Anda di halaman 1dari 10

Oleh: Jazimatul Husna, SIP., M.IP.

SEJARAH PERPUSTAKAAN ISLAM;


PENGADAAN DAN PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA
PADA PERPUSTAKAAN DINASTI ABASIYYAH
A. PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang menaruh perhatian besar pada ilmu pengetahuan, hal ini
terbukti dengan giatnya tulis-menulis sejak priode awal. Keterlibatan inilah yang juga
mendorong cepatnya Islam menyebar ke daerah-daerah yang kaya akan buku dan
perpustakaan kuno, sehingga mereka menemukan papyrus (lontar) dari Mesir dan menggali
naskah-naskah kuno di wilayah Mesopotamia dan Mesir. Perpustakaan-perpustakaan Islam
tidak lepas dari dinamika peradaban orang-orang Romawi. Sebagaimana literatur-literatur
bangsa Romawi banyak di kaji oleh orang-orang muslim pada masa abad 8-11 M. Dengan
datangnya Islam terpancarlah fajar di negri Timur Tengah; pencerahan ilmu pengetahuan.
Afzal Iqbal (1967:166-126) membagi dinamika kebudayaan awal Islam kepada tiga gerakan;
gerakan keagamaan (Islam), gerakan sejarah dan gerakan filsafat. Gerakan tersebut di
terjemahkan oleh (Nurul Haq, 2012) menjadi gerakan keagamaan akan menjadi awal
perbincangan dalam kaitannya dengan kajian yang diajukan bahwa kemunculan kepustakaan
Islam berasal dari tradisi keagamaan Islam. Dalam maknanya yang luas, ia juga merupakan
bagian dari kebudayaan dan peradaban Islam, sehingga kajiannya dari sisi historis tidak dapat
dipisahkan dari keduanya.
Sejak Islam muncul di Arab pada zaman Nabi-para sahabat di lanjutkan masa dinasti.
Kalau kemajuan Islam pada masa Nabi dapat disebut sebagai kemajuan bidang agama dan
politik; pada masa Khalifah Rasyidah sebagai kemajuan politik dan militer; pada masa Bani
Umaiyyah sebagai kemajuan politik, ekonomi dan militer; maka kemajuan Dinasti Abbasiyah
menambah panjang pencapaian kemajuan itu yakni politik. militer, ekonomi. sains dan
peradaban. Dengan berkembangnya ilmu sains maka pada masa dinasti Abbasiyah banyak
berkembang perpustakaan, meskipun sebelumya telah di pelopori oleh Khalid Ibn Yazid Ibn
Mu'awiyah.
Syihabuddin Qolyubi dkk (2003:48-56) meyebutkan bahwa ada tiga fase penting
dalam sejarah perpustakaan islam klasik, yaitu:

