Anda di halaman 1dari 9

Makalah Seminar Kerja Praktek

PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI


Yusuf Dewantoro.[1], Muchammad Facta, ST MT, PhD.[2].
[1]
Mahasiswa dan [2]Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang
Abstrak
Trafo Distribusi adalah merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam penyaluran
tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen. Kerusakan pada Trafo Distribusi menyebabkan
kontiniutas pelayanan terhadap konsumen akan terganggu (terjadi pemutusan aliran listrik atau
pemadaman). Pemadaman merupakan suatu kerugian yang menyebabkan biaya -biaya pembangkitan
akan meningkat tergantung harga KWH yang tidak terjual.
Pemilihan rating Trafo Distribusi yang tidak sesuai dengan kebutuhan beban akan menyebabkan
efisiensi menjadi kecil, begitu juga penempatan lokasi Trafo Distribusi yang tidak cocok
mempengaruhi drop tegangan ujung pada konsumen atau jatuhnya/turunnya tegangan ujung
saluran/konsumen.
Kata Kunci: Transformator distribusi, efisiensi, pemeliharaan.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
II.
III.Bisnis PLN erat kaitannya dengan
pelayanan terhadap masyarakat. Untuk
mengukur dan memacu kinerja dari suatu
unit dalam melayani dan menyediakan
energi listrik tanpa terhenti maka perlu
digunakan suatu perangkat parameter yang
terukur. Tingkat pelayanan yang akan
diberikan menentukan aspek teknis/ekonomis
sistem yang diperlukan dan harga jual (tarif
listrik). Untuk itu, salah satu cara
digunakanlah parameter SAIDI SAIFI
sebagai tolak ukur pelayanan energi listrik
kepada konsumen SAIDI adalah parameter
kinerja unit untuk melihat berapa lama
pelanggan mengalami pemadaman listrik.
Sedangkan SAIFI adalah parameter kinerja
unit untuk melihat berapa kali pelanggan
mengalami pemadaman listrik.
IV.Trafo Distribusi dapat dipasang di
luar ruangan (pemasangan di luar) dan dapat
dipasang diruangan (pemasangan dalam)
tergantung kepada keadaan lokasi beban.
Pemeliharaan tidak
saja
merupakan
pekerjaan fisik yang langsung terhadap
peralatan yang
bersangkutan, tetapi
diperlukan suatu perencanaan yang baik dan
pengawasan
terhadap
pelaksanaannya,
sehingga dengan demikian pemeliharaan
akan dapat dilakukan dengan teratur dan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan, petunjukpetunjuk yang berlaku terhadap peralatan
yang bersangkutan.

V. Distribusi yang tepat, rating sesuai


dengan kebutuhan beban akan menjaga
tegangan jatuh pada konsumen dan akan
menaikkan
efisiensi penggunaan
Trafo
Distribusi. Jadi Trafo Distribusi merupakan
salah satu peralatan yang perlu dipelihara
dan dipergunakan sebaik mungkin (seefisien
mungkin),
sehingga keandalan/kontinuitas
pelayanan terhadap konsumen tetap terjamin.
VI.
1.2 Tujuan
VII.
1. Menambah informasi dan pengetahuan
mengenai
prinsip
yang
dipelajari
selama kuliah dengan aplikasinya di
lapangan.
2. Untuk mengetahui sifat dan karakteristik
trafo distribusi.
3. Untuk mengetahui sistem pemeliharaan
trafo distribusi pada Udiklat PLN
Semarang.
VIII.
1.3 Batasan masalah
IX.Dalam pembahasan makalah kali ini,
hanya membahas mengenai cara perawatan
Trafo Distribusi di Udiklat PLN Semarang.
Tidak membahas ketika transformator terjadi
gangguan.
X.
XI.
XII.
XIII. Landasan Teori
XIV.

