Anda di halaman 1dari 90

Presentasi Kasus

SEORANG WANITA USIA 58 TAHUN


DENGAN PNEUMONIA

Yusiska W. I.
Fajar S. I. F.
Dea Saufika N.
Atika Sugiarto
Alifa Rizka A.
Mega Aini R.
Pembimbing:
Amalia dr.,
SalimSp.P (K)
Dr. Reviono,
Windhy M.
Berlian Adji P. W.

endahuluan
Pneumonia merupakan
infeksi akut di parenkim
paru-paru

angka kematian tertinggi


ke tujuh dari kematian di
Amerika Serikat

Melibatkan jalan nafas distal


dan alveoli, pneumonia
lobular melibatkan bagian
dari lobus, dan pneumonia
lobus melibatkan seluruh
lobus

Sekitar 80% dari seluruh kasus


baru praktek umum
berhubungan dengan infeksi
saluran nafas yang terjadi di
masyarakat (pneumonia
komunitas) atau didalam
rumah sakit (pneumonia
nosokomial)

Pneumonia semakin sering


dijumpai pada orang lanjut
usia dan penyakit paru
obstruktif kronik.

penyakit infeksi
saluran napas
bawah menempati
urutan ke-2
sebagai penyebab
kematian di
Indonesia.

SEAMIC Health Statistic 2001


influenza dan pneumonia
merupakan penyebab kematian
nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di
Brunei,nomor 7 di Malaysia, nomor
3 di Singapura, nomor 6 di
Thailand dan nomor 3 di Vietnam

Mikrobiologi :Klebsiela
pneumoniae45,18%,
Streptococcus pneumoniae14,04%
Streptococcus viridians 9,21%,
Staphylococcus aureus 9%,
Pseudomonas aeruginosa 8,56%,
Streptococcus hemolyticus 7,89%,
Enterobacter 5,26%,
Pseudomonas spp 0,9%.

TUJUAN

Untuk mengetahui patofisiologi dan patogenesis


penyakit paru, terutama pneumonia.

Untuk mengetahui pembagian penyakit pneumonia.

Untuk menemukan hubungkan hasil anamnesis dan


pemeriksaan dengan penyakit paru yang diderita.

Untuk mengetahui prosedur diagnosis penderita.

Untuk menentukan penatalaksanaan penyakit paru


dengan baik, terutama pneumonia

Anatomi Paru

Paru-paru merupakan organ yang lunak, spongious dan elastis,


berbentuk kerucut atau konus, terletak dalam rongga toraks dan
di atas diafragma, diselubungi oleh membran pleura.
Setiap paru mempunyai apeks (bagian atas paru) yang tumpul
di kranial dan basis (dasar) yang melekuk mengikuti lengkung
diphragma di kaudal. Pembuluh darah paru, bronkus,saraf dan
pembuluh limfe memasuki tiap paru pada bagian hilus (Price
dan Wilson, 2005)

Paru-paru kanan : 3 lobus


paru-paru kiri : 2 lobus.
Lobus padaparu-paru kanan adalah
lobus superius, lobus medius, dan
lobus inferius. Lobus medius lobus
inferius dibatasi fissura horizontalis
lobus inferius dan medius dipisahkan
fissura oblique.
Lobus pada paru-paru kiri adalah lobus
superius dan lobus inferius yg
dipisahkan oleh fissura oblique. Pada
paru-paru kiri ada bagian yang
menonjol seperti lidah yang disebut
lingula.
Jumlah segmen pada paru-paru sesuai
dengan Jumlah bronchus segmentalis,
biasanya 10 di kiri dan 8-9 yang kanan.
Sejalan dengan percabangan bronchi
segmentales menjadi cabang-cabang
yg lebih kecil, segmenta paru dibagi
lagi menjadi subsegmen-subsegmen.
(Price dan Wilson, 2005)

Pneumonia

Fisiologi Paru

Tahap I
Fase

inspirasi

Fase

ekspirasi

Tahap II
Proses

difusi

Definisi

Suatu peradangan paru yang disebabkan


mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit).

oleh

Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh


nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi
bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut
pneumonitis.

Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam


mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur dan
protozoa. Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang
diderita oleh masyarakat luar negeri banyak disebabkan
bakteri Gram positif, sedangkan pneumonia di rumah
sakit banyak disebabkan bakteri Gram negatif.

Pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri


anaerob. Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di
Indonesia menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan
dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti
adalah bakteri Gram negatif.

Patofisiologi

Dalam
keadaan
sehat,
tidak
terjadi
pertumbuhan
mikroorganisme di paru. Keadaan ini disebabkan oleh
mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi ketidakseimbangan
antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dapat berkembang
biak dan menimbulkan penyakit.

Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada kemampuan


mikroorganisme untuk sampai dan merusak permukaan epitel
saluran napas. Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai
permukaan :

Inokulasi langsung

Penyebaran melalui pembuluh darah

Inhalasi bahan aerosol

Kolonisasi dipermukaan mukosa

Patofisiologi

Pada waktu terjadi peperangan antara host dan bakteri


maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik terset
yaitu :

Zona luar : alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan


edema.

Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan


beberapa eksudasi sel darah merah.

Zona konsolidasi yang luas : daerah tempat terjadi


fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN yang banyak.

Zona resolusi : daerah tempat terjadi resolusi dengan


banyak bakteri yang mati, leukosit dan alveolar makrofag.