Fase pertama, perintisan perpustakaan saat datang wahyu Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW tentang perintah iqro, kemudian perintah nabi kepada para sahabat
untuk menulis Alquran, sebagai mushaf pribadi, yang mana, dari mushaf-mushaf tersebut
kemudian menjadi cikal bakal mushaf Ustmani, mushaf ini dibuat pada masa pemerintahan
Khalifah Utsman Bin Affan.
Fase kedua adalah masa pembentukan dan pembinaan perpustakaan. Antara lain,
kodifikasi Alquran, AlHadits, dan penerjemahan karya dari Persia dan Yunani, serta
ditemukannya teknologi kertas yang menggantikan papirus dan kulit. sehingga perpustakaan
islam klasik mencapai kejayaan saat Al Mamun (815M) dari dinasti Abbasiyah
mengembangkan lembaga pendidikan Bait al-Hikmah yang menjadi perpustakaan pertamaa
yang di buka untuk umum. Bait al-Hikmah mempunyai koleksi yang di himpun dari Pesia,
Bizantium, Etiopia dan india, Perpustakaan tersebut sekaligus menjadi pusat kegiatan studi,
riset astronomi dan matematika.
Fase ketiga adalah kemunduran perpustakaan islam klasik. Disamping perpustakaaan
Bait al-Hikmah, muncul juga perpustakaan perpustakaan pribadi milik bangsawan, saudagar
dan cendekiawan. Seperti pendapat Mehdi Nakosteen yang dikutip Dr. Didin Saefudin
mencatat ada 36 perpustakaan di Baghdad sebelum diluluhllantakan oleh pasukan Hulagu
dari Mongol, diantaranya, (1) Pepustakaan Bayt Al-Hikmah, (2) Perpustakaan Umar AlWaqidi yang diperkirakan memiliki 320 ekor unta beban buku-buku, (3) Perpustakaan Dar
Al-Ilm, (4) Perpustakaan Nizamiyah, (5) Perpustakaan madrasah Mutansyiriyah, (6)
Perpustakaan Al-Baiqani, (7) perpustakaan Muhammad Ibn-Husain dan (8) perpustakaan Ibn
Kamil.
Dilihat dari keberadaan perpustakaannya yang sanggat pesat, kita bisa bayangkan
dampak dari konsen terhadap perpustakaan menelurkan keilmuan yang sanggat pesat pula.
Perpustakaan masa itu identik dengan bertumpukan kitab-kitab, Al-Qur'an, salinan-salinan
dan sebagainya. Lalu bagaimana keberadaan perpustakaan pada masa itu, apakah sudah
melakukan klasifikasi serta katalogisasi. lalu bagaimana sistim kerjanya.
Pada makalah ini penulis akan membahas kegiatan pengadaan dan pengolahan
perpustakaan, karena pada masa tersebut, perpustakaan tumbuh dengan subur seiring dengan
semangat para pelajar dan rasa ingin tahu serta minat yang kuat untuk mempelajari ilmu baru.
Memang sanggat jarang literature yang membahas tentang bentuk kegiatan perpustakaan
secara umum (pengadaan, pengolahan, pelestarian dan peminjaman) perpustakaan islam
klasik. Kebanyakan sejarawan meninjau dari aspek sejarah keberadaan perpustakaan secara
fisik gedung, namun tidak menjamah secara substasi kegiatan perpustakaan islam klasik.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam pembahasan makalah ini kami membahas masalah yang berkaitan dengan
perpustakaan islam klasik pada masa dinasti Abasiyyah meliputi :
1. Bagaimana system pengadaan bahan pustaka pada masa perpustakaan islam klasik?
2. Bagaimana pengolahanya (klasifikasi, katalogisasi, penempatan koleksi) pada masa
perpustakaan islam klasik?
C. METODE PENELITIAN
Metode yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metode literatur
dengan menggunakan beberapa sumber buku yang berkaitan dengan masalah sejarah
kepustakaan Islam klasik mengenai pengadaan bahan pustaka dan pengelolaanya.
D. TUJUAN
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas untuk bahan diskusi mata kuliah
Sejarah Kepustakaaan Konteks Islam, selain itu juga untuk menambah pemahaman pada diri
kita mengenai Sejarah Kepustakaan Konteks Islam pada masa klasik, sehingga kita
memahami dan mengerti agar menjadi cerminan dari sejarah tersebut untuk dapat
membangun kembali Sejarah Kepustakaan Islam pada masa kini dan yang akan datang agar
islam ini benar- benar berjaya di muka bumi ini. Aamin.
E. PEMBAHASAN
A. Sistem Pengadaan Bahan Pustaka pada Perpustakaan Dinasti Abbasiyah
sejak di temukaanya ternologi kertas, sejak saat itu pula industry buku mulai
menggeliat dan berkembang pesat, majunya industri buku menyebabkan para kolektor buku
berlomba-lomba membeli dan membuatkan media penyimpanannya, saat itulah fungsi dan
peran perpustakaan di mempunyai peran sentral dalam melestarikan sebuah ilmu
perpustakaan.
Sistem pengadaan bahan pustaka pada masa klasik mungkin berbeda dengan masa
sekarang. Kita kenal, pada masa sekarang pengadaan bahan pustaka bisa didapat dengan
beberapa cara diantaranya:
1. Pembelian: pemesanan langsung dapat dilakukan pada penerbit ataupun pada
toko buku.
2. Hadiah: perpustakaan dapat menerima pustaka sebagai hadiah yang berarti
perpustakaan dapat menghemat pembelian.

