Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS ANAK

I. Identitas Pasien
No rekam medik
Nama
Umur
Jenis kelamin
Nama orang tua
Pekerjaan orang tua
Alamat
Agama

:: An. K
: 11 tahun
: Perempuan
::: Jl. Durian
: Islam

II. ANAMNESIS (Alloanamnesis)


1.

Keluhan Utama

2.

RPS

3.

4.
5.
6.

7.
8.

: Batuk berdarah sejak 1 hari yang lalu

:
Batuk berdarah sejak 1 hari yang lalu, batuk seperti darah segar,
sebanyak gelas aqua. Batuk disertai lendir berwarna kuning , tidak
sesak, tidak pilek, tidak ada nyeri menelan, demam sejak 1 minggu yang
lalu, demam tidak tinggi pagi, dan siang hari, hilang timbul, dan meninggi
pada malam hari, tidak menggigil, ada berkeringat malam sampai harus
mengganti baju 2 kali dalam semalam, tidak kejang. Benjolan di leher
sejak 7 bulan yang lalu, awalnya berukuran sebesar biji jagung, kemudian
pecah dan keluar darah makin lama benjolan semakin membesar, BAB
teratur 2x/hari, konsistensi padat, tidak cair, warna kuning tengguli, tidak
berlendir, tidak berdarah, BAK (+), warna kuning, bau khas, tidak
berdarah, tidak nyeri.
RPD
:
- batuk 1 bulan yang lalu, batuk berdahak, warna kuning, tidak
berdarah, setelah di bawa berobat (nama obat ibu pasien lupa)
belum ada perubahan.
- Demam 2 bulan yang lalu, demam tinggi, setelah berobat
(parasetamol) keluhan berkurang.
- Bengkak di leher sejak 7 bulan yang lalu, telah dibawa berobat
ke pengobatan alternative, namun tidak ada perubahan
RPK
: Ibu pernah mengalami keluhan yang sama 1 tahun
yang lalu, dan minum obat selama 6 bulan.
Riwayat kehamilan : Selama hamil rutin memeriksa kehamilan kebidan,
dan tidak ada keluhan yang berarti
Riwayat kelahiran
:
- Anak lahir cukup bulan. Lahir normal, tidak ada cacat, dibantu
oleh bidan, langsung menangis,
- Anak lahir 14 januari 2002, PB 50 cm, BB = 3000 gram
Riwayat pertumbuhan : Status gizi baik
Riwayat perkembangan :

Senyum : ibu lupa


Tengkurap: 4 bulan
Duduk
: 6 bulan
Tumbuh gigi
: 10 bulan
Merangkak
: 9 bulan
Berdiri
:10 bulan
Berjalan
: 1 tahun

9.

Riwayat imunisasi

: Imunisasi lengkap (BCG 1x, DPT 3x, Polio 4x,


hepatitis B 3x)

10. Riwayat psikososial : tinggal di pemukiman padat, jarang antar rumah


rapat, di dalam rumah ada 5 orang, jendela ada,
ventilasi ada, cahaya matahari masuk sedikit
melalui genteng.
III.PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
2. Kesadaran
3. Vital sign

4. Status generalisata
a. Kulit
b. Kepala
- Bentuk
- Rambut
- Mata

c.

: tampak sakit sedang


: Composmentis
:
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 80 x/menit (irama:teratur, pulsasi :lemah)
- Respirasi : 20 x/menit
- Suhu : 38 oC
: Pucat (-), Ikterus (-),turgor kulit (cukup)

: normal
: hitam, tidak mudah dicabut
: pupil isokor, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, palpebra tidak edem,
alis atau bulu mata tidak mudah di cabut,
gangguan penglihatan tidak ada, reflek
acahaya (+/+).
Telinga
: dalam batas normal
Hidung
: septum deviasi (-), nafas cuping hidung
(-)
Mulut&tenggorokan: bibir kering, lidah tidak kotor, tonsil
tidak membesar (T1-T1),hiperemis (-),
faring hiperemis (-)
Leher
: pembesaran KGB (-)

Thorax / dada
- Bentuk
: normal
- Retraksi dinding dada: (-)
- Paru-paru (Pernafasan) :

Ispeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: simetris, retraksi (-), gerakan nafas simetris.


