PENDAHULUAN
menyebabkan tekanan pada dinding pembuluh darah jadi naik dan jantung bekerja
lebih keras
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kasus hipertensi
yang cukup banyak ditemukan ditengah-tengah masyarakat sebenarnya dapat
ditatalaksana dengan cukup komprehensif dalam bahkan pada pusat pelayanan
kesehatan di tingkat primer. Oleh sebab itu, penulis mengangkatkan sebuah kasus
hipertensi seorang pasien warga Kelurahan Gurun Lawas Kecamatan Nanggalo
untuk dijadikan sebagai proyek program Keluarga Binaan Dokter Muda Rotasi II
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas periode kerja Puskesmas Nanggalo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi
adalah
suatu
keadaan
dimana
seseorang
mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik
(bagian atas) dan angka diastolik (bagian bawah) pada pemeriksaan tensi darah.
Nilai normal tekanan darah seseorang secara umum adalah 120/80 mmHg.
Hipertensi sering disebut sebagai the silent disease. Umumnya penderita tidak
mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan
darahnya.
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan
darah yang sangat tinggi (tekanan darah sistolik 180 mm Hg dan / atau diastolik
120 mm Hg yang membutuhkan penanganan segera.
Berdasarkan keterlibatan organ target, krisis hipertensi dibagi menjadi dua
kelompok yaitu sebagai berikut.
1) Hipertensi darurat (emergency hypertension) yaitu kenaikan tekanan darah
mendadak (sistolik 180 mm Hg dan / atau diastolik 120 mm Hg) dengan
kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus
diturunkan segera, dalam hitungan menit sampai jam.
2) Hipertensi mendesak (urgency hypertension) yaitu kenaikan tekanan darah
mendadak (sistolik 180 mm Hg dan / atau diastolik 120 mm Hg) tanpa
kerusakan organ target yang progresif atau minimal. Sehingga penurunan
tekanan darah bisa dilaksanakan lebih lambat, dalam hitung jam sampai hari.
(mmHg)
(mmHg)
< 120
dan < 80
Prehipertensi
120 139
atau 80 89
Hipertensi tahap I
140 159
atau 90 99
Hipertensi tahap II
> 160
> 100
Hipertensi Primer
Hipertensi Primer adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah
tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor
lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan
mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan
pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula
sesorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat
mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang
yang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi.
2.
Hipertensi Sekunder
Hipertensi Sekunder adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan
tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita
4
penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem
hormon tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara umum
meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang
berat badannya di atas normal atau gemuk (gendut).
2.1.3 Epidemiologi
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya
populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar
juga akan bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi
hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang
berusia >65 tahun. Pengendalian tekanan darah dalam dekade terakhir ini hanya
mencapai 34% dari seluruh pasien hipertensi.
Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari
negara-negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition
Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000,
insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang bearti terdapat
58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data
NHANES III tahun 1988-1991.dari seluruh kasus hipertensi, 95% merupakan
kasus hipertensi esensial (tidak diketahui sebabnya).
Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetika, umur,
jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi
stress, obesitas dan nutrisi.
a.
Faktor genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabakan
Umur
Insidensi hipertensi meningkat seirng dengan pertambahan usia. Pasien
Jenis kelamin
6
Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang
berkulit putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang
kulit hitam ditemukan kadar renin yag lebih rendah edan sensitifitas terhadap
vasopressin lebih besar.
e.
Stress
Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
Obesitas
Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat
badan dengan tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun normotensi.
Pada populasi yang tidak ada peningkatan berat badan seiring peningkatan
umur, tidak dijumpai peningkatan tekanan darah sesuai peningkatan umur.
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak
pada bagian perut.
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada
kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for
Health USA (NIH, 1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32%
untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17%
7
untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut
standar internasional).
Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan
antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi
insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem reninangiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi
juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan
terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan darah secara terus
menerus.
g.
Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
Tipe Kepribadian
Secara statistik pola perilaku tipe A terbukti berhubungan dengan
prevalensi hipertensi. Pola perilaku tipe A adalah pola perilaku yang sesuai
dengan kriteria pola perilaku tipe A dari Rosenman yang ditentukan dengan
cara observasi dan pengisian kuisioner self rating dari Rosenman yang sudah
dimodifikasi. Mengenai bagaimana mekanisme pola perilaku tipe A
menimbulkan hipertensi banyak penelitian menghubungkan dengan sifatnya
yang ambisius, suka bersaing, bekerja tidak pernah lelah, selalu dikejar waktu
dan selalu merasa tidak puas. Sifat tersebut akan mengeluarkan katekolamin
8
Nutrisi
Sodium adalah penyebab dari hipertensi esensial, asupan garam yang
2.1.5 Patofisiologi
Dalam tubuh terdapat empat sistem yang mengendalikan tekanan darah yaitu
baroreseptor, pengaruh volume cairan tubuh, sistem renin-angiotensin, dan
autoregulasi pembuluh darah. Meskipun penyebab hipertensi secara tepat belum
diketahui, telah dipahami bersama bahwa hipertensi merupakan kondisi yang
multifaktorial.
Hipertensi akan terjadi apabila ada perubahan pada persamaan tekanan darah
karena adanya perubahan salah satu faktor yaitu resistensi pembuluh darah perifer
maupun curah jantung. Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi
perubahan dua hal tersebut. Hipertensi akan terjadi ketika ada masalah pada
sistem kontrol atau monitoring dan pengaturan tekanan darah.
Ada beberapa hipotesis tentang patofisiologi peningkatan darah berkaitan
dengan konsep bahwa hipertensi sebagai sesuatu yang bersifat kondisi
multifaktorial. Beberapa hipotesis tersebut antara lain menyebut bahwa hipertensi
merupakan akibat dari sebagai berikut.
9
aktivitas
sistem
renin-angiotensin-aldosteron
yang
renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
Angiotensin
I Converting
Enzyme
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensin
II. Angiotensin
II
(ACE)
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
aksi utama.
Angiotensin II
dari
ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH,
korteks adrenal
sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis),
ekskresi NaCl sehingga
(garam)
dengan
menjadi
pekat
dan
tinggi
osmolalitasnya.
Untuk
mengencerkannya,
volume
cairan
Urin sedikit pekat &
ekstraseluler osmolaritas
akan ditingkatkan dengan cara menarik
cairan daridi bagian
mereabsorpsinya
tubulus
ginjal
konsentrasi NaCl di
pembuluh darah
volume darah
volume darah
tekanan darah
tekanan darah
ekstraseluler
10
Gambar 2.1
Patofisiologi hipertensi
11
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah.
Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat
komplek. Faktor-faktor tersebut mengubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi
jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume
sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas
pembuluh darah dan stimulasi neural, serta dapat dipicu oleh beberapa faktor
meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stress dapat berinteraksi
untuk memunculkan gejala hipertensi.
Lingkungan Hereditas
Pre-Hipertensi
Hipertensi Dini
Hipertensi Menetap
Tanpa
Komplikasi
Dengan
Komplikasi
Jantung:
Hipertensi
maligna
hipertropi
Pembuluh
gagal
jantung
darah:
Aneurisma
Otak:
Ginjal:
Iskemia
trombosis
Nefrosklreos
is gagal
ginjal
perdarahan
infark
13
ginjal; di samping sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah
umumnya. Gambaran klinik hipertensi darurat dapat dilihat pada table 2.
Jantung
Ginjal
Gastrointestinal
Mual, muntah
darah
> 220/140
Perdarahan,
Sakit kepala,
Denyut jelas,
Uremia,
mmHg
eksudat,
kacau, gangguan
membesar,
proteinuria
edema papilla
kesadaran,
dekompensasi,
kejang.
oliguria
2.1.7. Diagnosis
Diagnosis krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil
terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu
hasil pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal
kita sudah dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.
2.1.7.1. Anamnesis
Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesa singkat. Hal yang penting
ditanyakan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
14
15
a. Nonfarmakologis
Pada tahap awal dilakukan dengan modifikasi gaya hidup meliputi
penurunan berat badan, pembatasan asupan garam, olahraga, pembatasan
konsumsi alkohol, pembatasan konsumsi kopi, menggunakan teknik relaksasi,
tidak merokok, meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan
asupan lemak.
Selama ini para peneliti menerapkan strategi The Big Four untuk
mengatasi
hipertensi,
yaitu
dengan
mengurangi
konsumsi
garam,
16
17
berat badan ideal dapat dihitung dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus IMT
adalah sebagai berikut.
Hasil :
< 19
underweight
19 24
normal
25 29
overweight
30
obesitas
18
b.
Farmakologis
Pasien hipertensi juga ditangani dengan pemberian obat anti hipertensi.
Pemilihan jenis obat ditentukan oleh tingginya tekanan darah, adanya resiko
kardiovaskuler dan kerusakan organ target. Jenis obat yang digunakan
dibedakan menjadi beberapa golongan yaitu : diuretik, ACEI (angiotensin
coverting enzyme inhibitor), ARB (angiotensin reseptor blocker), BB (beta
blocker) dan CCB (calcium channel blocker). Masing-masing golongan
mempunyai karakteristik dan efek samping yang berbeda.
Golongan diuretik dan beta blocker merupakan obat hipertensi
pilihan pertama. Hal ini terutama jika tidak dijumpai komplikasi maupun
indikasi pengobatan khusus. Pada tahap awal pemberian obat antihipertensi
dimulai dengan dosis yang rendah. Jika tekanan darah tidak kunjung turun.
Dosis dinaikkan secara bertahap. Ketika tekanan darah kurang dari 140/90
mmHg selama satu tahun maka penurunan dosis dan tipe obat antihipertensi
dianjurkan. Adapun untuk meningkatkan kepatuhan pasien dianjuran para
klinisi merencanakan program pengobatan yang sederhana, jadwal yang
sesuai dan idealnya satu hari hanya satu pil saja.
Penatalaksanaan krisis hipertensi sebaiknya dilakukan di rumah sakit,
namun dapat dilaksanakan di tempat pelayanan primer sebagai pelayanan
pendahuluan dengan pemberian obat anti hipertensi oral. Penatalaksanaan
krisis hipertensi berdasarkan penilian awal dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi
Parameter
Tekanan
Hipertensi Mendesak
Hipertensi Darurat
Biasa
Mendesak
> 180/110
> 180/110
> 220/140
Sakit kepala,
kecemasan; sering
sesak napas
nokturia, dysarthria,
darah
(mmHg)
Gejala
kelemahan, kesadaran
menurun
19
Pemeriksaan
Tidak ada
Kerusakan organ
kerusakan organ
penyakit
jantung
penyakit
kardiovaskuler, stabil
kardiovaskular
Terapi
memulai/teruskan
pendek
obat IV
Periksa ulang
Rawat ruangan/ICU
dalam 3 hari
24 jam
dosis
Rencana
Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak
(urgency) dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Obat hipertensi oral
Obat
Dosis
Perhatian khusus
Captopril
12,5 - 25 mg PO;
SL 10-20 min/2-6
SL, 25 mg
jam
PO 75 - 150 ug,
Clonidine
kering
15-30 min/3-6 jam
5 - 10 mg PO;
ulangi setiap 15
Takikardi, hipotensi,
gangguan koroner
menit
SL, Sublingual. PO, Peroral
20
Dosis
Efek / Lama
Perhatian khusus
Kerja
Sodium
0,25-10 mg /
langsung/2-3
nitroprusside
kg / menit
menit setelah
sebagai infus IV
infus
keracunan tiosianat,
methemoglobinemia, asidosis,
keracunan sianida.
Selang infus lapis perak
Nitrogliserin
500-100 mg
sebagai infus IV
min
methemoglobinemia; membutuhkan
sistem pengiriman khusus karena
obat mengikat pipa PVC
Nicardipine
5-15 mg / jam
1-5 min/15-30
sebagai infus IV
min
Klonidin
30-60 min/ 24
per 250 cc
jam
koroner
5-15
ug/kg/menit
30 min
Glukosa 5%
mikrodrip
Diltiazem
sebagi infus IV
intrakranial; hipotensi
Obat Pilihan
Diseksi aorta
Nitroprusside + esmolol
AMI, iskemia
Nitrogliserin, nitroprusside,
mungkin
Sekunder untuk bantuan
Edema paru
nicardipine
Nitroprusside, nitrogliserin,
iskemia
10% -15% dalam 1-2 jam
21
Gangguan Ginjal
labetalol
Fenoldopam, nitroprusside,
Kelebihan katekolamin
Hipertensi ensefalopati
Subarachnoid
labetalol
Phentolamine, labetalol
Nitroprusside
Nitroprusside, nimodipine,
hemorrhage
nicardipine
Stroke Iskemik
nicardipine
AMI, infark miokard akut; SBP, tekanan sistolik bood.