3. Pertukaran bahan pustaka: sebaiknya perpustakaan menerbitkan berbagai terbitan


termasuk penerbitan badan induk.
4. Deposit: semua karya yang dihasilkan wajib disimpan pada perpustakaan pada
keputusan rektor.
5. Membuat sendiri: bahan pustaka yang dihasilkan oleh perpustakaan. Keanggotaan
organisasi: badan induk perpustakaan menjadi anggota sebuah perhimpunan atau
organisasi dan anggota dari perhimpunan tersebut memperoleh terbitan secara
cuma-cuma.
Pada masa Al Mamun (815M), atau sebelumnya, oleh ayahandanya Khalifah Harun
AlRasyid (789-809), tugas pertma Bait Alhikmah adalah untuk menyimpan ilmu-ilmu kuno
yaitu berupa filsafat dan ilmu alam, sebab diilhami oleh mimipi bertemu sosok yang di yakini
sebagai Aristotels, Khalifah AlMakmun, kemudian mengirim utusan dan berkorenpondensi
dengan

pemimpin

Bizantium

untuk

bekerjasama

dalam

penerjemahan

buku

(J.

Pedersen:199:149-150)
Sebenarnya pada masa klasik ada kemiripan dengan kegiatan pengadaan bahan
pustaka masa kini. Bahwa pada masa klasik sejak dinasti Abbasiyah berdiri, banyak para
dermawan mengkonsentrasikan pada ilmu pengetahuan, sehingga banyak orang yang menjadi
pencatat (Nassakh) dan penyalin (Warraq) di jadikan sebagai profesi. Seorang yang bisa
membaca dan menulis merupakan orang-orang yang luar biasa. Mereka di gaji oleh para
petinggi negara untuk mengerjakan penyalinan kitab (naskah kuno), yang nantinya koleksi itu
di simpan dan dikaji oleh para ilmuan di perpustakaan (Ribkhi Mustofa Alyan:1999:78).
Dinasti Abbasiyah yakni sebagai penerus dan pengembangan kemajuan itu, yakni
politik. militer, ekonomi sains dan peradaban. Ilmu sains tidak jauh dari perpustakaan sebagai
tempat informasi, sehingga sanggat memepengaruhi koleksi di perpustakaan. selain itu juga
sudah barang tentu seluruh keperluan dan perawatan perpustakaan ada anggaranya, tujuanya
agar tetap berkembang.sanggat mustahil tidak ada anggaran sebagaimana sejaha mencatat
perpustakaan pada masa itu sanggat pesat. AlMamun sangat mendukung gerakan
perpustakaan dan penerjemahan buku, beliau bahakan pernah membayar ongkos
penerjemahan setara obot emas (Qolyubi:2003:50). Dana tersebut didapat dari pengelolaan
pajak dari hasil pertanian masyarakat yang dikembangkan dan diperdayakan lagi
kemasyarakat, pada akhirnya terkumpul bahan rujukan yang cukup banyak, baik bahan
rujukan umu maupun nahan rukujan islam, yang ditempatkan di perpustakaan lembaga
pandidikan seperti maasjid dan madrasah. selain hal di atas perkembangan koleksi
perpustakaaan islam juga dipengaruhi faktor yaitu:

