Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

DEPRESI DAN BUNUH DIRI


PADA REMAJA
Disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah keperawatan jiwa

Oleh :
KELOMPOK RSUD PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH TANJUNGPINANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perkembangan psikologi, remaja dikenal sedang dalam fase
pencarian jati diri yang penuh kesukaran dan persoalan. Fase ini berlangsung
mulai usia 11-19 tahun pada wanita dan 12-20 tahun pada pria. Dikatakan sebagai
fase yang penuh kesukaran dan persoalan karena dalam fase ini remaja sedang
berada di dua persimpangan antara dunia anak-anak dan dunia orang dewasa.
Dimana mereka terkadang masih bertingkah laku seperti anak-anak namun
tuntutan sosial mengharuskannya bertingkah laku seperti orang dewasa.
Sejalan dengan perkembangan sosialnya, mereka lebih konformitas pada
kelompoknya dan mulai melepaskan diri dari ikatan dan ketergantungan kepada
orangtuanya dan sering menunjukkan sikap menantang otoritas orangtuanya (ide
pemberontakan - teori formal masa remaja oleh G. Stanley Hall).
Kesukaran dan persoalan yang terjadi pada fase remaja ini bukan hanya
muncul pada diri Remaja itu sendiri melainkan juga pada orang tua, guru, dan
masyarakat. Sebagaimana yang sering kita lihat pertentangan antara remaja
dengan orangtua, remaja dengan guru, dan remaja dengan kalangannya sendiri.
Semua ini terjadi karena remaja masih berada di dua persimpangan tadi. Dapat
dipastikan bahwa seseorang yang sedang dalam keadaan transisi atau peralihan
dari suatu keadaan ke keadaan yang lain/baru seringkali mengalami gejolak dan
goncangan yang terkadang dapat berakibat buruk bahkan fatal terhadap remaja itu
sendiri maupun orang lain(Syah, 2001). Akan tetapi, perlu diketahui bahwa semua
kesukaran dan persoalan yang muncul pada fase perkembangan remaja ini dapat
diminimalisir bahkan dihilangkan jika orangtua, guru, dan masyarakat mampu
memahami perkembangan jiwa, perkembangan kesehatan mental remaja, dan
mampu meningkatkan kepercayaan diri remaja.
Menurut beberapa ahli psikologi, keluarga atau orangtua yang baik adalah
orang tua yang mampu memperkenalkan kebutuhan remaja berikut tantangantantangannya untuk bisa bebas kemudian membantu dan mensupportnya secara

maksimal dan memberikan kesempatan, menghormatinya dalam hal berpendapat,


mengambil keputusan, ketertarikan, dan kepribadian anak(gaya pengasuhan
otoritatif Baumrind).
Kesehatan Mental Remaja : Depresi pada Remaja Beberapa Indikator dan
Penyebab Masalah kesehatan Mental Remaja Selain orang dewasa, remaja pun
dapat mengalami kesehatan mental yang secara umum dapat mempengaruhi cara
berpikir, perasaan, dan tingkah laku. Masalah inilah yang dapat menyebabkan
seorang remaja mengalami kegagalan studi, melakukan perilaku yang
menyimpang, melakukan kriminalitas, dan lain-lain. Kesehatan mental yang
sering dialami oleh remaja diantaranya depresi, rasa takut, rasa cemas, hiperaktif,
gangguan makan, gangguan tidur, dan lain-lain. Dan dalam hal ini kelompok
membahas tentang Depresi pada Remaja.
Perasaan depresi dan gembira bersifat universal. Ini membuat mood
disorders (gangguan suasana perasaan) gangguan yang membuat orang begitu
kehilangan daya hidup bunuh diri dianggap sebagai pilihan yang lebih baik dari
pada tetap hidup. Dalam perkembangan normalpun seorang remaja mempunyai
kecenderungan untuk mengalami depresi, Oleh karena itu sangatlah penting untuk
membedakan secara jelas dan hati -hati antara depresi yang disebabkan oleh
gejolak mood yang normal pada remaja dengan depresi yang patologik. Akibat
sulitnya membedakan antara kedua kondisi di atas, membuat depresi pada remaja
sering tidak terdiagnosis. Bila tidak ditangani dengan baik, gangguan psikiatrik
pada remaja sering kali akan berlanjut sampai masa dewasa.
Bunuh diri pada remaja dan anak-anak terus meningkat selama dekade
terakhir. Angka bunuh diri pada remaja mendekati 3 kali lipat selama 30 tahun
terakhir dan pada tahun 1999 menjadi penyebab kedua kematian pada remaja di
Amerika Utara (Evans, Owens dan Marsh, 2005). Di Korea menurut data statistic
nasional tahun 2010, bunuh diri menjadi penyebab utama kematian pada usia
remaja (Park dan Chung, 2013). Selama tahun 2012 di Indonesia, komisi
perlindungan anak menerima 31 kasus percobaan bunuh diri pada usia 13-20
tahun, 19 orang diantaranya meninggal (NN, 2012). Menurut komisi nasional
perlindungan anak (KOMNAS Anak) kasus bunuh diri di Indonesia terus