antihipertensi
umumnya
selama
hidup.
Penghentian
pengobatan cepat atau lambat akan diikuti dengan naiknya tekanan darah sampai
seperti sebelum dimulai pengobatan antihipertensi. Walaupun demikian, ada
kemungkinan untuk menurunkan dosis dan jumlah obat antihipertensi secara
bertahap bagi pasien yang diagnosis hipertensinya sudah pasti serta tetap patuh
terhadap pengobatan nonfarmakologis. Tindakan ini harus disertai dengan
pengawasan tekanan darah yang ketat.
Berikut ini adalah skema dalam penanganan hipertensi :
22
Lifestyle
modifications
Without compelling
indication
With compelling
indication
Stage 1
Stage 2
Hypertension
Hypertension
Thiazid-type
diuretics for
most. May
consider ACE,
ARB, BB, CCB, or
combination
Two drug
combination for
most (usually
thiazid-type
diuretic and
ACEI, or ARB or
BB, or CCB
Sumber :
Sistem organ
Jantung
Komplikasi
Infark miokard
Angina pectoris
Gagal jantung kongestif
Stroke
Ensefalopati hipertensif
Ginjal
Mata
Retinopati hipertensif
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata,
ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan
penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang
sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada
otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma
yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah
proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic
24
DAFTAR PUSTAKA
of
hypertension
in
adults
in
primary
care.
London:NICE;2006.
8. Shapo L, Pomerleau J, McKee M. Epidemiology of Hypertension and
Associated Cardiovascular Risk Factors in a Country in Transition.
Albania: Journal Epidemiology Community Health 2003;57:734739
9. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006.
10. Wade, A Hwheir, D N Cameron, A. 2003. Using a Problem Detection
Study (PDS) to Identify and Compare Health Care Privider and Consumer
Views of Antihypertensive therapy. Journal of Human Hypertension, Jun
Vol 17 Issue 6, p397.
11. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive Vascular Disease. Dalam:
Robin and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7 th edition. Philadelpia:
Elsevier Saunders, 2005.p 528-529.
26
BAB II
LAPORAN KASUS
27
A. STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/ kelamin/ umur
b. Pekerjaan/ pendidikan
c. Alamat
RW I
: Janda
b. Jumlah anak
: 3 orang
:-
e. Kondisi rumah
28
5. Keluhan Utama
Sakit kepala sejak 3 hari yang lalu
29
Sakit kepala sejak 3 hari yang lalu, rasa pusing berputar tidak ada
7. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum
: Baik
30
Kesadaran
: CMC
Nadi
Nafas
TD
: 190/100 mmHg
Suhu
: afebris
BB
: - kg
TB
: - cm
BMT : -
Mata
Kulit
Dada
Paru
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor
Auskultasi
Jantung: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Atas RIC II
Kanan Linea strnalis dekstra
Kiri 1 jari medial LMCS RIC V
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: timpani
8. Pemeriksaan Anjuran :
-
EKG
Konsul Mata
Konsul Gizi
C. REKOMENDASI
SOLUSI
KESEHATAN
KELUARGA
SESUAI
DENGAN
MELALUI
MASALAH
PENDEKATAN
2. Promotif
a) Tingkatkan konsumsi buah dan sayur
b) Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini tidak dapat
disembuhkan namun bisa dikontrol dengan membiasakan pola
hidup sehat.
33
3. Kuratif
a) Captopril 25 mg 3x1
b) Vitamin B kompleks 3x1
4. Rehabilitatif
-
LAMPIRAN
34
Loteng Rumah
Ruang Dapur
35