1. Pada dinasti Abasiyyah sudah melakukan pembelian di kios-kios penjualan buku. AlMaqrizi menyebutkan tentang "daerah kios buku" itu dalam penjelasanya tentang
kairo pada abad ke-15, dan kami sering dengar tentang "pojok buku" atau "pojok
warraq" di Baghdad. Pojok yang sama di Damaskus, tulis Ibn Batutah pada 1327,
terletak di dekat masjid Umayyah. disana terdapat kios-kios yang menjual kertas,
tinta, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan buku (J. Pedersen:1999)
2. Sudah ada hadiah bahan pustaka dari orang-orang dermawan sebagai koleksi pustaka
untuk di gunakan. diataranya di perpustakaan masjid yang masuk sebagai
perpustakaan umum, mendapat hadiah dari petinggi negara dan orang-orang kaya.
3. Pertukaran disini bisa di kategorikan sebagai pertukaran informasi dengan bangsa
Romawi, malakukan penerjemahan buku-buku kuno. filsafat dan sebagainya.
4. Deposit, Kegiatan ini telah dilakukan, meskipun pada masa tersebut belum ada
peraturan baku tentang wajib simpan karya. Namun para bangsawan mengkhususkan
penyalinan karya yang mereka bayar sebagai koleksi perpustakaan. Entah itu pribadi
ataupun untuk umum.
5. Membuat sendiri. dari hasil penelitian para ilmuan berkembanglah cabang ilmu yang
beragam seperti teologi, tata bahasa matematika dsb.
Salah satu contoh anggaran belanja lembaga di perpustakaan Dar'l ilm atau Dar'l
hikmah. Anggaran tersebut mencapai 257 dinar per tahun, menurut Al-Maqrizi. daftar belanja
tetapnya meliputi: karpet-karpet dari Abadan dan tempat-tempat lain, 10 dinar; kertas untuk
menulis 90 dinar; petugas perpustakaan, 48 dinar; air, 12 dinar; pelayan, 15 dinar, kertas,
pena dan tinta untuk para ilmuan yang memerlukanya, 12 dinar, perbaikan karpet, 1 dinar,
perbaikan yang mungkin di perklukan untuk lembaran-lembaran yang hilang, 12 dinar; karpet
bulu

untuk

musim

dingin,

dinar. jumlah

totalnya

terhitung

209

dinar

(J.

Pedersen:1999:154).
Sisanya disediakan untuk keperluan-keperluan tambahan. Buku-buku diperoleh
melalui penerjemah, tetapi beberapa tambahan mungkin juga diberikan sebagai hadiah oleh
khlifah. Mengingat jumlah uang yang harus dibayarkan untuk buku, seperti misalnya 100
dinar untuk buku sejarah Al-Thabari dan 60 dinar untuk Jamhara karya Ibn Durayd, maka
anggaran belanja yang di uraian tadi tampaknya terlalu rendah untuk pembelian buku-buku
utama. Perpustakaan serupa juga didirikan oleh Al-Hakim di berbagai tempat lain seperti AlFustat, Mesir Lama.
B. Teknik Pengolahan Bahan Pustaka

