simpson.
48

Namun demikian, bagian lain dari cerita ini menjadi lebih penting dari buktibukti DNA, yaitu tentang cara pengumpulan barang bukti tersebut. Penyelidikan
yang lebih mendalam menunjukkan bahwa pihak penuntuk tidak mungkin dapat
mengumpulkan barang bukti sebanyak itu tanpa adanya kesalahan dan
kekurangan. Akhirnya ketahuan bahwa penuntut dan Departemen Kepolisian Los
Angeles ( Los Angeles Police Department = LAPD ) telah membuat kekeliruan
serius dalam penanganan barang bukti DNA selama tahap awal penyelidikan.
Kesalahan itu meliputi :

Penugasan peserta latihan (siswa) untuk mengumpulkan barang bukti


darah, di mana yang bersangkutan sebelumnya belum pernah diberi
tanggungjawab melakukan pengumpulan barang bukti darah di tempat

kejadian perkara.
Hal yang lebih memberatkan lagi adalah kenyataan bahwa Vannatter
(seorang detektif LAPD) membawa berkeliling barang bukti darah O.J.
Simpson di dalam vial yang disimpan dalam amplop terbuka selama tiga
jam, dan pergi minum kopi sebelum membawa barang bukti tersebut ke
laboratorium pemeriksaan.

Pemeriksaan barang bukti di pengadilan memungkinkan pembela untuk


membantah bahwa barang bukti darah 1,5 cc tersebut tidak dapat diperhitungkan
dalam penuntutan. Pembela mengasumsikan bahwa darah tersebut telah
dimasukkan oleh Vannetter, karena darah yang ditemukan pada pintu di TKP
tidak ditemukan selama tahap awal penyelidikan. Hal ini menciptakan keraguan
yang kuat pada para hakim. Selain itu, pada pengujian silang, ahli kriminil
Dennis Fung menyerah terhadap kesalahan prosedural tersebut. Akibat dari
kesalahan besar dalam penanganan barang bukti DNA oleh pihak penuntut maka
pembela dapat memenangkan perdebatan. Pihak pembela juga membawa hasil uji
tahun 1987 yang dilakukan oleh Cellmark dan Forensic Science Associate yang
melaporkan hasil-hasil laboratorium yang salah . Mereka menyatakan bahwa
tingkat kesalahan hasil laboratorium mencapai 2% ( 1 kesalahan dalam 50
pengujian ). Sebenarnya pengujian yang dilakukan oleh kedua lembaga tersebut
di atas tidak relevan karena mengubah protokol pengujian yang digunakan untuk
memperoleh hasil-hasil pengujian yang dipersoalkan , dimana ribuan pengujian
telah sukses dilakukan dengan protokol itu.
iv. Implikasi Etika dan Moral
49