meningkat. Bahkan tahun 2014 sebanyak 89 anak meninggal dengan sia-sia,


diantaranya 9 anak itu di usia rentan 5 10 tahun, sementara 1215 tahun ada 39
kasus, lalu 15 tahun ada 27 kasus
Penyebab bunuh diri bias karena berbagai hal. Di Indonesia, dari 31 kasus
bunuh diri yang terjadi tahun 2012 permasalahan yang menyebabkan prilaku
bunuh diri adalah, 13 orang putus cinta, 7 orang karena permasalahan ekonomi, 8
orang karena ketidakharmonisan keluarga dan 3 orang masalah akademis.
Depresi pada remaja harus segera ditangani karena kalau berkepanjangan,
dapat mengakibatkan bunuh diri yang berujung pada kematian. Makin lama
seseorang mengalami depresi, makin lemah daya tahan mentalnya, makin habis
energinya, makin habis semangatnya, makin terdistorsi pola pikirnya sehingga dia
tidak bisa melihat alternative solusi, tidak bisa melihat ke depan, tidak
menemukan harapan, tidak bisa berpikir positif. Ini menyebabkan remaja melihat
bahwa bunuh diri menjadi solusi satu-satunya.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1. Memberi gambaran tentang psikologi remaja.
2. Mencegah semakin banyaknya kasusu bunuh diri yang di lakukan remaja.
3. Meyakinkan bahwa bunuh diri adalah tindakan yang salah dari sudut pandang
agama dan moral.
C. Pembatasan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dirumuskan adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Apa faktor penyebab kecenderungan bunuh diri pada remaja ?


Bagaimana proses terjadinya bunuh diri ?
Bagaimana ciri-ciri remaja yang akan bunuh diri ?
Bagaimana cara mengurangi kecenderungan bunuh diri dan untuk mencegah
tindakan bunuh diri pada remaja ?

D. Metode Penulisan

Dalam penyusunan dan pemerolehan data , saya menggunakan metode


kajian pustaka. Kajian pustaka adalah metode observasi dengan meneliti dan
menelaah sumber-sumber dari buku, Koran, maupun artikel-artikel yang ada atau
membahas tentang remaja atau pun yang berkaitan dengan masalah remaja.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1. Remaja
Masa Remaja atau Masa puber adalah masa penghubung antara masa
anak-anak dengan dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja
sangat pesat, baik fisik maupun psikologis. Perkembangan yang pesat ini
berlangsung pada usia 11-16 tahun pada laki-laki dan 10-15 tahun pada
perempuan. Anak perempuan lebih cepat dewasa di bandingkan anak laki-laki.
Pada masa pubertas mulai ada rasa tertarik terhadap lawan jenisnya.
Berikut ada beberapa pengertian remaja menurut para ahli :
a. Menurut Siti Sundari : Masa remaja adalah peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau
fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur
12 -21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi pria.
b. Menurut Zakiah Darajat : Remaja (Adolescene) di artikan sebagaimasa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif dan sosial-emasional.
c. Menurut Hurlock : Remaja berasal dari kata lain Adolensence yang berarti
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.
d. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional sosial dan fisik.
e. Menurut Calon : Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau
peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi
memiliki status anak.
f. Menurut Sri Rumini : Masa remaja di tandai dengan adanya perkembangan
fisik. Perkembangan fisik pada remaja paling pesat di antara tahap-tahap
perkembangan manusia. Selain perubahan-perubahan fisik, remaja juga
mengalami perubahan secara psikologis. Perkembangan jiwa pada masa
remaja juga semakin mantap. Pada akhir masa remaja, jiwanya sudah tidak
mudah terpengaruh serta sudah mampu memilih dan menyeleksi . Remaja
juga mulai belajar bertanggung jawab pada dirinya, keluarga dan lingkungan .
Remaja mulai sadar akan dirinya sendiri dan tidak mau di perlakukan seperti
anak-anak.