Diagnosis

Gambaran klinis

Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang

Gambaran radiologis

Pemeriksaan laboratorium

Diagnosis pasti pneumonia komuniti ditegakkan jika


pada foto toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat
progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di
bawah ini:

Batuk-batuk bertambah

Perubahan karakteristik dahak / purulen

Suhu tubuh > 380C (aksila) / riwayat demam

Pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara


napas bronkial dan ronki

Leukosit > 10.000 atau < 4500

Diagnosis (2)
Penilaian derajat
keparahan
penyakit,
menggunakan
system skor
menurut hasil
penelitian
Pneumonia
Patient Outcome
Research Team
(PORT)

Diagnosis (3)
Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai 'salah satu atau
lebih' kriteria di bawah ini:

Kriteria minor

Frekuensi napas > 30/menit


Pa02/FiO2kurang dari 250 mmHg
Foto toraks paru menunjukkan
kelainan bilateral

Kriteria mayor

Membutuhkan ventilasi mekanik

Infiltrat bertambah > 50%

Foto toraks paru melibatkan > 2


lobus

Membutuhkan vasopresor > 4 jam


(septik syok)

Tekanan sistolik < 90 mmHg

Tekanan diastolik < 60 mmHg

Kreatinin serum > 2 mg/dl atau


peningkatan > 2 mg/dI, pada
penderita riwayat penyakit ginjal
atau gagal ginjal yang
membutuhkan dialisis

Diagnosis (4)

Indikasi rawat inap pneumonia komuniti

Skor PORT lebih dari 70

Bila skor PORT kurang < 70 maka penderita tetap perlu


dirawat inap bila dijumpai salah satu dari kriteria dibawah
ini :

Frekuensi napas > 30/menit

Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg

Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

Fototoraks paru melibatkan > 2 lobus

Tekanan sistolik < 90 mmHg

Tekanan diastolik < 60 mmHg

Pneumonia pada pengguna NAPZA

Diagnosis (5)

Kriteria perawatan intensif

mempunyai paling sedikit 1 dari 2 gejala mayor tertentu


(membutuhkan ventalasi mekanik dan membutuhkan
vasopressor > 4 jam [syok sptik]) atau 2 dari 3 gejala minor
tertentu (Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg, foto toraks
paru menunjukkan kelainan bilateral, dan tekanan sistolik
< 90 mmHg). Kriteria minor dan mayor yang lain bukan
merupakan indikasi untuk perawatan Ruang Rawat Intensif

Diagnosis (6)

Pneumonia atipik

Pada pneumonia selain ditemukan bakteri penyebab yang


tipik sering pula dijumpai bakteri atipik. Bakteri atipik
yang sering dijumpai adalah Mycoplasma pneumoniae,
Chlamydia pneumoniae, Legionella spp. Penyebab lain
Chlamydiapsittasi, Coxiella burnetti, virus Influenza tipe A
& B, Adenovirus dan Respiratori syncitial virus

Diagnosis pneumonia atipik

Diagnosis (7)

Perbedaan gambaran klinik pneumonia atipik dan


tipik

Diagnosis Banding

Infark paru

Immobilisasi lama

Flebitis

Hemoptisis tanpa sputum

Nyeri pleuritis lebih dari satu tempat

Adanya kelainan radiologis baru, selama pengobatan pneumonia

Pleuritis eksudativa karena tb

Terutama pada pneumonia stadium permulaan

Jika pneumonia juga disertai efusi pleura (parapneumonic


effusion) jika riwayat infeksi saluran nafas atas (-)

Batuk batuk tanpa sputum, Leukosit normal, cairan pleura banyak,


limfosit banyak dalam

cairan pleura. Kemungkinan efusi pleura karena TB

Ca paru

Ca. paru yang menyumbat lumen bronkus pneumonia,


sehingga bayangan Ca tidak terlihat. Dengan antibiotika
gambaran pneumonia menghilang akan terlihat bayangan hilus
yang membesar Ca paru

Diagnosis Banding (2)

PNEUMONIA

Perbaikan akan terlihat


setelah 1 2 minggu
Bersih setelah 3 4
minggu

TB PARU

Tidak ada perbaikan


sebelum 4 minggu

Bersih / menghilang
setelah 3 4 bulan
atau lebih

Diagnosis Banding (3)

Gambaran Pneumonia Lobaris

Diagnosis Banding (4)

Pemeriksaan Penunjang

Lab Darah

Leukosit 10.000 15.000/mm. Angka leukosit tidak boleh >


30.000/mm. Pada 20% kasus angka leukosit bisa normal, jika
leukosit < 3000/mm prognosa jelek.

Hitung jenis (diff. Count) leukosit ditemukan neutrofil batang


banyak

LED / ESR / BBS sangat tinggi

Bilirubin serum

Kultur darah (+) pada 20 30%

diagnosis etiologi: pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi.

Analisis gas darah hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium


lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.

Radiologis

Foto toraks (PA / lateral ): tampak adanya infiltrat sampai


konsolidasi dengan air bronchogram , penyebaran bronkogenik
dan interstisial serta gambaran kaviti.

Gambaran pneumonia lobaris Sitreptococcus pneumonia

infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia


Pseudomonas aeruginosa

PENATALAKSANAAN

Pengobatan pasien pneumonia sesuai dengan


ATS/IDSA 2007 perlu diperhatikan :

Pasien tanpa riwayat pemakaian antibiotic 3 bulan


sebelumnya

Pasien dengan komorbid atau mempunyai riwayat


pemakaian antibiotic 3 bulan sebelumnya.
Pemilihan
antibiotic secara empiris berdasarkan
beberapa faktor, termasuk:

Jenis kuman yang kemungkinan


berdasarkan pola kuman setempat

besar

sebagai

penyebab

Telah terbukti dalam penelitian sebelumnya bahwa obat tersebut


efektif.

