Anda di halaman 1dari 8

ABSTRAK

Sistem zat cair tiga komponen menggunakan diagram terner dengan membuat kurva
kelarutan suatu cairan yang terdapat pada campuran cairan dan menentukan kelarutan
zat dalam pelarut. Diagram terner sistem zat cair tiga komponen dengan menggunakan
metode titrasi untuk memisahkan kedua campuran yang terlarut sempurna dan tidak
terlarut yang akan menimbulkan kekeruhan. Percobaan dilakukan untuk mengukur
kelarutan homogen dan heterogen tiga komponen dalam zat cair menggunakan diagram
terner. Dua larutan saling melarutkan membentuk fase tunggal, yang tidak
salingmelarutkan membentuk daerah berfase dua. Percobaan pertama menggunakan
aquades dan CCl yang di titrasi menggunakan asam asetat sedangkan percobaan
kedua menggunakan CCl dan asam asetat yang di titrasi menggunakan aquades.
Perbandingan dari setiap percobaan menggunakan 5 buah erlenmeyer yaitu 1:9, 3:7,
5:5, 7:3, 9:1. Dari hasil data diperoleh variasi fraksi mol yang didapat
padaperbandingan A:C yaitu kelarutan A (I=24,21%, II=75,19%, III=88,10%, IV=95,04,
V=97,2), Fraksi mol didapat kelarutan B (I=23,43%, II=18,89%, III=9,06%, IV=4,59,
V=1,15), Fraksi mol didapat kelarutan C (I=52,34%, II=5,90%, III=2,83%, IV=3,50,
V=1,55). Dari hasil data diperoleh variasi fraksi mol yang didapat pada perbandingan
B:C yaitu kelarutan A (I=55,17%, II=27,77%, III=33,33%, IV=6,66, V=74,34), Fraksi mol
didapat kelarutan B (I=3,44%, II=5,55%, III=22,22%, IV=33,33, V=21,58), Fraksi mol
didapat kelarutan C (I=41,37%, II=66,66%, III=44,44%, IV=60, V=4,07).
Kata Kunci : Diagram terner, tiga komponen, kelarutan
PENDAHULUAN
Sistem adalah suatu zat yang dapat diisolasikan dari zat zat lain dalam suatu bejana
inert, yang menjadi pusat perhatian dalam mengamati pengaruh perubahan
temperatur, tekanan serta konsentrasi zat tersebut sedangkan komponen adalah yang
ada dalam sistem, seperti zat terlarut dan pelarut dalam senyawa biner. Banyaknya
komponen dalam sistem C adalah jumlah minimum spesies bebas yang diperlukan
untuk menentukan komposisi semua fase yang ada dalam sistem. Fasa merupakan
keadaan materi yang seragam di seluruh bagiannya, tidak hanya dalam komposisi kimia
dalam keadaan fisiknya. Derajat kebebasan sistem adalah bilangan terkecil dari variabel
intensif yang harus dispesifikasikan untuk mengepaskan nilai dari semua variabel
intensif yang tersisa (Nawazir, 2012)
4

Dua fase dalam kesetimbangan harus selalu bertemperatur sama dan tekanan yang
sama, tetapi tidak terpisah oleh dinding keras atau oleh suatu antar permukaan yang

