Anda di halaman 1dari 30

KASUS PSIKIATRI

Dipresentasikan pada kegiatan kepanitraan klinik madya lab kesehatan jiwa . pemeriksaan
dilakukan pada hari selasa ,14 januari 2014 pukul 10.00 wita di IGD RSKD AHM Samarinda.
Sumber anamnesis: Autoanamnesis dan Heteroanamnesis

RIWAYAT PSIKIATRI
IDENTITAS
Nama

: Tn.Suriadi

Jenis Kelamin

: laki laki

Umur

: 18 tahun

Tempat/Tanggal Lahir

: Muara Badak, 25 Maret 1995

Agama

: Islam

Suku bangsa /warga Negara

: Bugis / Indonesia

Status Pernikahan

: belum menikah

Pendidikan Terakhir

: SMP Kelas 2

Pekerjaan

: Nelayan

Alamat

: Jln Minacipta,Rt 01,Desa Ma. Badak ulu, Kec. Ma.


Badak

Tanggal Masuk RSMM

: Masuk IGD tanggal 13 Januari 2014


Masuk Kelas Intermediet tanggal 14 Januari 2014

Pasien datang berobat ke IGD Atma Husada Mahakam Samarinda diantar oleh Ayah
pasien
ANAMNESI
Keluhan utama: Mengamuk dirumah
Riwayat perjalanan penyakit sekarang
Autoanamnesis: pasien

mengamuk

dirumah. Pasien mengamuk karena pasien

mudah terpancing emosinya bila ada masalah dirumah. Selain itu pasien juga akan
mudah marah bila kemauannya tidak dipenuhi. bila pasien emosi dan marah pasien
akan segera akan mengambil parang dan mengancam kedua orang tuanya. Selain itu
pasien juga mengalami susah tidur apabika dalam keadaan emosi. Apabila emosi dan
kemarahan pasien mereda pasien juga merasa sedih dengan apa yang dilakukannya
1

sehingga pasien akan mengurung dirinya dikamar atau pasien akan pergi bekerja ke
laut untuk mencari ikan, pasien merasa kasihan melihat kehidupan orang
tuanya,pasien ingin sekali membahagiakan kedua oranr tuanya jika pasien sukses
menjalan kehidupannya kelak.. Pasien mengakui mendapat kesulitan saat bekerja
sehingga hasil pekerjaan yang dijalaninya tidak maksimal. Pasien juga mengalami
kegelisahan pada saat tidur 3 bulan. Pasien juga sempat mengeluh tidak selera
makan sehingga berat badan pasien turun
Heteroanamnesis pasien sering mengamuk dirumah sekitar 3 bulan. Selain itu
pasien juga suka keluyuran entah pergi kemana. Kegiatan pasien setiap hari adalah
bekerja sebagai nelayan tapi

tidak ada hasilnya. Selain itu pasien juga berani

melawan kedua orang tuanya dan keluarga pasien yang lainnya.selain itu pasien juga
tidak diskai oleh tetangga sekitar karena sering berbuat onar dan bertindak
sesukanya.pasien juga akan mudah emosi dan marah apabila keinginannya tidak
dipenuhi

Riwayat Medis dan Psikiatrik Lainnya


o Gangguan mental dan emosi
Pasien tidak memiliki gangguan mental, ada gangguan emosi
o Gangguan Psikosomatik
Pasien tidak memiliki gangguan psikosomatik
o Kondisi medis
Pasien merupakan pasien post trauma sekitar 1 tahun yang lalu
o Gangguan Neurologia
Pasien sering mengalami sakit kepala semenjak trauma yang pernah
dialaminya, sakit kepala berlangsung kurang lebih 15 menit dan hilang dengan
sendirinya
Riwayat Kebiasaan
o Riwayat mengkonsumsi Napza (-)
o Riwayat mengkonsumsi alcohol (+)
o Riwayat merokok (+) sejak keluar dari sekolah, 1 bungkus untuk 2 hari

Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama atau gangguan jiwa
Pasien umur kurang 10 tahun : normal, selalu menuruti omongan orang tua
Pasien umur sekarang

: pasien suka melawan orang tua, pasien pernah

mengancam kedua keluarga menggunakan parang


Genogram

Riwayat Pribadi
Masa anak-anak awal (0-3 tahun)
o Riwaya prenatal,kehamilan ibu,dan kelahiran
Normal, lahir di dukun beranak, kelahiran cukup bulan
3

o Kebiasaan makan dan minum


Normal
o Perkembangan awal
Normal
o Toilet training
Sulit di evaluasi
o Gejala-gejala dan masalah perilaku
Normal
o Kepribadian dan temperamen sebagai anak
Normal
o Mimpi-mimpi awal dan fantasi
Sulit dievaluasi
Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tumbuh secara normal, perkembangan normal
Masa kanak-kanak akhir (pubertas sampai remaja)
o Hubungan dengan teman sebaya
Saat sekolah pasien mempunyai teman yang banyak
o Riwayat sekolah
SMP hanya sampai kelas 2 saja dan memutuskan untuk berhenti sekolah
dengan alas an tidak kuat melanjutkan sekolah karemn tidak kuat berpikir dan
sering sakit kepala akinat trauma yang pernah dialaminya 1 tahun yang lalu
o Perkembangan kognitif dan motoric
Pasien mengaku prestasinya rata-rata saja
o Masalah-masalah fisik dan emosi remaja yang utama
Mudah emosi pada saat berhenti dari sekolah dan sudah merokok dan minum
minuman beralkhohol
o Riwayat psikoseksual
Pasien memiliki seorang pacar yang saat ini bersekolah di bangku SMK dan
belum pernah

melakukan hubungan seksual dengan wanita lain sebelum

menikah
o Latar belakang agama
4

Pasien beragama islam,pasien hanya melakuakn sholat subuh saja


o Riwayat pekerjaan
Pasien bekeerja sebagai nelayan di laut di muara badak semenjak berhenti
sekolah
o Aktivitas social
Semenjak pasien berhenti sekolah, pasien lebih suka keluyuran entah pergi
kemana, pulang kerumah pada saat hamper tengah malam. Pekerjaan pasien
adaah seorang nelayan yang setiap hari pergi kelaut.
Masa Dewasa
o Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai nelayan di laut muara badak
o Aktivitas sosila
Pasien kurang terlibat dengan lingkungan sosial kemasyarakatan
o Seksualitas Dewasa
Orientasi seksual normal
o Riwayat militer
Tidak pernah ikut pendidikan militer an tidak pernah terlibat dalam kasus
pidana maupun dipenjara
o System penghargaan/nilai
Pasien merasa keinginannya tidak dipenuhi, pasien tidak merasa rendah diri
Gambaran Kepribadian
Sebelum pasien mengalami trauma kepala dan berhenti sekolah adalah pribadi
yang baik, suka mematuhi orang tua. Semenjak sekarang Pasien merupakan
pribadi yang emosinya mudah berubah ubah
Faktor Pencetus
Riwayat trauma kepala dan berhenti dari sekolah
Riwayat Perkawinan
Belum menikah
Riwayat sosial ekonomi
Pasien berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah kebawah
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada riwayat penyakit pada keluarga
Hubungan dengan keluarga dan lingkunagn
5

Pasien memiliki hubungan yang kurang baik dengan keluarga, tetangga.