2.1 Teori Trafo

XV.
Transformator
merupakan
suatu alat listrik yang termasuk ke dalam
klasifikasi mesin listrik statik yang berfungsi
menyalurkan
tenaga/daya
listrik
dari
tegangan tinggi ke tegangan rendah dan
sebaliknya. Atau dapat juga diartikan
mengubah tegangan arus bolak- balik dari
satu tingkat ke tingkat yang lain melalui
suatu gandengan magnet dan berdasarkan
prinsip- prinsip induksi - elektromagnet.
XVI.
Transformator terdiri atas
sebuah inti, yang terbuat dari besi berlapis
dan dua buah kumparan, yaitu kumparan
primer
dan
kumparan
sekunder.
Transformator digunakan secara luas, baik
dalam bidang tenaga listrik maupun
elektronika.
XVII.
Penggunaan
transformator
dalam sistem tenaga listrik memungkinkan
terpilihnya tegangan yang sesuai
dan
ekonomis
untuk
tiap-tiap
keperluan,
misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi
dalam pengiriman daya listrik jarak jauh.
XVIII.
Dasar
teori
dari
transformator adalah apabila ada arus listrik
bolak-balik
yang mengalir
mengelilingi
suatu inti besi maka inti besi itu akan
berubah menjadi magnet dan apabila
magnet tersebut dikelilingi oleh suatu
belitan maka pada kedua ujung belitan
tersebut akan terjadi beda tegangan
mengelilingi magnet, sehingga akan timbul
Gaya Gerak Listrik (GGL).[2]
XIX.
XX.
2.2 Trafo Distribusi
XXI.
Adalah
trafo
yang
digunakan
untuk menurunkan
tegangan
menengah
(11,6/20kV) menjadi tegangan
rendah (220/380V). Trafo ini tersebar luas di
lingkungan
masyarakat
dan
mudah
mengenalinya karena biasa dicantol di tiang.
Oleh karena itu, biasa juga disebut dengan
gardu cantol. Dalam tulisan ini, penulis
hanya membahas tentang trafo ini saja.
XXII.
XXIII.
XXIV.
XXV.
XXVI.
XXVII.
XXVIII.
XXIX.
Gambar 1. Trafo Distribusi 3
fasa
XXX.

XXXI.
Sesuai dengan penjelasan
diatas, maka sebuah transformator distribusi
berfungsi
untuk menurunkan tegangan
transmisi menengah 20kV ke
tegangan
distribusi
220/380V
sehingga dengan
demikian, peralatan utamanya adalah unit
trafo itu sendiri, antara lain:
XXXII.1. Inti Besi/Kernel
XXXIII.
Inti
besi
berfungsi
untuk
membangkitkan
dan
mempermudah jalan fluks yang
timbul akibat adanya arus listrik
dalam belitan atau kumparan
trafo. Bahan inti tersebut terbuat
dari lempengan -lempengan baja
tipis mengurangi panas (sebagai
rugi -rugi besi) yang diakibatkan
oleh arus eddy (eddy current).[2]
XXXIV. 2. Kumparan Trafo
XXXV. Kumparan trafo terdiri dari
beberapa lilitan kawat berisolasi
membentuk
kumparan,
dan
kumparan tersebut diisolasi, baik
terhadap inti besi maupun
terhadap kumparan lain dengan
menggunakan
isolasi
padat
seperti karton, pertinax dan lainlain. Terdapat dua kumparan
pada
inti
tersebut
yaitu
kumparan primer dan kumparan
sekunder. Jika kumparan primer
dihubungkan
dengan
tegangan/arus bolak-balik maka
pada kumparan tersebut timbul
fluks yang menimbulkan induksi
tegangan, bila pada rangkaian
sekunder
ditutup
(rangkaian
beban) maka mengalir arus
pada
kumparan
tersebut.
Sehingga
pada kumparan ini
berfungsi
sebagai
alat
transformasi tegangan dan arus.[2]
XXXVI.

a.
b.
c.
d.