Diseluruh penjuru wilayah Islam saat itu tersebar berbagai macam ilmu pengetahuan,
seperti kimia, matematika, kedokteran, teknik astronomi dan lain-lain. Bahkan para penjual
kitab sebagian besar termasuk orang-orang berpendidikan cukup tinggi. Mereka memahamai
berbagai macam ilmu pengetahuan, sehingga mampu turut serta dalam pembicaraan dan risetriset para ulama dan ilmuan. Disamping itu kesungguhan kaum Muslimin terhadap ilmu
tampak dalam pengaturan perpustakaan, pusat-pusat penjualan kitab, jadwal diskusi dan
penelitian serta kegiatan-kegiatan rutin yang mereka lakukan.
Untuk keteraturan dan kemudahan penggunaan, sebuah perpustakaan memerlukan
sebuah sistem yang bertugas untuk memilah-milah dan mengelompokkan bahan pustaka
sekaligus sebagai pemberi tanda/indikator bagi setiap bahan pustaka itu sehingga menjadi
mudah untuk dicari dan ditemukan. Sistem dengan karakteristik semacam ini dikenal dengan
sebutan Sistem Klasifikasi Bahan Pustaka. Klasifikasi berfungsi untuk membagi bahan-bahan
pustaka yang ada menjadi berbagai kelompok sesuai dengan tema, judul, penulis, dan/atau
parameter-parameter lainnya yang akan memudahkan penempatan bahan-bahan pustaka
tersebut dalam rak-rak buku, serta untuk memudahkan proses penemuan buku-buku tersebut
ketika dibutuhkan.
Dalam perpustakaan dibuat beberapa ruangan, (1) untuk diskusi, (2) untuk pengkajian
dan penelitian, (3) untuk menyalin, (4) untuk membaca, bahkan ada pula yang menyediakan
(5) ruang untuk latihan musik, sebagai kegiatan tambahan untuk para pembaca yang gemar
musik, disamping untuk menambah semarak pengunjung . Dalam rak-rak perpustakaan,
kitab-kitab itu tersusun berdasarkan sistem klasifikasi tertentu menurut temanya masingmasing (Ribkhi Mustofa Alyan:1999:162)..
Hal tersebut terbukti dan hasil penelitian terhadap beberapa perpustakaan masjid
tradisional di Kairo atau Tunis umpamanya. Al-Maqrizi menuturkan pada kita mengenai
perpustakaan di Shiraz. Perpustakaan masjid. Perpustakaan tersebut terdiri satu ruang
berkubah panjang yang berhubungan dengan ruang-ruang penyimpanan buku. Penguasa
membangun tangga-tangga dari kayu berhias kira-kira setinggi orang dengan lebar 3 yard,
yang mempunyai rak-rak dan atas sampai bawah di sepanjang ruang besar dan ruang-ruang
penyimpanan buku tersebut.
Namun dibagian lain, sebelum datangnya Islam hal yang pernah dilakukan oleh
orang-orang Romawi dalam mengelola perpustakaan dianggapnya adalah kegiatan yang
mualia sama halnya dengan konsep Islam. Mereka orang-orang istana raja yang di percaya
megurus perpustakaan, merawat koleksi-koleksi yang berharga. seperti filsafat dsb. Dalam

sejarah, koleksi perpustakaan Alexandria di kelompokan menurut ruang, artinya A


menyimpan buku filsafat, ruang B menyimpan buku Astronomi, dan sebagainya. Pada abad
menegah, perpustakaan biara memisahkan buku tentang buku ke agamaan (teologi) dari buku
keduniawian (sekuler).
Katalog yang memuat bibliografi telah dikenal sejak zaman Ashurbanipal. Hal ini
terbukti dari hasil penggalian dibekas kerajaan Assyria. Katalog tersebut dikenal dengan
mana penakes yang disusun oleh Callimachus, pustakawan perpustakaan Alexandria. Data
bibliografi dalam penakes memuat judul singkat sesuai dengan keterangan yang terdapat pada
gulungan papirus. Pada abad-abad berikutnya katalog diterbitkan dalam bentuk buku,
kemudian diganti dengan kartu. Kini dalam abad informasi, koleksi perpustakaan tetap saja
disusun menurut aturan tertentu, hanya media mencatatnya kini menggunakan alat elektronik
sehingga dikenal dengan katalog elektronik.
Prinsip ini nyata sekali pada klasifikasi koleksi perpustakaan modern seperti
klasifikasi desimal Dewey, Library of Congress maupun Universal Decimal Clasification.
semunya disusun menurut subjek. Ketiga bagan klasifikasi tersebut banyak dipakai
perpustakaan. Sudah tentu ada bagan klasifikasi lain serta dalam sejarah ada pula bagan
klasifikasi sebelumnya. Seperti yang telah dijelaskan diatas tersedia untuk penyimpanan.
Berisi tentang, agama, tata bahasa, matematika, teknik astronomi, musik dan kedokteran.
Seperti yang sudah penulis singgung diatas, bahwa belum banyak informasi yang detail
mengenai pola klasifikasi yang dipakai oleh perpustakaan-perpustakaan di masa klasik.
Hanya saja, sistem klasifikasi yang dipakai pada saat itu kemungkinan besar adalah sesuai
dengan pola klasifikasi yang dicantumkan oleh buku-buku bibliografi atau buku-buku
kurikulum ilmu yang ditulis oleh para ulama. Karenanya, di sini kita akan sedikit berkenalan
dengan model pemetaan ilmu pengetahuan atau klasifikasi bahan pustaka yang terhadap pada
buku-buku tersebut. Kita akan ambil buku buku Al-Fihrist karya Al-Nadm sebagai salah
satu karya bibliografi.
Tokoh yang sangat agung dalam dunia perpustakaan Islam adalah Ibn Al-Nadim pada
abad ke-10. Beliau telah mengarang kitab Al-Fihrist (indeks) yang di selesaikan kurang lebih
pada tahun 936-995 M, di Irak (Ribkhi Mustofa Alyan:1999:181). Beliau memiliki toko buku
yang besar, hingga itu beliau mencatat nama-nama pengarang dan judul-judul buku yang di
karang oleh orang, serta mencatat tentang subjek, lalu beliau susun dengan bahasa Arab. Di
dalam toko bukunya ada salah satu ruangan untuk para pembaca serta orang-orang yang ingin

berdiskusi, diantaranya para ilmuan. Beliau adalah orang yang sanggat cinta pada buku,
hingga suatu ketika istrinya cemburu, karena sangking cintanya beliau pada buku.
Dalam Al-Fihrist, Ibnun Nadm yang juga seorang penganut paham Syiah itu membagi
bibliografinya ke dalam sepuluh kategori (maqlah), dan tiap kategori dibagi-bagi lagi
menjadi beberapa disiplin (fann), yang bisa kita rangkumkan sebagai berikut (Ribkhi Mustofa
Alyan:1999:183-184):

Disiplin 1 :
Disiplin 2 :

Kategori I

Disiplin 3 :
Kategori II
(Nahwu

Disiplin 1 :
Disiplin 2 :
dan

Lughah)
Kategori III
(Sejarah

Disiplin 1 :
Disiplin 2 :
dan

Geneologi)
Kategori IV
(Syair)
Kategori V
(Disiplin Kalam)

Kategori VI
(Fiqih dan Hadits)

Kategori VII
(Filsafat dan Ilmu
Yunani)

Disiplin 3 :

Disiplin 3 :
Disiplin 1 :
Disiplin 2 :
Disiplin 1 :
Disiplin 2 :
Disiplin 3 :
Disiplin 4 :
Disiplin 5 :
Disiplin 1 :
Disiplin 2 :
Disiplin 3 :
Disiplin 4 :
Disiplin 5 :
Disiplin 6 :
Disiplin 7 :
Disiplin 8 :
Disiplin 1 :
Disiplin 2 :
Disiplin 3 :

Bahasa dan Tulisan


Kitab-kitab Suci
Al-Quran, Qiraat, dan Ulumul
Quran
Nahwu, Nahwu Basrah
Nahwu Kufah
Nahwu Perpaduan
Sejarawan dan Ahli Nasab
Raja dan Pamong praja
Penyanyi dan Pelawak
Syair

Jahiliyyah

dan

yang

setingkat
Syair Islamiyyah dan Muhdatsun
Kalam, Muktazilah dan Murjiah
Syiah (Imamiyyah, Zaidiyyah,
dll)
Jabariyyah dan Hasyawiyyah
Khawarij
Shufiyyah
Malik dan Malikiyyah
Abu Hanifah dan hanafiyyah
Asy-Syafii dan Syafiiyyah
Dawud dan Dawudiyyah
Fuqaha Syiah
Fuqaha Ashhabul Hadits
Ath-Thabari dan pengikutnya
Fuqaha Syurh (Khawarij)
Filsafat Fisika dan Logika
Matematika dan Astrologi
Kedokteran

Kategori VII
(Sihir dan Legenda)
Kategori IX
(Keyakinan Asing)
Kategori X

Disiplin 1 :
Disiplin 2 :
Disiplin 3 :
Disiplin 1 :
Disiplin 2 :
1 Disiplin :