Pasien sering membuat keonaran,suka mengambil baran orang dan suka bicara
sembarangan
SATUS PRAESENS
a. Status internus
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran

: Compos Mentis, atensi (+), orientasi waktu(+) ,tempat(+),

ruang (+)
TD

: 110/70 mmHg

: 84x/ menit/I, kuat angkat,isi cukup


: 36,6 0 C

S
RR

: 24 x/ menit

Kepala

: normocephali, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah


dicabut.

Mata

: pupil bulat isokor, Refleks cahaya ( +/+), konjungtiva tidak anemis,


sclera tidak ikterik

THT

: dalam batas normal

Leher

: KGB tidak terasa membesar, trakea lurus ditengah, tiroid tidak


teraba membesar

Toraks

: Cor : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)


Pulmo : SN vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/-

Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-), Hepar dan Lien tidak teraba membesar
Ekstremitas: Akral hangat, edema(-)
Kulit

: Tidak ada kelainan

b. `Status Neurologis
Tanda Rangsang Meningeal

: Tidak didapatkan kelainan

Refleks Fisiologis

: Normal

Refleks Patologis

: Tidak didapatkan kelainan

Panca indra

: tidak didapat kelainan

Tekanan intrakranial

: tidak diilakuakn pemeriksaan

c.

Status psikiatrikus
A. Penampilan
1. Identifikasi pribadi: cukup rapi
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor : normal
3. Gmbaran umum: Tenang, kooperatif, kontal visual (+), kontak
verbal (+)
B. Bicara :baik
C. Mood dan Afek :
1. Mood: Stabil
2. Afek : normal, kongruen
D. Pikiran dann Persepsi
Bentuk pikiran
Produktivitas : normal
Kelancaran: lancar, normal
Gangguan bahasa (-)
Isi pikiran
Waham (-)
Gangguan berpikir
Normal ,koheren
Gangguan persepsi
Halusinasi auditoriik(-), halusinasi visual(-)
E. Sensori
Kesadaran: compos mentis, atensi (+),
Orientasi waktu(+),orang(+),tempat(+)
Konsentrasi dan berhitung: normal,cukup
Ingatan masa dahulu (+,normal) masa kini (+,normal)
Pengetahuan : cukup
Kemampuan berpikir abstrak: baik
Tilikan diri: pasien sadar penuh dan paham atas penyakitnya

IKHTISAR DAN KESIMPULAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI


A. Keadaan umum
o Kesadaran: compos mentis
7

o Sikap: kooperatif
o Tingkah laku: tenang
o Perhatian: baik
o Ekspresi wajah: normal
o Vrbalisasi : normal
B. Pemeriksaan fisik
Tidak ditemukan kelainan
C. Pemeriksaan Psikis
Keadaan afektif
o Afek: sesuai
o Arus emosi: stabil
Keadaan dan fungsi intelek
o

Daya ingat: normal

Konsentrasi: normal

Orientasi: normal

Persepsi
Halusinasi auditorik(-), halusinasi visual(-)
Keadaan proses pikir
o Kecepatan: normal
o Mutu: koheren
o Mutu : waham (-)
D. Diagnosis
Formulasi diagnosis

Seorang pria, usia 18 tahun,agama islam, bekerja sebagai nelayan


di laut muara badak, datang dibawa oleh ayahnya ke IGD RSKD
AHM Samarinda hari senin, 13 januari 2014

Pasien mengamuk dierumah dan sempat mencamcam keluarganya


bahwa pasien akan membunuhnya dengan parang bila ada
masalah,pasien kesulitan tidur selama 3 bulan, suka keluyuran
bersam teman-temannya, suka ugal-ugalan bial mengendarai
motor, suka beubah emosinya bila terpancing masalah kecil.
8

Menurut pengakuan pasien banyak tetangga sekitar yang tidak


suka dengan kelakuan pasien karena suka bertindak seenaknya

Riwayat trauma (+) kepala, kejang(-), penyakit infeksi (-)

Riwayat merokok(+), mengkonsumsi alcohol(+), NAPZA (-)

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg.


Pada

pemeriksaan

kardiovasskuler,respiratorik,gastrointestinal

tidak didapatkan kelainan. Pada pemeriksaann neurologikus pasien


sering mengalami sakit kepala akibat post trauma yang pernah
dialaminya

Pada pemeriksaan psikiatri didapatakn keadaan compos mentis,


penampilan cukup rapi

dan kooperatif, atensi(+),orientasi

(+),emosi stabil. proses berpikir cepat,koheren, waham (-),


halusinasi visual (-),halusianasi auditorik(+), kemauan ADL
mandiri, intelejensi cukup,psikomotor dalam batas normal,insight
baik
Diagnosis multiaksial
Aksis I : F32.1 (episode depresi sedang)
Aksis II : tidak ditemukan kelainan pada kasus ini
Aksis III: tidak ditemuka kelainan pada kasus ini
Aksis IV: masalah psikososial dan lingkungan lain
Aksis V: GAF 80-71 (gejala sementara dan dapat diatasi
,disabilitas ringan dalam sosial ,pekerjaan ,sekolah,dll)
Usulan pemeriksaan : DL, SGPT,SGOT,UL,Cr
E. Pengobatan
Psikofarmakologi:

trihexifenidil 1 x 25 mg

risperidon 0-0-0,5 mg

Psikoterapi
F. Prognosis
Dubia ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI DAN KLASIFIKASI
Gangguan mood terdiri dari Gangguan Depresi (depresi unipolar), Gangguan Bipolar,
dan dua kelainan berdasarkan etiologi; Gangguan Mood akibat Kondisi Medis umum dan
Gangguan Mood akibat Penyalahgunaan zat.

