Anda di halaman 1dari 10

A.

fungsi filsafat Pancasila dan Keberadaban Pancasila


1. fungsi filsafat pancasila
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali manfaat belajar filsafat yang bisa dipetik, beberapa
diantaranya adalah:
1. Filsafat akan mengajarkan untuk melihat segala sesuatu secara multi dimensi Ilmu ini akan
membantu kita untuk menilai dan memahami segala sesuatu tidak hanya dari permukaannya saja, dan
tidak hanya dari sesuatu yang terlihat oleh mata saja, tapi jauh lebih dalam dan lebih luas. Dengan kata
lain,
2. Filsafat mengajarkan kepada kita untuk mengerti tentang diri sendiri dan dunia Manfaat belajar
filsafat akan membantu memahami diri dan sekeliling dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar.
3. Filsafat mengasah hati dan pikiran untuk lebih kritis terhadap fenomena yang berkembang Hal
ini akan membuat kita tidak begitu saja menerima segala sesuatu tanpa terlebih dahulu mengetahui
maksud dari pemberian yang kita terima.
4. Filsafat dapat mengasah kemampuan kita dalam melakukan penalaran Penalaran ini akan
membedakan argumen, menyampaikan pendapat baik lisan maupun tertulis, melihat segala sesuatu
dengan sudut pandang yang lebih luas dan berbeda.
5. Belajar dari para filsuf lewat karya-karya besar mereka Kita akan semakin tahu betapa besarnya
filsafat dalam mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, karya seni,
pemerintahan, serta bidang-bidang yang lain.
6. Filsafat akan membuka cakrawala berpikir yang baru Ide-ide yang lebih kreatif dalam
memecahkan setiap persoalan, lewat penalaran secara logis, tindakan dan pemikiran yang koheren, juga
penilaian argumen dan asumsi secara kritis.
7. Filsafat membantu kita untuk dapat berpikir dengan lebih rasional Membangun cara berpikir
yang luas dan mendalam, dengan integral dan koheren, serta dengan sistematis, metodis, kritis, analitis,
dan logis.
8. Filsafat akan mengkondisikan akal untuk berpikir secara radikal Membuat kita berpikir hingga
mendasar, sehingga kita akan lebih sadar terhadap keberadaan diri kita.
9. Filsafat membawa keterlibatan dalam memecahkan berbagai macam persoalan Persoalan baik
yang terjadi pada diri sendiri maupun orang lain, akan membuat kehidupan kita tidak dangkal, namun
kaya akan warna.
10. Memiliki pandangan yang luas Manfaat belajar filsafat dalam hal ini, akan mengurangi
kecenderungan sifat egoisme dan egosentrisme.

11. filsafat membantu menjadi diri sendiri Lewat cara berpikir yang sistematis, holistik dan radikal
yang diajarkan tanpa terpengaruh oleh pendapat dan pandangan umum.
12. Filsafat akan membangun landasan berpikir Komponen utama baik bagi kehidupan pribadi
terutama dalam hal etika, maupun bagi berbagai macam ilmu pengetahuan yang kita pelajari.
13. Filsafat dengan sifatnya sebagai pembebas Manfaat belajar filsafat akan mendobrak pola pikir
yang terbelenggu tradisi, mistis, dan dogma yang menjadi penjara bagi pikiran manusia.
14. Filsafat akan membuat kita dapat membedakan persoalan Terutama berbagai persoalan ilmiah
dengan persoalan yang tidak ilmiah.
15. Filsafat dapat menjadi landasan historis-filosofis Dalam hal ini, berasal dari berbagai macam
kajian disiplin ilmu yang kita tekuni.
16. Filsafat dapat memberikan nilai dan orientasi pada semua disiplin ilmu Filsafat memberikan
petunjuk lewat penelitian penalaran serta metode pemikiran reflektif, sehingga kita dapat menyelaraskan
antara pengalaman, rasio, agama serta logika.
17. Filsafat dapat dijadikan alat untuk mencari kebenaran Memberikan pandangan serta pengertian
mengenai hidup
18. Filsafat dapat dijadikan sebagai pedoman Berguna sebagai sumber inspirasi bagi kehidupan.
19. Filsafat mengajarkan kepada kita tentang etika dan moral Pembelajaran moral dan etika
ini, dapat diimplementasikan secara langsung dalam kehidupan.
20. Filsafat dapat membangun semangat toleransi Menjaga keharmonisan hidup di tengah
perbedaan pandangan atau pluralitas.

B. Prinsip-prinsip filsafat pancasila dan kesatuan sila


sila pancasila
1. Prinsip-prinsip filsafat pancasila
2. Kesatuan Sila-sila Pancasila
Kesatuan antara sila-sila Pancasila tidak hanya

kesatuan yang bersifat logis saja,

kesatuan menurut isi, atau kesatuan formal logis lainnya, namun sila-sila

Pancasila memiliki suatu kesatuan meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar


epistemologis, dan dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila. Secara filosofis
Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis, dasar
epistemologis, dan dasar aksiologis sendiri yang berbeda dengan sistem filsafat
lainnya misalnya materialisme, liberalisme, pragmatisme, komunisme,
idealisme, dan lain paham filsafat di dunia (Kaelan, 2010: 62).
1.

Dasar Ontologis Sila-sila Pancasila


Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat tidak hanya menyangkut silasilanya saja melainkankan juga meliputi hakikat dasar dari sila-sila Pancasila
atau yang disebut juga dengan dasar ontologis sila-sila Pancasila. Pancasila
yang terdiri dari lima sila memiliki satu kesatuan dasar ontologis. Selain itu,
Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki
hakikat mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut
sebagai dasar antropologis. Subjek pendukung sila-sila Pancasila adalah
manusia, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: bahwa yang Berketuhanan
Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan serta yag berkeadilan sosial pada
hakikatnya adalah manusia. Demikian juga jikalalu kita pahami dari filsafat
negara bahwa Pancasila adalah dasar filsafat negara, adapun pendukung pokok
negara adalah rakyat dan unsur rakyat adalah manusia itu sendiri, sehingga
tepatlah jikalau dalam filsafat Pancasila bahwa hakikat dasar antropologis silasila Pancasila adalah manusia (Kaelan, 2012: 14).
Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki
hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga, dan jiwa jasmani
dan rohani, sifat kodrat mansuia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk

sosial, serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri
dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena kedudukan kodrat
manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan
inilah maka secara hierarkhis sila pertama Ketuhan Yang Maha Esa mendasari
dan menjiwai keempat sila-sila Pancasila yang lainnya.
Hubungan kesesuaian antara negara dengan sila-sila Pancaisla adalah berupa
hubungan sebab akibat yaitu negara sebagai pendukung hubungan dan Tuhan,
manusia, satu, rakyat, dan adil sebagai pokok pangkal hubungan. Landasan silasila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil adalah sebagai sebab
adapun negara adalah sebagai akibat. Sebagai suatu sistem filsafat landasan sialsila Pancasila itu dalam hal isinya menunjukkan suatu hakikat makna yanag
bertingkat, serta ditinjau dari keluasannya memiliki bentuk piramidal.
2.

Dasar Epistemologis sila-sila Pancasila


Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari
dasar ontologisnya. Pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada nilai-nilai
dasarnya yaitu filsafat Pancasila. Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam
epistemologi yaitu: pertama tentang sumber pengetahuan manusia, kedua
tentang teori kebenaran pengetahuan manusia, ketiga tetang watak pengetahuan
manusia. Persoalan epistemologi dalam hubungannya dengan Pancasila dapat
dirinci sebagai berikut:
Pancasila sebagai suatu objek pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah
sumber pengetahuan manusia dan susunan pengetahuan Pancasila. Tentang
sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana diketahui bersama bahwa sumber
pengetahuan Pancasila adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia

sendiri, bukan berasal dari bangsa lain, bukan hanya merupakan perenungan
serta pemikiran seseorang atau beberapa orang saja namun dirumuskan oleh
wakil-wakil bangsa Indonesia dalam mendirikan negara. Oleh karena sumber
pengetahuan Pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri yang memiliki nilainilai, adat istiadat, dan kebudayaan dan nilai religius, maka diantara bangsa
Indonesia sebagai pendukung sila-sila Pancasila dengan Pancasila sendiri
sebagai suatu sistem pengetahuan memiliki kessuaian yang bersifat
korespondensi.
Berikutnya tentang susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan.
Sebagai suatu sistem pengetahuan maka Pancasila memiliki susunan yang
bersifat formal logis baik dalam arti susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti
sila-sila Pancasila. Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah berbentuk
hierarkhis dan berbentuk piramidal, dimana sila pertama Pancasila mendasari
dan menjiwai keempat sila lainnya serta sila kedua didasari sila pertama serta
mendasari dan menjiwai sila-sila ketiga, keempat, dan kelima, sila ketiga
didasari dan dijiwai oleh sila pertama dan kedua serta mendasari dan menjiwai
sila-sila keempat dan kelima, sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama,
kedua serta ketiga serta mendasari dan menjiwai sila kelima, adapun sila kelima
didasari dan dijiwai oleh sila pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Demikianlah
maka susunan sila-sila Pancasila memiliki sistam logis baik yang menyangkut
kualitas maupun kuantitasnya. Dasar-dasar rasional logis Pancasila juga
menyangkut isi arti sila-sila Pancasila. Susunan isi arti Pancasila meliputi tiga
hal yaitu: pertama isi arti sila-sila Pancasila yang umum universal yaitu hakikat
sila-sila Pancasila. Isi arti sila-sila Pancasila yang umum universal ini
merupakan inti sari atau esensi Pancasila sehingga merupakan tolak derivasi
baik dalam pelaksanaan pada bidang-bidang kenegaraan dan tertib hukum

Indonesia serta dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan


konkrit. Kedua, isi arti Pancasila yang umum kolektif, yaitu isi arti Pancasila
sebagai pedoman kolektif negara dan bangsa Indonesia terutama dalam tertib
hukum Indonesia. Ketiga, isi arti Pancasila yang bersifat khusus dan konkrit
yaitu isi arti Pancasila dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan
sehingga memiliki sifat yang khusus konkrit serta dinamis.
Kemudian pandangan Pancasila tentang pengetahuan manusia. hakikat manusia
sebagai makhluk monopluralis merupakan dasar pijak epistemologi Pancasila.
Menurut Pancasila bahwa hakikat manusia sebagai makhluk monopluralis
adalah hakikat manusia yang memiliki unsur-unsur pokok, yitu susunan kodrat
yang teridiri atas raga (jasmani) dan jiwa (rohani).selain itu manusia juga
memiliki indra sehingga dalam proses reseptif indra merupakan alat untuk
mendapatkan kebenaran pengetahuan yang bersifat empiris. Maka Pancasila
juga mengakui kebenaran empiris terutama dalam kaitannya dengan
pengetahuan manusia yang bersifat positif. Potensi yang terdapat dalam diri
manusia untuk mendapatkan kebenaran terutama dalam kaitannya dengan
pengetahuan positif Pancasila juga mengakui kebenaran pengetahua manusia
yang bersumber pada intuisi. Manusia yang pada hakikatnya merupakan
makhluk Tuhan Yang maha Esa sesuai dengan sila pertama Pancasila yang
mengakui kebenaran Pancasila sebagai kebenaran yang tertinggi. Sedangkan
sila ketiga, keempat, dan kelima mengakui kebenaran bahwa pada hakikatnya
manusia sebagai makhluk individu dan sosial. Sebagai suatu paham
epistemologi maka Pancasila mendasarkan pandangannya bahwa ilmu
pengetahuan pada hakikatya tidak bebas dari nilai karena harus diletakkan pada
moralitas kodrat manusia serta moralitas religius.

3.

Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila


Yang dimaksud dengan dasar aksiologis sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem
filsafat yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga
merupakan kesatuan (Kaelan, 2012: 18). Dalam kehidupan, terdapat banyak
sekali jenis nilai yang disampaikan atau dikemukan oleh para ahli. Notonagoro
mengatakan bahwa nilai-nilai Pancasila tergolong niali-nilai kerohanian, tetapi
nilai-nilai kerohanian yang mengakui adanya nilai material dan nilai vital. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai-nilai Pancasila yang tergolong ke dalam nilai
kerohanian juga mengandung nilai-nilai lain yang lengkap dan harmonis, baik
itu nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan atau estetika, nilai
kabaikan atau moral, maupun nilai-nilai kesucian.
Substansi dari Pancasila merupakan nilai-nilai dan norma-norma. Substansi
Pancasila dengan kelima silanya terdapat pada Ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Prinsip-prinsip tersebut telah menjelma ke
tertib sosial, masyarakat, bangsa Indonesia, yang dapat ditemukan pada adat
istiadat, kebudayaan serta kehidupan bangsa Indonesia. Nilai yang terkandung
dalam sila pertama hingga sila kelima merupakan cita-cita, harapan, dan
dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkan dalam kehidupan. Bangsa
Indonesia dalam hal ini merupakan pendukung dari niali-nilai Pancasila.
Sebagai pendukung Pancasila, maka sudah seharusnyalah bangsa Indonesia
menghargai, mengakui, dan menerima, serta memandang Pancasila sebagai
sesuatu yang benar-benar bernilai dan berharga. Penghargaan, pengakuan,
penerimaan, dan pemandangan tersebut akan tampak jika telah mendarah daging
ke dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia. Kalau keempat
hal diatas telah mendarah daging ke dalam seluruh rakyat Indonesia maka akan
terbentuklah manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila.

Sebenarnya nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila memiliki tingkat


kualitas yang berbeda namun saling antara yang satu dengan yang lainnya saling
mengkait dan melengkapi dan tidak ada satu nilaipun yang bertentangan. Dalam
hal ini jika satu sila dilepas maka akan menyebabkan sila tersebut kehilangan
kedudukan dan fungsinya karena tidak akan berarti jika tidak berada dalam
kesatuan. Kesatuan nilai-nilai Pancasila merupakan suatu kesatuan yang utuh
dan bulat atau disebut juga kesatuan organik. Tiap sila mempunyai fungsi
tersendiri yakni sila pertama dan kedua sebagai moral negara, sila ketiga sebagai
dasar negara, sila keempat sebagai sistem negara, dan sila kelima sebagai tujuan
negara (Bakry, 2012: 39).

1.

Penjabaran Sila Kelima Pancasila


Sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memiliki makna pokok
keadilan yang hakikatnya kesesuaian dengan hakikat adil. Berbeda dengan silasila sebelumnya, maka sila yang kelima ini didasari dan dijiwai oleh empat sila
sebelumnya yakni ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, dan kerakyatan. Sila
keadilan sosial adalah merupakan tujuan dari keempat sebelumnya. Hal ini
mengandung hakikat makna bahwa keadilan adalah sebagai akibat adanya
negara kebangsaan dari manusia-manusia yang Berketuhanan Yang Maha Esa.
Menurut Notonagoro hakikat keadilan yang terkandung dalam sila kedua yaitu
keadilan yang terkandung dalam hakikat manusiamonopluralis, yaitu
manusia yang adil terhadap diri sendiri, terhadap sesama, dan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
Adapun nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara sebagaimana yang terdapat dalam Kaelan (2012: 36) meliputi:

1.

Keadilan distributif; yaitu suatu hubungan keadilan antara


negara terhadap warganya, dalam arti pihak negaralah yang
wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi,
dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi, serta
kesempatan dalam hidup bersama yang didasarkan atas hak
dan kewajiban.

2.

Keadilan legal (keadilan bertaat); yaitu suatu hubungan


keadilan antara warga negara terhadap negara dan dalam
masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan
dalam bentuk mentaati peraturan perundang-undangan yang
berlaku dalam negara.

3.

Keadilan komutatif; yaitu suatu hubungan keadilan antara


warga satu dengan lainnya secara timbal balik.
Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah diwujudkan oleh semua warga negara
Indonesia dalam kehidupan bersama dan berbangsa. Jika nilai-nilai tersebut
terwujudkan, maak akan terbentuk keadilan sosial seperti yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945. Sebaliknya, jika nilai-nilai tersebut tidak dapat
diwujudkan maka akan terjadi disintegrasi bangsa Indonesia sebagaimana yang
telah terjadi pada masa-masa sebelumnya seperti gerakan GAM dan OPM.
Tentu bangsa Indonesia tidak menginginkan hal-hal tersebut terulang kembali.
Sutoyo (2011: 31) menyebutkan sila kelima Pancasila seperti seorang perawat
dalam menangani pasien. Perawat harus mampu bersikap adil dalam
menghadapi pasien, baik pasien itu kaya maupun miskin, tua atau muda, besar
atau kecil, semuanya harus diperlakukan sama, dirawat sesuai dengan
karakteristik penyakit yang diderita pasien agar pasien tersebut cepat sehat
kembali.

DAFTAR PUSTAKA
Bakry, NY. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Kaelan. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.
Notonagoro. . 1982. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila.
Jakarta: Rajawali.
Sutoyo. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tentang iklan-iklan ini

Anda mungkin juga menyukai