Fabel dan Legenda


Mantera dan Sihir
Aneka rupa
Shabiah dan Majusiyah
Keyakinan Hindu, Cina, dsb.
Kimia dan Rekayasa

F. KESIMPULAN
Pada masa klasik tepatnya pada dinasti Abasiyyah sudah terjadi kegiatan teknik
pengadaan di perpustakaan. Pada masa kepemimpinan Harun Ar-Rasyid dan dilanjutkan AlMa'mun tepatnya pada abad 8-11 Masehi sebagai pengayaan ilmu-ilmu pengetahuan.
Mengumpulkan buku-buku dari koleksi naskah kuno bangsa Yunani.
Pengolahan bahan pustaka dilakukan dengan cara yang unik mulai dari cara penyalian
buku hingga, klasifikasi dan penempatan koleksi di rak. Semunya di lakukan dengan penuh
semanggat dengan gaya seni. Diantarnaya tempatnya nyaman, terdapat hordeng dan karpet.
Meberi kesan agar pengunjung betah. Selain itu juga perpustakaan sebagai tempat
perkumpulan para ilmuan, berdiskusi dan meneliti.
Dalam Al-Fihrist, Ibnun Nadm yang juga seorang penganut paham Syiah itu membagi
bibliografinya ke dalam sepuluh kategori (maqlah), dan tiap kategori dibagi-bagi lagi
menjadi beberapa disiplin (fann).

G. DAFTAR PUSTAKA
Afzal Iqbal, The Culture of Islam : The Classical Period, (Lahore : Institute of Islamic
Culture, 1967), hlm. 116-126.
Al-Baghdadi, Abdurrahman., Sistem Pendidikan Dimasa Khilafah Islam, (Surabaya:Al-Izzah,
1996).
AR, Sirojuddin., Seni Kaligrafi Islam, (Jakarta: pustaka panjimas, 1987).
Nasution, Harun., Islam Rasional, (Bandung:mizan, 1995).
http://202.155.15.208/berita/34533/Baghdad_Metropolis_Intelektual_Abad_Pertengahan (di
kutip pada tanggal 01 November 2012)

http://lppbi-fiba.blogspot.com/2009/08/perpustakaan-islam-periode-klasik.html/Dra.
Sismarni, M.Pd. (di kutip pada tanggal 19 November 2012)
http://kasadaranlink.blogspot.com/2007/07/bayt-al-hikmah-dan-tradisi-intektual.html(di kutip
pada tanggal 05 Desember 2012)
http://whandi.net/2009/01/islam/khilafah-bani-abbas-masa-kemajuan-islam.html

(di

kutip

pada tanggal 05 Desember 2012)


http://abhicom2001.multiply.com/journal/item/182/Ketika_Perpustakaan_adalah_Rumah_Bij
ak (di kutip pada tanggal 05 Desember 2012)
Nurul Haq, Handout ke-1 matakuliah Sejarah Kepustakaan dalam Konteks Islam,
(Yogyakarta, Pascasarjana UIN Sunan kalijaga,2012.)
Pedersen, J., Fajar Intelektual Islam: Buku Dan Sejarah Penyebaran Informasi Di Dunia Arab,
Penerjemah Alwiyah Abdurrahman, (Bandung, Mizan, 1996).
Ribkhi Mustofa Alyan, Al Maktabati Fi Khadhorotil Arobiyyati AlIslamiyyai, (Oman, Addar
Shofau Lilnasri Wattauji,1999)
Saefudin, didin., Zaman Keemasan Islam: Rekonstruksi Sejarah Imperium Dinasti
Abbasiyah, (Jakarta:Grasindo, 2002).
Sou'yb, joesoef., Sejarah Daulah Abbasiyah III, (jakarta: bulan bintang,1978).
Syihabuddin Qolyubi, dkk. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. (Yogyakarta:
Jurusan Ilmu Perpustakaan dan informasi Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga
2003).

Anda mungkin juga menyukai