(1,2)

Gangguan depresi (seperti; gangguan

depresif berat, gangguan distimik, dan gangguan mood yang tak tergolongkan) dibedakan
dengan gangguan bipolar dengan melihat tidak adanya episdode manik, episode campuran,
atau episode hipomanik. Gangguan bipolar (seperti; gangguan bipolar I, bipolar II, gangguan
siklotimik, dan gangguan bipolar yang tak tergolongkan) memiliki riwayat episode manik,
episode campuran, atau episode hipomanik, yang biasanya disertai dengan riwayat episode
depresif berat.(2)
Pada DSM-IV, gangguan mood diklasifikasikan sebagai berikut (2):

Episode mood
Episode depresif mayor
Episode manik
Episode campuran
Episode hipomanik

Gangguan depresif
Gangguan depresif mayor
Gangguan distimik
Gangguan depresif yang tak tergolongkan

Gangguan bipolar
Gangguan bipolar I
10

Gangguan bipolar II
Gangguan siklotimik
Gangguan bipolar yang tak tergolongkan

Gangguan mood lainnya


Gangguan mood akibat kondisi medis umum
Gangguan mood akibat zat
Gangguan mood yang tak tergolongkan

1.1

Etiologi
Etiologi depresi terdiri dari :
1. Faktor genetik
Dari penelitian keluarga didapatkan gangguan depresi mayor dan gangguan
bipolar terkait erat dengan hubungan saudara; juga pada anak kembar, suatu bukti
adanya kerentanan biologik, pada genetik keluarga tersebut.
Data genetik dengan kuat menyatakan bahwa suatu faktor penting di dalam
perkembangan gangguan mood adalah genetika. Tetapi, pola penurunan genetika
adalah jelas melalui mekanisme yang kompleks. Bukan saja tidak mungkin untuk
menyingkirkan efek psikososial, tetapi faktor non genetik kemungkinan
memainkan peranan kausatif dalam perkembangan gangguan mood pada
sekurangnya beberapa orang. \.
2. Faktor Biokmia
Sejumlah besar penelitian telah melaporkan berbagai kelainan di dalam
metabolit amin biogenik yang mencakup neurotransmitter norepinefrin, serotonin
dan dopamine (Gambar 1.1). Dalam penelitian lain juga disebutkan bahwa selain
faktor neurotransmitter yang telah disebutkan di atas, ada beberapa penyebab lain
yang dapat mencetuskan timbulnya depresi yaitu neurotransmitter asam amino
khususnya GABA (Gamma-Aminobutyric Acid) dan peptida neuroaktif, regulasi
neurendokrin dan neuroanatomis.
Pada regulasi neuroendokrin, gangguan mood dapat disebabkan terutama
oleh adanya kelainan pada sumbu adrenal, tiroid dan hormon pertumbuhan. Selain
itu kelainan lain yang telah digambarkan pada pasien dengan gangguan mood
11

adalah penurunan sekresi nocturnal melantonin, penurunan pelepasan prolaktin


terhadap pemberian tryptophan, penurunan kadar dasar FSH (Follicle Stimullating
Hormon) dan LH (Luteinizing Hormon), dan penurunan kadar testosteron pada
laki-laki.

Gambar 1.1. Mekanisme terjadinya depresi dengan etiologi neurotransmitter


Ada dua hipotesis terjadinya depresi secara biokimia, yaitu:
a) Hipotesis Katekolamin
Beberapa penyakit depresi berhubungan dengan defisiensi katekolamin pada
reseptor otak. Reserpin yang menekan amina otak diketahui kadang-kadang
menimbulkan depresi lambat. Disamping itu, MHPG (Metabolit primer
noradrenalin otak) menurun dalam urin pasien depresi sewaktu mereka
mengalami episode depresi dan meningkat di saat mereka gembira.
b) Hipotesis Indolamin
Hipotesis indolamin membuat pernyataan serupa untuk 5-hidroxitriptamin (5
HT). metabolit utamanya asam 5-hidroksi indolasetat (5HIAA) menurun
dalam LCS pasien depresi, dan 5 HIAA rendah pada otak pasien yang bunuh
diri. L-Triptofan, yang mempunyai efek antidepresi meningkatkan 5HT otak.

3. Faktor Hormon
Kelainan depresi mayor dihubungkan dengan hipersekresi kortisol dan
kegagalan menekan sekresi kortisol sesudah pemberian dexametason. Pasien
12

depresi resisten terhadap penekanan dexametason dan hasil abnormal ini


didapatkan pada sekitar 50% pasien, terutama pada pasien dengan depresi bipolar,
waham dan ada riwayat penyakit ini dalam keluarga.
Wanita dua kali lebih sering dihubungkan dengan pruerperium atau
menopause. Bunuh diri dan saat masuk rumah sakit biasanya sebelum menstruasi.
Selama

penyakit

afektif berlangsung sering timbul

amenore.

Hal ini

menggambarkan bahwa gangguan endokrin mungkin merupakan faktor penting


dalam menentukan etiologi.
4. Faktor Kepribadian Premorbid
Personalitas siklotimik menjadi sasaran gangguan afek ringan selama
hidupnya, keadaan ini tidak berhubungan dengan penyebab eksterna. Kepribadian
depresi ditunjukkan dengan perilaku murung, pesimis dan kurang bersemangat.
Personalitas hipomania berperilaku lebih riang, energetik dan lebih ramah dari
rata-rata.
Mereka dengan rasa percaya diri rendah, senantiasa melihat dirinya dan
dunia luar dengan penilaian pesimistik. Jika mereka mengalami stres besar,
mereka cenderung akan mengalami depresi. Para psikolog menyatakan bahwa
mereka yang mengalami gangguan depresif mempunyai riwayat pembelajaran
depresi

dalam

pertumbuhan

perkembangan

dirinya..