XXXVII. 3. Media pendingin


XXXVIII. Khusus jenis trafo tenaga
tipe basah, kumparan-kumparan
dan intinya direndam dalam
minyak-trafo, terutama trafotrafo tenaga yang berkapasitas
besar, karena minyak trafo
mempunyai sifat sebagai media
pemindah panas dan bersifat pula
sebagai isolasi ( tegangan
tembus
tinggi
)
sehingga
berfungsi
sebagai
media
pendingin dan isolasi. Untuk itu
minyak trafo harus memenuhi
persyaratan sbb:[3]
Ketahanan
isolasi
harus
tinggi
(>10kV/mm)
Berat jenis harus kecil, sehingga
partikelpartikel di dalam minyak dapat
mengendap dengan cepat.
Penyalur panas yang baik.
Titik nyala yang tinggi, tidak mudah
menguap
XXXIX. 4. Bushing
XL.
Merupakan penghubung antara
kumparan trafo ke jaringan luar.
Bushing
adalah
sebuah
konduktor yang diselubungi oleh
isolator, yang sekaligus berfungsi
sebagai
penyekat
antara
konduktor tersebut dengan tangki
trafo.[3]
XLI.
XLII. 2.5 Penyebab Gangguan Trafo
XLIII. 1. Tegangan Lebih Akibat Petir
XLIV. Gangguan ini terjadi akibat
sambaran petir yang mengenai
kawat
fasa,
sehingga
menimbulkan
gelombang
berjalan yang merambat melalui
kawat
fasa
tersebut
dan
menimbulkan gangguan pada
trafo. Hal ini dapat terjadi karena
arrester yang terpasang tidak
berfungsi dengan baik, akibat
kerusakan peralatan/pentanahan
yang tidak ada. Pada kondisi
normal, arrester akan mengalirkan
arus bertegangan lebih yang
muncul akibat sambaran petir ke
tanah. Tetapi apabila terjadi
kerusakan pada arrester, arus
petir
tersebut
tidak
akan
dialirkan ke tanah oleh arrester
sehingga mengalir ke trafo. Jika

tegangan lebih tersebut lebih


besar dari kemampuan isolasi
trafo,
maka tegangan
lebih
tersebut akan merusak lilitan
trafo
dan
mengakibatkan
hubungan singkat antar lilitan.[2]
XLV.
XLVI. 2. Hubung Singkat.
XLVII. Hubung singkat dapat terjadi
melalui dua atau tiga saluran fasa
sistem distribusi. Arus lebih yang
dihasilkan
hubung
singkat
tergantung pada besar kapasitas
daya penyulang, besar tegangan,
dan besar impedansi rangkaian
yang
mengalami
gangguan.
Hubung singkat menghasilkan
panas yang cukup tinggi pada sisi
primer trafo sebagai akibat dari
naiknya rugi-rugi tembaga sebagai
perbandingan dari kuadrat arus
gangguan. Arus gangguan yang
besar ini mengakibatkan tekanan
mekanik (mechanical stress) yang
tinggi pada trafo.[3]
XLVIII.
XLIX. 3.
Gangguan
Minyak
Transformator
L.
Kegagalan isolasi (insulation
breakdown)
minyak
trafo
disebabkan oleh beberapa hal
antara lain minyak trafo tersebut
sudah lama dipakai, berkurangnya
kekuatan dielektrik dankarena
isolasi
tersebut
dikenakan
tegangan lebih. Pada prinsipnya
tegangan pada isolator merupakan
suatu tarikan atau tekanan (stress)
yang harus dilawan oleh gaya
dalam isolator itu sendiri agar
isolator tersebut tidak gagal.
Dalam struktur molekul material
isolator, elektron-elektron terikat
erat pada molekulnya, dan ikatan
ini
mengadakan
perlawanan
terhadap tekanan yang disebabkan
oleh adanya tegangan. Bila ikatan
ini putus pada suatu tempat maka
sifat isolasi pada tempat itu akan
hilang. Bila pada bahan isolasi
tersebut diberikan tegangan akan
terjadi perpindahan elektronelektron dari suatu molekul ke
molekul lainnya sehingga timbul
arus konduksi atau arus bocor.
3

Karakteristik
isolator
akan
berubah bila material kemasukan
suatu ketidakmurnian (impurity)
seperti
adanya
arang
atau
kelembaban dalam isolasi yang
dapat
menurunkan
tegangan
tembus.[3]
LI.
LII.
LIII.
LIV.
LV.

LVI.
LVII.

LIX.

4. Isolator Bocor/Bushing Pecah


Gangguan
akibat
isolator
bocor/bushing
pecah
dapat
disebabkan oleh:[3]
a) Flash Over
Flash Over dapat terjadi apabila
muncul tegangan lebih pada
jaringan distribusi seperti pada
saat terjadi sambaran petir/surja
hubung. Bila besar surja tegangan
yang timbul menyamai atau
melebihi ketahanan
impuls
isolator, maka kemungkinan akan
terjadi flash over pada bushing.
Pada system 20 KV, ketahanan
impuls isolator adalah 160 kV.
Flash
over menyebabkan
loncatan
busur
api
antara
konduktor dengan bodi trafo
sehingga
mengakibatkan
hubungan singkat fasa ke tanah.
b) Bushing Kotor
Kotoran
pada
permukaan
bushing
dapat menyebabkan
terbentuknya lapisan penghantar
di permukaan bushing. Kotoran
ini
dapat
mengakibatkan
jalannya arus melalui permukaan
bushing sehingga mencapai body
trafo. Umumnya kotoran
ini
tidak menjadi penghantar sampai
endapan kotoran tersebut basah
karena hujan/embun.

LVIII.
PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI

1. Persiapan.
a. Pengecekan Nameplate Trafo
LX.
Sebelum pekerjaan pemeliharaan
trafo dilaksanakan,
prosedur
pelaksanaan
pekerjaan yang
pertama
dilakukan
adalah
mendata spesifikasi teknis dari
trafo tersebut dengan mengamati
(nameplate).
LXI.
LXII.

Tabel 1. Nameplate Trafo Distribusi

LXIII. D
ay
a
Tr
af
o
LXV. M
er
k
LXVII. N
o
m
or
Se
ri
LXIX. I
m
pe
da
ns
i
LXXI. Vo
lta
ge

LXXIV.
Ampere

LXXVII.
Thn.
Pe
m
bu
at
an
LXXIX.
Vektor
LXXXI.
Oli Trafo
LXXXIII.
Netto
LXXXV.
Tap
C

LXIV. 50
kVA

LXVI. Fra
nce
tran
sfo
LXVIII.
1
029
800
1
LXX. 4 %

LXXII. HV
20.0
00
V
LXXIII.
L
V
400
V
LXXV. HV
1,44
A
LXXVI.
L
V
72,2
A
LXXVIII. 1
979

LXXX. Yzn
5
LXXXII. 6
5 kg
LXXXIV. 2
40
kg
1. 21.000 V
2. 20.000 V
3. 19.000 V

ha
ng
er
LXXXVI.
Konstruk
si
G
ar
du
LXXXVIII.
Fuse Cut
O
ut

a.

LXXXVII. G
ardu
port
al

a.

LXXXIX. F
asa
R
2A
XC.
Fas
aS
2A
XCI. Fas
aT
2A

1.
a)
b)
c)

XCII.
XCIII.
a. Pengecekan alat-alat
XCIV. Berikut adalah alat-alat yang
diperlukan untuk pemeliharaan:
-Alat ukur:
o Insulator Tester
o Earth Tester
o AVO meter clip ON
o Phase Sequence
-Alat Pelindung Diri:
o Sarung tangan berisolasi 20kV
o Pakaian kerja
o Helm Pengaman
o Sabuk Pengaman
o Sepatu Berisolasi
-Alat Kerja
o Telescopic Stick
o Tangga Isolasi
o Toolkit
o Tambang Hand-line
o Puller
o Kunci Gardu
o Kamera Digital

o Kantung Alat Kerja


o Mobil Unit
Pemeriksaan Secara Visual
XCV. Mengamati kondisi fisik trafo,
seperti adakah kebocoran pada
tangki, baut kendor, dsb.
Pemberitahuan pemadaman ke pelanggan.
XCVI.
XCVII.
Pelaksanaan Pemeliharaan Trafo
Mempersiapkan material, peralatan kerja, dan
K3 dengan baik.
Mengukur parameter tegangan operasi trafo
dan arus beban trafo sebelum memulai
pekerjaan.
Kurangi beban trafo, dengan cara membuka
helfboom saklar setelah itu melepas satupersatu NH-fuse, bila beban tidak terlalu besar.

d) Bebaskan tegangan pada transformator dengan


membuka Fuse Cut Out ( FCO ).
e) Hubungkan kabel pentanahan yang sudah
dihubungkan ke elektroda pentanahan mulai
dari ke empat bushing trafo sisi tegangan
rendah, lalu ketiga bushing trafo sisi tegangan
menengah.
f) Buka kabel / kawat yang terhubung pada
terminal kabel masuk dan kabel keluar.
g) Kabel / kawat yang sudah terlepas hubungkan
jadi satu dan tersambung pada kabel
pentanahan
h) Lakukan pemeriksaan kondisi trafo distribusi
secara teliti.
i) Dari hasil kegiatan di atas dapat diambil
tindakan berdasarkan kondisi berikut:
Trafo dalam keadaan baik dan layak
dioperasikan
Trafo dalam keadaan kurang baik, perlu ada
perbaikan sebelum dioperasikan.
Trafo dalam keadaan rusak, perlu penggantian.
XCVIII.
XCIX.
C.
CI.