: fremitus fokal simetris kanan dan kiri
: sonor
: vesikuler (+), suara tambahan (-)

- Kardiovaskuler
Inspeksi
: iktus cordis tidak terlihat
Palpasi
: apeks tidak teraba
Perkusi
:
- Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dextra
- Batas kiri
: ICS V linea midklavikula sinistra
- Batas atas
: ICS II linea parasternalis dextra
- Auskultasi
: irama reguler, bising (-)
d. Abdomen/perut
Inspeksi
: buncit
Auskultasi : bising usus (+)
Perkusi
: timpani (+)
Palpasi
: nyeri tekan (-), turgor cukup, hepar dan lien
teraba (normal)
e. Ekstremitas
:
Ekstremitas atas ka/ki : petekie (-), Akral dingin, CRT : <2
Ekstremitas bawah ka/ki : petekie (-), Akral dingin, CRT : <2
IV.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Pemeriksaan darah rutin
Nama
Hb
Leukosit
LED
Trombosit
Ht
Eritrosit
Widal St-O

Hasil
12,2 mg/%
8.100 mm2
31 mm/jam
344.000 L
36,7%
4,44 juta
Pos 1/80

Nilai normal
13-18 (lk), 12-16 (pr)
4000-11000 mm2
0-10 mm/jam (lk), 0-20 mm/jam (pr)
150.000- 450.000 L
39-54% (lk), 36-47% (pr)
4,5- 6,5 juta (lk), 4,10- 5,10 juta (pr)
Negative

2. Rontgen thorak
- Terdapat pembesaran kelenjar getah bening hilus
- Infiltrasi perihiler
- CTR<5
3. Test tuberculin

Injeksi 0,1 ml PPD secara intradermal dengan metode mantoux divolar /


permukaan belakang lengan bawah. Didapat indurasi 9 mm dlm 72 jam
V. DIAGNOSIS BANDING

: - Bronkhitis kronis
- Pertusis

VI. DIAGNOSIS

: suspek TB

VII.PENATALAKSANAAN
Medikamentosa

: - OAT Kombipak pd anak 2RHZ/44RH


- Paracetamol 3x250 mg
- Rifampisin 150 mg
- Pirazinamid 300 mg

VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam

: bonam

Quo ad fungsionam : dubia ad bonam


Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Tinjauan pustaka
Definisi
TB Paru ialah suatu penyakit infeksi kronik jaringan paru yang disebabkan
oleh basil Mycobacterium tuberculosae. Sebagian besar basil Mycobacterium
tuberculosae masuk ke dalam jaringan paru melalui airborne infection dan
selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai fokus primer dari Ghon5.
Morfologi dan Fisiologi Kuman TB Paru
Basil tuberkulosis berukuran sangat kecil berbentuk batang tipis, agak
bengkok, bergranular, berpasangan yang hanya dapat dilihat di bawah mikroskop.
Panjangnya 1- 4 mikron dan lebarnya antara 0,3-0,6 mikron. Basil tuberkulosis
akan tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 37C dengan tingkat pH optimal
(pH 6,4- 7,0). Untuk membelah dari 1-2 kuman membutuhkan waktu 14-20 jam5.
Kuman tuberkulosis terdiri dari lemak lebih dari 30% berat dinding
kuman, asam strearat, asam mikolik, mycosides, sulfolipid serta Cord factor dan
protein terdiri dari tuberkuloprotein (tuberkulin). TB Paru pada orang dewasa
biasanya disebabkan oleh reaktivasi infeksi sebelumnya sedangkan pada anakanak menunjukkan penularan aktif M. Tuberculosis5.
Faktor resiko
Resiko tertular

