Anda di halaman 1dari 22

PRESENTASI KASUS

THALASEMIA

Pembimbing:

Dr. Mas Wisnuwardhana, Sp. A

Penyusun:

Taufik Hidayat
030.04.216

Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Periode 27 Juni - 3 September 2011
Jakarta
0

STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN

Nama

Tanggal Lahir

: 7 Juli 2004

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Tambun Selatan

Agama

: Islam

Hubungan dengan Orangtua

: Anak kandung

: An. AM

IDENTITAS ORANG TUA


AYAH

Nama

: Tn. D

Umur

: 35 tahun

Suku Bangsa

Agama : Islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Wiraswasta

Penghasilan

:-

Alamat : Tambun Selatan

: Jawa

IBU

Nama

: Ny. N

Umur

: 30 tahun

Suku Bangsa

Agama : Islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Karyawati

Penghasilan

:-

Alamat : Tambun Selatan

: Jawa

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


KEHAMILAN
Perawatan Antenatal

: teratur (Bidan)

Penyakit Kehamilan

: disangkal

KELAHIRAN
Tempat Kelahiran

: Rumah bersalin

Penolong Persalinan

: Bidan

Cara Persalinan

: Spontan pervaginam

Masa Gestasi

: Cukup bulan (9 bulan)

Keadaan Bayi

Berat badan lahir

: 3700 gram

Panjang badan lahir

: 49 cm

Lingkar kepala

: Ibu pasien tidak tahu

Langsung menangis

Nilai APGAR

: Ibu pasien tidak tahu

Kelainan bawaan

: disangkal

RIWAYAT TUMBUH KEMBANG

Pertumbuhan gigi pertama

Psikomotor

: 7 bulan

- Tengkurap dan berbalik sendiri

: 6 bulan

- Duduk

: 7 bulan

- Merangkak

: 8 bulan

- Berdiri

: 9 bulan

- Berjalan

: 10 bulan

- Berbicara

: 12 bulan

- Membaca

: 5 tahun

Kesan: perkembangan sesuai dengan usia.


2

Gangguan perkembangan

: disangkal

RIWAYAT IMUNISASI
BCG

: 1 bulan

DPT

: 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan

Polio

: 0 bulan, 1 bulan, 4 bulan

Campak

: 9 bulan

Hepatitis B

: 0 bulan, 3 bulan

Kesan : Imunisasi dasar menurut PPI lengkap


RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
PENYAKIT

UMUR

PENYAKIT

UMUR

Diare

Morbili

Otitis

Parotitis

Radang paru

Demam berdarah

Tuberkulosis

Demam tifoid

Kejang

Cacingan

Ginjal

Alergi

Jantung

Kecelakaan

Darah

6 tahun

Operasi

Difteri

Lain-lain

RIWAYAT KELUARGA
Corak Reproduksi
No Tanggal
1.

lahir
7 Juli 2004

Jenis
Kelamin
Perempuan

Hidup

Lahir

Hidup

Mati
-

(pasien)

Abortus
-

Mati Keterangan
-

Kesehatan
Didiagnosis
menderita
thalasemia
sejak 1 tahun
yang lalu

(Juli 2010)
Data Keluarga
Keterangan
Perkawinan ke
Umur saat menikah
Konsangunitas
Keadaan kesehatan

Ayah
1
27 tahun
Disangkal
Menderita thalasemia

Ibu
1
22 tahun
Disangkal
Sehat

Data Perumahaan
Kepemilikan Rumah

: Rumah pribadi

Keadaan Rumah

Rumah hanya terdiri dari satu lantai yang terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang
tamu, 1 dapur, 1 kamar mandi dan mempunyai halaman yang tidak luas.

Rumah beratapkan genteng yang terbuat dari batu bata, mempunyai tembok
yang terbuat dari bata, kapur dan semen yang dicat dan lantai dari keramik.

Ventilasi terdiri dari 2 buah jendela di ruang tamu, 1 jendela di tiap kamar
tidur dan 1 jendela di ruang belakang.

Sumber Air

: PAM

Keadaan Lingkungan :

Berupa kompleks perumahan

Terdapat tempat pembuangan sampah

Keadaan disekeliling rumah bersih.

RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan Utama

: Pucat sejak 1 minggu SMRS

Keluhan Tambahan

: Demam, batuk, sakit perut, lemas

Riwayat Perjalanan Penyakit

Satu minggu SMRS pasien tampak pucat. Pucat merata dari kepala, badan
sampai ujung jari dan kuku. Selain terlihat pucat, pasien juga mengalami demam,
batuk, sakit perut serta lemas. Pasien lalu dibawa oleh ayahnya ke klinik. Pasien
kemudian di periksa darahnya di lab, hasilnya hemoglobin pasien 6.2 g/dl, pasien
kemudian diberi obat. Selama 1 minggu ini keluhan demam, batuk dan sakit perut
berkurang, namun pasien masih tetap terlihat pucat dan lemas. Akhirnya 3 jam SMRS
4

pasien dibawa ke poli Spesialis Anak oleh ayahnya. Selama sakit BAB dan BAK
pasien normal, nafsu makan tidak berkurang, namun menurut ayah pasien, pasien
menjadi tidak terlalu aktif seperti biasanya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini 1 tahun yang lalu (Juli 2010), dan
telah didiagnosis menderita talasemia. Dari bulan Juli 2010 sampai saat ini pasien
baru ditransfusi satu kali.
Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga Lain/orang lain serumah
Ayah pasien juga menderita talasemia.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal

: 5 Juli 2011

PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan Umum

: Tampak sakit ringan

Tanda Vital
Kesadaran

: Kompos mentis

Frekuensi Nadi

: 86x/menit

Tekanan darah

: 100/80 mmHg

Frekuensi Pernafasan

: 20x/menit

Suhu tubuh

: 37C

Data Antropometri
Berat Badan

: 15 kg

Tinggi Badan

: 127 cm

Lingkar lengan atas

: 22 cm

PEMERIKSAAN SISTEM
KEPALA

Bentuk

: Bulat

Rambut dan kulit kepala

: Rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi

merata.
5

Mata

: Pupil bulat, isokor, konjungtiva anemis (+/+),

sklera tidak ikterik.

Telinga

Hidung

: Normotia, liang telinga lapang/lapang, serumen -/-.


:Bentuk

biasa,

lapang/lapang,

sekret(-)

pernafasan cuping hidung ().

Mulut

: Mukosa bibir lembap, sianosis (-), lidah tidak

kotor dan tidak kering, Tonsil T1-T1.


LEHER

: KGB tidak teraba membesar.

THORAKS

: pergerakan dinding dada simetris

Pal

: Vokal fremitus simetris kanan = kiri

Per

: Sonor kanan = kiri

Aus

: BND vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/BJ I & II normal, murmur -, gallop -

ABDOMEN :

: Perut tampak buncit

Aus

: Bising usus (+)

Pal

: Supel, hepar tidak teraba membesar, lien teraba membesar (schuffner

III) , NT (-)

Per

Ekstremitas

: Timpani
: Akral hangat, sianosis -, capillary refill > 2 detik, kuku jari tangan dan

kaki pucat.
Kulit

: Pucat

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah tepi ( 29 Juni 2011)
Hb

: 6,2 g/dl

Darah tepi (5 Juli 2011)


LED

: 21 mm/jam

Leukosit

: 10.300/ul

Hb

: 5.7 g/dl
6

Hematokrit

: 18.1 %

Trombosit

: 753.000/ul

Na

: 137 mmol/l

: 3.7 mmol/l

Cl

: 113 mmol/l

GDS

: 97 mg/dl

Pemeriksaan morfologi sel darah (29 Juli 2010)


Eritrosit

: Anisositosis, mikrositik hipokrom, sel pensil (+), ovalosit (+).

Leukosit

: Jumlah menurun dan morfologi normal.

Trombosit

: Jumlah agak menurun dan morfologi normal.

Kesan: Anemia mikrositik hipokrom dengan leukopenia e.c susp penyakit kronik,
perdarahan.
RESUME
Seorang pasien, perempuan, usia 6 tahun 8 bulan dengan berat badan 15 kg, datang
dengan keluhan tampak pucat sejak 1 minggu SMRS. Pucat merata dari kepala, badan
sampai ujung jari dan kuku. Selain terlihat pucat, pasien juga mengalami demam,
batuk, sakit perut serta lemas. Pasien lalu dibawa oleh ayahnya ke klinik. Pasien
kemudian di periksa darahnya di lab, hasilnya hemoglobin pasien 6.2 g/dl, pasien
kemudian diberi obat. Selama 1 minggu ini keluhan demam, batuk dan sakit perut
berkurang, namun pasien masih tetap terlihat pucat dan lemas. Akhirnya 3 jam SMRS
pasien dibawa ke poli Spesialis Anak oleh ayahnya. Selama sakit BAB dan BAK
pasien normal, nafsu makan tidak berkurang, namun menurut ayah pasien, pasien
menjadi tidak terlalu aktif seperti biasanya.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum

: Tampak sakit ringan

Tanda Vital
Kesadaran

: Kompos mentis

Frekuensi Nadi

: 86x/menit

Tekanan darah

: 100/80 mmHg

Frekuensi Pernafasan

: 20x/menit

Suhu tubuh

: 37C

KEPALA

Bentuk

: Bulat

Rambut dan kulit kepala

: Rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi

merata.

Mata

: Pupil bulat, isokor, konjungtiva anemis (+/+),

sklera tidak ikterik.

Telinga

Hidung

: Normotia, liang telinga lapang/lapang, serumen -/-.


:Bentuk

biasa,

lapang/lapang,

sekret(-)

pernafasan cuping hidung ().

Mulut

: Mukosa bibir lembap, sianosis (-), lidah tidak

kotor dan tidak kering, Tonsil T1-T1.


LEHER

: KGB tidak teraba membesar.

THORAKS

: pergerakan dinding dada simetris

Pal

: Vokal fremitus simetris kanan = kiri

Per

: Sonor kanan = kiri

Aus

: BND vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/BJ I & II normal, murmur -, gallop -

ABDOMEN :

: Perut tampak buncit

Aus

: Bising usus (+)

Pal

: Supel, hepar tidak teraba membesar, lien teraba membesar (schuffner

III) , NT (-)

Per

Ekstremitas

: Timpani
: Akral hangat, sianosis -, capillary refill > 2 detik, kuku jari tangan dan

kaki pucat.
Kulit

: Pucat

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah tepi (5 Juli 2011)
Hb

: 6,2 g/dl

Pemeriksaan morfologi sel darah (29 Juli 2010)


Eritrosit

: Anisositosis, mikrositik hipokrom, sel pensil (+), ovalosit (+).

Leukosit

: Jumlah menurun dan morfologi normal.

Trombosit

: Jumlah agak menurun dan morfologi normal.

Kesan: Anemia mikrositik hipokrom dengan leukopenia e.c susp penyakit kronik,
perdarahan.
DIAGNOSIS KERJA
Talasemia
DIAGNOSIS BANDING
Anemia defisiensi besi
Anemia karena infeksi kronik
Anemia sideroblastika
Eritroleukemia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah tepi
Elektroforesis Hb
Foto rontgen tulang kepala
PENATALAKSANAAN
Transfusi PRC 300 cc, serial, selang 24 jam.
PROGNOSIS
- Ad Vitam

: Bonam

- Ad Sanationum

: Dubia ad Bonam

- Ad Fungtionum

: Bonam

TALASEMIA
Pendahuluan
Talasemia adalah gangguan pembuatan hemoglobin yang diturunkan secara
genetik, pertama kali ditemukan secara bersamaan di Amerika Serikat dan Italia
antara 1925-1927. Kata talasemia dimaksudkan untuk mengaitkan penyakit tersebut
dengan penduduk Mediterania, dalam bahasa Yunani, Thalasa yang berarti laut.
Talasemia ditemukan tersebar di seluruh ras di Mediterania, Timur Tengah,
India sampai Asia Tenggara. Dalam beberapa dekade terakhir ini, seluruh daerah
tersebut mengalami perubahan pola penyakit yang bermakna. Adanya peningkatan
kebersihan dan pelayanan kesehatan menyebabkan penyakit infeksi dan malnutrisi
berkurang. Dahulu, neonatus yang lahir dengan kelainan darah akan meninggal pada
usia kurang dari setahun, namun saat ini, sebagian besar berhasil selamat dan
memerlukan diagnosis dan penatalaksanaan secara lanjut.
Talasemia adalah kelainan sintesis dari satu atau lebih rantai polipeptida
hemoglobin manusia yang diturunkan dan ditandai dengan gejala anemia hipokromik.
Sejak ditemukan banyaknya rantai polipeptida yang berbeda, terdapat berbagai
macam variasi dari talasemia, dimana masing-masing memiliki karakteristik klinis
dan biokimia yang berbeda.
Talasemia mempunyai karakteristik yang khas pada struktur molekuler karena
yang umumnya diketahui adalah struktur gen dari globin dan mekanisme kerjanya
terhadap perkembangan sel eritroid. Sebelumnya harus dimengerti dahulu mengenai
sintesis hemoglobin yang berhubungan dengan talasemia untuk dapat mengetahui
patologi dari talasemia.
Ada beberapa jenis hemoglobin yang disesuaikan dengan kebutuhan oksigen
selama masa pertumbuhan, masa kehamilan sampai masa neonatus. Hemoglobin (Hb)
memiliki bentuk tetrametrik yang sama, terdiri dari 2 pasang rantai globin yang terikat
dengan heme. Hb fetus dan dewasa memiliki rantai dan (HbA, 22), rantai
(HbA2, 22) dan rantai (HbF, 22). Pada embrio rantai mirip disebut bersama
rantai , menjadi Hb Portland (22) atau dengan rantai menjadi Hb Gower (22),
sedangkan rantai dan membentuk Hb Gower 2 (22). HbF sendiri ada bermacammacam, ada 2 macam rantai yang berbeda pada asam amino no. 136, glisin atau
10

alanin. Disebut rantai G dan rantai A, keduanya diproduksi oleh lokus gen yang
berbeda.

Penatalaksanaan pada talasemia memerlukan waktu yang cukup lama, bahkan


bisa sampai seumur hidup pada penderita talasemia mayor (homozigot). Transfusi
darah adalah terapi yang paling umum digunakan, tapi bukan berarti tanpa
komplikasi. Salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah hemosiderosis
(kelebihan zat besi dalam darah), sehingga biasanya transfusi darah disertai dengan
pemberian terapi pengikat (chelating agent), dapat diberikan secara subkutan
(deferoksamin), maupun secara per-oral (deferipron). Dalam pemberian transfusi
darah juga harus memperhatikan besarnya limpa dalam setiap kali kunjungan untuk
mendeteksi perkembangan ke arah hipersplenisme. Splenektomi merupakan terapi
pilihan, dilakukan untuk menurunkan kebutuhan sel darah merah sampai 30%. Terapi
yang lain yang dapat digunakan namun jarang adalah transplantasi sumsum tulang.
Tindakan ini merupakan pilihan akhir karena mempunyai resiko yang cukup tinggi.

Klasifikasi Talasemia
Talasemia adalah grup kelainan sintesis hemoglobin yang heterogen akibat
pengurangan produksi satu atau lebih rantai globin yang diturunkan secara genetik.
Hal ini akan menyebabkan tidak seimbangnya
produksi rantai globin. Ada 3 tingkat klasifikasi
talasemia, yang secara klinis dapat dibagi menjadi 3
grup :

11

Talasemia mayor, yang sangat tergantung pada transfusi

Talasemia minor/karier tanpa gejala

Talasemia intermedia

Talasemia juga bisa diklasifikasikan secara genetik menjadi -, -, - atau


talasemia- sesuai dengan rantai globin yang berkurang produksinya. Pada
beberapa talasemia sama sekali tidak terbentuk rantai globin, disebut o atau o
talasemia, bila produksinya rendah + atau + talasemia. Sedangkan talasemia bisa
dibedakan menjadi ()o dan ()+ dimana terjadi gangguan pada rantai dan .
Talasemia diturunkan berdasarkan hukum Mendel, resesif atau ko-dominan.
Heterozigot biasanya tanpa gejala homozigot atau gabungan heterozigot gejalanya
lebih berat daripada talasemia atau .

TALASEMIA BETA
Patologi Molekuler
Lebih dari 150 mutasi telah diketahui tentang talasemia , sebagian besar disebabkan
perubahan pada satu basa, delesi atau insersi 1-2 basa pada bagian yang sangat
berpengaruh. Hal ini bisa terjadi pada intron, ekson ataupun di luar gen pengkode.
Satu substitusi disebut mutasi non-sense menyebabkan perubahan satu basa
pada ekson yang mengkode kodon stop pada mRNA. Hal ini menyebabkan terminasi
sintesis rantai globin menjadi lebih pendek dan tidak tahan lama. Satu mutasi lain
yang disebut frameshift menyebabkan 1-2 basa tidak dibaca sehingga menghasilkan
kodon stop baru. Mutasi pada intron, ekson atau perbatasannya, mengganggu
pelepasan ekson dari prekursor mRNA. Misalnya satu substitusi pada GT atau AG
pada intron-ekson junction mengganggu pemisahan, beberapa mutasi pada bagian ini
menyebabkan penurunan produksi -globin. Mutasi pada sekuen akson menjadi
menyerupai intron-eksin juncton mengaktivasi terjadinya pemisahan. Misalnya
sekuen yang menyerupai IVS-1 dan kodon 24-27 pada ekson 1 gen globin , mutasi
12

pada kodon 19 (A-G), 26 (G-T) menyebabkan penurunan jumlah mRNA karena


splicing abnormal dan substitusi asam amino pada mRNA normal yang diterjemahkan
menjadi protein. Hemoglobin abnormal yang dihasilkan adalah hemoglobin Malay, ,
dan Knossos yang memberikan fenotip talasemia minor.
Substitusi satu basa juga terjadi pada bagian kosong gen globin . Bila
mengenai bagian promoter, menurunkan jumlah transkripsi gen globin dan
menyebabkan talasemia minor. Mutasi pada bagian akhir (3) mempengaruhi
prosesing mRNA dan menyebabkan talasemia mayor.
Karena banyaknya mutasi pada talasemia , pasien yang nampaknya
homozigot mungkin merupakan heterozigot dari 2 lesi molekuler yang berbeda.
Jarang sekali pasien dengan talasemia memiliki Hb A2 normal, biasanya hal ini
terjadi pada gabungan talasemia dan .
Talasemia dibagi menjadi ()+ dan ()o. Talasemia ()+ dihasilkan oleh
penggabungan gen dan secara meiosis, menghasilkan varian fenotip talasemia .
Pada talasemia ()o, terjadi delesi gen dan , dengan gen yang utuh. Delesi yang
lebih panjang yang juga mengenai LCR gen globin, menginaktifkan seluruh
komplek gen dan menghasilkan talasemia ()o.
Patologi Seluler
Kelebihan rantai pada talasemia mengendap pada membran sel eritrosis dan
prekursornya. Hal ini menyebabkan destruksi prekursor eritrosis yang hebat intra
meduler, mungkin melalui proses pembelahannya atau proses oksidasi pada membran
sel prekursor. Akibat pelepasan heme dari denaturasi hemoglobin dan penumpukan
besi pada eritrosit, erritrosit yang mencapai darah tepi akan memiliki inclusin bodies
yang menyebabkan destruksi di lien dan oksidasi membran sel. Sehingga anemia yang
terjadi pada talasemia disebabkan oleh berkurangnya produksi dan pemendekan
umur eritrosit.
Sebagian kecil precursor eritrosis tetap memiliki kemampuan membuat rantai
, menghasilkan HbF extra uterine. Pada talasemia , sel ini sangat terseleksi dan
kelebihan rantai lebih kecil karena sebagian bergabung dengan rantai membentuk
HbF. Sehingga HbF mengikat pada talasemia . Seleksi seluler ini terjadi selama masa
fetos, ang kaya HbF. Beberapa faktor genetik mempengaruhi respons pembentukan
HbF ini. Kombinasi factor-faktor ini mengakibatkan peningkatan HbF pada talasemia
. Produksi rantai tidak terpengaruh pda talasemia , sehingga HbA2 meningkat
pada heterozigot.
13

Kombinasi anemia pada talasemia dan eritrosis yang kaya HbF dengan
afinitas oksigen tinggi, menyebabkan hipoksia berat yang menstimulasi produksi
eritropoetin. Hal ini mengakibatkan peningkatan masa eritroid yang tidak efektif
dengan perubahan tulang, peningkatan absorbsi besi, metabolismo rate yang tinggi
dan gambaran klinis talasemia mayor. Penimbunan lien oleh eritrosit abnormal
mengakibatkan pembesaran limpa, juga diikuti dengan terperangkapnya eritrosit,
leukosit dan trombosis di dalam limpa, sehingga menimbulkan gambaran
hipersplenisme.

TALASEMIA ALPHA
Patologi Molekuler
Patologi molekuler dan genetika pada talasemia lebih komplek daripada talasemia ,
karena adanya 2 gen globin pada tiap pasang kromosom 16. Genotip normal
globulin digambarkan /. Talasemia o, disebabkan beberapa delesi pada 2 gen
tersebut. Homozigot dan heterozigot digambarkan -/- dan -/. Jarang sekali talasemia
o disebabkan oleh delesi bagian yang mirip LCR globin, 40 kb di atas kumpulan
gen globin. Atau pemutusan lengan pendek kromosom 16.
Pada beberapa kasus terjadi delesi pada 1 bagian dari pasangan gen globulin,
sedangkan yang lain utuh, -/. Lainnya memeiliki 2 gen globin tapi salah satu
mengalami mutasi sehingga menyebabkan inaktivasi sebagian atau seluruhnya
T/.
Delesi pada talasemia + diklasifikasikan lebih lanjut dengan 2 variasi umum
yang menyebabkan hilangnya 3,7, atau 4,2 kb dari DNA, disebut sebagai 3,7 dan
4,2. diketahui kemudian bahwa bentuk tersebut sangat heterogen tergantung dari
kelainan genetik yang mendasari delesi. Delesi ini diduga dari penggabungan dan
crossing over pasangan gen tersebut saat meiosis. Menghasilkan kromosom dengan
satu dan kromosom lain dengan triple .
Sebagai tambahan, didapatkan sindrom talasemia dengan retardasi mental
ringan (ATR). Dengan peneliyian klinis dan molekuler diketahui 2 sindrom, oleh
kromosom 16 (ATR-16) dan kromosom X (ATR-X). ATR-16 berhubungan dengan
retardasi mental ringan dan delesi bagian akhir lengan pendek kromosom 16, berdiri
sendiri atau bersamaan translokasi kromosom. ATR-X diikuti retardasi mental berat,
dan disebabkan oleh mutasi pada XH2 kromosom X. Gen yang dihasilkan
14

berhubungan dengan faktor transkripsi yang mengatur gen globin dan fase awal
pewrtumbuhan susunan saraf pusat dan traktus renalis fetus.
Patologi Seluler
Dengan adanya HbH dan barts, patologi seluler talasemia berbeda dengan talasemia
. Tetramer HbH cenderung mengendap seiring dengan penuaan sel, menghasilkan
inclusion bodies. Proses hemolitik merupakan gambaran utama kelainan ini. Hal ini
semakin berat karena karena HbH dan Barts adalah homotetramer, yang tidak
mengalami perubahan allosterik yang diperlukan untuk tranpor oksigen. Seperti
mioglobin, mereka tidak bisa melepas oksigen pada tekanan fisiologis. Sehingga
tingginya kadar HbH dan Barts sebanding dengan beratnya hipoksia.
Patofisiologi talasemia sebanding dengan jumlah gen yang terkena. Pada
homozigot (-/-) tidak ada rantai yang diproduksi. Pasiennya memiliki Hb Barts
yang tinggi dengan Hb embrionik. Meskipun kadar Hbnya cukup, karena hampir
semua merupakan Hb Barts, fetus tersebut sangat hipoksik. Sebagian besar pasien
lahir mati dengan tanda-tanda hipoksia intrauterin. Bentuk heterozigot talasemia o
dan + menghasilkan ketidakseimbangan jumlah rantai tetapi pasiennya mampu
bertahan dengan penyakit HbH. Kelainan ini ditandai dengan adanya anemia
hemolitik, adaptasi terhadap anemianya sering tidak baik, karena HbH tidak bisa
berfungsi sebagai pembawa oksigen.
Bentuk heterozigot talasemia o (--/) dan delesi homozigot talasemia + (/-) berhubungan dengan anemia hipokromik ringan, mirip talasemia . Meskipun
pada talasemia ditemukan eritrosit dengan inklusi, gambaran ini tidak didapatkan
pada talasemia +. Hal ini menunjukkan diperlukan jumlah kelebihan rantai tertentu
untuk menghasilkan 4 tetramer. Yang menarik adalah bentuk heterozigot non delesi
talasemia (T/T) menghasilkan rantai yang lebih sedikit, dan gambaran klinis
penyakit HbH.
Homozigot Talasemia o
Sindrom hidrops Hb Barts ini biasanya terjadi dalam rahim. Bila hidup hanya
dalam waktu pendek. Gambaran klinisnya adalah hidrops fetalis dengan edem
permagna dan hepatosplenomegali. Kadar Hb 6-8 g/dl dengan eritrosit hipokromik
dan beberapa berinti. Kadar Hb Barts 80%, sisanya Hb Portland. Kelainan ini sering
disertai toksemia gravidarum, perdarahan postpartum dan masalah karena hipertrofi
plasenta. Pemeriksaan otopsi memperlihatkan peningkatan kelainan bawaan.

15

Beberapa bayi, berhasil diselamatkan dengan transfusi tukar dan transfusi berulang.
Pertumbuhan dan perkembangan bisa mencapai normal.
HbH Disease (Talasemia /+)
Ditandai dengan anemia dan splenomegali sedang. Memiliki variasi klinis,
beberapa tergantung transfusi, sedangkan sebagian besar bisa tumbuh normal tanpa
transfusi. Gambaran darah tepi khas talasemia dengan perubahan eritrosit, dengan
HbH bervvariasi, sedikit Hb Barts dan HbA2 rendah sampai sedang. HbH bisa
diketahui dengan bantuan brilian cresil blue yang akan menyebabkan pengendapan
dan pembentukan badan inklusi. Setelah splenektomi bentukan ini makin banyak pada
eritrosit.
Sindrom Talasemia dan Retardasi Mental
Sindrom ATR-16 ditandai dengan retardasi mental sedang dan penyakit HbH ringan
atau gambaran darah yang menyerupai karier talasemia . Pasien dengan kelainan ini
harus menjalani pemeriksaan sitogenetik untuk keperluan konseling genetik bagi
kehamilan berikut.
Pada beberapa kasus didapatkan translokasi kromosom. Sindrom ATR-X
ditandai dengan retardasi mental berat, kejang, tampilan wajah khas dengan hidung
datar, kelainan

urogenital

dan kelainan

kongenital

lain,

gambaran

darah

memperlihatkan penyakit HbH ringan atau karier talasemia , inklusi HbH biasanya
bisa didapatkan.

Gambaran Klinis
Anak pucat dan lemah
Perkembangan fisik tidak sesuai umur
Perut tampak buncit
Hepar dan lien teraba membesar
Bentuk muka khas (Facies Cooley), terutama pada anak yang lebih besar, yaitu
hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak kedua mata lebar, tulang dahi lebar.
Dapat ditemukan keadaan ikterik
Pada anak yang telah sering transfusi darah, warna kulitnya akan berubah
menjadi kelabu seperti warna besi akibat penimbunan besi dalam jaringan
kulit.

16

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang perlu untuk menegakkan diagnosis thalassemia ialah:
1. Darah
Anemia pada talasemia mayor ditandai dengan hipokromok dan mikrositosis yang
berat. Pasien belum tampak anemis pada saat lahir, namun selama beberapa bulan
pertama kehidupan kadar hemoglobin menurun secara drastis. Ketika gejala mulai
timbul, kadar hemoglobin dapat mencapai serendah 3-4 g/dl. Bentuk eritrosit
sangat abnormal, dengan banyaknya mikrosit, poikilositosis, teardrop cells, dan
sel target.
Sel darah berinti ditemukan bervariasi. Hitung retikulosit didapatkan 2-8%,
dimana lebih rendah dari yang diharapkan dari derajat hiperplasia dan hemolisis
sumsum

eritroid,

mungkin

berhubungan

dengan

destruksi

intrameduler.

Didapatkan hitung darah putih meningkat, PMN lekositosis sedang dan hitung
jenis normal kecuali terjadi hipersplenisme. Dari sumsum tulang didapatkan
hiperselularitas hasil dari hiperplasia normoblastik sebelumnya. Prekursor darah
merah juga menunjukkan penurunan hemoglobinisasi dan pengurangan jumlah
sitoplasma.

17

2. Elektroforesis Hb
Diagnosis definitif ditegakkan dengan pemeriksaan eleltroforesis hemoglobin.
Pemeriksaan ini tidak hanya ditujukan pada penderita thalassemia saja, namun juga
pada orang tua, dan saudara sekandung jika ada. Pemeriksaan ini untuk melihat jenis
hemoglobin dan kadar Hb A2. petunjuk adanya thalassemia adalah ditemukannya
Hb Barts dan Hb H. Pada thalassemia kadar Hb F bervariasi antara 10-90%,
sedangkan dalam keadaan normal kadarnya tidak melebihi 1%.
3. Pemeriksaan sumsum tulang
Pada sumsum tulang akan tampak suatu proses eritropoesis yang sangat aktif sekali.
Ratio rata-rata antara myeloid dan eritroid adalah 0,8. pada keadaan normal biasanya
nilai perbandingannya 10 : 3.
4. Pemeriksaan roentgen
Ada hubungan erat antara metabolisme tulang dan eritropoesis. Bila tidak mendapat
tranfusi dijumpai osteopeni, resorbsi tulang meningkat, mineralisasi berkurang, dan
dapat diperbaiki dengan pemberian tranfusi darah secara berkala. Apabila tranfusi
tidak optimal terjadi ekspansi rongga sumsum dan penipisan dari korteknya.
Trabekulasi memberi gambaran mozaik pada tulang. Tulang terngkorak memberikan
gambaran yang khas, disebut dengan hair on end yaitu menyerupai rambut berdiri
potongan pendek pada anak besar.

Penatalaksanaan
Pemberian transfusi darah diberikan bila kadar Hb rendah (< 6 g%) atau bila anak
mengeluh tidak mau makan dan lemah. Kadar Hb dipertahankan antara 8-9,5 g/dl.
18

Tujuan transfusi sel darah merah yang teratur :


1. Mengurangi komplikasi anemia dan eritropoesis yang tidak efektif
2. Membantu tumbuh-kembang selama masa anak-anak
3. Memperpanjang ketahanan hidup pada talasemia mayor
Indikasi transfusi sel darah merah :
1. Kadar hemoglobin < 6 g/dl dalam interval 1 bulan selama 3 bulan berturutturut
2. Pertumbuhan yang terganggu
3. Splenomegali
4. Ekspansi sumsum tulang
Pemberian iron chelating agent (Desferoxamine), diberikan setelah kadar feritin
serum sudah mencapai 1000 ug/l atau saturasi transferin lebih dari 50% atau
sekitar 10-20 kali transfusi darah. Dosis desferoxamine 25-50 mg/kgBB/hari,
subkutan,8 12 jam minimal 5 hari berturut-turut setiap selesai transfusi darah.
Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi.
Asam folat 2-5 mg/hari per oral.
Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan untuk memperpanjang umur
sel darah merah.
Splenektomi
Indikasi:
-

Tanda - tanda hipersplenisme dini: kebutuhan transfusi darah sudah


mencapai 200-250 ml/kg/tahun.

Tanda tanda hipersplenisme lanjut: pansitopenia.

Limpa > 6 cm di bawah arkus costae, yang menyebabkan rasa tidak


nyaman dan mencegah terjadinya ruptur.

Sedikitnya 2-3 minggu sebelum dilakukan splenektomi, sebaiknya dilakukan


vaksinasi dengan vaksin pneumococcal dan haemophilus influenza type B dan
sehari setelah operasi diberi penisilin profilaksis. Bila alergi, penisilin dapat
diganti dengan eritromisin.
Skrining dan Pencegahan
Ada 2 pendekatan untuk menghindari talasemia :

19

1. Karena karier talasemia bisa diketahui dengan mudah, skrining populasi dan
konseling tentang pasangan bisa dilakukan. Bila heterozigot menikah, 1 dari 4
anak mereka bisa menjadi homozigot atau gabungan heterozigot.
2. Bila ibu heterozigot sudah diketahui sebelum lahir, paangannya bisa diperiksa
dan bila termasuk karier, pasangan tersebut ditawari diagnosis prenatal dan
terminasi kehamilan pada fetus dengan talasemia berat.
Komplikasi
Akibat anemia yang berat dan lama sering terjadi gagal jantung. Transfusi darah
yang berulang-ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah
sangat tinggi sehingga ditimbun dalam berbagai jaringan tubuh seperti hepar,
limpa, kulit, jantung, dll. Hal ini mengakibatkan gangguan fungsi alat tersebut
(hemokromatosis).

20

DAFTAR PUSTAKA
1. Permono, B, H, Ugrasena IDG, Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak,
Hemoglobin Abnormal, Talasemia, hal. 64 84, Badan penerbit IDAI, Jakarta:
2005
2. Hasan, R, dr dkk, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FK UI Jilid 1, Talasemia,
hal 444 449, Percetakan Infomedika, Jakarta: 1985
3. www.embrinita.wordpress.com.

21

Anda mungkin juga menyukai