1. Pemeliharaan Komponen Trafo Distribusi


2.

3.
No

6.
1.

4.
Komp
onen
yang
akan
dipelihara
7.
Fuse
Cut Out

5.

Tabel 2. Pemeliharaan dan Kriteria Sehat Trafo


Distribusi.

Kriteria Sehat

8.
Instalasi Cut Out lengkap dan terpasang sesuai standar
konstruksi.
5

9.
2.

10.
er

12.
3.

13.
Transf ormator
14.
(Bushi
ng Primer)
16.
(Bushi ng Sekunder)
18.
(Tap Changer)
20.
(Body Trafo)
22.
LV
Board

15.

17.
19.
21.
4.

Arrest

11.
Instalasi arrester sesuai konstruksi dengan tahanan
pentanahan arrester < 1,73 Ohm, arus bocor arrester < 30mA atau
disesuaikan dengan masing-masing standar pabrikan.
Temperatur trafo<90o pada termometer terpasang trafo atau 85 o pada
suhu dinding tangki bagian atas trafo beban puncak dengan yearly
ambient normal (30o).
I fasa < I nominal pada trafo
I normal < batas I netral analisa vektor arus beban
Ukuran kabel inlet trafo 100 KVA ukuran kabelnya NYY 70 mm2,
untuk trafo 160 KVA ukuran kabelnya NYY 150 mm2
Kekencangan baut terminasi kabel 18Nm.
Ketidakseimbangan beban maksimum 25%.

Terminasi bersih tidak ada retakan.


Kekencangan baut 18 Nm.
Tidak ada rembesan oli di body trafo.
Kondisi panel bersih, tidak ada hewan/kotoran yang menghalangi
Nilai minimal tahanan isolasi fasa-fasa dan fasa-body pada LV panel
adalah 1000x Tegangan kerja.
- Instalasi PHB-TR terpasang lengkap dan sesuai standar peralatan dan
konstruksi. Tidak terjadi overheated pada simpul-simpul kritis.

CII.
CIII.

HASIL PERAWATAN KONDISI TRAFO


DISTRIBUSI
CIV. Setelah
pemeliharaan,
sebagai
peralatan utama distribusi tenaga listrik,
pengukuran dan penilaian resiko karakteristik
atas pembebanan trafo distribusi dapat
dibandingkan karakter sehat tidaknya trafo
dari Tabel 3. Berikut adalah hasil perawatan
dan rekomendasi untuk trafo distribusi di
Udiklat PLN Semarang:
CV.
1. Tahanan pengukuran sebesar 6,6 .
Sementara tahanan yang diizinkan adalah 5
. Untuk itu diperlukan penambahan
elektroda pentanahan sebesar 30 . Seperti
perhitungan berikut:
CVI. 1/RP
= 1/6 + 1/R2
CVII. 1/5
= 1/6 + 1/R2
CVIII. 1/5
= (R2+6)/6R2
CIX. 6R2
= 5(R2+6)
CX.
6R2
= 5R2+30
CXI. 6R2-5R2
=30
CXII.
R2
= 30
CXIII.
CXIV.
CXV.
CXVI.
1. Absennya nomor pada tiang dan gardu. Untuk
itu perlu ditambah nomor tiang dan gardu.

CXVII.

Gambar 2. Absennya nomor tiang dan


gardu[4]
CXVIII.

1. Kondisi PHB-TR berlubang, perlu


penggantian.

CXIX.

Gambar 3. Bagian bawah PHB-TR


berlubang[4]
CXX.
CXXI.
CXXII.

1.
Kunci gembok rusak, perlu penggantian
CXXIII.
CXXIV.

4. Hasil yang didapat dari pemeliharaan trafo di


Udiklat PT.PLN (Persero) Semarang adalah:
a. Tahanan pentanahan saat pengukuran
sebesar 6,6. Karena nilai maksimal yang
dijinkan adalah 5 maka dibutuhkan
penambahan elektroda dengan tahanan
sebesar 30.
b. Penambahan grounding trafo dan netral.
c. Penambahan nomor gardu dan tiang.
d. Penggantian PHB-TR karena sudah
berlubang cukup besar.
e. Lampu penerangan di dalam PHB-TR
tidak ada.
f. Dipasang gembok untuk keamanan.
CXXXI.

CXXV.

CXXXII. Saran-saran yang dapat


penulis sampaikan adalah sebagai
berikut :
CXXXIII.
1 Melengkapi langkah dan gambar pada
prosedur pemeliharaan agar setiap
langkah pengujian yang dilakukan dapat
lebih dimengerti.
2 Melengkapi langkah K3 yang harus
diterapkan
supaya
tidak
terjadi
kecelakaan kerja.
3 PLN
harus
sering
melakukan
pemeliharaan, karena dalam kenyataan
banyak sekali trafo distribusi yang
dibiarkan terbengkalai dan baru diganti
jika sudah mengalami kerusakan.

Gambar 4. Absennya kunci PHB-TR[4]


CXXVI.

1. Perlunya perbaikan tahanan isolasi trafo.


CXXVII.
CXXVIII.
PENUTUP
CXXIX.

5.2 Saran

5.1 Kesimpulan

CXXX. Dari kerja praktek yang telah


dilakukan di Udiklat PT PLN
(Persero) Semarang dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :

CXXXIV.

1. Pemeliharaan yang teratur, beserta pemakaian


dan manajemen yang baik dari Trafo
Distribusi akan meningkatkan keandalan
sistem sehingga kontinuitas pelayanan listrik
ke konsumen terjamin.
2. Cara pemeliharaan trafo distribusi meliputi,
pemeliharaan bushing, arrester, LV board,
pentanahan trafo. Kesemuanya berfungsi
menjaga kestabilan kerja trafo agar tidak
terjadi hal yang tidak diinginkan seperti
kerusakan alat sebelum waktunya, dan lain
sebagainya.
3. Pemeliharaan kapasitas/rating trafo distribusi
yang sesuai dengan beban konsumen akan
menyebabkan efisiensi yang baik, demikian
juga penempatan trafo distribusi yang tepat
akan menjaga tegangan jatuh minimal.

CXXXV. DAFTAR PUSTAKA


CXXXVI.
[1]
Pusat Pendidikan dan
Pelatihan
PT.
PLN
(Persero),
Pemeliharaan Gardu Distribusi.
CXXXVII.
[2]
PLN
Corporate
University, Analisa Kondisi Trafo
Distribusi B.1.1.3.76.3, Edisi I Tahun
2013.
CXXXVIII.
[3]
Daman
Suswanto;
Sistem Distribusi Tenaga Listrik.
CXXXIX.
CXL. [4] Laporan SOP Pemeliharaan
Gardu Distribusi Udiklat Semarang PT.
PLN (Persero), 29 Agustus 2014.
CXLI.

CXLII. BIODATA
CXLIII. Yusuf Dewantoro lahir di
Semarang, 12 April 1994. Menempuh

pendidikan di RA Al-Khoiriyyah 2
Semarang, dan melanjutkan sekolah
dasar di yayasan yang sama, yaitu MI
7

Al-Khoiriyyah 2
Semarang
(1999-2005),
setelah
itu
melanjutkan ke
SMPN
2
Semarang
(2005-2008) dan
SMAN 5 Semarang (2009-2011). Dan
saat ini penulis sedang dalam proses
menyelesaikan studinya di Fakultas
Teknik
Elektro
Universitas
Diponegoro.
CXLIV.
CLVII.

CXLV.

Semarang, 19 Desember
2014

CXLVI.
CXLVII. Dosen Pembimbing
CXLVIII.
CXLIX.
CL.
CLI.
CLII.
CLIII.
CLIV. Mochammad Facta,
ST,MT, PhD
CLV.
NIP. 1971061619990310
CLVI.

CLVIII.
CLIX.

Anda mungkin juga menyukai