Dari pendapat para ahli pengertian remaja dapat disimpulkan yaitu Remaja
adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke tahap dewasa.
2. Depresi
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami
peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik
emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah
(Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah
psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat
terjadinya perubahan sosial.
Kehidupan yang penuh stres pada saat ini seperti adanya bencana yang
terjadi dimana-mana, dan berbagai peristiwa hidup yang menyedihkan dapat
menyebabkan remaja mengalami depresi. Perlu diketahui bahwa remaja pun bisa
kena depresi dan kalau tidak diatasi, episode depresi dapat berlanjut hingga
remaja tersebut dewasa. Tetapi yang paling membahayakan dari depresi adalah
munculnya ide bunuh diri atau melakukan usaha bunuh diri. Hinton (1989)
mengatakan bahwa meskipun depresi yang diderita tidak parah namun risiko
untuk bunuh diri tetap ada.
Depresi merupakan suatu gangguan mental yang spesifik yang ditandai
dengan adanya perasaan sedih, putus asa, kehilangan semangat, merasa bersalah,
lambat dalam berpikir, menurunnya motivasi untuk melakukan aktivitas, dll.
Depresi cenderung diderita oleh remaja karena remaja cenderung memperhatikan
citra tubuhnya, rentan mengalami peristiwa yang penuh stres, mengalami tekanan
dalam penyesuaian diri dalam berinteraksi dengan orang lain. Hinton (1989)
mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa perubahan hormonal,
perubahan tingkat dan pola hubungan social sehingga remaja cenderung
mempersepsikan orang tua secara berbeda. Selain itu, masa pertumbuhan remaja,
jarang yang berlangsung dengan lancar. Banyak masalah yang terjadi dan bisa
makin serius hingga menyebabkan depresi yang berkepanjangan. Remaja yang
mengalami depresi akan menjadi apatis dan menyalahkan dirinya sendiri sehingga
merasa enggan untuk mencari pertolongan.

Depresi dapat mengakibatkan dampak yang merugikan bagi si penderita


seperti terganggunya fungsi sosial, fungsi pekerjaan, mengalami kesulitan untuk
berkonsentrasi, mengalami ketidak berdayaan yang dipelajari, bahkan hingga
tindakan bunuh diri yang menyebabkan kematian. Remaja hanya mengurung diri
di kamar, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya semangat hidup, hilangnya
kreativitas, antusiasme dan optimisme. Dia tidak mau bicara dengan orang-orang,
tidak berani berjumpa dengan orang-orang, berpikir yang negative tentang diri
sendiri dan tentang orang lain, hingga hidup terasa sangat berat dan melihat
masalah lebih besar dari dirinya. Remaja jadi pesimis memandang hidupnya,
seakan hilang harapan, tidak ada yang bisa memahami dirinya, dan sebagainya.
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piagetmerupakan
periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of
formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola
pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan
abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga
mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan
masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis
dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi
seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi
mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan
pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman
masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan
rencana untuk masa depan.
Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu
mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka. Pada kenyataan, di
negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja
(bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap
perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada
tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir
yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari
berbagai dimensi. Jelas sekali dalam kasus Bambang ini, dia belum mampu

mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal. Bambang sebenarnya


jelas telah melakukan proses berpikir dalam setiap masalah yang ia hadapi, namun
semakin ia berpikir semakin ia tidak mampu mendapatkan jawaban atas
permasalahan yang sedang ia hadapi. Permasalahan permasalahan tersebut ia
represi terus menerus hingga akhirnya ia tidak mampu lagi menahannya. Tapi
dalam proses berpikir itu Bambang belum mampu melihat masalah dari berbagai
dimensi, dia hanya melihat masalahnya dari sudut pandangnya sendiri. Dia belum
mampu berpikir luas, belum mampu melihat keadaan luar yang jelas lebih
menyedihkan daripada hidupnya.