Faktor

lingkungan

mempengaruhi perkembangan psikologik. Jika anak dibesarkan dalam suasana


pesimistik, dimana dorongan untuk keberhasilan jarang atau tidak biasa, maka
anak itu akan tumbuh dan berkembang dengan kerentanan tinggi terhadap
gangguan depresif.
5. Faktor Lingkungan
Enam bulan sebelum depresi, pasien depresi mengalami lebih banyak
peristiwa dalam hidupnya. Mereka merasa kejadian ini tidak memuaskan dan
mereka keluar dari lingkungan social. 80% serangan pertama depresi didahului
oleh stress, tetapi angka ini akan jatuh menjadi hanya 50% pada serangan
berikutnya. Pasien depresi diketahui juga lebih sering pada anak yang kehilangan
orang tua di masa kanak-kanak dibandingkan dengan populasi lainnya.
Menurut Freud, kehilangan obyek cinta, seperti orang yang dicintai,
pekerjaan tempatnya berdedikasi, hubungan relasi, harta, sakit terminal, sakit
kronis dan krisis dalam keluarga merupakan pemicu episode gangguan depresif.
13

Seringkali kombinasi faktor biologik, psikologik dan lingkungan merupakan


campuran yang membuat gangguan depresif muncul.
1.2

Diagnoasa dan Klasifikasi Episode Depresif


Episode depresif diklasifikasikan menjadi 3, yaitu : episode depresif ringan,
episode depresif sedang, dan episode depresif berat. Ketiga episode depresif tersebut
memiliki gejala utama sebagai berikut.
I. afek depresif,
II. kehilangan minat dan kegembiraan,
III. dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan berkurangnya aktivitas.
Adapun gejala lazim lainnya yang dapat dijumpai pada episode depresif adalah
sebagai berikut.
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada episode
d.
e.
f.
g.

tipe ringan sekalipun)


Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan (ringan, sedang, dan
berat), diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis,
akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan
berlangsung cepat. Kategori diagnosis episode depresif ringan (F.32.0), sedang
(F.32.1) dan berat (F.32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang
pertama). Episode depresif berikutnya harus diklasifikasikan dibawah salah satu
gangguan depresif berulang (F.33.-).

F.32.0 Episode depresi ringan


Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif seperti

tersebut di atas.
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala lainnya (a) sampai (g)
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang dilakukannya.

14

F.32.1 Episode depresi sedang


Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif seperti

tersebut diatas
Ditambah sekurang-kurangnya 3 gejala lainnya (a) sampai (g)
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
Menghadapi kesulitan nyata dalam meneruskan kegiatan dan kegiatan sosial,
pekerjaan dan urusan rumah tangga.

F.32.2 Episode depresi berat tanpa gejala psikotik


Semua 3 gejala utama gangguan depresif harus ada
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya
harus berintensitas berat
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikometer) yang
mencolok, maka penderita mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara

menyeluruh terhadap episode gangguan depresif berat masih dapat dibenarkan


Episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan
tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan

untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu


Sangat tidak mungkin penderita akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau rumah tangga kecuali pada tarif yang sangat terbatas.
F32.3 Episode depresi berat dengan gejala psikotik
Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut diatas
Disertai waham, halusinasi atau stupor. Waham biasanya melibatkan ide tentang
dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan penderita merasa
bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa
suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.
Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor
Jika diperlukan, waham atau halusisnasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak
serasi dengan afek (mood congruent)

F 32.8 Episode g Lainnya


F 32.9 Episode Depresif YTT
F 33.- Gangguan Depresif Berulang

15

Gangguan ini bersifat episode berulang dari : episode depresi ringan ,depresi
sdang,depresi berat

Episode masing-masing rata-rata

lamanya sekitar 6 bulan

akan tetapi

frekuensinya lebih jarang

Tanpa riwayat

adanya episode tersendiri

hiperaktivitas yang memenuhi kriteria


digunakan

jika ternyata ada

dari peningkatan afek

dan

mania. Namun kategori ini harus

episode singkat

dari peninggia afek

dan

hiperaktivitas ringan yang memenuhi hipomania segera sesudah suatu


episode depresif

Pemulihan keadaan biasana sempurna

dintara episode namun

namun

sebagian kecil pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap


terutama pada usia lanjut

Episode masing-masing pada

dalam berbagai tingkat

keparahan sering

dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress dan trauma mental
yang lain
1.3

Tatalaksana Episode Depresif


Pengobatan pasien dengan gangguan mood harus diamanahkan pada sejumlah
tujuan. Pertama, keamanan pasien harus terjamin. Kedua, pemeriksaan diagnostik
yang lengkap pada pasien harus dilakukan. Ketiga, suatu rencana pengobatan harus
dimulai yang menjawab bukan hanya gejala sementara tetapi juga kesehatan pasien
selanjutnya.
Dokter

harus

mengintegrasikan

farmakoterapi

dengan

intervensi

psikoterapeutik. Jika dokter memandang gangguan mood pada dasarnya berkembang


dari

masalah

psikodinamika,

ambivalensi

mengenai

kegunaan

obat

dapat

menyebabkan respons yang buruk, ketidakpatuhan, dan kemungkinan dosis yang


tidak adekuat untuk jangka waktu yang singkat. Sebaliknya, jika dokter mengabaikan
kebutuhan psikososial pasien, hasil dari farmakoterapi mungkin terganggu.
1. Terapi Farmakologis
Antidepresan yang tersedia sekarang cukup bervariasi di dalam efek
farmakologisnya. Variasi tersebut merupakan dasar untuk pengamatan bahwa
16

pasien individual mungkin berespons terhadap antidepresan lainnya. Variasi


tersebut juga merupakan dasar untuk membedakan efek samping yang terlihat
pada antidepresan.
Pembedaan yang paling dasar diantara antidepresan adalah pada proses
farmakologis yang terjadi, dimana ada antidepresan yang memiliki efek
farmakodinamika jangka pendek utamanya pada tempat ambilan kembali
(reuptake sites) atau pada tingkat inhibisi enzim monoamine oksidasi. bekerja
untuk menormalkan neurotransmitter yang abnormal di otak khususnya epinefrin
dan norepinefrin. Antidepresan lain bekerja pada dopamin. Hal ini sesuai dengan
etiologi dari depresi yang kemungkinan diakibatkan dari abnormalitas dari sistem
neurotransmitter di otak. Obat antidepresan yang akan dibahas adalah antidepresi
generasi pertama (Trisiklik dan MAOIs), antidepresi golongan kedua (SSRIs) dan
antidepresi golongan ketiga (SRNIs).
a. Trisiklik
Trisiklik merupakan antidepresan yang paling umum digunakan sebagai
pengobatan lini pertama untuk gangguan depresif berat. Golongan trisiklik ini
dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu trisiklik primer, tetrasiklik amin
sekunder (nortriptyline, desipramine) dan tetrasiklik tersier (imipramine,
amitriptlyne). Dari ketiga golongan obat tersebut, yang paling sering digunakan
adalah tetrasiklik amin sekunder karena mempunyai efek samping yang lebih
minimal. Obat golongan tetrasiklik sering dipilih karena tingkat kepuasan
klinisi dikarenakan harganya yang murah karena sebagian besar golongan dari
obat ini tersedia dalam formulasi generik.
Golongan obat trisiklik bekerja

dengan

menghambat

reuptake

neurotransmitter di otak. Secara biokimia, obat amin sekunder diduga bekerja


sebagai

penghambat

reuptake

norepinefrin,

sedangkan

amin

tersier

menghambat reuptake serotonin pada sinaps neuron.hal ini mempunyai


implikasi bahwa depresi akibat kekurangan norepinefrin lebih responsif
terhadap amin sekunder, sedangkan depresi akibat kekurangan serotonin akan
lebih responsif terhadap amin tersier.
b. MAOIs (Monoamine Oxidase Inhibitors)
MAOIs telah digunakan sebagai antidepresan sejak 15 tahun yang lalu.
Golongan ini bekerja dalam proses penghambatan deaminasi oksidatif
katekolamin di mitokondria, akibatnya kadar einefrin, noreprinefrin dan 5-HT
dalam otak naik. Obat ini sekarang jarang digunakan sebagai lini pertama
17

dalam pengobatan depresi karena bersifat sangat toksik bagi tubuh. Selain
karena dapat menyebabkan krisis hipertensif akibat interaksi dengan tiramin
yang berasal dari makanan-makanan tertentu seperti keju, anggur dan acar,
MAOIs juga dapat menghambat enzim-enzim di hati terutama sitokrom P450
yang akhirnya akan mengganggu metabolisme obat di hati.
c. SSRIs (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors)
SSRIs adalah jenis pengobatan yang juga menjadi pilihan lini pertama
pada gangguan depresif berat seain golongan trisiklik. Obat golongan ini
mencakup fluoxetine, citalopram dan setraline. SSRIs sering dipilih oleh
klinisi yang pengalamannya mendukung data penelitian bahwa SSRIs sama
manjurnya dengan trisiklik dan jauh lebih baik ditoleransi oleh tubuh karena
mempunyai efek samping yang cukup minimal karena kurang memperlihatkan
pengaruh terhadap sistem kolinergik, adrenergik dan histaminergik. Interaksi
farmakodinamik yang berbahaya akan terjadi bila SSRIs dikombinasikan
dengan MAOIs, karena akan terjadi peningkatan efek serotonin secara
berlebihan yang disebut sindrom serotonin dengan gejala hipertermia, kejang,
kolaps kardiovaskular dan gangguan tanda vital.
d.

SNRIs (Serotonin and Norepinephrine Inhibitors )


Golongan antidepresan SNRIs bekerja dengan mekanisme yang hampir
sama dengan golongan SSRIs, hanya saja pada SNRIs juga menghambat dari
reuptake norepinefrin.
Selain dari golongan obat yang telah dibahas sebelumnya, masih ada
beberapa alternatif yang digunakan untuk terapi medikamentosa pada pasien
depresi dengan keadaan tertentu. Hal tersebut dapat terlihat lebih jelas pada
gambar di bawah ini.

18

Gambar 1.2. Pilihan obat-obatan antidepresan


2.

Terapi Non Farmakologis


Tiga jenis psikoterapi jangka pendek yang digunakan dalam pengobatan
depresif berat adalah terapi kognitif, terapi interpersonal dan terapi perilaku telah
menemukan predictor respons terhadap berbagai pengobatan sebagai berikut ini :
(1) disfungsi sosial yang rendah menyatakan respons yang baik terhadap terapi
interpersonal, (2) disfungsi kognitif yang rendah menyatakan respons yang baik
terhadap terapi kognitif-perilaku dan farmakoterapi, (3) disfungsi kerja yang
tinggi mengarahkan respons yang baik terhadap farmakoterapi, (4) keparahan
depresi yang tinggi menyatakan respons yang baik terhadap terapi interpersonal
dan farmakoterapi.
Pada awalnya, terapi ini dikembangkan oleh Aaron Beck yang memusatkan
pada distorsi kognitif yang didalilkan ada pada gangguan depresi berat. Tujuan
terapi ini untuk menghilangkan episode depresif dan mencegah rekurennya
dengan membantu pasien mengidentifikasi dan uji kognitif negatif.
Terapi interpersonal dikembangkan oleh Gerald Klerman, memusatkan pada
satu atau dua masalah interpersonal pasien yang sedang dialami sekarang, dengan
menggunakan

dua

anggapan:

pertama,

masalah

interpersonal

sekarang

kemungkinan memiliki akar pada hubungan awal yang disfungsional. Kedua,

19

masalah interpersonal sekarang kemungkinan terlibat di dalam mencetuskan atau


memperberat gejala depresif sekarang.

1.4

Prognosis
Gangguan mood cenderung memiliki perjalanan penyakit yang panjang dan
pasien cenderung mengalami kekambuhan. Episode depresif yang tidak diobati
berlangsung 6 sampai 13 bulan, sementara sebagian besar episode yang diobati
berlangsung kira-kira 3 bulan. Menghentikan antidepresan sebelum 3 bulan hampir
selalu menyebabkan kembalinya gejala.
Pasien yang dirawat di rumah sakit untuk episode pertama gangguan depresif
berat memiliki kemungkinan 50% untuk pulih dalam tahun pertama. Banyak
penelitian telah berusaha untuk mengidentifikasi indikator prognostik yang baik dan
buruk di dalam perjalanan gangguan depresif berat. Episode ringan, tidak adanya
gejala psikotik, fungsi keluarga yangstabil, tidak adanya gangguan kepribadian,
tinggal dalam waktu singkat di rumah sakit dalam waktu yang singkat, dan tidak lebih
dari satu kali perawatan di rumah sakit adalah indikator prognostik yang baik.
Prognosis buruk dapat meningkat oleh adanya penyerta gangguan distimik,
penyalahgunaan alkohol dan zat lain, gejala gangguan kecemasan, dan riwayat lebih
dari satu episode sebelumnya.

BAB III
PEMBAHASAN
A. DIAGNOSIS
Teori
Fakta
Anamnesis
Prevalensi gangguan depresi sekitar
Pria usia 18 tahun
17% dari gangguan psikiatrik lain,
dengan insiden tahunan 1,59%
Keluhan utama: mengamuk
(wanita 1,89% pria 1,10%)
dirumah
Penegakan diagnosis
Autoanamnesis:
pasien F.32 episode depresi menurut PPDGJIII:
mengamuk dirumah. Pasien
20

mengamuk

karena

pasien

mudah terpancing emosinya

bila ada masalah dirumah. Selain itu pasien juga akan


mudah

marah

bila

kemauannya tidak dipenuhi.

bila pasien emosi dan marah


pasien akan

segera

mengambil

parang

mengancam

kedua

akan

dan orang

tuanya. Selain itu pasien juga


mengalami susah tidur apabial

Gejala utama:
Suasana perasaan (mood)/afek yang
depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energy yang menuju
meningkatnya keadaan mudah lelah
Gejala lain:
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga
diri
dan
kepercayaan
berkurang
Gagasan tentanng rasa bersalah dan
tidak berguna
Pandangan masa depan yang suram
dan pesimistis
Gagasan/perbuatan membahayakan
diri/bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang

dalam keadaan emosi. Apabila

F.32.1 episode depresi sedang


emosi dan kemarahan pasien - sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3
gejala utama depresi
mereda pasien juga merasa
- ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan
sedih dengan apa yang
sebaiknya 4) dari gejala lainnya
lamanya
seluruh episode berlangsung
dilakukannya, sehingga pasien
minimal sekitar 2 minggu
akan
mengurung
dirinya - menghadapi kesulitan yang nyata untuk
meneruskan kegiatan social, pekerjaan
dikamar atau pasien
akan
dan urusan rumah tangga
pergi bekerja ke laut untuk
mencari
ikan.
Pasien F.32.00 tanpa gejala somatic (tidak ada
atau hanya ada sedikit sekali gejala
mengakui mendapat kesulitan somatic)
saat bekerja sehingga hasil F.32.01 dengan gejala somatic
pekerjaan

yang

dijalaninya

tidak maksimal. Pasien juga


mengalami kegelisahan pada
saat tidur 3 bulan
Heteroanamnesis
sering

mengamuk

pasien
dirumah

sekitar 3 bulan. Selain itu


pasien juga suka keluyuran
entah pergi kemana. Kegiatan
pasien

setiap

hari

adalah

bekerja sebagai nelayan tapi


21

tidak ada hasilnya. Selain itu


pasien juga berani melawan
kedua

orang

keluarga

tuanya

dan

pasien

yang

lainnya.selain itu pasien juga


tidak diskai oleh tetangga
sekitar karena sering berbuat
onar

dan

bertindak

sesukanya.pasien juga akan


mudah

emosi

dan

marah

apabila

keinginannya

tidak

pemeriksaan

fisik

dipenuhi

Pada

didapatkan
110/70

tekanan

darah

mmHg.

Pada

pemeriksaan kardiovasskuler,
respiratorik,gastrointestinal
tidak

didapatkan

Pada

kelainan.

pemeriksaann

neurologikus

pasien

sering

mengalami sakit kepala akibat


post

trauma

yang

pernah

dialaminya

Pada

pemeriksaan

didapatakn

psikiatri

keadaan compos

mentis, penampilan cukup rapi


dan

kooperatif,

atensi(+),orientasi
stabil.

proses

cepat,koheren,
halusinasi
(-),halusianasi

(+),emosi
berpikir

waham

(-),
visual

auditorik(+),
22

kemauan

ADL

intelejensi

cukup,psikomotor

dalam

batas

mandiri,

normal,insight

baik

B. Penegakan Diagnosis
Diagnosis
Dari hasil autoanamnesis ,diketahui bahwa passion datang ke IGD RSKD AHM Samarinda
dengan keluhan pasien mengamuk dirumah. pasien mengamuk dirumah. Pasien mengamuk
karena pasien mudah terpancing emosinya bila ada masalah dirumah. Selain itu pasien juga
akan mudah marah bila kemauannya tidak dipenuhi. bila pasien emosi dan marah pasien akan
segera akan mengambil parang dan mengancam kedua orang tuanya. Selain itu pasien juga
mengalami susah tidur apabial dalam keadaan emosi. Apabila emosi dan kemarahan pasien
mereda pasien juag merasa sedih dengan apa yang dilakukannya, sehingga pasien akan
mengurung dirinya dikamar atau pasien akan pergi bekerja ke laut untuk mencari ikan.
Pasien mengakui mendapat kesulitan saat bekerja sehingga hasil pekerjaan yang dijalaninya
tidak maksimal. Pasien juga mengalami kegelisahan pada saat tidur 3 bulan. Pasien juga
sempat mengeluhkan tidak mempunyai selera makan sehinng berat badan pasien menurun.
Pada kasus ini, penegakan diagnosis disesuaikan dengan literature menurut kriteria PPDGJ
III dan DSM-IV-TR.
Kriteria PPDGJ III untuk gangguan mood episode depresif sedang (F32.1)

F.32 Episode Depresif


Individu biasanya menderita suasana perasaan (mood) yang depresif,
kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya enersi yang menuju
meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Biasanya ada rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja. Gejala lazim lainnya adalah :
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang
b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c) Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada episode tipe
ringan sekalipun)
23

d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistik


e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f) Tidur terganggu
g) Nafsu makan berkurang
Suasana perasaan (mood) yang menurun itu berubah sedikit dari hari ke hari
dan sering kali tak terpengaruh

oleh keadaan sekitarnya,

namun

dapat

memperlihatkan variasi diurnal yang khas seiring berlalunya waktu. Pada beberapa
kasus, anxietas, kegelisahan dan agitasi motorik mungkin pada waktu-waktu tertentu
lebih menonjol daripada depresinya, dan perubahan suasana perasaan (mood)
mungkin juga terselubung oleh ciri tambahan seperti iritabilitas, minum alkohol
berlebih, perilaku histrionik, dan eksaserbasi gejala fobik atau obsesif yang sudah ada
sebelumnya, atau oleh preokupasi hipokondrik. Untuk episode depresif dari ketigatiganya tingkat keparahan, biasanya diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu
untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika
gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Perbedaan antara episode depresif ringan, sedang, berat terletak pada penilaian
klinis yang kompleks yang meliputi jumlah, bentuk dan keparahan gejala yang
ditemukan. Seringkali luasnya aktivitas pekerjaan biasa dan sosial merupakan
petunjuk yang berguna untuk memperkirakan derajat keparahan suatu episode, akan
tetapi ada pengaruh individual, sosial, dan budaya yang cukup umum dan cukup kuat
yang mengganggu hubungan selaras antara keparahan gejala dan kinerja sosial.
Pedoman Diagnostik
Ciri esensial adalah depresi suasana perasaan (mood) yang berlangsung sangat lama
yang tak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan
depresif berulang ringan atau sedang. Biasanya mulai dini dalam kehidupan dewasa
dan berlangsung sekurang-kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka
waktu tidak terbatas.
Kriteria DSM-IV-TR untuk Gangguan Mood episode depresif adalah sebagai berikut
Kriteria Diagnostik untuk Episode Depresif Mayor
A. Lima (atau lebih) gejala berikut ditemukan selama periode 2 minggu yang sama dan
menunjukkan suatu perubahan dari fungsi sebelumnya; paling kurang satu gejala dari
salah satu mood terdepresi atau dua kehilangan minat atau kesenangan.
Catatan: jangan masukkan gejala yang jelas disebabkan oleh kondisi umum, atau
waham atau halusinasi yang tidak sesuai mood.
24

1. Mood terdepresi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, seperti yang
ditunjukkan baik oleh laporan subyektif (misalnya, perasaan sedih atau kososng)
maupun pengamatan yang dilakukan oleh orang lain (misalnya, tampak sedih).
Catatan: pada anak-anak dan remaja, dapat berupa mood yang iritabel.
2. Kehilangan minat atau kesenangan yang nyata pada semua atau hampir semua,
aktivitas hampir sepanjang hari, hampir setiap hari (seperti yang ditunjukkan baik
oleh laporan subyektif maupun pengamatan yang dilakukan oleh orang lain).
3. Penurunan berat badan yang bermakna jika tidak melakukan diet atau penambahan
berat badan (misalnya, perubahan berat badan lebih dari 5 persen sebulan), atau
penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari.
Catatan: pada anak-anak, pertimbangkan kegagalan untuk mencapai peningkatan
berat badan yang diharapkan.
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.
5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari 9dapat diamati oleh orang
lain, bukan hanya perasaan subyektif tentang adanya kegelisahan atau mnenjadi
lamban).
6. Kelelahan atau kehilangan tenaga hampir setiap hari
7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai
(yang dapat berupa waham) hampir setiap hari (bukan hanya menyalahkan diri
sendiri atau bersalah karena sakit)
8. Penurunan kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi atau keragu-raguan,
hampir setiap hari (baik oleh laporan subyektif maupun yang diamati orang lain)
9. Pikiran tentang kematian berulang (tidak hanya ketakutan akan kematian), ide
bunuh diri berulang tanpa suatu rencana yang spesifik, atau percobaan bunuh diri
atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri.
B. Gejala tidak memenuhi kriteria Episode Campuran
C. Gejala menyebabkan penderitaan secara klinis yang bermakna atau gangguan pada
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi bidang penting lainnya.
D. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari zat (misalnya penyalahgunaan zat,
pengobatan) atau suatu kondisi medis umum (misalnya hipotiroidisme).
E. Gejala tidak lebih baik dijelaskan Berduka, yaitu setelah kehilangan seorang yang
dicintai, gejala menetap lebih lama dari 2 bulan atau ditandai oleh gangguan
fungsional yang nyata, preokupasi morbid dengan perasaan tidak berharga, ide bunuh
diri, gejala psikotik, atau retardasi psikomotor.

C. Penatalaksanaan
a. farmakoterapi

25

Sindrom depresi disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa aminergic
neurotransmitter (noradrenalie, serotonine, dopamine) pada sinaps neuron di SSP
(khususnya pada sistem limbik).
Mekanisme kerja obat anti-depresi adalah :

Menghambat re-uptake aminergic neurotransmitter

Menghambat penghancuran oleh enzim monoamine oksidase

Sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada sinaps neuron di


SSP.
Efek samping obat anti depresi dapat berupa :

Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun,


kemampuan kognitif menurun, dll)

Efek antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus
takikardia, dll)

Efek anti-adrenergik (perubahan EKG, hipotensi)

Efek neurotoksis (tremor halus, agitasi, insomnia)

Efek samping yang tidak berat (tergantung daya toleransi dari penderita), biasanya berkurang
setelah 2-3 minggu bila tetap diberikan dengan dosis yang sama.
Pada dasarnya semua obat anti-depresi mempunyai efek primer (efek klinis) yang
sama pada dosis ekuivalen, perbedaan terutama pada efek sekunder (efek samping).
Pemilihan obat anti-depresi tergantung pada toleransi pasien terhadap efek samping dan
penyesuaia efek samping terhadap kondisi pasien (usia, penyakit fisik tertentu, jenis depresi)
Berdasarkan kriteria PPDGJ III tersebut, semua kriteria yang ada terpenuhi untuk
pasien pada kasus ini sehingga dapat digolongkan sebagai episode depresif sedang
Bila diagnosa depresi sudah dibuat, maka perlu dinilai taraf hebatnya gejala depresi
dan besarnya kemungkinan bunuh diri. Hal ini ditanyakan dengan bijkasana dan penderita
sering merasa lega bila ia dapat mengeluarkan pikiran-pikiran bunuh diri kepada orang yang
memahami masalahnya, tetapi pada beberapa penderita ada yang tidak memberitahukan
keinginan bunuh dirinya kepada pemeriksa karena takut di cegah. Bila sering terdapat
pikiran-pikiran atau rancangan bunuh diri, maka sebaiknya penderita dirawat di rumah sakit
dengan pemberian terapi elektrokonvulsi di samping psikoterapi dan obat anti depresan.
Sebagian besar klinisi dan peneliti percaya bahwa kombinasi psikoterapi dan farmakoterapi
26

adalah pengobatan yang paling efektif untuk gangguan depresi. Tiga jenis psikoterapi jangka
pendek yaitu terapi kognitif, terapi interpersonal dan terapi perilaku, telah diteliti tentang
manfaatnya di dalam pengobatan gangguan depresi.

Pada farmakoterapi digunakan obat anti depresan, dimana anti depresan dibagi dalam
beberapa golongan yaitu :
1. Golongan trisiklik, seperti : amitryptylin, imipramine, clomipramine dan opipramol.
2. Golongan tetrasiklik, seperti : maproptiline, mianserin dan amoxapine.
3. Golongan MAOI-Reversibel (RIMA, Reversibel Inhibitor of Mono Amine OxsidaseA), seperti : moclobemide.
4. Golongan atipikal, seperti : trazodone, tianeptine dan mirtazepine.
5. Golongan SSRI (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor), seperti : sertraline,
paroxetine, fluvoxamine, fluxetine dan citalopram.
Jenis-jenis obat anti-depresi yang biasa digunakan adalah :

Trisiklik/Tricyclic Antidepressants (TCA)


Golongan obat : amitriptyline, imipramine, clomipramine, tianeptine, opipramol
Obat-obatan ini memiliki efek samping berupa efek sedasi otonomik, dan kardiologik
yang relatif besar sehingga pemberiannya dianjurkan pada pasien usia muda dimana
toleransinya lebih besar terhadap efek samping tersebut dan bermanfaat untuk
meredakan agitated depressive

Tetrasiklik
Golongan obat : maprotiline, mianserin, amoxapine
Obat-obatan ini memiliki efek samping pada otonomik dan kardiologik yang relatif
kecil namun efek sedasinya lebih kuat. Pemberiannya diberikan pada pasien yang
kondisinya kurang tahan terhadap efek otonomik dan kardiologik (pasien usia lanjut)
dan juga pada pasien dengan sindrom depresi yang disertai dengan gejala anxietas dan
insomnia yang menonjol.

Atypical
Golongan obat : trazodone, tianeptine, mirtazapine
Efek samping dan pemberian obat sama seperti pada obat golongan tetrasiklik
27

SSRI (Selective Serotonine Reuptake Inhibitor)


Golongan obat : sertraline, fluvoxamine, fluoxetine, citalopram
Obat-obatan ini memiliki efek samping berupa efek sedasi, otonomik, dan hipotensi
yang sangat minimal dan biasanya digunakan pada pasien dengan retarded
deppresive pada usia dewasa atau lanjut, atau yang memiliki riwayat penyakit
jantung, berat badan berlebih dan keadaan lain yang menarik manfaat dari efek
samping yang minimal tersebut.

MAOI-Reversible (Reversible Inhibitor of Monoamine Oxydase A (RIMA))


Golongan obat : moclobemide
Obat golongan ini memiliki efek samping berupa hipotensi orthostatik (relatif sering)
sehingga dalam penggunaannya harus dijelaskan pada pasien atau keluarga pasien,
terutama pada pasien usia lanjut.
Pertama-tama menggunakan golongan SSRI yang efek sampingnya sangat minimal

(meningkatkan kepatuhan minum obat, bisa digunakan pada berbagai kondisi medik),
spektrum efek anti-depresi luas, dan gejala putus obat sangat minimal, serta lethal dose
yang tinggi (>6000mg) sehingga relatif aman.
Bila telah diberikan dengan dosis yang adekuat dalam jangka waktu yang cukup
(sekitar 3 bulan) tidak efektif, dapat beralih ke pilihan kedua yaitu golongan trisiklik, yang
spektrum anti-depresinya juga luas tetapi efek sampingnya relatif lebih berat. Bila pilihan
kedua belum berhasil, dapat beralih ketiga dengan spektrum anti-depresi yang lebih sempit,
dan juga efek samping lebih ringan dibandingkan trisiklik, yang teringan adalah golongan
MAOI reversibel. Disamping itu juga dipertimbangkan bahwa pergantian SSRI ke MAOI
membutuhkan waktu 2-4 minggu istirahat untuk washout period.
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan onset efek primer (efek klinis) sekitar 2-4
minggu, efek sekunder (efek samping) sekitar 12-24 jam serta waktu paruh sekitar 12-48 jam
(pemberian 1-2 kali perhari).
Terapi psikologis dengan Psikoterapi
Psikoterapi yaitu terapi yang digunakan untuk menghilangkan keluhan-keluhan dan
mencegah kambuhnya gangguan psikologik atau pola perilaku maladaptif. Terapi ini
dilakukan dengan jalan pembentukan hubungan profesional antara terapis dengan pasien.
Psikoterapi untuk pasien dengan depresi dapat diberikan secara individu, kelompok, atau
28

pasangan sesuai dengan gangguan psikologik yang mendasarinya. Beberapa pasien dan
klinisi sangat meyakini manfaat intervensi psikoterapi tetapi ada pula yang sebaliknya yaitu
tidak percaya. Berdasarkan hal ini, keputusan untuk melakukan psikoterapi sangat
dipengaruhi oleh penilaian dokter atau pasiennya.

Psikoterapi suportif
Psikoterapi ini hampir selalu diindikasikan. Memberikan kehangatan, empati,
pengertian dan optimisme. Bantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan
emosinya dan bantu untuk ventilasi. Mengidentifikasi faktor-faktor presipitasi dan
membantu mengoreksi. Bantu memecahkan problem eksternal (misalnya masalah
pekerjaan, rumah tangga). Latih pasien untuk mengenal tanda-tanda dekompensasi
yang akan datang. Temui pasien sesering mungkin (mula-mula 1-3 kali per minggu)
dan secara teratur, tetapi jangan sampai tidak berakhir atau selamanya. Kenalilah
bahwa beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan terapis (melalui
kemarahan, hostilitas, tuntutan yang tak masuk akal, dan lain-lain).

Psikoterapi suportif
Dasar terapi ini adalah teori psikodinamik yaitu kerentanan psikologik terjadi akibat
konflik perkembangan yang tak selesai. Terapi ini dilakukan dalam periode jangka
panjang. Perhatian pada terapi ini adalah defisit psikologik yang menyeluruh yang
diduga mendasari gangguan depresi. Misal- nya, problem yang berkaitan dengan rasa
bersalah, rasa rendah diri, berkaitan dengan pengalaman yang memalukan, pengaturan emosi yang buruk, defisit interpersonal akibat tak adekuatnya hubungan
dengan keluarga.

Psikoterapi dinamik singkat (Brief Dynamic Psychotherapy)


Sesinya lebih pendek. Tujuannya menciptakan lingkungan yang aman buat pasien.
Pasien dapat mengenal materi konfliknya dan dapat mengekspresikannya.

Terapi perkawinan
Problem perkawinan dan keluarga sering menyertai depresi dan dapat mempengaruhi
penyembuhan fisik. Oleh karena itu, perbaikan hubungan perkawinan merupakan hal
penting dalam terapi ini.

29

Prognosis
Prognosis pada pasien yang mengalami depresi pada umumnya baik apabila :

Episodenya sedang, tidak ada gejala psikotik

Selama masa remaja, pasien mempunyai hubungan psikososial yang baik

Tidak ada gangguan psikiatri komorbiditas

Tidak ada gangguan kepribadian

DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan H.I, Sadock B.J, Greb J.A. Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis, Edisi ke-7. Hal : 777-849. Bina rupa Aksara, Jakarta. 1997.
2. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disordes. 4th edition. Washington D.C;
American Pschiatric Associated, 1994 : 662 665.
3. Kaplan H.I, Sadock B.J. Comprehensive Textbook of Psychiatry, Eight edition.. USA.
2005, 1559-1717.
4. Stahl, S M. 2008, Stahls Essential Psychopharmacology, third edition, New York:
Cambridge University Press.

30

Anda mungkin juga menyukai