Anda di halaman 1dari 29

s

u
o
c
s
i
V
a
d
i
u
l
F
n
a
Alir
da
i
u
l
F
a
ik
Mekan

Aliran Fluida Viscous


Fluida adalah zat yang dapat mengalir yang terdiri dari dua
macam yaitu liquid dan gas.
Viscous adalah fluida yang dipengaruhi oleh viskositas atau
kekentalan
Viskositas adalah ukuran tahanan suatu fluida terhadap deformasi
atau perubahan bentuk
Jadi, aliran fluida viscous adalah aliran atau pergerakan yang
terjadi pada suatu fluida yang memiliki viskositas tertentu
dimana viskositas tersebut tergantung dengan gesekan antara
partikel penyusun fluida tersebut

Persamaan Navier Stokes


Persamaan ini merupakan rangkaian persamaan
yg menjelaskan pergerakan dari suatu fluida.
Persamaan ini menyatakan bahwa perubahan
momentum ( percepatan) partikel-partikel fluida
bergantung hanya kepada gaya viscous internal
( mirip dengan gaya friksi ) dan gaya
viscous tekanan eksternal yang bekerja pada
fluida. Oleh karena itu, persamaan Navier Stokes
menjelaskan kesetimbangan gaya-gaya yang
bekerja pada fluida.

Persaamaan Navier Stokes secara umum :

Dimana, adalah viskositas kinematik dengan


asumsi :
- Alirannya tak mampat ( incompressible )
- Viskositasnya konstan
- Alirannya laminar

Untuk

fluida yang tidak viscous ( =0 ), maka


persamaan Navier Stokesnya menjadi :

Dengan,
=

Persamaan Navier Stokes juga dapat dituliskan


pada koordinat cartesius, silendris dan sperikal.

Jenis-Jenis Aliran
Fluida yang mengalir didalam pipa memiliki
jenis-jenis aliran yang berbeda-beda,
diantaranya :
- Aliran Laminar
- Aliran Transisi
- Aliran Turbulen

Aliran Laminar
Adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikelpartikel fluidanya sejajar dan garis-garis arusnya halus.
Aliran laminer bersifat steady maksudnya alirannya tetap.
Tetap menunjukkan bahwa di seluruh aliran air, debit
alirannya tetap atau kecepatan aliran tidak berubah
menurut waktu

Aliran Transisi
Aliran fluida pada pipa,
diawali dengan aliran
laminer kemudian pada
fase berikutnya aliran
berubah menjadi aliran
turbulen. Fase antara
laminer
menjadi
turbulen disebut aliran
transisi

Aliran Turbulen
Kecepatan aliran yang relatif besar akan menghasilakan aliran
yang tidak laminar melainkan kompleks, lintasan gerak partikel
saling tidak teratur antara satu dengan yang lain.
Sehingga didapatkan ciri aliran turbulen : tidak adanya
keteraturan dalam lintasan fluidanya, aliran banyak
bercampur, kecepatan fluida tinggi, panjang skala aliran besar
dan viskositasnya rendah.

Untuk mengidentifikasi jenis aliran digunakan bilangan reynold.


Bilangan ini digunakan untuk mengidentikasikan jenis aliran yang
berbeda, misalnyalaminar, tansisi atauturbulen. Namanya diambil
dariOsborne Reynolds(18421912) yang mengusulkannya pada
tahun1883

Aliran Laminar
Aliran Transisi
Aliran Turbulen

REYNOLD
NUMBER

PERSAMAAN UMUM

.V .D
V .D
Re
atau Re

Dimana,
-

: kecepatan fluida

: densitas (kerapatan) fluida

: diameter pipa

: viskositas absolut fluida

- v

: viskositas kinematik

Ekperimen Reynold

Hasil Eksperimen
SERING DIGUNAKAN

Lamina
r

Re < 2300

Re < 2000

Re = 2100

Transisi

Re = 2300

2000<Re<4000

2100<Re<4000

Re > 2300

Re >= 4000

Re >> 2100

Turbule
n

KONDISI BATAS

DIAGRAM MOODY

Persamaan Darcy-Weisbach
Persamaan ini berkaitan dengan head loss atau
kehilangan tekanan akibat gaya gesekan
sepanjang pipa terhadap kecepatan aliran ratarata
Persamaan ini mengandung faktor gesekan tak
berdimensi yang dinamakan faktor gesekan
Darcy atau faktor gesekan Darcy Weisbach atau
faktor gesekan Moody

Persamaan Umum untuk menghitung head loss :

dimana,
hf : head loss akibat gesekan
f

: faktor gesekan Darcy

L : panjang pipa
D : diameter pipa
v : kecepatan alir rata-rata
g : percepatan gravitasi

Faktor Gesekan Darcy (f)


f merupakan fungsi kekasaran relatif pipa (K/D)
dengan bilangan Reynold. Harga f dihitung
tergantung dari jenis aliran yang ada.
- Aliran laminer

Untuk aliran turbulen, terdapat beberapa


persamaan yang bisa digunakan sebagai hasil
penelitian beberapa ahli :

1. Hukum Prandte ( untuk pipa halus )

Persamaan ini berlaku hingga ReD = 3.4 x


106

2. Persamaan Blasius (untuk pipa halus)

Untuk : 4000 ReD 100.000

3. Persamaan J. Nikuradse (untuk pipa kasar)

4. Persamaan empirik Colebrook dan White

Persamaan ini sama dengan persamaan VI


jika ReD besar dan menjadi persamaan IV
untuk pipa halus.
5. Persamaan Haaland

Sambungan Pipa
Pipa-pipa dipasang seri
Jika dua buah pipa atau lebih dipasang seri, semua pipa
akan dilewati oleh aliran yang sama. Jika setiap pipa
diberi nama dengan subscrip bilangan bulat (1,2,3 dan
seterusnya), total rugi head pada seluruh sistem adalah
jumlah rugi-rugi pada setiap pipa dan perlengkapan pipa :
Q0 = Q1 = Q2 = Q3 = .(XIa)
Atau
Q0 = A1V1 = A2V2 = A3V3 = . (XIb)

Jika hf adalah rugi head untuk perlengkapan


pipa dan katup :

hL hf 1 hf 2 hf 3 ...

(XII)

Kontraksi/ Penyempitan
2

V
hl K l 2
2g

Kl =Koefisien loss (didapat dari percobaan)


Ekspansi/Pelebaran

V V 2 V 2 V 2
2
h 1 2 1
l

2g

2g

Pipa-pipa dipasang pararel


Jika dua buah pipa atau lebih dipasang pararel, total
laju aliran merupakan jumlah laju aliran yang melalui
setiap cabang dan rugi head pada sebuah cabang sama
dengan pada yang lain :
Q0 = Q1 + Q2 + Q3 + Qn .(Ia)
Atau
Q0 = A1V1 + A2V2 + A3V3 +

Qn .(Ib)

Dan
hl1 = hl2 = hl3 = ..(IIc)

Rugi head pada setiap cabang dianggap sepenuhnya


terjadi akibat gesekan dan rugi akibat katup serta
perlengkapan pipa; sehingga persamaan IIc dapat
diekspresikan sebagai berikut :
V2
V2
L3
f
K
f
K 2 f
K 3
L1 2 g 2 D
L2 2 g 3 D
L3 2 g
1D
1
2
3

L1

V2
1

V2
V1

L2

f1 L1 / D1 KL1
f 2 L2 / D 2 KL2

Sehingga persamaan I dapat ditulis :


Q0 = V1A1 + (V2/V1) V1A2 + (V3/V1)V1A3 + ........

Anda mungkin juga menyukai