memiliki lengkung berarti. Sembarang zat yang dapat lalu-lalang dengan bebas diantara
kedua fase itu harus memiliki potensial kimia yang sama didalamnya. Kriteria penting
bagi kesetimbangan ini yang dinyatakan oleh sifat-sifat intensif T, p dan , langsung
menuju kepada aturan fase wiiliard gibbs (Purba, 2000)
Pada perhitungan dalam keseluruhan termodinamika kimia, J.W Gibbs menarik
kesimpulan tentang aturan fasa yang dikenal dengan Hukum Fasa Gibbs, jumlah
terkecil perubahan bebas yang diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem
dengan tepat pada kesetimbangan diungkapkan sebagai:
V=CP+2
Dengan :
V = jumlah derajat kebebasan
C = jumlah komponen
P = jumlah fasa
Kesetimbangan dipengaruhi oleh suhu, tekanan, dan komposisi sistem. Jumlah derajat
kebebasan untuk sistem tiga komponen pada suhu dan tekanan tetap dapat dinyatakan
sebagai :
V=3P
Jika dalam sistem hanya terdapat satu fasa maka V = 2 berarti untuk menyatakan suatu
sistem dengan tepat perlu ditentukan konsentrasi dari dua komponennya. Sedangkan
bila dalam sistem terdapat dua fasa dalam kesetimbangan, V = 1; berarti hanya satu
komponen yang harus ditentukan konsentrasinya dan konsentrasi komponen yang lain
sudah tertentu berdasarkan diagram fasa untuk sistem tersebut. Sistem tiga komponen
pada suhu dan tekanan tetap punya derajat kebebasan maksimum = 2 (jumlah fasa
minimum = 1), maka diagram fasa sistem ini dapat digambarkan dalam satu bidang
datar berupa suatu segitiga tersebut menggambarkan suatu komponen murni.
Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga komponen tergantung pada daya saling larut
antar zat cair tersebut dan suhu percobaan, contohnya ada tiga zat cair A,B dan C.
Larutan B tidak larut dalam air karena B bersifat nonpolar sedangkan untuk Latutan C

sedikit larut dalam air. Penambahan zat C kedalam campuran A dan B akan
memperbesar atau memperkecil daya saling larut A dan B. Pada percobaan ini hanya
akan ditinjau sistem yang memperbesar daya saling larut A dan B. Kelarutan cairan C
dalam berbagai komposisi campuran A dan B pada suhu tetap dapat digambarkan pada
suatu diagram terner (Putranto, 2009).
Campuran yang terdiri atas tiga komponen, komposisi (perbandingan masing-masing
komponen) dapat digambarkan di dalam suatu diagram segitiga sama sisi yang disebut
dengan Diagram Terner. Cara terbaik untuk menggambarkan sistem tiga komponen
adalah dengan mendapatkan suatu kertas grafik segitiga (Dogra, 2009).
Konsentrasi dapat dinyatakan dengan istilah persen berat atau fraksi mol. Fraksi mol
tiga komponen dari sistem terner (C=3) sesuai dengan XA + XB + XC = 1. Diagram fasa
yang digambarkan segitiga sama sisi, menjamin dipenuhinya sifat ini secara otomatis,
sebab jumlah jarak ke sebuah titik di dalam segitiga itu, yang dapat diambil sebagai
satuan panjang. Tiap sudut segitiga tersebut menggambarkan suatu komponen murni.
Komposisi dapat dinyatakan dalam fraksi massa (untuk cairan) atau fraksi mol
(untuk gas). Diagram tiga sudut atau diagram segitiga berbentuk segitiga sama sisi
dimana setiap sudutnya ditempati komponen zat. Sisi-sisinya itu terbagi dalam ukuran
yang menyatakan bagian 100% zat yang berada pada setiap sudutnya. Untuk
menentukan letak titik dalam diagram segitiga yang menggambarkan jumlah kadar dari
masing- masing komponen dilakukan sebagai berikut.
Gambar 2.1
Titik A, B dan C menyatakan komponen murni. Titik-titik pada sisi AB, BC dan AC
menyatakan fraksi dari dua komponen, sedangkan titik didalam segitiga menyatakan
fraksi dari tiga komponen.
Gambar 2. 2
Titik P menyatakan suatu campuran dengan fraksi dari A, B dan C masing-masing
sebanyak x, y dan z. (Putranto, 2009).