Resiko jadi sakit

Kontak dengan penderita TB aktif

Usia

Tinngal di daerah endemis

Kenversi tes tuberkulin

Penggunaan obat-obat IV

Imunitas tubuh

Kemiskinan

HIV

Lingkungan yang tidak sehat

Diabetes melitus

Ventilasi

Imunosupresan

Kepadatan (hunian yang padat)

Malnutrisi

Patogenesis
Penyebaran TB Paru dari penderita terjadi melalui nuklei droplet infeksius
yang keluar bersama batuk, bersin dan bicara dengan memproduksi percikan yang
sangat kecil berisi kuman TB. Kuman ini melayang-layang di udara yang dihirup
oleh penderita lain. Faktor utama dalam perjalanan infeksi adalah kedekatan dan

durasi kontak serta derajat infeksius penderita dimana semakin dekat seseorang
berada dengan penderita, makin banyak kuman TB yang mungkin akan
dihirupnya1,2.
1. Tuberkulosis Primer
Penyebaran tuberkulosis ini terjadi pada penderita yang belum pernah
terinfeksi sebelumnya. Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas
akan bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni
disebut sarang primer (afek primer). Peradangan akan kelihatan dari sarang primer
saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal) yang diikuti oleh
pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfangitis regional). Limfangitis
regional bisa sembuh tanpa mengalami cacat, sembuh dengan meninggalkan
sedikit bekas dan mengalami penyebaran. Penyebarannya dengan beberapa cara
yaitu1,2:
a. Perkontinuitatum adalah penyebaran kuman tuberkulosis di sekitar paru
yang terserang kuman tuberkulosis tersebut .
b. Bronkogen adalah penyebaran baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya atau tertelan.
c. Hematogen dan limfogen adalah penyebaran yang berkaitan dengan daya
tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Penyebaran ini akan
menimbulkan keadaan cukup gawat apabila tidak terdapat imunitas yang
adekuat.
2. Tuberkulosis Post Primer
Tuberkulosis post primer akan muncul bertahun-tahun setelah tuberkulosis
primer. Penyebaran tuberkulosis ini dimulai dengan sarang dini yang umumnya
terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus inferior. Sarang ini
awalnya berbentuk suatu sarang pneumonia kecil yang bisa sembuh tanpa
meninggalkan cacat, meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan
penyebukan jaringan fibrosis tetapi bisa juga meluas dan membentuk jaringan
keju (jaringan kaseosa)1,2.
Klasifikasi Penyakit
Berdasarkan lokasi TB Paru diklasifikasikan menjadi 2, yaitu3:
1. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis Paru yaitu tuberkulosis yang menyerang jaringan paru tidak
termasuk pleura. Berdasarkan pemeriksaan mikroskopis TB paru dapat dibagi,
yaitu:

a. TB Paru BTA Positif yaitu:


- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan BTA
positif
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif
dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif
dan biakan positif
b. TB Paru BTA Negatif
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif,
gambaran klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis
aktif
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan
biakan menunjukkan tuberkulosis positif.
2. Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru (misalnya
selaput otak, kelenjar limfe, pleura, pericardium, persendian, tulang, kulit, usus,
saluran kemih, ginjal, alat kelamin dll)4.
Berdasarkan tingkat keparahannya, TB ekstra paru ini dibagi menjadi TB
ekstra paru berat (severe) dan TB ekstra paru ringan (not/less severe). Contohnya
adalah tuberkulosis milier dimana patogen ke seluruh paru-paru dan memberikan
gambaran bintik-bintik kecil seperti mutiara4.
Tipe penderita berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya ada beberapa
tipe penderita TB Paru, yaitu1,4:
a. Kasus baru
Kasus baru adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan. Dimana OAT
yang diberikan adalah OAT yang mempunyai efek dapat mencegah
pertumbuhan kuman-kuman resisten seperti, isoniazid (H), rifampisin (R) dan
pirazinamid (Z).
b. Kasus kambuh (relaps)
Kasus kambuh adalah penderita TB Paru yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan TB Paru dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.

Sebelum ada hasil uji resistensi dapat diberikan 2 RHZES/ 1 RHZE. Fase
lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji resistensi
dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan
c. Kasus defaulted atau drop out
Kasus drop out adalah penderita yang telah menjalani pengobatan 1 bulan
dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
d. Kasus gagal
Kasus gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan)
atau akhir pengobatan. Sejak BTA dalam sputum negatif, dengan memakai tiga
obat setiap hari dalam jangka waktu 3-4 bulan pertama (yang belum pernah
diberikan sebelumnya): RMP- EMB- PZA- atau SM PAS PZA. Obat lain
seperti etambutol atau prothionamid, sikloserin, thiaketazone atau kanamisin
dan kapreomisin dapat dipertimbangkan untuk diberikan.
e. Kasus kronik
Kasus kronik adalah penderita dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan ulang dengan pengobatan
kategori II dengan pengawasan yang baik. Pengobatan kasus kronik, jika belum
ada hasil uji resistensi diberikan RHZES. Jika telah ada hasil uji resistensi,
sesuaikan dengan hasil uji resistensi ditambah dengan obat lini 2 seperti
kuinolon, betalaktam, makrolid dll. Jika tidak mampu dapat diberikan INH
seumur hidup.
Manifestasi klinis
Keluhan pada penderita tuberkulosis paru dapat dibagi menjadi gejala
lokal di paru dan keluhan pada seluruh tubuh secara umum5.
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Biasanya batuknya ringan sehingga dianggap batuk biasa atau
akibat rokok. Proses yang paling ringan ini menyebabkan sekret akan terkumpul
pada waktu penderita tidur dan dikeluarkan saat penderita bangun pagi hari.
Bila proses destruksi berlanjut, sekret dikeluarkan terus menerus sehingga
batuk menjadi lebih dalam dan sangat mengganggu penderita pada waktu siang
maupun malam hari. Bila yang terkena trakea dan/atau bronkus, batuk akan
terdengar sangat keras, lebih sering atau terdengar berulang-ulang (paroksismal).
Bila laring yang terserang, batuk terdengar sebagai hollow sounding cough, yaitu
batuk tanpa tenaga dan disertai suara serak.

b.

Batuk Darah
Darah yang dkeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercakbercak darah, gumpalan-gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak (profus). Batuk darah jarang merupakan tanda permulaan dari penyakit
tuberkulosis atau initial symptom karena batuk darah merupakan tanda telah
terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah pada dinding kavitas.
Batuk darah pada pemerisaan raadiologis tanpak ada kelainan. Sering kali
darah yang dibatukkan pada penyakit tuberkulosis bercampur dahak yang
mengandung basil tahan asam. Batuk darah juga dapat terjadi pada tuberkulosis
yang sudah sembuh karena robekan jaringan paru atau darah berasal dari
bronkiektasis yang merupakan salah satu penyulit tuberkulosis paru. Pada saat
seperti ini dahak tidak mengandung basil tahan asam (negatif).
c. Nyeri Dada
Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Bila nyeri bertambah berat berarti telah terjadi pleuritis luas (nyeri dikeluhkan di
daerah aksila, di ujung skapula atau tempat-tempat lain).
d. Sesak Napas
Sesak napas pada tuberkulosis disebabkan oleh penyakit yang luas pada
paru atau oleh penggumpalan cairan di rongga pleura sebagai komplikasi TB
Paru. Penderita yang sesak napas sering mengalami demam dan berat badan turun.
e. Demam
Merupakan gejala paling sering dijumpai dan paling penting. Sering kali
panas badan sedikit meningkat pada siang maupun sore hari. Panas badan
meningkat atau menjadi lebih tinggi bila proses berkembang menjadi progresif
sehingga penderita merasakan badannya hangat atau muka terasa panas.
f. Menggigil
Dapat terjadi bila panas badan naik dengan cepat, tetapi tidak diikuti
pengeluaran panas dengan kecepatan yang sama atau dapat terjadi sebagai suatu
reaksi umum yang lebih erat
g. Keringat Malam
Keringat malam bukan gejala yang patognomonis untuk penyakit
tuberkulosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut,
kecuali pada orang-orang dengan vasomotor labil, keringat malam dapat timbul
lebih dini. Nausea, takikardi dan sakit kepala timbul bila ada panas.
h. Gangguan Menstruasi
Hasil penelitian Indra di Kabupaten Purbalingga tahun 2001 dengan
menggunakan penelitian explanatory dengan pendekatan cross sectional
menyatakan bahwa status gizi yang tidak normal merupakan salah satu penyebab
terjadinya gangguan siklus menstruasi. Status gizi yang buruk menyebabkan
meningkatnya kasus penyakit tuberkulosis karena daya tahan tubuh yang rendah.7
Oleh sebab itu gangguan menstruasi sering terjadi bila proses tuberkulosis paru
sudah lanjut.

i.

Anoreksia
Anoreksia yaitu tidak selera makan dan penurunan berat badan merupakan
manifestasi toksemia yang timbul belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila
proses progresif. Rendahnya asupan makanan yang disebabkan oleh anoreksia,
menyebabkan peningkatan metabolisme energi dan protein dan utilisasi dalam
tubuh. Asupan yang tidak kuat menimbulkan pemakaian cadangan energi tubuh
yang berlebihan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dan mengakibatkan
terjadinya penurunan berat badan dan kelainan biokimia tubuh
j. Lemah Badan
Gejala ini dapat disebabkan oleh kerja berlebihan, kurang tidur dan
keadaan sehari-hari yang kurang menyenangkan. Oleh sebab itu harus dianalisa
dengan baik apabila dijumpai perubahan sikap dan tempramen, perhatian
penderita berkurang atau menurun pada pekerjaan, penderita yang kelihatan
neurotik.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium3
Darah
Hasil meragukan, kurang sensitive :
- TB mulai aktif : leukositosis ringan, shift to the left, limfopenia,
LED meningkat sedikit
- Perbaikan: leukosit kembali normal, limfosit tinggi, LED
kembali turun
- anemia ringan
- Gamma globulin meningkat
- ICT TB : Kadang positif palsu
Tes tuberculin
Masih banyak dipakai terutama pada anak-anak. Tes tuberkulin
dilaukan dengan cara Tes Mantoux: 0,1 cc tuberkulin PPD 5 TU intra
cutan. Dinilai setelah 48 72 jam.Didapatkan indurasi kemerahan 10
15 mm.
2. Pemeriksaan radiologis3
Memegang peranan penting dalam menegakkan diagnosis.Khususnya pada
anak dan TB milier.
Gambaran radiologis :
- Lokasi lesi : Apeksparu>> : segmen apical lobus atas atau apical lobus
bawah
- Awal : Sarang / bercak seperti pneumonia berupa bercak-bercak seperti
awan dengan batas tak tegas
- Bercak / nodul
- Cavitas
- Kalsifikasi
- Fibrosis
- Tb milier

- Pleuritis
- The great imitator : pneumonia, mikosisparu, karsinomabronkus,
karsinomametastase.
Diagnosis
Diagnosis TB pada anak umumnya sulit ditegakkan, sehingga sering
terjadi misdiagnosis baik overdiagnosis maupun underdiagnosis.Oleh karena itu
Unit Kerja Koordinasi Respirologi PP IDAI telah membuat Pedoman Nasional TB
Anak dengan menggunakan sistem skor (scoring system), yaitu system
pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis2,3.
Dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, selanjutnya dilakukan pembobotan dengan sistem skor. Pasien dengan
jumlah skor yang lebih atau sama dengan 6 (>6), harus ditatalaksana sebagai
pasien TB dan mendapat OAT (obat anti TB). Bila skor kurang dari 6 tetapi secara
klinis kecurigaan kearah TB kuat maka perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik
lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan lambung, patologi anatomi, pungsi lumbal,
pungsi pleura, foto tulang dan sendi, funduskopi, CTScan, dan lain lainnya 3.

Catatan :
- Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter.
- Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronik
lainnya seperti Asma, Sinusitis, dan lain-lain.
- Jika dijumpai skrofuloderma** (TB pada kelenjar dan kulit), pasien dapat
langsung didiagnosis TB.

- Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname).--> lampirkan


tabel badan.
- Foto toraks toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak
- Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7 hari setelah
penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak.
- Anak didiagnosis TB jika jumlah skor > 6, (skor maksimal 13)
- Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasi
lebih lanjut.
*

Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk


kronik lainnya seperti asma, sinusitis, refluks gastroesofageal dan
lainnya.
** Skrofuloderma adalah suatu bentuk reaktivasi infeksi TB, diawali oleh
suatu limfadenitis atau osteomielitis yang membentuk abses dingin dan
melibatkan kulit di atasnya, kemudian pecah, dan membentuk sinus di
permukaan kulit. Skrofuloderma ditandai oleh massa yang padat atau
fluktuatif, sinus yang mengeluarkan cairan, ulkus dengan dasar
bergranulasi dan tidak beraturan serta tepi bergaung, serta sikatriks yang
menyerupai jembatan. Biasanya ditemukan di daerah leher atau wajah,
tetapi dapat juga dijumpai di ekstremitas atau trunkus. Perlu perhatian
khusus jika ditemukan salah satu keadaan di bawah ini yaitu :
- kejang, kaku kuduk
- penurunan kesadaran
- kegawatan lain, misalnya sesak napas
- Foto toraks menunjukkan gambaran milier, kavitas, efusi pleura
- Gibbus, koksitis
Komplikasi
a.

Pleuritis dan Empiema


Pleuritis adalah peradangan jaringan tipis yang meliputi paru-paru dan
melapisi rongga dinding rongga dada bagian dalam (pleura).15,16 Empiema
adalah berkumpulnya atau timbunan pus (nanah) di dalam suatu kavitas organ
berongga yaitu paru-paru. Keadaan pleura yang merupakan bagian dari sistem
pernapasan, dapat dipengaruhi melalui tiga cara yang berbeda3:
- Cairan yang dibentuk dalam waktu beberapa bulan setelah terjadinya
infeksi primer.
- Cairan yang dibentuk akibat penyakit paru pada orang dengan usia lebih
lanjut. Keadaan ini bisa berlanjut menjadi nanah (empiema)walaupun
jarang terjadi.
- Memecahnya kavitas TB Paru dan keluarnya udara ke dalam rongga
pleura. Keadaan ini memungkinkan udara masuk ke dalam ruang antara
paru dan dinding dada. TB Paru dari kavitas yang memecah mengeluarkan

efusi nanah (empiema). Udara dengan nanah bersamaan disebut


piopneumotoraks.
b. Pneumotoraks Spontan
Pneumotoraks adalah masuknya udara atau gas secara abnormal ke dalam
paru dimana gas tersebut memisahkan pleura viseralis dan pleura parietalis
sehingga jaringan paru tertekan dan kesulitan bernapas.15,16 Pneumotoraks
spontan dapat terjadi bila udara memasuki rongga pleura sesudah terjadi robekan
pada kavitas tuberkulosis. Hal ini mengakibatkan rasa sakit pada dada secara akut
dan tiba-tiba bersamaan dengan sesak napas. Ini dapat berlanjut menjadi suatu
empiema tuberkulosis3.
c. Laringitis Tuberkulosis
Laringitis tuberkulosis adalah radang pangkal tenggorokan dengan gejala
serak, perubahan suara dan gatal pada kerongkongan.15,16 Keganasan pada laring
jarang menimbulkan rasa sakit. Sputum biasanya positif, tetapi diagnosis mungkin
perlu diitegakkan dengan biopsi pada kasus-kasus yang sulit. Tuberkulosis laring
memberikan respon yang sangat baik terhadap kemoterapi. Bila terdapat nyeri
hebat yang tidak cepat hilang dengan pengobatan, tambahkan prednisolon selama
2-3 minggu3.
Penatalaksanaan
Apabila kita menemukan seorang anak dengan TB, maka harus dicari
sumber penularan yang menyebabkan anak tersebut tertular TB.Sumber penularan
adalah orang dewasa yang menderita TB aktif dan kontak erat dengan anak
tersebut. Pelacakan sumber infeksi dilakukan dengan cara pemeriksaan radiologis
dan BTA sputum (pelacakan sentripetal). Bila telah ditemukan sumbernya, perlu
pula dilakukan pelacakan sentrifugal, yaitu mencari anak lain di sekitarnya yang
mungkin juga tertular, dengan cara uji tuberkulin. Sebaliknya, jika ditemukan
pasien TB dewasa aktif, maka anak di sekitarnya atau yang kontak erat harus
ditelusuri ada atau tidaknya infeksi TB (pelacakan sentrifugal). Pelacakan tersebut
dilakukan dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang
yaitu uji tuberkulin4.

Gambar. Alur tatalaksana pasien TB anak pada unit pelayanan kesehatan dasar
Setelah pemberian obat selama 6 bulan, OAT dihentikan dengan
melakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang lain. Bila
dijumpai perbaikan klinis yang nyata walaupun gambaran radiologis tidak
menunjukkan perubahan yang berarti, maka pengobatan dihentikan.
OAT Kategori Anak
Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan
dalam waktu 6 bulan.OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap
intensif maupun tahap lanjutan dosis obatharus disesuaikan dengan berat badan
anak. Dosis yang digunakan untuk paduan OAT KDT pada anak : 2(RHZ)/4(RH)
Dosis OAT KDT anak

Diagnosis TB dengan pemeriksaan selengkap mungkin (Skor >6 sebagai


entry point) Beri OAT 2 bulan terapi, Terapi TB diteruskan sambil mencari
penyebabnya Ada perbaikan klinis Tidak ada perbaikan klinis Untuk RS fasilitas
terbatas, rujuk ke RS dengan fasilitas lebih lengkap Terapi TB diteruskan sampai

6 bulan. Dosis yang digunakan untuk paduan OAT Kombipak pada anak:
2RHZ/4RH.
Dosis OAT Kombipak anak

Keterangan:
- Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit
- Anak dengan BB 33 kg , dirujuk ke rumah sakit.
- Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
- OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh atau digerus
sesaat sebelum diminum.
Dosis Harian dan Maksimal Pada Anak

* Bila isoniazid dikombinasikan dengan rifampisin, dosisnya tidak boleh


melebihi 10 mg/kgBB/hari.
** Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain karena
dapat menganggu bioavailabilitas rifampisin. Rifampisin diabsorpsi dengan

baik melalui sistem gastrointestinal pada saat perut kosong (satu jam
sebelum makan).
Pengobatan Pencegahan (Profilaksis) untuk Anak
Pada semua anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak erat
dengan penderita TB dengan BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan
menggunakan system skoring.Bila hasil evaluasi dengan skoring sistem didapat
skor < 5, kepada anak tersebut diberikan Isoniazid (INH) dengan dosis 5-10
mg/kg BB/hari selama 6 bulan.Bila anak tersebut belum pernah mendapat
imunisasi BCG, imunisasi BCG dilakukan setelah pengobatan pencegahan selesai.

Daftar pustaka
1. Alatas, Dr. Husein et al : Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke 7, buku 2, Jakarta;
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1997, hal 573 761.
2. Behrman, Kliegman, Arvin, editor Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, SpA(K)
et al Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, buku 2, EGC 2000, hal
1028
3. Price, Sylvia A; Wilson, Lorraine M. : Patofisiologi Klinik, edisi ke
5,Tuberkulosis, hal 753 761.
4. Tan, Hoan Tjay Drs.; Rahardja, Kirana Drs. : Obat obat Penting,
Khasiat, Penggunaan dan Efek efek Sampingnya, edisi ke 5, cetakan ke
2, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia Jakarta, Bab
9 Tuberkulostatika, hal 145 154.
5. Waspadji,Soparman; Waspadji, Sarwono : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Hal 573 761.

Anda mungkin juga menyukai