Tuntutan pembela pada kasus O. J. Simpson mengabaikan perasaan banyak orang


yang curiga terhadap kekeliruan laboratorium yang mempersalahkan hasil-hasil
uji DNA. O. J. Simpson bukan satu-satunya orang yang diadili, sehingga tindakan
mempersalahkan hasil-hasil uji DNA sangat merugikan bagi masa depan
diterimanya uji sidik jari DNA di pengadilan. Banyak orang berharap bahwa
penghukuman pembunuh-pembunuh orang-orang terkenal (selebrity) yang
didasarkan pada pemetaan sidik jari DNA akan membuka pintu untuk diterimanya
pengujian tersebut sebagai alat pembuktian di pengadilan. Sebaliknya, meskipun
bukti-bukti DNA yang sangat banyak melawan Simpson, pembela tetap
memenangkan perdebatan dan Sipson dibebaskan, akibatnya masa depan dari
pengujian DNA dalam sistem peradilan menjadi tidak menentu.
Salah satu efek yang muncul kemudian dari kasus Simpson adalah bahwa para
pembela dari kasus-kasus kriminil yang melibatkan bukti-bukti DNA akan
melakukan penelitian yang lebih cermat terhadap hasil-hasil uji DNA yang
diajukan pihak penuntut. Dalam kasus Simpson, pembela pada dasarnya
meletakkan Laboratorium Kriminil sebagai obyek yang diadili. Laporan dari
National Research Council (NRC) dengan judul Teknologi dalam Ilmu
Pengetahuan Forensik , menyatakan tidak ada perselisihan penting tentang
prinsip-prinsip ilmu yang mendasari uji-DNA-forensik. Namun demikian,
kecukupan prosedur-prosedur laboratorium dan kemampuan/wewenang dari ahliahli yang melaksanakan pengujian tersebut harus terbuka untuk diperiksa.
Kualitas dan keandalan dari laboratorium-laboratorium forensik hanyalah salah
satu dari banyak hal yang terkait dengan pencetakan sidik jari DNA. Hal lainnya
adalah tentang penerimaan uji tersebut oleh pengadilan, banyak issue moral dan
etika yang terlibat dalam hal ini. Pertama, issue apakah bukti-bukti DNA
menghalangi terdakwa untuk memperoleh pengadilan yang adil. Pengacara
Robert Brower sangat yakin bahwa bukti-bukti DNA mengancam hak-hak
konstitusional untuk suatu peradilan yang adil Dia menyatakan bahwa dalam
kasus pemerkosaan, bila barang bukti air mani (semen) yang ditemukan cocok
dengan kepunyaan terdakwa , dan peluang bahwa barang bukti tersebut berasal
dari orang lain adalah 33 milyar berbanding 1 , maka anda tidak membutuhkan
hakim lagi . Tentu saja sisi lain dari issu ini adalah bahwa DNA dapat
memberikan bukti yang menyakinkan bahwa seseorang tersangka melakukan
suatu tindak kriminil, dan orang lain mengatakan bahwa ini adalah suatu
50

halangan terhadap peradilan dan merupakan hal yang tidak konstitusional bila
tidak menghadirkan bukti-bukti tersebut di pengadilan .
Pengujian DNA bukan hanya terkait dengan persoalan etika, legal, atau kebijakan
publik, pengujian ini juga berkaitan dengan permasalahan wanita. Sembilan puluh
persen (90 %) dari korban kriminil yang melibatkan identifikasi DNA adalah
perempuan. Pengujian ini sangat bermanfaat dalam mengungkapkan kasus-kasus
kejahatan seksual, yang secara tradisional paling sulit diungkapkan dan
kebanyakan tidak dilaporkan. Hanya sekitar separuh dari kasus pemerkosaan
yang dilaporkan yang menghasilkan penahanan, dan kurang dari separuh pelaku
yang ditahan yang dijatuhi hukuman di pengadilan. Uji DNA telah membuat
banyak kemajuan yang berarti dalam penghukuman terhadap pelaku-pelaku
kejahatan seksual terhadap wanita.
II.5 PERAN DOKTER DALAM PROSES IDENTIFIKASI FORENSIK
Bantuan yang dapat diberikan oleh dokter pada proses identifikasi meliputi :
1. Menentukan manusia atau bukan
Jika ditemukan tulang-tulang maka kadang-kadang tulang dari beberapa binatang tertentu
mirip manusia. Cakar dari beruang misalnya, hamper mirip bentuknya dengan tangan
manusia.denngan pemeriksaan teliti akan dapat dibedakan apakah tulang yang ditemukan
berasal dari manusia atau binatng.
Yang agak sulit adalah jika yang ditemukan itu berupa tukang yang khas (unidentifiable
bones) atau jaringan lunak. Dalam hal ini pemeriksaan yang diperlukan untuk
menentukan manusia atau binatang adalah pemeriksaan imunologi (precipitin test).

2. Menentukan jenis kelamin


Pada korban kebakaran atau pada mayat yang sudah membusuk di mana penentuan jenis
kelamin tidak mungkin di lakukan dengan pemeriksaan luar maka penentuan jenis
kelamin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan pada:
a. Jaringan tertentu :
uterus dan prostat merupakan jaringan lunak yang lebih tahan terhadap pembusukan
dan dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin. Dari jaringan lunak juga dapat
dilakukan pemeriksaan sex chromatin untuk menentukan jenis kelamin, terutama
jaringan kulit dan tulang rawan. Metode ini juga berguna bagi penentuan jenis
kelamin pada mayat yang terpotong-potong.

51

b. Tulang-tulang tertentu :
Pada orang dewasa, beberapa tulang tertentu bentuknya berbeda antara laki-laki dan
wanita. Tulang- tulang itu antara lain tengkorak, pelvis, tulang panjang, rahang dan
gigi.

Tengkorak :
Dahi
Tepi orbital
Orbital
Tonjolan mastoid
Rigi (muscle-ridges)

Laki-laki :
rendah
lebih menonjol
persegi empat
besar
kasar (nyata)

wanita:
tinggi
kurang menonjol
bulat
kecil
halus

Pelvis :

laki-laki:

wanita:

Bentuk

sempit dan panjang

lebar dan pendek

Arcus pubis

<90 derajat

>90 derajat

Foramen ischiadica

oval

segitiga

Incisura ischiadica

lebih dalam

lebih dangkal

Os sacrum

kurang lebar

lebih lebar

Tulang panjang pada laki-laki lebih massive ( terutama di sekitar sendi ) dan rigi
perlekatan otot lebih nyata. Bentuk rahang dan gigi antara laki-laki dan wanita juga
berbeda sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan identifikasi jenis kelamin.
Rahang pada laki-laki umumnya seperti huruf V sedangkan pada wanita seperti huruf
U. Gigi dan akar gigi permanen pada laki-laki lebih besar dari pada wanita.
3. Menentukan Umur
Tulang manusia dan gigi juga dapat memberikan informasi penting bagi perkiraan umur
manusia. Namun signifikasi dari pemeriksaan tulang bergantung pada besarnya
penyebaran kelompok umur sehingga perlu dikelompokkan secara terpisah menjjadi
kelompok fetus, neonatus, anak-anak, adolescen dan dewasa.
Pada fetus dan neonates, perkiraan didasarkan pada inti penulangan yang dapat dilihat
melalui pemeriksaan ronsenologik atau otopsi. Oleh para ahli telah disusun table
pembentukan inti penulangan dari berbagai tulang, mulai dari kehidupan intra uterine
sampai pada kehidupan di luar kandungan. Pada anak-anak dan adolescen sampai umur
20 tahun, yang paling berguna bagi penentuan umur adalah penutupan epifise. Seperti

52

diketahui bawha penutupan epifise juga mengikutti urutan kronologik. Memang tingkat
ketelitiannya rendah sehingga perlu dikoombinasikan dengan pemeriksaan lain.
Pada kelompok dewasa (yaitu sesudah berumur 20 tahun), perkiraan umur dengan
menggunakan tulang menjadi lebih sulit. Beberapa petunjuk yang dapat dipakai antara
lain; penutupan sutura, perubahan sudut rahang dan adanya proses penyakit.
Penentuan umur dengan menganalisa jaringan yang akan tumbuh menjadi gigi pada bayi
di dalam kandungan mempunyai derajat kecermatan yang tinggi. Sesudah dilahirkan
penentuan umur dapat dilakukan dengan mendasarkan pada mineralisasi, pembentukan
mahkota gigi, erupsi gigi dan resorbsi apicalis.dengan menggunakan formula matematik,
Gustafson

telah

menyusun

rumus

yang

dapat

digunakan

untuk

membantu

menentukanumur melalui pemeriksaan gigi.


4. Menentukan Tinggi Badan
Salah satu informasi penting yang dapat digunakan untuk melacak identitas seseorang
adalah informasi tentang tinggi badan. Oleh sebab itu pada pemeriksaan jenasah yang tak
diketahui identitasnya perlu diperiksa tinggi badanya. Memang tidak mudah mendapatkan
tinggi badan yang tepat dari pemeriksan yang dilakukan sesudah mati, meskipun yang
diperiksa itu jenasah yang utuh. Perlu diketahui bahwa ukuran orang yang sudah mati
biasanya sedikit lebih panjang (sekitar 2,5 cm) dari pada tinggi badan waktu hidup.
Jika yang diperiksa jenasah yang tidak utuh maka penentuan tinggi badan dapat
dilakukan dengan menggunakan tulang-tulang panjang. Hanya dengan sepotong tulang
panjang yang utuh umur pemiliknya dapat diperkirakan, tetapi hasil yang lebih akurat
dapat diperoleh jika tersedia beberapa jenis dari tulang panjang. Untuk kepentingan dari
perhitungan tersebut ada banyak rumus yang dapat dipakai dan salah satunya adalah
rumus Karl Pearson.

53

Anda mungkin juga menyukai