Titik X menyatakan suatu campuran dengan fraksi A = 25%, B = 25%, dan C = 50%.
Titik-titik pada garis BP dan BQ menyatakan campuran dengan perbandingan dengan
jumlah A dan C yang tetap, tetapi dengan jumlah B yang berubah. Hal yang sama
berlaku bagi garis-garis yang ditarik dari salah satu sudut segitiga kesisi yang ada
dihadapannya. Daerah didalam lengkungan adalah daerah dua fasa.
Salah satu cara untuk menentukan garis binoidal atau kurva kelarutan ini ialah dengan
cara menambah zat B ke dalam berbagai komposisi campuran A dan C. Titik-titik pada
lengkungan menggambarkan komposisi sistem pada saat terjadi perubahan dari jernih
menjadi keruh. Kekeruhan timbul karena larutan tiga komponen yang homogen pecah
menjadi dua larutan konjugat terner. Suatu sistem tiga komponen mempunyai
perubahan komposisi yang bebas, sebut saja X dan X , jadi komposisi suatu sistem tiga
komponen dapat dialurkan dalam koordinat carles dengan X pada salah satu sumbunya
dan X pada sumbu yang lain yang dibatasi oleh garis X + X = 1, karena X itu tidak
simetris terdapat 3 komponen, biasanya di alurkan pada suatu segi tiga sama sisi
dengan tiap-tiap sudutnya menggambarkan suatu komponen murni. (Dogra, 2009).
MATERI DAN METODE
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquades, CCl , dan
asam asetat.
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah labu bertutup 100 mL,
labu Erlenmeyer 250 mL, buret 50 mL, neraca Westphal, thermometer (10-100).
Metoda Penelitian
Dalam labu erlenmeyer bertutup yang bersih dan kering, dibuat lima macam campuran
cairan A dan C yang saling larut dengan komposisi sebagai berikut :
2

Labu 1

mL A 1

mL C 9

Pengukuran volume dilakukan dengan buret. Untuk tiap labu, labu kosong
ditimbang terlebih dahulu. Kemudian ditambahkan cairan A dan ditimbang lagi,
kemudian ditambahkan cairan C dan ditimbang sekali lagi.

Tiap campuran dalam labu 1 sampai dengan 5 dititrasi dengan zat B sampai tepat timbul
kekeruhan kemudian dicatat jumlah volume zat B yang digunakan. Titrasi dilakukan
dengan perlahan-lahan. Kemudian setiap labu ditimbang sekali lagi untuk menentukan
massa cairan B dalam setiap labu.
Tahap 1 dan 2 diulangi lagi dengan penggunaan cairan B dan C dan dititrasi dengan
cairan A.
Keterangan:
Percobaan I = A = Aquades, B = CCl , C = Asam asetat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pada diagram terner merupakan cerminan dari komposisi kesetimbangan dan zat
cair. Diagram ini merupakan alat yang menunjukkan kemurnian suatu campuran zat.
Dalam material fasa yang dinyatakan berdasarkan struktur mikro (struktur dan
komposisi) yang homogen dari suatu area yang terdapat di dalam material tersebut.
4

Praktikum kelarutan zat ini bertujuan untuk mengetahui berapa perbandingan


pelarut yang harus ditambahkan sehingga dapat melarutkan suatu zat, sehingga
didapatkan perbandingan komponen yang mempunyai efisiensi yang besar, baik dari
segi banyaknya zat yang dibutuhkan ataupun dari segi sifat zatnya sendiri.
Pemisahan menggunakan pelarut yang tidak larut dengan sempurna terhadap
campuran, tetapi dapat melarutkan salah satu komponen (solute) dalam campuran.
Metode yang digunakan ialah metode titrasi. Pemisahan dilakukan dengan
menggunakan pelarut yang tidak larut dengan sempurna terhadap campuran, tetapi
dapat melarutkan salah satu komponen dalam campuran tersebut. Pada praktikum
dicampurkan tiga komponen berfasa cair (aquades, CCl dan asam asetat). Ditemukan
suatu kecenderungan bahwa semakin banyak volume air yang dimasukkan ke dalam
erlenmeyer maka semakin banyak pula volume titran (CCl ) yang diperlukan untuk
mentitrasi campuran asam asetat dengan air menjadi keruh. Asam asetat dapat sedikit
larut dalam aquades, berbeda dengan aquades dan asam asetat, dimana CCl tidak larut
dalam air, karena bersifat nonpolar sehingga tidak dapat larut dalam campuran air yang
bersifat polar. Larutan CCl berfungsi sebagai emulgator karena CCl larut dalam asam
asetat.
4

Oleh karena itu ditambahkan CCl yang berfungsi sebagai emulgator karena etanol larut
dalam air. CCl yang awalnya berikatan dengan asam asetat akan terpisahkan dan
berikatan dengan air. Hal ini disebabkan karena sifat asam asetat yang tidak melarut
dengan air sehingga asam asetat yang mulanya berikatan dengan CCl akan terlepas dan
terpisah membentuk 2 larutan terner terkonjugasi yang ditandai dengan terbentuknya
larutan yang keruh. Karena kemampuannya yang dapat melarut dengan air dan juga
asam asetat, maka CCl dikenal sebagai pelarut yang bersifat semipolar.
Percobaan dibagi menjadi 2 yaitu percobaan titrasi pertama dimana titrat yang
digunakan adalah aquades dan asam asetat, serta CCl sebagai titran sedangan
percobaan titrasi kedua titrat yang digunakan adalah CCl dan asam asetat, serta
aquades sebagai titran. Titik akhir titrasi telah tercapai dengan terbentuknya larutan
keruh yang menandakan telah terpisahnya komponen-komponen campuran dari
larutan tiga komponen menjadi dua komponen larutan terner terkonjugasi.
Titrasi dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali pada masing-masing erlenmeyer, yakni
mencampurkan aquades dengan CCl dengan perbandingan yang berbeda-beda.
Kecepatan kekeruhan yang timbul pada labu tidak bertahap sesuai dengan kadar air
yang terkandung pada masing-masing labu. Semakin banyak asam asetat yang
dicampurkan dengan aquades maka semakin banyak pula CCl yang dibutuhkan untuk
mencapai titik ekivalen. Jadi asam asetat dapat menaikan kelarutan CCl dalam air.
Dengan kata lain, volume aquades yang digunakan untuk mencapai titik kekeruhan
mengalami kenaikan dan penurunan yang acak. Berdasarkan data pengamatan dan
perhitungan yang telah diperoleh semakin banyak aquades yang digunakan dan volume
yang diperlukan semakin sedikit, maka aquades yang digunakan semakin sedikit.
Saat penambahan larutan dengan komposisi CCl terbanyak dan air terbanyak terjadi
dua lapisan pada larutan. Lapisan atas merupakan campuran dari air dan asam asetat
dan lapisan bawah adalah CCl . Berdasarkan hasil perhitungan, untuk membuat suatu
kurva kelarutan tiga komponen zat cair tersebut dalam satu bidang datar berupa
suatu segitiga sama sisi digunakan faraksi mol. Tiap sudut segitiga itu menggambarkan
suatu komponen murni. Titik yang menyatakan campuran terner dengan komposisi x%
mol A, y% mol B dan z% mol C. Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga komponen
bergantung pada daya saling larut antar zat cair tersebut. Larutan yang mengandung
dua komponen yang saling larut sempurna akan membentuk daerah berfase tunggal,
misalnya pada campuran air dan asam asetat maupun CCl , sedangkan untuk
komponen yang tidak saling larut sempurna atau larut sebagian membentuk daerah
dua fase yakni antara aquades dengan asam asetat.
SIMPULAN DAN SARAN
4

Simpulan
Pada praktikum ini, diketahui bahwa dua komponen larutan yang saling melarutkan
akan membentuk fase tunggal dan yang tak saling melarutkan akan membentuk daerah
berfase dua. Semakin sedikit volume air dan semakin banyak volume asam asetat pada
percobaan 1 maka semakin banyak volume titran (CCl ) yang diperlukan untuk
mentitrasi campuran tersebut. Semakin banyak volume CCl dan semakin sedikit
volume asam asetat pada percobaan 2 maka semakin sedikit volume titran (aquades)
yang diperlukan untuk mentitrasi campuran tersebut.
Kelarutan dari zat dalam pencampuran dapat dinaikan atau diturunkan dengan melihat
perbandingannya dari diagram terner. Pencampuran zat akan homogen (saling
melarutkan) jika komposisinya sesuai perbandingan, apabila komposisi salah satunya
melebihi maka akan terjadi pencampuran heterogen.
4

Percobaan 1 yaitu campuran aquades, CCl dan asam asetat sedangkan percobaan 2
yaitu campuran CCl asam asetat dan aquades merupakan sistem 3 komponen yang
dapat campur sebagian dan dapat digambarkan dalam diagram terner. Aquades dan
asam asetat bercampur sempurna, asam asetat dan CCl hanya tercampur sebagian saja
atau bahkan tidak tercampur. Hal tersebut dikarenakan aquades bersifat polar, asam
asetat bersifat semi polar, dan asam asetat bersifat non polar.
Titik akhir titrasi ditandai adanya kekeruhan karena telah terjadi perbedaan fase
campuran yaitu pada campuran yang menandakan kelarutan dari cairan berkurang dan
menunjukkan telah terpisahnya komponen-komponen campuran larutan tiga
komponen menjadi dua komponen larutan terner terkonjugasi.
4,

4,

Saran
Perlu dilakukan percobaan diagram terner sistem zat cair tiga komponen lebih
lanjut dengan menggunakan zat-zat cair lainnya agar diperoleh berbagai variasi data.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada tim laboratorium kimia fisika, asisten
dosen dan semua pihak yang membantu dan terlibat dalam percobaan ini, sehingga
laporan ini dapat terselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Dogra. 2009. Kimia Fisik Dan Soal Soal. Bandung: Erlangga.
Kanginan, Marten. 1991. Seribu Pena Fisika SMU Kelas 2. Erlangga: Jakarta

Nawazir. 2012. Pengertian Zat Cair.


Sumber : http://ilmualambercak.blogspot.com/2013/03/diagram-terner sistem-zatcair-tiga.html, diakses tanggal 20 November 2013.
Putranto, Dody. 2009. Unsur, Senyawa, Campuran, Larutan, Koloid dan Suspensi.
Sumber: http:/kimia dahsyat. blogspot.com, diakses pada tanggal 20 November 2013.
Purba, Michael. 2000. Kimia Kelas 2 SMU. Jakarta : Erlangga
3.
A. Alberty dan F. Daniels. 1983. Kimia Fisika. Erlangga: Jakarta
Smallsam R.E, Bishop R.J,. 2000. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa
Material.Erlangga: Jakarta
Tim Laboratorium Kimia Fisika. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Fisika I.
JurusanKimia.FMIPA. Universitas Udayana: Bukit Jimbaran.

Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3).[1] Kloroform dikenal karena sering
digunakan sebagai bahan pembius, akan tetapi penggunaanya sudah dilarang karena telah terbukti
dapat merusak liver dan ginjal.[2] Kloroform kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di
laboratorium.[1] Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan bening, mudah menguap, dan berbau
khas.[1]
Kloroform dapat disintesis dengan cara mencampuran etil alkohol atau etanol dengan kalsium
hipoklorit. Kalsium hipoklorit merupakan donor unsur klor.[1] Selain kalsium hipoklorit, penyumbang
unsur klor yang dapat dipakai adalah pemutih pakaian.[1]Pemutih pakaian memiliki senyawa aktif
yaitu asam hipoklorit.[3] Etil alkohol dipanaskan dan dicampurkan dengan kalsium hipoklorit.[1] Untuk
mendapatkan kloroform dari reaksi pencampuran ini, terdapat tiga reaksi yang terjadi:

Anda mungkin juga menyukai