Anda di halaman 1dari 4

acapiring (Gardenia augusta) tentu tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia,

khususnya di Denpasar, dimana bunga tanaman ini merupakan maskot kota tersebut.
Karena aroma yang dimilikinya, Kacapiring juga dikenal dengan nama
binominalGardenia jasminoides, meskipun sebenarnya tanaman ini tidak memiliki
hubungan dengan Jasminum atau golongan tumbuhan seperti Melati.
Tanaman Kacapiring dapat dengan mudah ditemukan di sekitar pekarangan rumah.
Selain karena aroma bunganya yang memikat, pemeliharaan tanaman ini juga tidak
merepotkan. Meskipun tanaman ini dapat tumbuh di daerah panas, Kacapiring lebih
menyukai kawasan sejuk seperti di pegunungan.
Bunga Kacapiring berwarna putih bersih dan memiliki kelopak seperti bunga Mawar.
Namun, saat bunganya berumur semakin tua, maka warnanya berubah sedikit demi
sedikit menjadi agak kekuningan.
Sedangkan, Daun tanaman Kacapiring berwarna hijau pekat dan bersifat tunggal
dengan tangkai pendek dan berbentuk lonjong. Hampir semua bagian tanaman ini
dapat digunakan untuk pengobatan.

Daun Kacapiring, Ramuan Alami


Antidiabetes
Tak hanya cantik dan harum, tanaman Kacapiring rupanya menyimpan banyak manfaat
untuk kesehatan, termasuk dalam membantu pengobatan diabetes.
Meskipun belum ditemukan secara pasti bagaimana mekanisme Kacapiring bekerja
sebagai tanaman antidiabetes, hasil penelitian membuktikan bahwa pemberian infus

daun Kacapiring pada tikus Wistar yang telah diberi beban glukosa sebelumnya,
mampu menurunkan kadar gula darah secara signifikan.
Berbagai kandungan senyawa aktif dalam daun Kacapiring yang diketahui berperan
penting dalam hal ini, diantaranya berupa senyawa flavonoid, saponin, dan iridoid
glikosida.
Lantas, bagaimana cara membuat ramuan herbal untuk penderita diabetes melitus?
Berikut merupakan langkah yang harus dilakukan untuk membuat ramuan
tradisionalnya.

Ambil 12 lembar (kira-kira 10 g) daun Kacapiring segar. Lalu, cuci sampai bersih.

Rebus daun Kacapiring dengan dua gelas air putih sampai mendidih.

Tunggu hingga volume ramuan daun Kacapiring yang direbus berkurang menjadi
separuhnya.

Saring dan minum air rebusan secara rutin. Setiap hari satu gelas saja.
Itulah tahapan yang harus dilakukan untuk membuat ramuan antidiabetes dengan
tanaman Kacapiring. Yang perlu diperhatikan, jangan meminum ramuan Kacapiring
secara berlebihan karena dapat menyebabkan diare.
https://www.deherba.com/ramuan-daun-kacapiring-bantu-obati-diabetesmelitus.html

Detail Penelitian Obat Bahan Alam


Judul Penelitian
Telaah Fitokimia Daun Kaca Piring (Gardenia jasminoides Ellis.)

Peneliti
Munna
Komar Ruslan
Irda Fidrianny
Abstrak
Ekstrak air dan ekstrak etanol daun kacang piring sebelumnya telah diteliti dapat menurunkan kadar gula
darah pada mencit diabetes. Kandungan kimia buah kaca piring telah diteliti dan penelitian ini menelaah
kandungan kimia bagian daun dari tanaman ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang
kandungan kimia pada bagian daun dari tanaman ini. Mutu simplisia ditentukan berdasarkan metode Materia
Medika Indonesia dan metode WHO. Simplisia daun kaca piring diekstraksi secara sinambung dengan alat
Soxhlet. Ekstrak n-heksana difraksinasi dengan metode kromatografi cair vakum.fraksi terpilih dimurnikan
dengan metode kromatografi lapis tipis preparatif. Isolat terpilih diuji kemurniannya dengan metode
kromatografi lapis tipis dengan beberapa macam fase gerak dan kromatografi lapis tipis dua dimensi. Isolat
yang berwarna kuning kemudian dikarakterisasi dengan metode spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak,
spektrofotometri inframerah dan penampak bercak spesifik. Isolat ini tidak stabil dan merupakan golongan
terpenoid. Spektrumultraviolet-sinar tampak isolat menunjukkan serapan maksimum pada panjang
gelombang 210 nm. Spektrum inframerah isolat menunjukkan adanya gugus C=C, C-H, CH 2 dan CH3.
Keterangan
Skripsi
Tahun
2006
Tempat Penelitian
Sekolah Farmasi ITB
Isolasi
Penelitian diawali dengan pengumpulan bahan, determinasi tanaman, dan pengolahan bahan menjadi
simplisia. Selanjutnya dilakukan penentuan mutu simplisia dilanjutkan dengan pemeriksaan logam-logam
dan penapisan fitokimia.
Ekstraksi daun kaca piring dilakukan dengan ekstraksi sinambung menggunakan alat Soxhlet dengan pelarut
yang kepolarannya meningkat yaitu n-heksana, etil asetat dan etanol. Penapisan fitokimia dilakukan
terhadap setipa ekstrak yang diperoleh. Selain itu juga dilakukan pemantauan pola kromatografi lapis tipis
maupun kromatografi kertas dari masing-masing ekstrak. Ekstrak n-heksana difraksinasi dengan metode
kromatografi cair vakum menggunakan fase gerak landaian dengan kepolaran meningkat diperoleh 11 fraksi
yang kemudian dipantau pola kromatografi lapis tipisnya dengan menggunakan fakse gerak orientasi
(beberapa fase gerak dalam berbagai komposisi) lalu ditentukan fase gerak yang menghasilkan pemisahan
yang optimum.
Senyawa yang diinginkan dari fraksi yang dipillih, kemudian diisolasi secara KLT preparatif. Isolat yang
diperoleh kemudian diuji kemurniannya dengan cara KLT dengan menggunakan beberapa fase gerak dengan
kepolaran berbeda dan dilanjutkan dengan KLT 2 dimensi. Karakterisasi dilakukan dengan panampak bercak
yang spesifik terhdap golongan senyawa tertentu (penyemprotan dengan pereaksi Liebermann-Burchard
menghasilkan bercak berwarna merah-coklat), secara spektrofotometri ultraviolet dan spektrofotometri
inframerah.
Hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa daun kaca piring mengandung senyawa steroid/triterpenoid
dan flavonoid. Berhasil diisolasi dari ekstrak n-heksan suatu senyawa terpenoid berwarna kuning yang
bersifat tidak stabil, termasuk dalam golongan senyawa terpenoid, mempunyai gugus CH2, CH3, C-H dan
C=C dan tidak mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi.

Bagi mereka yang mengutip hasil penelitian ini wajib menuliskan sumbernya Sekolah Farmasi ITB
http://bahan-alam.fa.itb.ac.id

Kristal adalah bahan padat dengan susunan atom atau molekul yang teratur (kisi kristal). Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan kristal antara lain
adalah:
1. Derajat lewat jenuh
2. Jumlah inti yang ada atau luas permukaan total dari kristal yang ada.
3. Viskositas larutan
4. Jenis dan banyaknya pengotor
5. Pergerakan antara larutan dan kristal
Kristalisasi adalah
pemisahan bahan padat berbentuk kristal dari suatu larutan atau suatu lelehan. Disamping untuk
pemisahan bahan padat dari larutan, kristalisasi juga sering digunakan untuk memurnikan bahan padat
yang sudah bebbentuk kristal. Proses pemurnian ini disebut kristalisasi ulang atau rekristalisasi
(Willbraham, 1992)
Rekristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk kristalin. Seringkali senyawa yang diperoleh dari
hasil suatu sintesis kimia memiliki kemurnian yang tidak terlalu tinggi. Untuk memurnikan senyawa
tersebut perlu dilakukan rekristalisasi.
Untuk merekristalisasi suatu senyawa kita harus memilih pelarut yang cocok dengan senyawa tersebut.
Setelah senyawa tersebut dilarutkan kedalam pelarut yang sesuai kemudian dipanaskan (direfluks)
sampai semua senyawanya larut sempurna. Apabila pada temperatur kamar, senyawa tersebut telah larut
sempurna di dalam pelarut, maka tidak perlu lagi dilakukan pemanasan. Pemanasan hanya dilakukan
apabila senyawa tersebut belum atau tidak larut sempurna pada keadaan suhu kamar. Salah satu faktor
penentu keberhasilan proses kristalisasi dan rekristalisasi adalah pemilihan zat pelarut.
Pelarut yang digunakan dalam proses kristalisasi dan rekristalisasi sebaiknya memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1. Memiliki gradient temperatur yang besar dalam sifat kelarutannya.
2. Titik didih pelarut harus dibawah titik lebur senyawa yang akan dikristalkan.
3. Titik didih pelarut yang rendah sangat menguntungkan saat pengeringan.
4. Bersifat inert (tidak bereaksi) terhadap senyawa yang akan dikristalkan atau direkristalisasi.
Apabila zat atau senyawa yang akan kita kristalisasi atau rekristalisasi tidak dikenal secara pasti, maka
kita setidaknya harus mengenal komponen penting dari senyawa tersebut. Jika senyawa tersebut adalah
senyawa organik, maka yang kita ketahui sebaiknya adalah gugus fungsional senyawa tersebut. Dengan
kata lain, kita minimal harus mengetahui polaritas senyawa yang akan kita kristalisasi atau rekristalisasi.

Anda mungkin juga menyukai