I. Identitas Pasien
No rekam medik
Nama
Umur
Jenis kelamin
Nama orang tua
Pekerjaan orang tua
Alamat
Agama
:: An. K
: 11 tahun
: Perempuan
::: Jl. Durian
: Islam
Keluhan Utama
2.
RPS
3.
4.
5.
6.
7.
8.
:
Batuk berdarah sejak 1 hari yang lalu, batuk seperti darah segar,
sebanyak gelas aqua. Batuk disertai lendir berwarna kuning , tidak
sesak, tidak pilek, tidak ada nyeri menelan, demam sejak 1 minggu yang
lalu, demam tidak tinggi pagi, dan siang hari, hilang timbul, dan meninggi
pada malam hari, tidak menggigil, ada berkeringat malam sampai harus
mengganti baju 2 kali dalam semalam, tidak kejang. Benjolan di leher
sejak 7 bulan yang lalu, awalnya berukuran sebesar biji jagung, kemudian
pecah dan keluar darah makin lama benjolan semakin membesar, BAB
teratur 2x/hari, konsistensi padat, tidak cair, warna kuning tengguli, tidak
berlendir, tidak berdarah, BAK (+), warna kuning, bau khas, tidak
berdarah, tidak nyeri.
RPD
:
- batuk 1 bulan yang lalu, batuk berdahak, warna kuning, tidak
berdarah, setelah di bawa berobat (nama obat ibu pasien lupa)
belum ada perubahan.
- Demam 2 bulan yang lalu, demam tinggi, setelah berobat
(parasetamol) keluhan berkurang.
- Bengkak di leher sejak 7 bulan yang lalu, telah dibawa berobat
ke pengobatan alternative, namun tidak ada perubahan
RPK
: Ibu pernah mengalami keluhan yang sama 1 tahun
yang lalu, dan minum obat selama 6 bulan.
Riwayat kehamilan : Selama hamil rutin memeriksa kehamilan kebidan,
dan tidak ada keluhan yang berarti
Riwayat kelahiran
:
- Anak lahir cukup bulan. Lahir normal, tidak ada cacat, dibantu
oleh bidan, langsung menangis,
- Anak lahir 14 januari 2002, PB 50 cm, BB = 3000 gram
Riwayat pertumbuhan : Status gizi baik
Riwayat perkembangan :
9.
Riwayat imunisasi
4. Status generalisata
a. Kulit
b. Kepala
- Bentuk
- Rambut
- Mata
c.
: normal
: hitam, tidak mudah dicabut
: pupil isokor, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, palpebra tidak edem,
alis atau bulu mata tidak mudah di cabut,
gangguan penglihatan tidak ada, reflek
acahaya (+/+).
Telinga
: dalam batas normal
Hidung
: septum deviasi (-), nafas cuping hidung
(-)
Mulut&tenggorokan: bibir kering, lidah tidak kotor, tonsil
tidak membesar (T1-T1),hiperemis (-),
faring hiperemis (-)
Leher
: pembesaran KGB (-)
Thorax / dada
- Bentuk
: normal
- Retraksi dinding dada: (-)
- Paru-paru (Pernafasan) :
Ispeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
- Kardiovaskuler
Inspeksi
: iktus cordis tidak terlihat
Palpasi
: apeks tidak teraba
Perkusi
:
- Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dextra
- Batas kiri
: ICS V linea midklavikula sinistra
- Batas atas
: ICS II linea parasternalis dextra
- Auskultasi
: irama reguler, bising (-)
d. Abdomen/perut
Inspeksi
: buncit
Auskultasi : bising usus (+)
Perkusi
: timpani (+)
Palpasi
: nyeri tekan (-), turgor cukup, hepar dan lien
teraba (normal)
e. Ekstremitas
:
Ekstremitas atas ka/ki : petekie (-), Akral dingin, CRT : <2
Ekstremitas bawah ka/ki : petekie (-), Akral dingin, CRT : <2
IV.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Pemeriksaan darah rutin
Nama
Hb
Leukosit
LED
Trombosit
Ht
Eritrosit
Widal St-O
Hasil
12,2 mg/%
8.100 mm2
31 mm/jam
344.000 L
36,7%
4,44 juta
Pos 1/80
Nilai normal
13-18 (lk), 12-16 (pr)
4000-11000 mm2
0-10 mm/jam (lk), 0-20 mm/jam (pr)
150.000- 450.000 L
39-54% (lk), 36-47% (pr)
4,5- 6,5 juta (lk), 4,10- 5,10 juta (pr)
Negative
2. Rontgen thorak
- Terdapat pembesaran kelenjar getah bening hilus
- Infiltrasi perihiler
- CTR<5
3. Test tuberculin
: - Bronkhitis kronis
- Pertusis
VI. DIAGNOSIS
: suspek TB
VII.PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: bonam
Tinjauan pustaka
Definisi
TB Paru ialah suatu penyakit infeksi kronik jaringan paru yang disebabkan
oleh basil Mycobacterium tuberculosae. Sebagian besar basil Mycobacterium
tuberculosae masuk ke dalam jaringan paru melalui airborne infection dan
selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai fokus primer dari Ghon5.
Morfologi dan Fisiologi Kuman TB Paru
Basil tuberkulosis berukuran sangat kecil berbentuk batang tipis, agak
bengkok, bergranular, berpasangan yang hanya dapat dilihat di bawah mikroskop.
Panjangnya 1- 4 mikron dan lebarnya antara 0,3-0,6 mikron. Basil tuberkulosis
akan tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 37C dengan tingkat pH optimal
(pH 6,4- 7,0). Untuk membelah dari 1-2 kuman membutuhkan waktu 14-20 jam5.
Kuman tuberkulosis terdiri dari lemak lebih dari 30% berat dinding
kuman, asam strearat, asam mikolik, mycosides, sulfolipid serta Cord factor dan
protein terdiri dari tuberkuloprotein (tuberkulin). TB Paru pada orang dewasa
biasanya disebabkan oleh reaktivasi infeksi sebelumnya sedangkan pada anakanak menunjukkan penularan aktif M. Tuberculosis5.
Faktor resiko
Resiko tertular
Usia
Penggunaan obat-obat IV
Imunitas tubuh
Kemiskinan
HIV
Diabetes melitus
Ventilasi
Imunosupresan
Malnutrisi
Patogenesis
Penyebaran TB Paru dari penderita terjadi melalui nuklei droplet infeksius
yang keluar bersama batuk, bersin dan bicara dengan memproduksi percikan yang
sangat kecil berisi kuman TB. Kuman ini melayang-layang di udara yang dihirup
oleh penderita lain. Faktor utama dalam perjalanan infeksi adalah kedekatan dan
durasi kontak serta derajat infeksius penderita dimana semakin dekat seseorang
berada dengan penderita, makin banyak kuman TB yang mungkin akan
dihirupnya1,2.
1. Tuberkulosis Primer
Penyebaran tuberkulosis ini terjadi pada penderita yang belum pernah
terinfeksi sebelumnya. Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas
akan bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni
disebut sarang primer (afek primer). Peradangan akan kelihatan dari sarang primer
saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal) yang diikuti oleh
pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfangitis regional). Limfangitis
regional bisa sembuh tanpa mengalami cacat, sembuh dengan meninggalkan
sedikit bekas dan mengalami penyebaran. Penyebarannya dengan beberapa cara
yaitu1,2:
a. Perkontinuitatum adalah penyebaran kuman tuberkulosis di sekitar paru
yang terserang kuman tuberkulosis tersebut .
b. Bronkogen adalah penyebaran baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya atau tertelan.
c. Hematogen dan limfogen adalah penyebaran yang berkaitan dengan daya
tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Penyebaran ini akan
menimbulkan keadaan cukup gawat apabila tidak terdapat imunitas yang
adekuat.
2. Tuberkulosis Post Primer
Tuberkulosis post primer akan muncul bertahun-tahun setelah tuberkulosis
primer. Penyebaran tuberkulosis ini dimulai dengan sarang dini yang umumnya
terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus inferior. Sarang ini
awalnya berbentuk suatu sarang pneumonia kecil yang bisa sembuh tanpa
meninggalkan cacat, meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan
penyebukan jaringan fibrosis tetapi bisa juga meluas dan membentuk jaringan
keju (jaringan kaseosa)1,2.
Klasifikasi Penyakit
Berdasarkan lokasi TB Paru diklasifikasikan menjadi 2, yaitu3:
1. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis Paru yaitu tuberkulosis yang menyerang jaringan paru tidak
termasuk pleura. Berdasarkan pemeriksaan mikroskopis TB paru dapat dibagi,
yaitu:
Sebelum ada hasil uji resistensi dapat diberikan 2 RHZES/ 1 RHZE. Fase
lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji resistensi
dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan
c. Kasus defaulted atau drop out
Kasus drop out adalah penderita yang telah menjalani pengobatan 1 bulan
dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
d. Kasus gagal
Kasus gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan)
atau akhir pengobatan. Sejak BTA dalam sputum negatif, dengan memakai tiga
obat setiap hari dalam jangka waktu 3-4 bulan pertama (yang belum pernah
diberikan sebelumnya): RMP- EMB- PZA- atau SM PAS PZA. Obat lain
seperti etambutol atau prothionamid, sikloserin, thiaketazone atau kanamisin
dan kapreomisin dapat dipertimbangkan untuk diberikan.
e. Kasus kronik
Kasus kronik adalah penderita dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan ulang dengan pengobatan
kategori II dengan pengawasan yang baik. Pengobatan kasus kronik, jika belum
ada hasil uji resistensi diberikan RHZES. Jika telah ada hasil uji resistensi,
sesuaikan dengan hasil uji resistensi ditambah dengan obat lini 2 seperti
kuinolon, betalaktam, makrolid dll. Jika tidak mampu dapat diberikan INH
seumur hidup.
Manifestasi klinis
Keluhan pada penderita tuberkulosis paru dapat dibagi menjadi gejala
lokal di paru dan keluhan pada seluruh tubuh secara umum5.
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Biasanya batuknya ringan sehingga dianggap batuk biasa atau
akibat rokok. Proses yang paling ringan ini menyebabkan sekret akan terkumpul
pada waktu penderita tidur dan dikeluarkan saat penderita bangun pagi hari.
Bila proses destruksi berlanjut, sekret dikeluarkan terus menerus sehingga
batuk menjadi lebih dalam dan sangat mengganggu penderita pada waktu siang
maupun malam hari. Bila yang terkena trakea dan/atau bronkus, batuk akan
terdengar sangat keras, lebih sering atau terdengar berulang-ulang (paroksismal).
Bila laring yang terserang, batuk terdengar sebagai hollow sounding cough, yaitu
batuk tanpa tenaga dan disertai suara serak.
b.
Batuk Darah
Darah yang dkeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercakbercak darah, gumpalan-gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak (profus). Batuk darah jarang merupakan tanda permulaan dari penyakit
tuberkulosis atau initial symptom karena batuk darah merupakan tanda telah
terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah pada dinding kavitas.
Batuk darah pada pemerisaan raadiologis tanpak ada kelainan. Sering kali
darah yang dibatukkan pada penyakit tuberkulosis bercampur dahak yang
mengandung basil tahan asam. Batuk darah juga dapat terjadi pada tuberkulosis
yang sudah sembuh karena robekan jaringan paru atau darah berasal dari
bronkiektasis yang merupakan salah satu penyulit tuberkulosis paru. Pada saat
seperti ini dahak tidak mengandung basil tahan asam (negatif).
c. Nyeri Dada
Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Bila nyeri bertambah berat berarti telah terjadi pleuritis luas (nyeri dikeluhkan di
daerah aksila, di ujung skapula atau tempat-tempat lain).
d. Sesak Napas
Sesak napas pada tuberkulosis disebabkan oleh penyakit yang luas pada
paru atau oleh penggumpalan cairan di rongga pleura sebagai komplikasi TB
Paru. Penderita yang sesak napas sering mengalami demam dan berat badan turun.
e. Demam
Merupakan gejala paling sering dijumpai dan paling penting. Sering kali
panas badan sedikit meningkat pada siang maupun sore hari. Panas badan
meningkat atau menjadi lebih tinggi bila proses berkembang menjadi progresif
sehingga penderita merasakan badannya hangat atau muka terasa panas.
f. Menggigil
Dapat terjadi bila panas badan naik dengan cepat, tetapi tidak diikuti
pengeluaran panas dengan kecepatan yang sama atau dapat terjadi sebagai suatu
reaksi umum yang lebih erat
g. Keringat Malam
Keringat malam bukan gejala yang patognomonis untuk penyakit
tuberkulosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut,
kecuali pada orang-orang dengan vasomotor labil, keringat malam dapat timbul
lebih dini. Nausea, takikardi dan sakit kepala timbul bila ada panas.
h. Gangguan Menstruasi
Hasil penelitian Indra di Kabupaten Purbalingga tahun 2001 dengan
menggunakan penelitian explanatory dengan pendekatan cross sectional
menyatakan bahwa status gizi yang tidak normal merupakan salah satu penyebab
terjadinya gangguan siklus menstruasi. Status gizi yang buruk menyebabkan
meningkatnya kasus penyakit tuberkulosis karena daya tahan tubuh yang rendah.7
Oleh sebab itu gangguan menstruasi sering terjadi bila proses tuberkulosis paru
sudah lanjut.
i.
Anoreksia
Anoreksia yaitu tidak selera makan dan penurunan berat badan merupakan
manifestasi toksemia yang timbul belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila
proses progresif. Rendahnya asupan makanan yang disebabkan oleh anoreksia,
menyebabkan peningkatan metabolisme energi dan protein dan utilisasi dalam
tubuh. Asupan yang tidak kuat menimbulkan pemakaian cadangan energi tubuh
yang berlebihan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dan mengakibatkan
terjadinya penurunan berat badan dan kelainan biokimia tubuh
j. Lemah Badan
Gejala ini dapat disebabkan oleh kerja berlebihan, kurang tidur dan
keadaan sehari-hari yang kurang menyenangkan. Oleh sebab itu harus dianalisa
dengan baik apabila dijumpai perubahan sikap dan tempramen, perhatian
penderita berkurang atau menurun pada pekerjaan, penderita yang kelihatan
neurotik.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium3
Darah
Hasil meragukan, kurang sensitive :
- TB mulai aktif : leukositosis ringan, shift to the left, limfopenia,
LED meningkat sedikit
- Perbaikan: leukosit kembali normal, limfosit tinggi, LED
kembali turun
- anemia ringan
- Gamma globulin meningkat
- ICT TB : Kadang positif palsu
Tes tuberculin
Masih banyak dipakai terutama pada anak-anak. Tes tuberkulin
dilaukan dengan cara Tes Mantoux: 0,1 cc tuberkulin PPD 5 TU intra
cutan. Dinilai setelah 48 72 jam.Didapatkan indurasi kemerahan 10
15 mm.
2. Pemeriksaan radiologis3
Memegang peranan penting dalam menegakkan diagnosis.Khususnya pada
anak dan TB milier.
Gambaran radiologis :
- Lokasi lesi : Apeksparu>> : segmen apical lobus atas atau apical lobus
bawah
- Awal : Sarang / bercak seperti pneumonia berupa bercak-bercak seperti
awan dengan batas tak tegas
- Bercak / nodul
- Cavitas
- Kalsifikasi
- Fibrosis
- Tb milier
- Pleuritis
- The great imitator : pneumonia, mikosisparu, karsinomabronkus,
karsinomametastase.
Diagnosis
Diagnosis TB pada anak umumnya sulit ditegakkan, sehingga sering
terjadi misdiagnosis baik overdiagnosis maupun underdiagnosis.Oleh karena itu
Unit Kerja Koordinasi Respirologi PP IDAI telah membuat Pedoman Nasional TB
Anak dengan menggunakan sistem skor (scoring system), yaitu system
pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis2,3.
Dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, selanjutnya dilakukan pembobotan dengan sistem skor. Pasien dengan
jumlah skor yang lebih atau sama dengan 6 (>6), harus ditatalaksana sebagai
pasien TB dan mendapat OAT (obat anti TB). Bila skor kurang dari 6 tetapi secara
klinis kecurigaan kearah TB kuat maka perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik
lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan lambung, patologi anatomi, pungsi lumbal,
pungsi pleura, foto tulang dan sendi, funduskopi, CTScan, dan lain lainnya 3.
Catatan :
- Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter.
- Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronik
lainnya seperti Asma, Sinusitis, dan lain-lain.
- Jika dijumpai skrofuloderma** (TB pada kelenjar dan kulit), pasien dapat
langsung didiagnosis TB.
Gambar. Alur tatalaksana pasien TB anak pada unit pelayanan kesehatan dasar
Setelah pemberian obat selama 6 bulan, OAT dihentikan dengan
melakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang lain. Bila
dijumpai perbaikan klinis yang nyata walaupun gambaran radiologis tidak
menunjukkan perubahan yang berarti, maka pengobatan dihentikan.
OAT Kategori Anak
Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan
dalam waktu 6 bulan.OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap
intensif maupun tahap lanjutan dosis obatharus disesuaikan dengan berat badan
anak. Dosis yang digunakan untuk paduan OAT KDT pada anak : 2(RHZ)/4(RH)
Dosis OAT KDT anak
6 bulan. Dosis yang digunakan untuk paduan OAT Kombipak pada anak:
2RHZ/4RH.
Dosis OAT Kombipak anak
Keterangan:
- Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit
- Anak dengan BB 33 kg , dirujuk ke rumah sakit.
- Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
- OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh atau digerus
sesaat sebelum diminum.
Dosis Harian dan Maksimal Pada Anak
baik melalui sistem gastrointestinal pada saat perut kosong (satu jam
sebelum makan).
Pengobatan Pencegahan (Profilaksis) untuk Anak
Pada semua anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak erat
dengan penderita TB dengan BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan
menggunakan system skoring.Bila hasil evaluasi dengan skoring sistem didapat
skor < 5, kepada anak tersebut diberikan Isoniazid (INH) dengan dosis 5-10
mg/kg BB/hari selama 6 bulan.Bila anak tersebut belum pernah mendapat
imunisasi BCG, imunisasi BCG dilakukan setelah pengobatan pencegahan selesai.
Daftar pustaka
1. Alatas, Dr. Husein et al : Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke 7, buku 2, Jakarta;
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1997, hal 573 761.
2. Behrman, Kliegman, Arvin, editor Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, SpA(K)
et al Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, buku 2, EGC 2000, hal
1028
3. Price, Sylvia A; Wilson, Lorraine M. : Patofisiologi Klinik, edisi ke
5,Tuberkulosis, hal 753 761.
4. Tan, Hoan Tjay Drs.; Rahardja, Kirana Drs. : Obat obat Penting,
Khasiat, Penggunaan dan Efek efek Sampingnya, edisi ke 5, cetakan ke
2, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia Jakarta, Bab
9 Tuberkulostatika, hal 145 154.
5. Waspadji,Soparman; Waspadji, Sarwono : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Hal 573 761.