Yang dia pikirkan hanyalah bagaimana

mengakhiri penderitaannya dengan segera, dan bunuh dirilah yang menjadi


keputusannya, tanpa memikirkan masa depannya.
Syamsu Yusuf dalam bukunya yang berjudul Mental Hygiene menjelaskan
indikator dan penyebab masalah kesehatan mental, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Perasaan sedih dan tak berdaya


Sering marah-marah atau bereaksi yang berlebihan terhadap sesuatu
Perasaan tak berharga
Perasaan takut, cemas atau khawatir yang berlebihan
Kurang konsentrasi
Merasa bahwa kehidupan ini sangat berat
Perasaan pesimis menghadapi masa depan

Gangguan Perilaku,yaitu :
a.
b.
c.
d.

Mengkonsumsi alkohol atau obat-obat terlarang


Suka mengganggu hak-hak orang lain atau melanggar hukum
Melakukan perbuatan yang dapat mengancam kehidupannya sendiri
Secara kontiniu melakukan diet atau memiliki obsesi untuk memiliki tubuh

yang langsing
e. Menghindar dari persahabatan atau senang hidup sendiri

Penyebab Masalah Kesehatan Mental Remaja:


a. Faktor biologis, seperti: genetika, ketidakseimbangan kimiawi dalam
tubuhmenderita penyakit kronis, dan kerusakan system syaraf pusat.
b. Faktor psikologis, misalnya: frustasi, konflik, terlalu pesimis, kurang
mendapat atau bahkan tidak mendapat kasih sayang, dan kurang mendapat
pengakuan dari kelompok.

c. Faktor lingkungan, seperti: merebaknya film-film porno, film bertema


kejahatan dan pornoaksi, mudahnya mendapatkan minuman keras, obatobatan terlarang, mudahnya mendapatkan alat kontrasepsi yang tidak
terkontrol, majalah porno, kehidupan hedonistik, materialistik, merebaknya
premanisme, kurang kontrol sosial, salah berteman, dan sebagainya.
Depresi pada remaja harus segera ditangani karena kalau berkepanjangan,
dapat mengakibatkan bunuh diri yang berujung pada kematian seperti pada kasus
ini. Makin lama seseorang mengalami depresi, makin lemah daya tahan
mentalnya, makin habis energynya, makin habis semangatnya, makin terdistorsi
pola pikirnya sehingga dia tidak bisa melihat alternative solusi, tidak bisa melihat
ke depan, tidak menemukan harapan, tidak bisa berpikir positif. Ini menyebabkan
remaja melihat bahwa bunuh diri menjadi solusi satu-satunya.
Sebenarnya masalah depresi akan lebih baik ditangani dengan psikoterapi
karena

dengan

psikoterapi,

remaja

dibantu

untuk

menemukan

akar

permasalahannya dan melihat potret diri secara lebih obyektif. Psikoterapi


ditujukan untuk membangun pola pikir yang obyektif dan positif, rasional dan
membangun strategi / mekanisme adaptasi yang sehat dalam menghadapi
masalah. Perlu diingat bahwa keterbukaan remaja untuk mengemukakan masalah
yang sedang dihadapinya akan membantu proses penyembuhan dirinya.
Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi depresi pada
remaja, yaitu:
a.membantu remaja yang sedang bermasalah untuk memperbaiki distorsi
kognitif dalam memandang diri dan masa depan sehingga akan memunculkan
suatu kekuatan dari dalam dirinya bahwa dirinya mampu untuk mengatasi
masalah tersebut
membantu remaja memahami, mengidentifikasi perasaan, meningkatkan

b.

rasa percaya diri, meningkatkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang


lain dan mengatasi konflik yang sedang dialami.
Banyak faktor yang menentukan keberhasilan terapi seperti usia remaja
saat awal mengalami depresi, beratnya depresi, motivasi, kualitas terapi,
dukungan orangtua, kondisi keluarga (apakah orangtua juga menderita depresi

atau tidak, ada atau tidak konflik dengan keluarga, kehidupan yang penuh stres
atau tidak, dsb). Selain itu, juga diperlukan terapi keluarga untuk mendukung
kesembuhan remaja penderita depresi. Dalam terapi keluarga, keluarga remaja
yang depresi ikut mendiskusikan bagaimana cara yang terbaik untuk mengurangi
sikap saling menyalahkan, orangtua remaja juga diberi tahu seluk beluk kondisi
anaknya yang depresi sehingga diharapkan orangtua dan anggota keluarganya
akan membantu dalam mengidentifikasi gejala-gejala depresi anaknya dan
menciptakan hubungan yang lebih sehat. Selain keluarga, remaja juga pasti
membutuhkan sahabat dan di sinilah peran kita sebagai sahabat mereka, jadi
jangan pernah meninggalkan mereka dalam keadaan apapun, jadilah pendengar
yang baik bagi mereka, jangan pernah menggurui mereka.
3. Bunuh Diri
a. Pengertian Bunuh Diri
Bunuh diri adalah perbuatan menghentikan hidup sendiri yang dilakukan
oleh individu itu sendiri atau atas permintaannya. Pada dasarnya, segala sesuatu
itu memiliki hubungan sebab akibat. Dalam hubungan sebab akibat ini akan
menghasilkan suatu alasan atau sebab tindakan yang disebut motif.
Macam-macam motif bunuh diri, yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)

Dilanda keputusasaan dan depresi.


Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.
Gangguan kejiwaan atau tidak waras (gila).
Himpitan ekonomi atau kemiskinan (harta, iman dan ilmu).
Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.
Banyak motif bunuh diri yang di kemukakan (Mintz,1968), yaitu : agresi

yang dibalikkan kepada diri sendiri, pembalasan yang dilakukan dengan cara
menimbulkan perasaan bersalah pada orang lain, upaya untuk memaksakan cinta
dari orang lain, upaya untuk melakukan perubahan atas kesalahan yang dilihat
pada masa lalu, upaya untuk menyingkirkan perasaan yang tidak dapat diterima,
seperti ketertarikan seksual kepada lawan jenis, keinginan untuk rengkarnasi,
keinginan untuk bertemu dengan orang yang dicintai yang telah meninggal, dan
keinginan atau kebutuhan untuk melarikan diri dari stres, kehancuran, rasa sakit,
atau kekosongan emosional.

Banyak profesional kesehatan mental kontenporer menganggap bunuh diri


secara umum sebagai upaya individu untuk menyelesaikan masalah, yang
dilakukan dalam keadaan stres berat dan ditandai pertimbangan atas alternatif
yang sangat terbatas dimana akhirnya penihilan muncul sebagai solusi terbaik
(Linehan & Shearin,1988).
Suatu teori tentang bunuh diri yang didasari penelitian dalam bidang
psikologi sosial dan kepribadian menyatakan bahwa beberapa tindakan bunuh diri
dilakukan karena keainginan kuat untuk lari dari kesadaran yang menyakitkan atas
kegagalan dan berkurangnya keberhasilan yang diatribusikan orang yang
bersangkutan pada dirinya (Baumeister,1990 dalam Psikologi Abnormal,2010).
Kesadaran ini mungkin diasumsikan menimbulkan penderitaan emosional yang
berat seperti depresi.
Teori psikoanalisis freud- pada dasarnya freud menganggap bunuh diri
sebagai pembunuhan, sebuah perluasan atas teorinya mengenai depresi, ketika
seseorang kehilangan orang yang dicintai sekaligus dibencinya, dan meleburkan
ornag tersebut dengan dirinya, agresi diarahkan kedalam. Jika perasaan ini cukup
kuat, oarang yang bersangkutan akan bunh diri.
Teori sosiologis durkheim-Emile Durkheim (1897,1951), seseorang
sosiologis terkenal, menganalisis berbagai laporan bunuh diri dari berbagai negara
dan periode sejarah dan menyimpulkan bahwa penihilan diri sendiri dapat di
pahami secara sosiologis. Ia membedakan tiga jenis bunuh diri, yaitu.
1. Bunuh diri egoistik
Yaitu bunuh diri karena urusan pribadi. Dilakukan oleh orang-orang
yang memiliki sedikit ketertarikan dengan keluarga, masyarakat, atau
komunitas. Orang-orang ini merasa terasingkan dari orang lain, tidak
memiliki dukungan sosial yang penting agar mereka dapat tetap berfungsi
secara adaptif sebagai mahluk sosial.
2. Bunuh diri altruistik
Yaitu bunuh diri untuk memperjuangkan orang lain. Dianggap
sebagai respon terhadap berbagai tuntutan sosial. Beberapa orang yang
bunuh diri merasa sangat menjadi bagian suatu kelompok dan pengorbanan

diri untuk melakukan hal yang dianggapnya akan menjadi kebaikan bagi
masyarakatnya. Beberapa bunuh diri altrualistik, seperti hara-kiri jepang,
dianggap sebagai satu-satunya pilihan terhormat dalam kondisi tertentu.
3. Bunuh diri anomik
Yaitu bunuh diri karena masyarakat dalam kondisi kebingungan.
Bunuh diri ini dapat dipacu oelh perubahan mendadak dalam hubungan
seseoran

dengan

masyarakat.