Faktor riiko resisten antibiotic. Pemilihan antibiotic harus


mempertimbangkan
kemungkinan
resisten
terhadap
Streptococcus pneumonia yang merupakan penyebab utama
pada CAP yang memerlukan perawatan.

Faktor komorbid dapat mempengaruhi kecenderungan terhadap


jenis kuman tertentu dan menjadi faktor penyebab kegagalan
pengobatan.

PENATALAKSANAAN (2)
Penatalaksanaan pneumonia komunitas
a.

Pasien rawat jalan


1.

2.

b.

Pengobatan suportif/simtomatik

Istirahat di tempat tidur

Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi

Bila panas tinggi perlu di kompres atau minum obat penurun panas

Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran

Pemberian antibiotic harus diberikan sesegera mungkin

Pasien rawat inap di ruang rawat biasa


1.

2.

Pengobatan suportif/simtomatik

Pemberian terapi oksigen

Pemasangan infus untuk rehidras, koreksi kalori dan elektrolit

Pemberian obat simtomatik antara lain antipiretik dan mukolitik

Pemberian antibiotic harus diberikan sesegera mungkin

PENATALAKSANAAN (3)
c.

Pasien rawat inap di ruang intensif


1.

Pengobatan suportif/simtomatik

Pemberian terapi oksigen

Pemasangan infus untuk rehidras, koreksi kalori dan


elektrolit

Pemberian obat simtomatik antara lain antipiretik dan


mukolitik

2.

Pemberian antibiotic harus diberikan sesegera mungkin

3.

Bila ada indikasi pasien dipasang ventilasi mekanis

PENATALAKSANAAN (4)

Jika diagnosis pneumonia telah ditegakkan harus


secepatnya diberikan antibiotika, setelah sebelumnya
diambil specimen untuk pemeriksaan mikrobiologi.
Pemberian antibiotic dievaluasi secara klinis dalam 72 jam
pertama.

Jika didapatkan perbaikan klinis terapi dapat dilanjutkan

Jika perburukan maka antibiotic harus diganti sesuai hasil


biakan atau pedoman empiris.

Pasien pneumonia yang dirawat melalui IGD pemberian


antibiotic segera diberikan sejak di IGD dalam waktu 8 jam
sejak masuk rumah sakit (< 4 jam akan menurunkan angka
kematian)

PENATALAKSANAAN (5)

Pengobatan pneumonia atipik

Antibiotik masih tetap merupakan pengobatan utama pada


pneumonia termasuk pneumonia atipik. Antibiotik terpilih
pada pneumonia atipik yang disebabkan oleh M. pneumoniae,
C, pneumonia, dan Legionella adalah golongan:

Makrolid baru
roksitromisin

: azitromisin, klaritromisin,

Fluorokuinolon repirasi

: levofloksasin, moksifloksasin

Pengobatan pneumonia virus

Untuk pasien terinfeksi virus influenza (H5N1, H1N1, H7N9,


H3N2) antiviral diberikan secepat mungkin (48 jam
pertama):

Dewasa atau anak 13 tahun oseltamivir 2x75 mg / hari


selama 5 hari

Anak 1 tahun dosis oseltamivir 2mg/KgBB, 2 kali / hari


selama 5 hari

Dosis oseltamivir dapat diberikan sesuai dengan berat badan

PENATALAKSANAAN (6)

Terapi sulih (Switch therapy)

Perubahan obat suntik ke oral harus memperhatikan


ketersediaan antibiotic yang diberikan secara iv dan
antibiotic oral yang efektifitasnya mampu mengimbangi
sequential (obat sama, potensi sama), switch over (obat
berbeda, potensi sama) dan step down (obat sama atau
berbeda, potensi lebih rendah).

Kriteria perubahan obat suntik ke oral:

Hemodinamik stabil

Gejala klinis membaik

Dapat minum obat oral

Fungsi GIT normal

Kriteria klinis stabil:

Suhu 37,8 C

Frekuensi nadi 100x/menit

Frekuensi napas 24x/menit

Tekanan darah sistolik 90 mmHg

Saturasi oksigen arteri 90% atau PO 60 mmHg

PENATALAKSANAAN (7)

Lama pengobatan

Lama pemberian anntibiotik (iv/oral) minimal 5 hari dan tidak demam 4872 jam. Sebelum terapi diberikan pasien dalam keadaan sebagai berikut:

Tidak memerlukan suplemen oksigen (kecuali untuk penyakit dasarnya)

Tidak lebih dari satu tanda-tanda ketidakstabilan klinis seperti:

Frekuensi nadi > 100x/menit

Frekuensi napas >24x/menit

Tekanan darah sistolik 90 mmHg

Lama pengobatan pada umumnya 7-10 hari pada pasien yang menunjukkan
respons dalam 72 jam pertama. Lama pemberian antibiotic dapat
diperpanjang bila:

Terapi awal tidak efektif terhadap kuman penyebab

Terdapat infeksi ekstraparu (meningitis atau endocarditis)

Kuman penyebab adalah P. aeruginosa, S.aereus, Legionella spp atau


disebabkan kuman yang tidak umum seperti Burkholderia
pseudomallei, jamur

Necrotizing pneumonia, empyema atau abses

Komplikasi

Efusi pleura

Empiema

Abses paru

Pneumothoraks

Gagal napas

Sepsis

Prognosis

Prognosis pneumonia tergantung dari faktor pasien,


bakteri penyebabdan penggunaan antibiotik yang tepat
serta adekuat. Perawatan yang baik dan intensif sangat
mempengaruhi prognosis penyakit pada pasien yang
dirawat. Angka kematian pasien pneumonia komunitas
kurang dari 5% pada pasien rawat jalan dan 20% pada
pasien rawat inap.

Prognosis (2)
Penentuan prognosis menurut IDSA dan British Thoracic Society (BTS)

BAB II
STATUS
PASIEN

Anamnesis
Anamnesis

Px Fisik

Px
Penunjang

Diagnosis

Tata
Laksana

Identitas Pasien
Nama Pasien
: Ny S
Usia
: 58 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Agama
: Islam
Alamat
: Surakarta
Tanggal Masuk : 6 November 2015
Tanggal Pemeriksaan : 6 November 2015
No. RM
: 012770xx

Anamnesis
Anamnesis

Px Fisik

Px
Penunjang

Diagnosis

Tata
Laksana

Keluhan Utama
Sesak nafas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Dr. Moewardi dengan keluhan sesak 3
hari, mengi (+), sesak dipengaruhi cuaca atau debu, memberat dengan
aktivitas. Pasien riwayat sesak 2 tahun ini tapi jarang kambuh. Pasien
mengeluh batuk 5 hari ini, dahak (+), putih kental, batuk darah (-), nyeri
dada (-).
Demam (+) 3 hari, demam sumer-sumer (-), mual muntah (-),
nafsu makan biasa, penurunan berat badan (-), keringat malam (-), BAB
dan BAK tak ada kelainan.

Anamnesis
Anamnesis

Px Fisik

Px
Penunjang

Diagnosis

Tata
Laksana

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat
Riwayat
rutin
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat

pengobatan OAT : disangkal


Hipertensi
: (+) 1 tahun, berobat tidak

Diabetes Melitus : disangkal


Jantung
: disangkal
Asma
: (+)
Alergi/atopi
: disangkal
penggunaan obat : berotec dan simbicort
Mondok
: 1. Oktober 2014 di RSDM
karena sesak
2. Januari 2015 di RSDM
dg asma dan pneumonia

Anamnesis
Anamnesis

Px Fisik

Px
Penunjang

Diagnosis

Tata
Laksana

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat

TB dalam keluarga : disangkal


kanker dalam keluarga : disangkal
Hipertensi
: disangkal
Penyakit Jantung : disangkal
DM
: disangkal
Asma
: disangkal
Alergi Obat/Makan : disangkal

Anamnesis
Anamnesis

Px Fisik

Px
Penunjang

Diagnosis

Tata
Laksana

Riwayat Kebiasaan dan Gizi


Merokok
: disangkal
Minum alkohol
: disangkal
Memasak dengan kayu bakar : disangkal
Mempunyai binatang peliharaan : disangkal
Kontak dengan binatang
: disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien berobat di RS Dr. Moewardi menggunakan
fasilitas BPJS. Pasien seorang ibu rumah tangga. Di
sekitar rumah pasien terdapat tempat pembuatan
batik yang menggunakan lilin.

Anamnesis
Anamnesis

Px Fisik

Px
Penunjang

Diagnosis

Keadaan Umum : Tampak sesak


Kesadaran
: Compos mentis
TD
: 140/90mmHg
Nadi
: 92x/menit
RR
: 31x/menit
Suhu
: 38,4 C
SaO2
: 95% dengan O2 4 lpm

Tata
Laksana

Bunyi jantung I-II


reguler, bising (-)
batas jantung
normal
Paru Anterior
I : Statis : permukaan dada
ka=ki;
Dinamis :
Pergerakan dada kanan =
kiri
P: fremitus taktil kanan =
kiri
P: sonor / sonor
A: SDV (+) / SDV (+),
Wheezing (+) saat
ekspirasi di kedua lapang
paru, RBK (+/+), RBH (+/+)
Paru Posterior
I : Statis : permukaan dada
ka=ki;
Dinamis :
Pergerakan dada kanan =
kiri
P: fremitus taktil kanan =
kiri
P: sonor / sonor

Mata : konjungtiva
pucat -/sklera ikterik -/Mulut : stomatitis (-),
sianosis (-) bibir pecahpecah (-) Pharynx
Hiperemis (-)
Leher : JVP tidak
KGB tidak membesar
Thoraks: Retraksi (+),
venektasi (-).

Abdomen
Dinding perut sejajar
dinding dada, Bising
Usus (+) N, timpani,
supel, Nyeri Tekan (-)
oedem (-/-)
Akral dingin (-/-)
Clubbing finger (-/-)

Anamnesis

Px Fisik

Laboratorium darah:
Hemoglobin
: 17,6
Hematokrit : 54
Leukosit
: 14,2
Trombosit : 440
Eritrosit
: 5,72
MCV
: 94,4
MCH
: 30,8
MCHC
: 32,6
RDW
: 12,5
MPV
: 8,0
PDW
: 16

Px
Penunjang

Diagnosis

Analisa gas darah :


pH
: 7,45
BE
: 2,3
pCO2
: 37,0
pO2
: 68,0
HCO3
: 26,6
Total CO2 : 27,7
Saturasi O2 : 95%

Tata
Laksana

Anamnesis

Px Fisik

Px
Penunjang

Diagnosis

Eosinofil
: 4,70
Basofil
: 0,40
Neutrofil
: 56,90
Limfosit
: 33,30
Monosit
: 4,70
Golongan darah
:O

GDS
SGOT
SGPT
Albumin
Creatinin
Ureum

PT
APTT
INR

Natrium darah : 145


Kalium darah : 3,2
Chlorida darah : 106

: 13,8
: 22,5
: 1,130

: 128
: 42
: 58
: 4,6
: 0,7
: 35

Tata
Laksana

Anamnesis

Px Fisik

Px
Penunjang

Foto Thoraks (Tanggal 6 November 2015)

Diagnosis

Tata
Laksana

Anamnesis

Px Fisik

Px
Penunjang

Diagnosis

Tata
Laksana

Foto Thoraks PA/Lateral


Cor : besar dan bentuk normal
Pulmo : tampak infiltrat di kedua lapang paru, corakan bronovaskuler
meningkat.
Sinus costophrenicus kanan kiri anterior posterior tajam
Retrosternal dan retrocardiac space dalam batas normal
Hemidiaphragma kanan kiri normal
Trakea di tengah
Sistema tulang baik

RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Dr. Moewardi dengan keluhan
sesak 3 hari, mengi (+), sesak dipengaruhi cuaca atau debu,
memberat dengan aktivitas. Pasien riwayat sesak 2 tahun ini
tapi jarang kambuh. Pasien mengeluh batuk 5 hari ini, dahak
(+), putih kental, batuk darah (-), nyeri dada (-).
Demam (+) 3 hari, demam sumer-sumer (-), mual muntah
(-), nafsu makan biasa, penurunan berat badan (-), keringat
malam (-), BAB dan BAK tak ada kelainan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/100
mmHg, RR 31 x/menit, nadi 92x/menit, suhu 38,4oC per aksiler,
saturasi O2 95% dengan O2 4 lpm. Pada pemeriksaan lapang
paru anterior maupun posterior didapatkan permukaan dada kiri
= kanan, pengembangan dada kiri = kanan, fremitus taktil kiri
= kanan, perkusi sonor di kedua lapang paru, auskultasi
didapatkan SDV +/+, wheezing (+/+), dan RBH (+/+) di lapang
paru kanan kiri.
Pada pemeriksaan analisa gas darah didapatkan PO2
menurun (68,0), dan total CO2 meningkat (27,7). Pada
pemeriksaan radiologis foto thoraks tampak infiltrat dan

Anamnesis

Px Fisik

Px
Penunjang

Resume
Diagnosis

Tata
Laksana

DIAGNOSIS
Pneumonia komuniti KR III
Asma akut sedang pada asma persisten ringan
pada asma terkontrol sebagian

Terapi
- O2 4-5 lpm nasal
- Nebulizer berotec : atrovent= 1 : 0,25 per 8
jam
- IVFD NaCl 0,9% 20 tpm + aminofilin 240 mg
- Injeksi metilprednisolon 62,5 mg
- Injeksi ceftriaxone 2gr/24 jam

Plan
APE harian
Sputum Mo/G/K/R
Spirometri jika stabil
Konsul jantung

FOLLOW UP
PASIEN

TANGGAL 7 NOVEMBER
2015 (DPH 1)
S : sesak (+), batuk (+), mual (+)
O : keadaan umum : sakit sedang, komposmentis
Tanda vital :
TD : 160/120 mmhg
Nadi
: 92 kali/ menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur
RR : 26x/menit
Suhu
: 38C per aksiler
Sio2 : 95% dengan O2 4 liter permenit.
Kulit : warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venektasi (-), spider
naevi (-)
Kepala : mesocephal, luka (-), atrofi otot (-), rambut rontok (-)
Mata : conjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor
(3 mm/ 3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
Telinga : deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), tonsil t1-t1, faring hiperemis (-),
stomatitis (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-)
Leher : simetris, trakhea ditengah, jvp tidak meningkat, pembesaran kgb (-), nyeri
tekan (-), benjolan (-)
Thoraks : retraksi (-)

Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi: BJ I dan II intensitas normal, reguler, bising
(-)
Paru anterior
Paru posterior
Inspeksi statis
: simetris, dinding dada kiri = kanan
Simetris, dinding dada kiri = kanan
Inspeksi dinamis : pengembangan dada kiri = kanan
Pengembangan dada kiri = kanan
Palpasi
: fremitus raba kiri = kanan
Perkusi
: sonor/sonor
Fremitus raba kiri = kanan
Auskultasi
: SDV (+/+),wheezing (+/+),RBK (+/-)
Sonor/sonor
SDV (+/+),wheezing (+/+),RBK (+/-)
Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi
: peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba

Ekstremitas
Akral dingin oedem

Diagnosis
Pneumonia komuniti KR III
asma akut sedang pada asma persisten ringan terkontrol sebagian
Terapi
O2 4-5 lpm
Nebulizer per 6 jam
IVFD nacl 0,9% 20 tpm
Injeksi ceftriaxon 2 gram/24 jam
Injeksi methyl prednisolon 62,5 gram/12 jam
Injeksi ranitidin 50 mg / 12 jam
N acetyl cistein 3x200 mg
Azitromicyn 1x500gram
Paracetamol 3x500 mg p.R.N

Plan
Sputum mo/G/K/R
Spirometri jika stabil
Konsul jantung

LABORATORIUM
Hasil Pemeriksaan Analisis Gas Darah Tanggal 7 November 2015

TANGGAL 8 NOVEMBER
2015 (DPH 2)
S : sesak (+), batuk (+)
O : keadaan umum : sakit sedang, kompos mentis
Tanda vital :
TD
: 160/100 mmhg
Nadi
: 88 kali/menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur
RR
: 24 kali/menit
Suhu
: 37,8C per aksiler
Sio2 : 95% dengan O2 4 liter permenit
Kulit : warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venektasi (-), spider naevi
(-)
Kepala : mesocephal, luka (-), atrofi otot (-), rambut rontok (-)
Mata : conjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor (3
mm/ 3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
Telinga : deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), tonsil T1-T1, faring hiperemis (-),
stomatitis (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-)
Leher : simetris, trakhea ditengah, JVP tidak meningkat, pembesaran KGB (-), nyeri
tekan (-), benjolan (-)
Thoraks : retraksi (-)

Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi: BJ I dan II intensitas normal, reguler, bising (-)
Paru anterior
Inspeksi statis
: simetris, dinding dada kiri = kanan
Paru posterior
Inspeksi dinamis : pengembangan dada kiri = kanan
Simetris, dinding dada kiri = kanan
Palpasi
: fremitus raba kiri = kanan
Pengembangan dada kiri = kanan
Perkusi
: sonor/sonor
Fremitus raba kiri = kanan
Auskultasi
: SDV (+/+),wheezing (+/+),RBK (+/-)
Sonor/sonor

Abdomen
SDV (+/+),wheezing (+/+),RBK (+/Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi
: peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas
Akral dingin
oedem

Diagnosis
Pneumonia komuniti KR III
asma akut sedang pada asma persisten ringan terkontrol sebagian
Terapi
O2 4-5 lpm
Nebulizer per 4 jam
IVFD nacl 0,9% 20 tpm + aminofilin 1 ampul
Injeksi ceftriaxon 2 gram/24 jam
Injeksi methyl prednisolon 62,5 gram/12 jam
Injeksi ranitidin 50 mg / 12 jam
N acetyl cistein 3x200 mg
Azitromicyn 1x500gram
Paracetamol 3x500 mg

PLAN
SPUTUM MO/G/K/R
KONSUL JANTUNG
SPIROMETRI

LABORATORIUM

Hasil pemeriksaan analisis gas darah tanggal 8


november 2015

TANGGAL 9 NOVEMBER
2015 (DPH 3)
S : sesak (+) menurun, batuk (+) menurun, blood streak (-)
O : keadaan umum : sakit sedang, komposmentis
Tanda vital :
TD
: 190/100 mmhg
Nadi
: 84 kali/menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur
RR
: 22 kali/menit
suhu
: 37,3C per aksiler
Sio2 : 98% dengan O2 3 liter permenit
Kulit : warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venektasi (-), spider
naevi (-)
Kepala : mesocephal, luka (-), atrofi otot (-), rambut rontok (-)
Mata : conjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor (3
mm/ 3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
Telinga : deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), tonsil t1-t1, faring hiperemis (-),
stomatitis (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-)
Leher : simetris, trakhea ditengah, jvp tidak meningkat, pembesaran kgb (-), nyeri
tekan (-), benjolan (-)
Thoraks : retraksi (-)

Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi: BJ I dan II intensitas normal, reguler, bising (-)

Paru anterior
Inspeksi statis
: simetris, dinding dada kiri = Paru
kananposterior
Inspeksi dinamis : pengembangan dada kiri = kanan
Simetris, dinding dada kiri = kanan
Palpasi
: fremitus raba kiri = kanan
Pengembangan dada kiri = kanan
Perkusi
: sonor/sonor
Fremitus raba kiri = kanan
Auskultasi
: SDV (+/+),wheezing (+/+),RBK (-/-)
Sonor/sonor
Abdomen
SDV (+/+),wheezing (+/+),RBK (-/Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi
: peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas
Akral dingin

oedem

Diagnosis
Pneumonia komuniti KR III perbaikan
Asma akut sedang pada asma persisten ringan terkontrol sebagian
Terapi
O2 3 lpm
Diet TKTP 1700 kalori
IVFD nacl 0,9% 20 tpm + 240 mg aminofilin
Nebulizer fenoterol : ipratropium = 1 : 0,25 bromide per 6 jam
Injeksi ceftriaxon 2 gram/24 jam
Injeksi methyl prednisolon 62,5 gram/12 jam
Injeksi ranitidin 50 mg / 12 jam
Azitromicyn 1x500gram
KSR 2x1 tablet

PLAN
CEK DARAH RUTIN ULANG
SPIROMETRI JIKA STABIL
TUNGGU HASIL SPUTUM MO/G/K/R

Hasil Pemeriksaan Darah Tanggal 9 November 2015

TANGGAL 10 NOVEMBER 2015


(DPH 4)
S : sesak (+) menurun, batuk (+) menurun, blood streak (-)
O : keadaan umum : sakit sedang, komposmentis
Tanda vital :
TD: 180/100 mmhg
Nadi : 80 kali/menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur
RR: 24 kali/menit
suhu: 36,7C per aksiler
Sio2 : 98% dengan O2 3 liter permenit..
Kulit : warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venektasi
(-), spider naevi (-)
Kepala : mesocephal, luka (-), atrofi otot (-), rambut rontok (-)
Mata : conjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+),
pupil isokor (3 mm/ 3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
Telinga : deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), tonsil t1-t1, faring
hiperemis (-), stomatitis (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-)
Leher : simetris, trakhea ditengah, jvp tidak meningkat, pembesaran kgb
(-), nyeri tekan (-), benjolan (-)

Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi
: konfigurasi jantung kesan tidak
melebar
Auskultasi: BJ I dan II intensitas normal, reguler,
bising (-)
Paru anterior
Inspeksi statis : simetris, dinding dada kiri =
kanan
Inspeksi dinamis
: pengembangan dada kiri =
kanan
Palpasi
: fremitus raba kiri = kanan
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
: SDV (+/+),wheezing (+/+),RBK
(-/-)
Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi: peristaltik (+) normal
Perkusi
: timpani
Palpasi
: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba

Paru posterior
Simetris, dinding dada kiri = kanan
Pengembangan dada kiri = kanan
Fremitus raba kiri = kanan
Sonor/sonor
SDV (+/+),wheezing (+/+),RBK (-/-)

Ekstremitas
Akral dingin

oedem

Diagnosis
Pneumonia komuniti KR III perbaikan
Asma akut sedang pada asma persisten ringan terkontrol sebagian
Masalah: hipokalemia, hiperglikemia
Terapi
O2 3 lpm
Diet TKTP 1700 kalori
IVFD nacl 0,9% 20 tpm + 240 mg aminofilin
Nebulizer fenoterol : ipratropium = 1 : 0,25 bromide per 6 jam
Injeksi ceftriaxon 2 gram/24 jam
Injeksi methyl prednisolon 62,5 gram/12 jam
Injeksi ranitidin 50 mg / 12 jam
Azitromicyn 1x500gram
KSR 2x1 tablet
Codein 3x10 mg

Laboratorium:
Hasil pemeriksaan sputum mo/K/G/R tanggal 10
november 2015
Pengecatan gram: ditemukan kuman gram positif dan
gram negatif batang, leukosit 0-3/LPB, epithel 0-3/LPB
Pengecatan BTA dari sputum, pagi: negative
Organisme: no growth

Plan:
Spirometri jika stabil
Cek GDP, G2PP, hba1c

TANGGAL 11 NOVEMBER 2015


(DPH 5)
S : sesak (+) menurun, batuk (+) ngikil, dahak (-)
O : keadaan umum : sakit sedang, komposmentis
Tanda vital :
TD
: 180/100 mmhg
Nadi
: 84 kali/menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur
RR
: 24 kali/menit
suhu
: 36,8C per aksiler
Sio2
: 98% dengan O2 3 liter permenit
Kulit : warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venektasi (-), spider
naevi (-)
Kepala : mesocephal, luka (-), atrofi otot (-), rambut rontok (-)
Mata : conjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil
isokor (3 mm/ 3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
Telinga : deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), tonsil t1-t1, faring hiperemis
(-), stomatitis (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-)
Leher : simetris, trakhea ditengah, jvp tidak meningkat, pembesaran kgb (-),
nyeri tekan (-), benjolan (-)
Thoraks : retraksi (-)

Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi: BJ I dan II intensitas normal, reguler, bising (-)
Paru anterior
Inspeksi statis
: simetris, dinding dada kiri = Paru
kananposterior
Inspeksi dinamis : pengembangan dada kiri = kanan
Simetris, dinding dada kiri = kanan
Palpasi
: fremitus raba kiri = kanan
Pengembangan dada kiri = kanan
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
: SDV (+/+),wheezing (-/-),RBK (-/-)Fremitus raba kiri = kanan
Sonor/sonor
Abdomen
SDV (+/+),wheezing (-/-),RBK (-/-)
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi
: peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas
Akral dingin
oedem

Diagnosis
Pneumonia komuniti KR III perbaikan
Asma akut sedang pada asma persisten ringan terkontrol sebagian
Masalah: hipokalemia, hiperglikemia
Terapi
O2 3 lpm
Diet TKTP 1700 kalori
IVFD nacl 0,9% 20 tpm + 240 mg aminofilin
Nebulizer fenoterol : ipratropium = 1 : 0,25 bromide per 6 jam
Injeksi ceftriaxon 2 gram/24 jam
Injeksi methyl prednisolon 62,5 gram/12 jam
Injeksi ranitidin 50 mg / 12 jam
Azitromicyn 1x500gram
KSR 2x1 tablet
Codein 3x 10 mg

PLAN:
CEK DR, SGOT/SGPT, UREUM/CREATININ, GDP, G2PP
SPIROMETRI

TANGGAL 12 NOVEMBER 2015 (DPH 6)


S : sesak (+) menurun, batuk (+), dahak (-)
O : keadaan umum : sakit sedang, komposmentis
Tanda vital :
TD : 140/90 mmhg
Nadi
: 88 kali/menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur
RR
: 20 kali/menit
suhu
: 36,7C per aksiler
Sio2 : 98% dengan O2 3 liter permenit
Kulit : warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venektasi (-),
spider naevi (-)
Kepala : mesocephal, luka (-), atrofi otot (-), rambut rontok (-)
Mata : conjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil
isokor (3 mm/ 3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
Telinga : deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), tonsil t1-t1, faring
hiperemis (-), stomatitis (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-)
Leher : simetris, trakhea ditengah, jvp tidak meningkat, pembesaran kgb
(-), nyeri tekan (-), benjolan (-)
Thoraks : retraksi (-)

Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : konfigurasi jantung kesan tidak
melebar
Auskultasi: BJ I dan II intensitas normal, reguler,
bising (-)

Paru posterior
Paru anterior
Inspeksi statis
: simetris, dinding dada kiri = Simetris, dinding dada kiri = kanan
Pengembangan dada kiri = kanan
kanan
Inspeksi dinamis : pengembangan dada kiri = Fremitus raba kiri = kanan
kanan
Sonor/sonor
Palpasi
: fremitus raba kiri = kanan
SDV (+/+),wheezing (-/-),RBK (-/-)
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
: SDV (+/+),wheezing (-/-),RBK (-/-)
Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi
: peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba

Ekstremitas
Akral dingin
oedem

Diagnosis
Pneumonia komuniti KR III perbaikan
Asma akut sedang pada asma persisten ringan terkontrol sebagian
Masalah: hipokalemia, hiperglikemia
Terapi
O2 3 lpm
Diet TKTP 1700 kalori
IVFD nacl 0,9% 20 tpm + 240 mg aminofilin
Nebulizer fenoterol : ipratropium = 1 : 0,25 bromide per 6 jam
Injeksi ceftriaxon 2 gram/24 jam
Injeksi methyl prednisolon 62,5 gram/12 jam
Injeksi ranitidin 50 mg / 12 jam
Azitromicyn 1x500gram
KSR 2x1 tablet
Codein 3x 10 mg

PEMERIKSAAN SPIROMETRI

PLAN:
CEK DR, GDP, G2PP, HBA1C

ANALISIS KASUS
Keluhan
Utama
Sesak Napas

Sesak napas yang terjadi bisa disebabkan oleh


adanya penumpukan cairan pada alveolus akibat
adanya infeksi
Karakteristik sesak yang tidak dipengaruhi oleh
aktivitas dan tidak adanya PND
Pasien mengatakan terkadang mendengar suara
mengi yang merupakan tanda khas obstruksi di
saluran nafas

Keluhan
Penyerta
Demam

Suhu 38.4oC
Demam menunjukkan
adanya suatu proses
inflamasi akut

Batuk

Batuk telah dirasakan 5


hari SMRS
Keluhan batuk yang
produktif dan adanya
perubahan karakteristik
sputum
Sputum yang berwarna
putih
kekuningan
(purulent) menunjukkan
bahwa
infeksi
kemungkinan
disebabkan oleh bakteri

KU/VS
Kedaan Umum
Kesadaran pasien
composmentis

Vital Sign

Tekanan Darah 140/90


Nadi 92 kali/menit
Frekuensi Pernapasan 31
kali/menit
suhu 38.4oC

PEMERIKSAAN FISIK

Pada inspeksi, palpasi, dan perkusi tidak ditemukan adanya


kelainan
Auskultasi dada didapatkan adanya suara dasar vesikular pada
kedua lapang paru
Suara ronkhi basah halus dikedua lapang paru (Ronkhi basah
adalah bunyi tambahan yang tidak kontinu pada saat inspirasi yang
disebabkan adanya sekret didalam alveolus atau bronkiolus.
Ronkhi basah halus dapat ditemukan pada penderita pneumonia
dan edema paru)
Wheezing pada kedua lapang paru (Wheezing atau mengi adalah
bunyi seperti bersiul, kontinu, dan biasanya terdengar pada saat
ekspirasi. Wheezing sering ditemukan pada penderita asma)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kenaikan leukosit sebesar 14.200/dl (leukosit 10.000


atau <4500)
Sputum SPS tidak ditemukan BTA, sehingga hasilnya
didapatkan BTA negative. Dari pemeriksaan ini, dapat
membantu untuk menyingkirkan diagnosis banding TB.
Analisa gas darah didapatkan pH normal, PCO2 normal,
dan normal HCO3, yang menandakan adanya normal
asam basa dengan gagal napas tipe 1
Peningkatan laktat dalam arteri yang menunjukkan
peningkatan
metabolisme,
sehingga
terdapat
penumpukkan laktat di darah

Pasien kemungkinan mengalami pneumonia tipikal dengan karakteristik


onset yang akut, batuk yang produktif, sputum yang purulent dan tidak
terdapat gejala lain di luar paru seperti nyeri kepala, nyeri tenggorok,
myalgia, dll. Selain itu dari pemeriksaan lab juga didapatkan adanya
leukositosis. Etiologi dari pneumonia tipikal biasanya adalah kokus
gram + atau -. Untuk mengetahui etiologinya secara akurat perlu
dilakukan kultur

PSI (Pneumonia Severity Index)


Karakteristik Pasien

Nilai

Umur

58-10= 48

Frekuensi napas >

20

30x/mnt
Suhu tubuh > 35oC

15

JUMLAH

83

Dengan total poin 83 tersebut, pasien termasuk dalam kategori


kelas risiko III, yaitu resiko rendah dengan persentase angka kematian
sebesar 2.8%. Dan masuk indikasi rawat inap

Simpulan

Pneumonia peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme


yang mencapai permukaan saluran pernapasan melalui berbagai cara
(inokulasi langsung, penyebaran melalui pembuluh darah, inhalasi bahan
aerosol, dan kolonisasi di permukaan mukosa)

Diagnosis pada pneumonia ditegakan dari anamnesis degan gambaran


glinik demam, batuk berdahak, sesak napas dan nyeri dada; pada
pemeriksaan fisik dapatditemukan fremitus mengeras, perkusi redup,
suara napas bronkovesikuler, dan ronki basah halus atau kasar; gambaran
radiologis dapat berupa infiltrat samapai konsolidasi dengan air
bronchogram; pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan
adanya leukositosis.

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, foto thoraks dan


laboratorium pasien didiagnosa menderita pneumonia komuniti KR III
perbaikandengan differential diagnosis asma akut sedang pada asma
persisten ringan.

Saran

Sebaiknya dilakukan pemeriksaan kultur dahak untuk


mengetahui mikroorganisme penyebab sehingga dapat
diberikan terapi antibiotik sesuai hasil kultur.

Sebaiknya pasien menghindari pajanan iritan seperti


asapa maupun rokok untuk mengurangi risiko munculnya
sesak napas kembali.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai