Metode Penafsiran
Metode penafsiran yang penulis gunakan di sini adalah apa yang
penulis sebut dengan metode quasi-obyektivis modernis. Menurut
metode ini, seseorang bisa memahami dan menafsirkan al-Quran dengan
memperhatikan konteks tekstual dan kontekstualnya, menangkap ide
moralnya
kemudian mengaplikasikannya
sejalan
dengan
ide moral
Untuk
menangkap
gagasan
pesan
al-Quran
dengan
harus,
pertama-tama
memahami
makna
ayat
al-Quran
fenomenal,
yakni
pesan
utama
yang
dipahami
dan
tersebut,
signifikansi
dapat
fenomenal
terbagi
historis
dua
signifikansi
fenomenal,
yakni
dan
signifikansi
fenomenal
yang
pengembangan
pemahaman
pada
saat
melakukan
penafsiran.
Penggalan
ayat
diatas,
al-Zamakhsyari
mengatakan:
Allah
masa
itu,
merebut
tempat
ibadah
mereka
dan
kemudian
Penghapusan penindasan
Penegakan kebebasan beragama
Penegakan perdamaian
Dalam ayat ini bukan suatu peperangan yang menjadi pesan utamanya,
melainkan adalah seruan dalam menegakkan kedamaian, yang mana
digambarkan bahwa diperbolehkan berperang terhadap kaum musyrik
yang telah menindas kaum muslim tanpa alasan yang bisa diterima.
Apabila tidak ada lagi jalan damai yang dapat ditempuh.
Kesimpulan
Menganggapi tulisan di atas, adalah bahwa dalam penafsiran ayat
al-Quran tidak boleh dilakukan hanya melihat satu sisi saja. Tulisan ini,
menggunakan penafsiran yang memperhatikan konteks tekstual dan
kontekstualnya. Harus ditinjau dari segi historisnya, pemahaman yang
berkembang pada saat penafsiran juga penting dimiliki untuk melihat
lebih jauh makna atau pesan yang sesungguhnya dari ayat yang akan
ditafsirkan. Pemahaman ini lebih rasional dan dapat diterima mengingat
al-Quran adalah kitab suci untuk seluruh umat, baik pada zaman nabi
hingga sekarang, yang artinya al-Quran juga menyelesaikan masalah
yang akan datang pada kaum masa mendatang. Maka tidak seharusnya
ayat al-Quran di pahami secara sempit.
Dalam tulisan ini, penulis menyampaikan bahwa dalam QS. 22 ayat
39-40 terdapat pesan damai yang mana bahwa ayat ini pada tekstualnya
4