Anomi

dapat

menyebabkan

ketidakseimbangan dalam masyarakat, membuat bunuh diri semangkin


mungkin dilakukan.
Treatmen klien yang berniat bunuh diri beragam, tergantung kepada
konteks sebagaimana niat dan bahaya yang dimunculkan. Mayoritas pendekatan
intervensi menyatukan dukungan keterlibatan terapeutik yang terarah.
b. Faktor penyebab remaja bunuh diri
1) Konflik dengan keluarga
Seperti penyebab bunuh diri kebanyakan secara umum.Konflik
dengan keluarga menjadi salah satu penyebab remaja bunuh diri, terutama
konflik dengan orang tua yang membuat mereka merasa tidak di terima dalam
keluarganya.

2) Di tolak dalam pergaulan


Di tolak dan di kucilkan dari lingkungan dan pergaulan bisa menjadi
salah satu penyebab seorang remaja bunuh diri. Lingkungan pergaulan bagi
seorang remaja adalah hal yang sangat penting . Makanya, ketika mereka
merasa tersingkir lingkungan pergaulan nya seorang remaja seperti di tolak
oleh seluruh dunia. Wah, gawat kalau sudah begini.
3) Berpisah dengan orang yang di cintai
Kebanyakan di tinggal pacar atau perpisahan dengan orang-orang
yang di cintai serta orang-orang yang mencintai kita adalah sebuah pukulan

berat. Misalnya, ditinggal mati oleh orang tua atau pacar tadi. Ini bisa menjadi
pemicu seseorang remaja untuk melakukan bunuh diri.
4) Karena di permalukan
Tidak semua orang bisa menanggung rasa malu. Terlebih pada remaja
di mana kondisi mental dan kejiwaannya yang masih rapuh. Daripada
menanggung malu , lebih baik mengakhiri semuanya dengan bunuh diri.
5) Konflik dengan pacar
Bagi sebagian orang ini adalah masalah sepele. Tapi tidak bagi
sebagian lagi, malah ada yang sampai nekat melakukan bunuh diri gara-gara
putus dengan pacar, selingkuh, pacar selingkuh, ditolak atau yang paling
sering menjadi penyebab bunuh diri adalah karena gagal menikah. Pada
remaja cewek ada yang bunuh diri karena ditinggal cowoknya, sementara dia
sudah kehilangan keperawanannya. Dalam kondisi seperti ini yang di rugikan
selalu pihak cewek.
6) Menghindari masalah
Mungkin lebih tepatnya lari dari masalah. Seorang remaja yang punya
masalah dan tidak bisa menyelesaikannya. Akhirnya memilih untuk
melakukan bunuh diri saja agar masalah selesai.
7) Ujin nasional
Banyak remaja yang memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri karena tidak lulus ujian .
c. Proses terjadinya bunuh diri
Ada beberapa proses mental yang terjadi pada diri remaja sebelum
mereka memutuskan untuk bunuh diri. Prosesnya adalah sebagai berikut :
Mengalami

hambatan

peran

lingkungan

sangat

besar

untuk

mengentervensinya. Kebutuhan remaja yang paling menonjol adalah ingin di


hargai, butuh pengakuan serta butuh perhatian. Hal tersebut berguna untuk
meningkatkan identitas dirinya karena mereka sedang berada dalam persimpangan
jalan, dari seorang individu yang tergantung pada lingkungannya menjadi seorang
yang mandiri.

Arti kemandirian di sini di lihat dari beberapa aspek seperti aspek fisik,
emosi, sosial maupun ekonomi. Untuk dapat mencapai makna dari kemandirian
tersebut di perlukan lingkungan yang dapat membimbing. Mengarahkan,
mendorong serta member contoh yang baik bagi remaja. Bila lingkungan kurang
peduli dan kurang peka maka remaja akan semakin rapuh . Akhirnya pada saat
remaja menghadapi masalah atau kegagalan, reaksinya semakin parah. Pada saat
remaja mengalami konflik yang berkepanjangan,, maka perasaan stress nya
semakin dalam dan akhirnya mengalami depresi. Depresi adalah perasaan kecewa
yang sangat mendalam di sertai perubahan tingkah laku seperti lebin pendiam,
sering menyendiri, marah-marah tanpa sebab , susah tidur, kurang memiliki
selera makan, perasaan malu berlebihan, kurang percaya diri bahkan dapat
menderita psikosomatik (Sakit maag, sakit kepala, dada berdebar,sakit badan,mual
dan sebagainya).
Bila remaja dibiarkan hidup dalam dunianya sendiri dalam waktu yang
cukup lama dapat timbul perasaan Hopeless yang akhirnya bisa mengarah
pada gangguan kepribadian atau percobaan bunuh diri.
d. Ciri-ciri remaja yang akan bunuh diri
Remaja yang berencana akan bunuh diri menunjukkan perubahan yang
drastis pada sikap dan tingkah laku nya.Ciri-ciri remaja yang akan bunuh diri
adalah :
1) Perubahan sikap menjadi lebih pendiam
Kebanyakan remaja yang akan bunuh diri tidak suka bicara dan
mengurung diri di dalam kamar. Mereka terlihat lesu dan tidak
bersemangat.Apabila ada seseorang yang menanyakan keadaannya, remaja
tersebut akan berkata ia baik-baik saja atau cukup menanggukan kepala. Pada
remaja yang sebelumnya sangat ceria, perubahan sikap ini terlihat sangat
mencolok. Diam menunjukkan remaja tersebut tidak ingin membagi
bebannya dengan orang lain karena ia percaya tidak ada yang sanggup
menolongnya.

2) Sering menyendiri
Remaja tersebut menarik diri dari pergaulannya. Sering ia terduduk
lesu sambil melamun di sudut yang sepi.
3) Minta maaf pada semua kenalannya.
4) Membagi-bagikan barang kesayangannya.
e. Cara mengurangi kecenderungan bunuh diri dan mencegah tindakan bunuh
diri pada remaja, remaja perlu dukungan dalam :
1) Pematangan emosi
Orang tua atau orang dewasa lainnya (bisa kakak atau guru) membantu
remaja dalam bersikap positif terhadap kebutuhan-kebutuhan emosi yang di
butuhkan remaja . Misalnya dalam bentuk perhatian, rasa aman, penghargaan,
pengelolaan serta pengontrolan emosi yang timbul.
2) Menerima kelebihan dan kekurangan diri
Orang tua atau orang dewasa lain dapat menerima kekurangan dan
menghargai kelemahan remaja.
Selain itu, turut membantu remaja dalam mencari solusi agar kelemahan itu
bisa diperkecil atau dikompensasikan menjadi kelebihan.
3) Menghadapi konflik
Orang tua atau dewasa lain turut menyelesaikan konflik yang ada, sehingga
remaja merasa di damping pada saat ia mengalami Break down.
4) Pemecah Masalah
Orang tua atau dewasa lain turut membantu remaja pada saat remaja
mengalami masalah, seperti menjadi pendengar yang baik, menjadi teman
yang baik dan membimbing mereka dalam mengidentifikasikan sehingga
masalah dapat terselesaikan dengan cepat, tepat dan tuntas.

DAFTAR PUSTAKA
Richard P.Halgin & Whitbourne. 2011. Psikologi Abnormal. Jakarta: Salemba
Humanika.
Gerald C.Davison dkk. 2010. Psikologi Abnormal. Jakarta : Rajawali pers
Bimo Walgito. 1989. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Penerbir Andi
http://piipiiodd.wordpress.com/2010/04/06/analisis-kasus-depresi-remaja
Diposkan oleh Ikha Novita di 18.29
Hurlock, Eliabet B. 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga

Yuniarsa, M. Fahrul Alam. 2013. Sejarah bunuh diri.


http://www.blog.alamfay.com/.
Zakapedia. 2013. Pengertian remaja menurut para ahli.
(diakses 18 Mei 2015).
Richard P.Halgin dan Whitbourne. 2011. Psikologi Abnormal. Jakarta : Salemba
Humanika.
Gerald C.Davidson dkk. 2010. Psikologi Abnormal. Jakarta: Rajawalipers.
Bimo Walgito. 1989. Pengantar Psikologiumum. Yogyakarta: Penerbit
Andi.http://piipiiodd.wordpress.com/2010/04/06/analisis-kasus-depresiremaja.

Anda mungkin juga menyukai