Oleh :
KELOMPOK RSUD PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan psikologi, remaja dikenal sedang dalam fase
pencarian jati diri yang penuh kesukaran dan persoalan. Fase ini berlangsung
mulai usia 11-19 tahun pada wanita dan 12-20 tahun pada pria. Dikatakan sebagai
fase yang penuh kesukaran dan persoalan karena dalam fase ini remaja sedang
berada di dua persimpangan antara dunia anak-anak dan dunia orang dewasa.
Dimana mereka terkadang masih bertingkah laku seperti anak-anak namun
tuntutan sosial mengharuskannya bertingkah laku seperti orang dewasa.
Sejalan dengan perkembangan sosialnya, mereka lebih konformitas pada
kelompoknya dan mulai melepaskan diri dari ikatan dan ketergantungan kepada
orangtuanya dan sering menunjukkan sikap menantang otoritas orangtuanya (ide
pemberontakan - teori formal masa remaja oleh G. Stanley Hall).
Kesukaran dan persoalan yang terjadi pada fase remaja ini bukan hanya
muncul pada diri Remaja itu sendiri melainkan juga pada orang tua, guru, dan
masyarakat. Sebagaimana yang sering kita lihat pertentangan antara remaja
dengan orangtua, remaja dengan guru, dan remaja dengan kalangannya sendiri.
Semua ini terjadi karena remaja masih berada di dua persimpangan tadi. Dapat
dipastikan bahwa seseorang yang sedang dalam keadaan transisi atau peralihan
dari suatu keadaan ke keadaan yang lain/baru seringkali mengalami gejolak dan
goncangan yang terkadang dapat berakibat buruk bahkan fatal terhadap remaja itu
sendiri maupun orang lain(Syah, 2001). Akan tetapi, perlu diketahui bahwa semua
kesukaran dan persoalan yang muncul pada fase perkembangan remaja ini dapat
diminimalisir bahkan dihilangkan jika orangtua, guru, dan masyarakat mampu
memahami perkembangan jiwa, perkembangan kesehatan mental remaja, dan
mampu meningkatkan kepercayaan diri remaja.
Menurut beberapa ahli psikologi, keluarga atau orangtua yang baik adalah
orang tua yang mampu memperkenalkan kebutuhan remaja berikut tantangantantangannya untuk bisa bebas kemudian membantu dan mensupportnya secara
D. Metode Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Remaja
Masa Remaja atau Masa puber adalah masa penghubung antara masa
anak-anak dengan dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja
sangat pesat, baik fisik maupun psikologis. Perkembangan yang pesat ini
berlangsung pada usia 11-16 tahun pada laki-laki dan 10-15 tahun pada
perempuan. Anak perempuan lebih cepat dewasa di bandingkan anak laki-laki.
Pada masa pubertas mulai ada rasa tertarik terhadap lawan jenisnya.
Berikut ada beberapa pengertian remaja menurut para ahli :
a. Menurut Siti Sundari : Masa remaja adalah peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau
fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur
12 -21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi pria.
b. Menurut Zakiah Darajat : Remaja (Adolescene) di artikan sebagaimasa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif dan sosial-emasional.
c. Menurut Hurlock : Remaja berasal dari kata lain Adolensence yang berarti
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.
d. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional sosial dan fisik.
e. Menurut Calon : Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau
peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi
memiliki status anak.
f. Menurut Sri Rumini : Masa remaja di tandai dengan adanya perkembangan
fisik. Perkembangan fisik pada remaja paling pesat di antara tahap-tahap
perkembangan manusia. Selain perubahan-perubahan fisik, remaja juga
mengalami perubahan secara psikologis. Perkembangan jiwa pada masa
remaja juga semakin mantap. Pada akhir masa remaja, jiwanya sudah tidak
mudah terpengaruh serta sudah mampu memilih dan menyeleksi . Remaja
juga mulai belajar bertanggung jawab pada dirinya, keluarga dan lingkungan .
Remaja mulai sadar akan dirinya sendiri dan tidak mau di perlakukan seperti
anak-anak.
Dari pendapat para ahli pengertian remaja dapat disimpulkan yaitu Remaja
adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke tahap dewasa.
2. Depresi
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami
peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik
emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah
(Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah
psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat
terjadinya perubahan sosial.
Kehidupan yang penuh stres pada saat ini seperti adanya bencana yang
terjadi dimana-mana, dan berbagai peristiwa hidup yang menyedihkan dapat
menyebabkan remaja mengalami depresi. Perlu diketahui bahwa remaja pun bisa
kena depresi dan kalau tidak diatasi, episode depresi dapat berlanjut hingga
remaja tersebut dewasa. Tetapi yang paling membahayakan dari depresi adalah
munculnya ide bunuh diri atau melakukan usaha bunuh diri. Hinton (1989)
mengatakan bahwa meskipun depresi yang diderita tidak parah namun risiko
untuk bunuh diri tetap ada.
Depresi merupakan suatu gangguan mental yang spesifik yang ditandai
dengan adanya perasaan sedih, putus asa, kehilangan semangat, merasa bersalah,
lambat dalam berpikir, menurunnya motivasi untuk melakukan aktivitas, dll.
Depresi cenderung diderita oleh remaja karena remaja cenderung memperhatikan
citra tubuhnya, rentan mengalami peristiwa yang penuh stres, mengalami tekanan
dalam penyesuaian diri dalam berinteraksi dengan orang lain. Hinton (1989)
mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa perubahan hormonal,
perubahan tingkat dan pola hubungan social sehingga remaja cenderung
mempersepsikan orang tua secara berbeda. Selain itu, masa pertumbuhan remaja,
jarang yang berlangsung dengan lancar. Banyak masalah yang terjadi dan bisa
makin serius hingga menyebabkan depresi yang berkepanjangan. Remaja yang
mengalami depresi akan menjadi apatis dan menyalahkan dirinya sendiri sehingga
merasa enggan untuk mencari pertolongan.
Gangguan Perilaku,yaitu :
a.
b.
c.
d.
yang langsing
e. Menghindar dari persahabatan atau senang hidup sendiri
dengan
psikoterapi,
remaja
dibantu
untuk
menemukan
akar
b.
atau tidak, ada atau tidak konflik dengan keluarga, kehidupan yang penuh stres
atau tidak, dsb). Selain itu, juga diperlukan terapi keluarga untuk mendukung
kesembuhan remaja penderita depresi. Dalam terapi keluarga, keluarga remaja
yang depresi ikut mendiskusikan bagaimana cara yang terbaik untuk mengurangi
sikap saling menyalahkan, orangtua remaja juga diberi tahu seluk beluk kondisi
anaknya yang depresi sehingga diharapkan orangtua dan anggota keluarganya
akan membantu dalam mengidentifikasi gejala-gejala depresi anaknya dan
menciptakan hubungan yang lebih sehat. Selain keluarga, remaja juga pasti
membutuhkan sahabat dan di sinilah peran kita sebagai sahabat mereka, jadi
jangan pernah meninggalkan mereka dalam keadaan apapun, jadilah pendengar
yang baik bagi mereka, jangan pernah menggurui mereka.
3. Bunuh Diri
a. Pengertian Bunuh Diri
Bunuh diri adalah perbuatan menghentikan hidup sendiri yang dilakukan
oleh individu itu sendiri atau atas permintaannya. Pada dasarnya, segala sesuatu
itu memiliki hubungan sebab akibat. Dalam hubungan sebab akibat ini akan
menghasilkan suatu alasan atau sebab tindakan yang disebut motif.
Macam-macam motif bunuh diri, yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
yang dibalikkan kepada diri sendiri, pembalasan yang dilakukan dengan cara
menimbulkan perasaan bersalah pada orang lain, upaya untuk memaksakan cinta
dari orang lain, upaya untuk melakukan perubahan atas kesalahan yang dilihat
pada masa lalu, upaya untuk menyingkirkan perasaan yang tidak dapat diterima,
seperti ketertarikan seksual kepada lawan jenis, keinginan untuk rengkarnasi,
keinginan untuk bertemu dengan orang yang dicintai yang telah meninggal, dan
keinginan atau kebutuhan untuk melarikan diri dari stres, kehancuran, rasa sakit,
atau kekosongan emosional.
diri untuk melakukan hal yang dianggapnya akan menjadi kebaikan bagi
masyarakatnya. Beberapa bunuh diri altrualistik, seperti hara-kiri jepang,
dianggap sebagai satu-satunya pilihan terhormat dalam kondisi tertentu.
3. Bunuh diri anomik
Yaitu bunuh diri karena masyarakat dalam kondisi kebingungan.
Bunuh diri ini dapat dipacu oelh perubahan mendadak dalam hubungan
seseoran
dengan
masyarakat.
Anomi
dapat
menyebabkan
berat. Misalnya, ditinggal mati oleh orang tua atau pacar tadi. Ini bisa menjadi
pemicu seseorang remaja untuk melakukan bunuh diri.
4) Karena di permalukan
Tidak semua orang bisa menanggung rasa malu. Terlebih pada remaja
di mana kondisi mental dan kejiwaannya yang masih rapuh. Daripada
menanggung malu , lebih baik mengakhiri semuanya dengan bunuh diri.
5) Konflik dengan pacar
Bagi sebagian orang ini adalah masalah sepele. Tapi tidak bagi
sebagian lagi, malah ada yang sampai nekat melakukan bunuh diri gara-gara
putus dengan pacar, selingkuh, pacar selingkuh, ditolak atau yang paling
sering menjadi penyebab bunuh diri adalah karena gagal menikah. Pada
remaja cewek ada yang bunuh diri karena ditinggal cowoknya, sementara dia
sudah kehilangan keperawanannya. Dalam kondisi seperti ini yang di rugikan
selalu pihak cewek.
6) Menghindari masalah
Mungkin lebih tepatnya lari dari masalah. Seorang remaja yang punya
masalah dan tidak bisa menyelesaikannya. Akhirnya memilih untuk
melakukan bunuh diri saja agar masalah selesai.
7) Ujin nasional
Banyak remaja yang memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri karena tidak lulus ujian .
c. Proses terjadinya bunuh diri
Ada beberapa proses mental yang terjadi pada diri remaja sebelum
mereka memutuskan untuk bunuh diri. Prosesnya adalah sebagai berikut :
Mengalami
hambatan
peran
lingkungan
sangat
besar
untuk
Arti kemandirian di sini di lihat dari beberapa aspek seperti aspek fisik,
emosi, sosial maupun ekonomi. Untuk dapat mencapai makna dari kemandirian
tersebut di perlukan lingkungan yang dapat membimbing. Mengarahkan,
mendorong serta member contoh yang baik bagi remaja. Bila lingkungan kurang
peduli dan kurang peka maka remaja akan semakin rapuh . Akhirnya pada saat
remaja menghadapi masalah atau kegagalan, reaksinya semakin parah. Pada saat
remaja mengalami konflik yang berkepanjangan,, maka perasaan stress nya
semakin dalam dan akhirnya mengalami depresi. Depresi adalah perasaan kecewa
yang sangat mendalam di sertai perubahan tingkah laku seperti lebin pendiam,
sering menyendiri, marah-marah tanpa sebab , susah tidur, kurang memiliki
selera makan, perasaan malu berlebihan, kurang percaya diri bahkan dapat
menderita psikosomatik (Sakit maag, sakit kepala, dada berdebar,sakit badan,mual
dan sebagainya).
Bila remaja dibiarkan hidup dalam dunianya sendiri dalam waktu yang
cukup lama dapat timbul perasaan Hopeless yang akhirnya bisa mengarah
pada gangguan kepribadian atau percobaan bunuh diri.
d. Ciri-ciri remaja yang akan bunuh diri
Remaja yang berencana akan bunuh diri menunjukkan perubahan yang
drastis pada sikap dan tingkah laku nya.Ciri-ciri remaja yang akan bunuh diri
adalah :
1) Perubahan sikap menjadi lebih pendiam
Kebanyakan remaja yang akan bunuh diri tidak suka bicara dan
mengurung diri di dalam kamar. Mereka terlihat lesu dan tidak
bersemangat.Apabila ada seseorang yang menanyakan keadaannya, remaja
tersebut akan berkata ia baik-baik saja atau cukup menanggukan kepala. Pada
remaja yang sebelumnya sangat ceria, perubahan sikap ini terlihat sangat
mencolok. Diam menunjukkan remaja tersebut tidak ingin membagi
bebannya dengan orang lain karena ia percaya tidak ada yang sanggup
menolongnya.
2) Sering menyendiri
Remaja tersebut menarik diri dari pergaulannya. Sering ia terduduk
lesu sambil melamun di sudut yang sepi.
3) Minta maaf pada semua kenalannya.
4) Membagi-bagikan barang kesayangannya.
e. Cara mengurangi kecenderungan bunuh diri dan mencegah tindakan bunuh
diri pada remaja, remaja perlu dukungan dalam :
1) Pematangan emosi
Orang tua atau orang dewasa lainnya (bisa kakak atau guru) membantu
remaja dalam bersikap positif terhadap kebutuhan-kebutuhan emosi yang di
butuhkan remaja . Misalnya dalam bentuk perhatian, rasa aman, penghargaan,
pengelolaan serta pengontrolan emosi yang timbul.
2) Menerima kelebihan dan kekurangan diri
Orang tua atau orang dewasa lain dapat menerima kekurangan dan
menghargai kelemahan remaja.
Selain itu, turut membantu remaja dalam mencari solusi agar kelemahan itu
bisa diperkecil atau dikompensasikan menjadi kelebihan.
3) Menghadapi konflik
Orang tua atau dewasa lain turut menyelesaikan konflik yang ada, sehingga
remaja merasa di damping pada saat ia mengalami Break down.
4) Pemecah Masalah
Orang tua atau dewasa lain turut membantu remaja pada saat remaja
mengalami masalah, seperti menjadi pendengar yang baik, menjadi teman
yang baik dan membimbing mereka dalam mengidentifikasikan sehingga
masalah dapat terselesaikan dengan cepat, tepat dan tuntas.
DAFTAR PUSTAKA
Richard P.Halgin & Whitbourne. 2011. Psikologi Abnormal. Jakarta: Salemba
Humanika.
Gerald C.Davison dkk. 2010. Psikologi Abnormal. Jakarta : Rajawali pers
Bimo Walgito. 1989. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Penerbir Andi
http://piipiiodd.wordpress.com/2010/04/06/analisis-kasus-depresi-remaja
Diposkan oleh Ikha Novita di 18.29
Hurlock, Eliabet B. 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga