STUDI PUSTAKA
2.1.
Kayu
Kayu adalah suatu bahan konstruksi yang berasal dari alam dan
merupakan salah satu bahan konstruksi yang pertama digunakan oleh manusia.
Material kayu merupakan bahan struktur yang ramah lingkungan karena dapat
didaur ulang dan terurai secara mudah di alam (bio-degradable), serta dapat
diperbaharui kembali.
Penggunaan kayu sebagai bahan kontruksi disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain kesederhanaan dalam pengerjaan, ringan, sesuai dengan
lingkungan (environmental compatibility). Hal tersebut membuat kayu menjadi
bahan konstruksi yang dikenal di bidang konstruksi ringan (light construction).
Kayu sebagai bahan konstruksi tidak hanya didasari oleh kekuatannya saja, akan
tetapi juga didasari oleh segi keindahannya.
28
Universitas Sumatera Utara
arah serat yang berbentuk menampang, spiral, diagonal, mata kayu dan
sebagainya. Kayu dapat memuai dan menyusut dengan perubahan kelembaban
dan meskipun tetap elastis, terdapat lendutan yang relatif besar pada pembebanan
berjangka lama (Felix Yap, 1964).
Kayu merupakan sumber kekayaan alam yang tidak akan habis jika
dikelola atau diusahakan dengan baik. Artinya, jika pohon ditebang
untuk diambil kayunya, harus segera ditanam kembali pohon-pohon
pengganti supaya sumber kayu tidak habis. Kayu dikatakan sebagai
renewable
resources
(sumber
kekayaan
alam
yang
dapat
diperbaharui).
2.
3.
Kayu mempunyai sifat-sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh bahan
lain buatan manusia. Misalnya, kayu mempunyai sifat elastis, ulet,
tahan terhadap pembebanan yang tegak lurus dengan seratnya atau
sejajar seratnya, dan berbagai sifat lain lagi. Sifat-sifat seperti ini
29
Universitas Sumatera Utara
tidak dimiliki baja, beton, atau bahan-bahan lain yang biasa dibuat
oleh manusia.
30
Universitas Sumatera Utara
terjadi proses pengeringan maka air bebas adalah air yang pertama kali berkurang.
Kondisi dimana air bebas telah habis sedangkan air ikat pada dinding sel masih
jenuh dinamakan titik jenuh serat (fibre saturation point).
Kayu di Indonesia yang kering udara pada umumnya mempunyai kadar air
(kadar lengas) antara 12% - 18%, atau rata-rata 15%. Apabila berat dari benda uji
menunjukkan penurunan angka secara terus menerus, maka kayu belum dapat
dianggap kering udara.
2.1.2.2. Kepadatan
Kepadatan (density) kayu dinyatakan sebagai berat per unit volume.
Pengukuran kepadatan bertujuan untuk mengetahui persentase rongga pada kayu.
Kepadatan dan volume sangat bergantung pada kandungan air. Menghitung
kepadatan suatu jenis kayu adalah dengan cara membandingkan antara berat
kering kayu dengan volume basah. Berat kering kayu diperoleh dengan
menimbang spesimen kayu yang telah disimpan dalam oven pada suhu 105
selama 24 48 jam atau sampai berat spesimen kayu tetap.
31
Universitas Sumatera Utara
beratjenis secara umum pada bagian pangkal lebih tinggi dibandingkan dengan
bagian tengah dan ujung.
Faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis kayu yaitu umur pohon,
tempat tumbuh, posisi kayu dalam batang dan kecepatan tumbuh. Berat jenis kayu
merupakan salah satu sifat fisis kayu yang penting sehubungan dengan
penggunaannya sebagai bahan konstruksi.
32
Universitas Sumatera Utara
Teg. Tarik
Gambar 2.1.BatangKayu yang Menerima Beban Lentur
33
Universitas Sumatera Utara
geser 3-4 kali lebih besar dibandingkan kuat geser sejajar serat. Sementara kuat
geser pada bidang miring serat terjadi apabila kayu dibebani gaya lentur.Sifat ini
tidak begitu penting disebabkan sebelum mengalami geser tegak lurus serat, kayu
sudah terlebih dahulu rusak.
Tegangan geser terbesar yang tidak akan menimbulkan bahaya pada
pergeseran serat kayu disebut tegangan geser yang diizinkan dengan notasi (kg /
cm2 ). Kuat geser diperoleh dengan persamaan sebagai berikut:
.............................................................................................................. (2.1)
Dimana:
= beban (kg)
Teg. Geser
cp
Teg. Normal
34
Universitas Sumatera Utara
gaya yang diberikan tegak lurus serat akan menimbulkan keretakan bahkan patah.
Kedua hal tersebut merupakankondisi yang tidak diharapkan terjadi pada suatu
struktur karena akan menimbulkan suatu kegagalan pada struktur itu sendiri.
Gambar 2.3. Batang Kayu yang Menerima Gaya Tekan Sejajar Serat
P
Gambar 2.4. Batang Kayu yang Menerima Gaya Tekan Tegak Lurus Serat
35
Universitas Sumatera Utara
`
P
36
Universitas Sumatera Utara
) .................................................. (2.2)
( )
........................................................ (2.3)
37
Universitas Sumatera Utara
modulus elastisitas. Semakin tinggi nilai modulus elastisitas maka kayu tersebut
lebih kaku. Sebaliknya, semakin rendah nilai modulus elastisitas maka kayu
tersebut lebih lentur atau fleksibel.
( )
( )
( )
) ..................................... (2.4)
38
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Nilai Kuat Acuan (Mpa) Berdasarkan Pemilahan Secara Mekanis
Pada Kadar Air 15% (PKKI NI - 5 2002)
Kode
Mutu
Ew
Fb
Ft//
Fc//
Fv
Fc
E26
25000
66
60
46
6,6
24
E25
24000
62
58
45
6,5
23
E24
23000
59
56
45
6,4
22
E23
22000
56
53
43
6,2
21
E22
21000
54
50
41
6,1
20
E21
20000
56
47
40
5,9
19
E20
19000
47
44
39
5,8
18
E19
18000
44
42
37
5,6
17
E18
17000
42
39
35
5,4
16
E17
16000
38
36
34
5,4
15
E16
15000
35
33
33
5,2
14
E15
14000
32
31
31
5,1
13
E14
13000
30
28
30
4,9
12
E13
14000
27
25
28
4,8
11
E12
13000
23
22
27
4,6
11
E11
12000
20
19
25
4,5
10
E10
11000
18
17
24
4,3
Dimana:
Ew =Modulus Elastisitas Lentur
39
Universitas Sumatera Utara
Fb =Kuat Lentur
Fv =Kuat Geser
2.
.............................................................. (2.6)
40
Universitas Sumatera Utara
Dimana:
m = kadar air kayu (%)
Wd = berat kayu kering oven (gr)
Wg = berat kayu basah (gr)
3.
4.
)+
....................................................................... (2.7)
5.
..................................... (2.8)
6.
........................................................................ (2.9)
........................................................... (2.10)
Dimana:
G= berat jenis kayu pada kadar air 15 % (G = G15)
Kayu yang mempunyai cacat kayu dan atau serat yang tidak lurus, estimasi
nilai modulus elastisitas lentur acuan dari tabel 2.1 harus direduksi dengan
mengikuti ketentuan SNI 03-3527-1994 UDC (Unit Decimal Classification)
691.11 tentang Mutu Kayu Bangunan dengan mengalikan estimasi nilai
modulus elastisitas lentur acuan dari persamaan 2.10 dimana nilai rasio tahanan
pada tabel 2.2 bergantung pada Kelas Mutu Kayu. Kelas mutu kayu ditetapkan
dengan mengacu pada tabel 2.3.
41
Universitas Sumatera Utara
Nilai Rasio
Tahanan
0.80
0.63
0.50
Kelas Mutu A
Kelas Mutu B
Kelas Mutu C
lebar kayu
1/6 lebar kayu
1/6 tebal kayu
1/6 tebal atau lebar
kayu
1:9
lebar kayu
lebat kayu
tebal
tebal atau lebar
kayu
1:6
tebal kayu
Diperkenankan
Lubang serangga
Diperkenankan asal
terpencar dan ukuran
dibatasai dan tidak
ada tanda-tanda
serangga hidup
Diperkenankan asal
terpencar dan ukuran
dibatasai dan tidak
ada tanda-tanda
serangga hidup
Diperkenankan
Diperkenankan
asal terpencar dan
ukuran dibatasai
dan tidak ada
tanda-tanda
serangga hidup
Tidak
Diperkenankan
Tidak
diperkenankan
Pinggul
Arah serat
Saluran Damar
Gubal
Tidak
diperkenankan
42
Universitas Sumatera Utara
2.2.
P
x
y
Gambar 2.6. Kolom Euler
Euler menyelidiki batang yang dijepit pada salah satu ujungnya dan
bertumpu sederhana (simply supported) pada ujung lainnya. Logika yang sama
dapat diterapkan pada kolom berujung sendi, yang tidak memiliki pengekang
rotasi dan merupakan batang dengan kekuatan tekuk terkecil.
Pada titik sejaiuh x, momen lentur Mx (terhadap sumbu x) pada kolom
yang mengalami sedikit lendutan adalah:
Mx = P x y ..................................................................................................... (2.11)
Karena
..................................................................................................... (2.12)
Persamaan diatas menjadi:
.............................................................................................. (2.13)
43
Universitas Sumatera Utara
2.
b.
c.
..................... (2.17)
44
Universitas Sumatera Utara
......................................................................................................... (2.20)
Dimana
Persamaan Euler ini berlaku apabila nilai tekuk dari suatu benda uji berada
diantara 100 sampai 150.Gaya tekan Euler diperoleh berdasarkan anggapan kayu
berperilaku elastis, maka gaya tekan Euler sesuai untuk kolom dengan angka
kelangsingan tinggi. Sedangkan untuk nilai tekuk 100 digunakan persamaan
Tetmayer (Den Hartog, 1949):
Pk = A .................................................................................................... (2.22)
Dimana:
.......................................................................................................... (2.23)
Angka tekuk dalam Tetmayer (Ramdhan, 2008) ialah sebagai berikut:
.................................................................................................. (2.24)
Kehancuran akibat tekuk terjadi setelah sebagian penampang melintang
meleleh pada keadaan umum. Keadaan seperti ini disebut tekuk in-elastic (tidak
45
Universitas Sumatera Utara
elastis). Tekuk murni akibat beban aksial terjadi bila anggapan-anggapan ini
berlaku, yaitu sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Kondisi ujung harus statis tertentu sehingga panjang antara sendisendi ekivalen dapat ditentukan;
5.
Teori lendutan yang kecil seperti pada lenturan yang umum berlaku
dan gaya geser dapat diabaikan;
6.
2.3.
Kolom
Struktur kolom adalah batang vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok serta rangka atap. Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03, kolom
adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban
aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga
kali dimensi lateral terkecil.
46
Universitas Sumatera Utara
Pembebanan kolom didominasi oleh beban aksial tekan yang bekerja pada
ujung-ujungnya tanpa ada beban tranversal yang bekerja. Akibatnya, kolom tidak
mengalami lentur secara langsung karena tidak ada beban tegak lurus terhadap
sumbu kolom. Beban aksial tekan yang menyebabkan adanya perilaku tekuk pada
kolom juga dipengaruhi oleh panjang, lebar, bentuk, dan tinggi suatu
komponenstruktur.Perilaku tekuk ini dipengaruhi oleh nilai kelangsingan kolom
yaitu nilai banding antara panjang efektif kolom dengan jari-jari girasi penampang
kolom.
Kolom merupakan elemen struktur yang penting agar bangunan tidak
roboh. Apabila kolom mengalami kegagalan, maka struktur yang ditopangnya
akan mengalami keruntuhan.Pada keadaan yang umum, kehancuran akibat tekuk
terjadi setelah sebagian penampang melintang meleleh. Keadaan ini disebut tekuk
in elastis (tidak elastis). Kolom yang ideal memiliki sifatelastis, lurus, dan
sempurna jika diberi pembebanan secara konsentris.
47
Universitas Sumatera Utara
Kolom komposit yaitu kolom yang bahan bahannya terdiri dari dua
jenis material yang berbeda sifat dan bersatu sehingga memiliki
kekuatan yang lebih baik.
Kolom kayu dapat berfungsi sebagai kolom struktural dan nonstruktural. Penampang kolom struktural kayu pada umumnya berbentuk
persegi/ bujursangkar, bulat, kolom tunggal maupun kolom ganda.
2.
P dengan eksentrisitas e.
48
Universitas Sumatera Utara
P
e
(a)
(b)
3.
Kolom panjang yaitu jika ketinggian dari kolom lebih besar dari
tiga kali dimensi lateralnya (panjang/ lebar). Jenis kolom ini akan
mengalami kegagalan akibat tekuk dan ketinggiannya atau
panjangnya turut mempengaruhi kapasitas pikul-beban. Perilaku
kolom panjang terhadap beban tekan diilustrasikan pada gambar
49
Universitas Sumatera Utara
2.10a.
Apabila
bebannya
kecil,
kolom
masih
dapat
50
Universitas Sumatera Utara
perubahan proporsi relatif elemen hingga mencapai keadaan yang disebut elemen
langsing. Perilaku elemen langsing berbeda dengan elemen tekan pendek.
Perilaku elemen tekan panjang terhadap beban tekan adalah apabila
bebannya kecil maka elemen masih dapat mempertahankan bentuk liniernya.
Begitu pula apabila bebannya bertambah. Saat beban mencapai nilai tertentu maka
elemen tersebut akan tidak stabilsecara tiba-tiba dan berubah bentuk.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya tekuk. Salah satu
faktor penting yang mempengaruhi tekuk yaitu panjang kolom. Pada umumnya
kapasitas pikul-beban kolom berbanding terbalik dengan kuadrat panjang elemen.
Faktor lain yang juga mempengaruhi besar beban tekuk adalah karakteristik
kekakuan elemen struktur, yaitu jenis material dan bentuk, serta ukuran
penampang. Suatu elemen yang mempunyai kekakuan kecil lebih mudah
mengalami tekuk dibandingkan dengan elemen berkekakuan besar. Semakin
panjang suatu elemen struktur maka kekakuannya semakin kecil.
Kekakuan elemen struktur juga berkaitan dengan banyaknya dan distribusi
material yang ada dan sifat material. Ukuran distribusi ini pada umumnya dapat
dinyatakan dengan momen inersia I yang menggabungkan banyak material yang
ada dengan distribusinya. Sedangkan ukuran untuk sifat material adalah modulus
elastisitas E. Semakin tinggi nilai E, semakin tinggi pula kekakuannya dan
semakin besar pula tahanan kolom yang terbuat dari material itu untuk mencegah
tekuk.
Faktor lain yang turut mempengaruhi besarnya beban tekuk adalah kondisi
ujung elemen struktur. Kolom dengan ujung-ujung bebas berotasi mempunyai
kemampuan pikul-beban lebih kecil dibandingkan dengan kolom sama yang
51
Universitas Sumatera Utara
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
0,5
0,7
1,0
1,0
2,0
2,0
0,65
0,80
1,2
1,0
2,10
2,0
Garis terputus
menunjukkan diagram
kolom tertekuk
Nilai Kc teoritis
Nilai Kc yang dianjurkan
untuk kolom yang
mendekati kondisi idiil
Kode ujung
Jepit
Sendi
52
Universitas Sumatera Utara
53
Universitas Sumatera Utara
Kolom dengan beban P = Pcr dianalogikan dengan bola pejal yang berada
di permukaan datar. Bola pejal tersebut diberi gaya F dan berpindah tempat tanpa
kembali ke tempatnya semula. Berdasarkan anggapan itulah suatu kolom
bermuatan P = Pcr jika diberikan beban sebesar F, maka kolom tersebut akan
mengalami tekuk. Ketika gaya F dilepaskan, kolom tidak akan kembali ke bentuk
linearnya. Kondisi kesetimbangan ini disebut kesetimbangan netral (precarious
equilibrium).
54
Universitas Sumatera Utara
................................................................................................. (2.26)
Dimana:
= angka kelangsingan
lk
55
Universitas Sumatera Utara
= faktor tekuk
56
Universitas Sumatera Utara
57
Universitas Sumatera Utara
Alat sambung pada setiap bidang kontak antara klos tumpuan dan
komponen struktur kolom di setiap ujung kolom harus memilki tahanan geser
yang ditentukan dalam persamaan berikut.
z = A1 KS ...................................................................................................... (2.28)
Dimana:
z'
58
Universitas Sumatera Utara
* Untuk l1/d1
KS (MPa)*
G 0,60
0,50 G 0,60
0,42 G 0,50
G 0,42
11, KS = 0
Secara umum, tekuk selalu berada di sumbu bahan. Hal ini dapat terjadi
karena momen inersia bernilai lebih kecil sehingga sumbu bahan lebih lemah jika
dibandingkan dengan sumbu bebas bahan.
59
Universitas Sumatera Utara
2.
3.
Pada bidang sumbu bebas bahan, l2/d2 tidak boleh melampaui 50.
Perhitungan momen lembam pada batang berganda terhadap sumbu bahan
(sumbu X dalam gambar 2.15(a) dan 2.15(b)) dapat dianggap sebagai batang
tunggal dengan lebar sama dengan jumlah lebar masing-masing bagian, sehingga
berlaku:
ix = 0.289h ..................................................................................................... (2.25)
) ............................................................................................. (2.29)
60
Universitas Sumatera Utara
Dimana:
I
It
Ig
................................................................................. (2.33)
61
Universitas Sumatera Utara
Dimana:
Klos
Pelat Koppel
Perekat
Paku
4,5
Baut
umumnya
membutuhkan
alat
sambung
yang
berfungsi
untuk
62
Universitas Sumatera Utara
yang perlu mendapatkan perhatian bukan adanya beban patah saja, tetapi adanya
pergeseran juga perlu mendapatkan perhatian. Menurut Ali Awaludin (2002), ada
beberapa hal yang menyebabkan rendahnya kekuatan sambungan pada konstruksi
kayu, antara lain:
1.
2.
3.
2.
63
Universitas Sumatera Utara
3.
4.
5.
2.6. Baut
Alat sambung baut pada umumnya terbuat dari baja lunak (mild steel)
dengan bentuk kepala heksagonal, kotak, kubah, atau datar (gambar 2.14.) yang
berfungsi untuk mendukung beban tegak lurus sumbu panjangnya. Kekuatan
sambungan kayu ditentukan oleh kuat tumpu kayu, tegangan lentur baut, dan
angka kelangsingan (perbandingan nilai panjang baut pada kayu utama dengan
diameter baut). Dalam pemasangan baut, lubang baut diberi kelonggoran 1 mm.
Jika angka kelangsingan baut rendah, baut menjadi sangat kaku dan
distribusi tegangan tumpu kayu merata. Semakin tinggi nilai kelangsingan baut,
maka baut akan mengalami tekuk dan distribusi tegangan tumpu kayu tidak
64
Universitas Sumatera Utara
merata. Tegangan tumpu kayu maksimum terjadi pada bagian samping kayu
utama.
Tabel 2.6. Tahanan Lateral Acuan Baut Atau Pasak (Z) Untuk Satu Alat
Pengencang Dengan Satu Irisan Yang Menyambung Dua Komponen
(PKKI NI - 5 2002)
Moda
Kelelehan
Im
Is
II
Dengan:
)
(
65
Universitas Sumatera Utara
IIIm
Dengan:
(
IIIs
Dengan:
(
IV
Catatan:
D = diameter baut atau pasak; tm = tebal kayu utama; ts = kayu sekunder
Tabel 2.7. Tahanan Lateral Acuan Baut Atau Pasak (Z) Untuk Satu Alat
Pengencang Dengan Dua Irisan Yang Menyambung Tiga Komponen
(PKKI NI - 5 2002)
Moda
Kelelehan
Im
Is
(
IIIs
Dengan:
IV
Catatan:
(
)
66
Universitas Sumatera Utara
yang masing-masing
= diameter baut
67
Universitas Sumatera Utara
Berat jenis
(G)
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0,5
38,63
37,75
35,42
32,37
29,27
26,57
24,45
22,95
22,07
21,77
0,55
42,49
41,61
39,28
36,17
32,97
30,13
27,87
26,27
25,32
25,00
0,6
46,35
45,48
43,15
40,01
36,73
33,79
31,42
29,72
28,70
28,36
0,65
50,21
49,36
47,04
43,89
40,56
37,53
35,06
33,28
32,21
31,85
0,7
54,08
53,23
50,95
47,81
44,45
41,35
38,81
36,96
35,84
35,47
0,75
57,94
57,12
54,87
51,76
48,39
45,25
42,65
40,75
39,59
39,20
0,8
61,80
61,00
58,81
55,73
52,38
49,22
46,59
44,63
43,44
43,04
0,85
65,66
64,89
62,75
59,74
56,41
53,26
50,60
48,62
47,41
47,00
0,9
69,53
68,78
66,71
63,77
60,49
57,36
54,70
52,70
51,48
51,06
0,95
73,39
72,67
70,67
67,82
64,61
61,52
58,87
56,88
55,64
55,22
1,00
77,25
76,56
74,65
71,89
68,77
65,74
63,12
61,14
59,91
59,49
Tabel 2.8.(b) Kuat Tumpu Kayu (Fe) dalam N/Mm2untuk Baut 5/8
(Ali Awaludin, 2005)
10
37,51
80
19,76
90
19,46
42,49
41,36
38,44
34,68
30,96
27,79
25,35
23,66
22,67
22,34
0,6
46,35
45,22
42,26
38,40
34,54
31,19
28,59
26,77
25,70
25,35
0,65
50,21
49,08
46,10
42,17
38,18
34,68
31,19
29,99
28,85
28,47
0,7
54,08
52,95
49,95
45,97
41,87
38,24
34,68
33,32
32,10
31,70
0,75
57,94
56,82
53,82
49,80
45,62
41,88
38,88
36,74
35,46
35,03
0,8
61,80
60,69
57,71
53,67
49,43
45,59
42,49
40,25
38,92
38,47
0,85
65,66
64,57
61,61
57,56
53,28
49,36
46,17
43,86
42,47
42,00
0,9
69,53
68,45
65,52
61,49
57,17
53,19
49,93
47,55
46,12
45,63
0,95
73,39
72,33
69,44
65,43
61,10
57,09
53,77
51,33
49,85
49,36
1,00
77,25
76,21
73,37
69,40
65,08
61,04
57,67
55,19
53,68
53,17
Berat jenis
(G)
0,5
0
38,63
0,55
68
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.8.(c) Kuat Tumpu Kayu (Fe) dalam N/Mm2untuk Baut (Ali
Awaludin, 2005)
Sudut gaya terhadap serat kayu (derajat)
Berat jenis
(G)
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0,5
38,63
37,30
33,96
29,86
26,01
22,87
20,53
18,96
18,05
17,76
0,55
42,49
41,14
37,71
33,43
29,35
25,98
23,44
21,71
20,71
20,39
0,6
46,35
44,99
41,48
37,06
32,77
29,17
26,45
24,57
23,49
23,13
0,65
50,21
48,84
45,28
40,72
36,25
32,45
29,55
27,53
26,36
25,97
0,7
54,08
52,69
49,09
44,42
39,79
35,81
32,73
30,59
29,34
28,92
0,75
57,94
56,55
52,91
48,16
43,38
39,24
36,01
33,74
32,41
31,96
0,8
61,80
60,42
56,75
51,93
47,03
42,74
39,36
36,97
35,57
35,10
0,85
65,66
64,28
60,61
55,73
50,72
46,30
42,79
40,29
38,82
38,32
0,9
69,53
68,15
64,48
59,56
54,46
49,92
46,29
43,69
42,15
41,64
0,95
73,39
72,02
68,36
63,41
58,25
53,60
49,86
47,17
45,57
45,03
1,00
77,25
75,90
72,25
67,29
62,07
57,33
53,49
50,72
49,06
48,51
Spasi tegak lurus arah serat antar alat-alat pengencang terluar pada
sambungan tidak boleh lebih besar dari 127 mm kecuali jika ada ketentuan
mengenai perubahan dimensi kayu.
69
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.9. Jarak Tepi, Jarak Ujung dan Persyaratan Spasi untuk
Sambungan dengan Baut (PKKI NI - 5 2002)
Beban Sejajar Arah Serat
1,5 D
Im / D > 6
7D
Komponen Tekan
4D
3. Spasi (sopt)
Spasi dalam baris alat pengencang
4. Jarak antar baris alat pengencang
4D
1, 5 D < 127 mm (catatan 2 dan 3)
4D
1,5 D
4D
3. Spasi (sopt)
Catatan 3
2,5 D (catatan 3)
2 < Im / D < 6
(5 Im + 10 D) / 8 (catatan 3)
Im / D 6
5 D (catatan 3)
Catatan:
1. Im adalah panjang baut pada komponen utama suatu sambungan atau panjang total baut pada komponen
sekunder suatu sambungan.
2. Diperlukan spasi yang lebih besar untuk sambungan yang menggunakan ring.
3. Untuk alat pengencang seperti pasak, spasi tegak lurus arah serat antar alat-alat pengencang terluar
suatu sambungan tidak boleh melebihi 127 mm, kecuali digunakan pelat penyambung khusus atau bila
ada ketentuan mengenai perubahan dimensi kayu
70
Universitas Sumatera Utara
71
Universitas Sumatera Utara
Faktor yang mempengaruhi nilai faktor aksi kelompok (Cg) adalah kurva
beban dan sesaran baut, jumlah baut, spasi dalam satu baris, plastic deformation,
dan perilaku rangkak/creep kayu itu sendiri. Untuk sambungan dengan beberapa
alat sambung baut, tahanan lateral acuan sambungan dikali dengan faktor aksi
kelompok. Nilai aksi kelompok diperoleh dengan persamaan berikut:
....................................................................................... (2.39)
Dimana ai adalah jumlah alat pengencang efektif pada baris alat pengencang i
yang bervariasi dari 1 hingga ni, maka diperoleh:
(
*(
)
)(
+*
......................................................................................... (2.41)
72
Universitas Sumatera Utara
.....................................................................................(2.44)
Dimana:
(EA)min = nilai yang lebih kecil antara (EA)m dan (EA)s
(EA)max = nilai yang lebih besar antara (EA)m dan (EA)s
Nilai faktor koreksi (Cg) dapat digunakan dengan menggunakan tabel 2.10.
National Design and Specification US dan berlaku untuk sambungan dengan
perbandingan luas penampang samping terhadap kayu utama sebesar setengah
atau satu.
73
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.10. National Design and Specification U.S (Ali Awaludin, 2005)
As/Am1
0,5
As
(in)2
0,98
0,92
0,84
0,75
0,68
0,61
0,55
12
0,99
0,96
0,92
0,87
0,81
0,76
0,70
20
0,99
0,98
0,95
0,91
0,87
0,83
0,78
28
1,00
0,98
0,96
0,93
0,90
0,87
0,83
40
1,00
0,99
0,97
0,95
0,93
0,90
0,87
64
1,00
0,99
0,98
0,97
0,95
0,93
0,91
1,00
0,97
0,91
0,85
0,78
0,71
0,64
12
1,00
0,99
0,96
0,93
0,88
0,84
0,79
20
1,00
0,99
0,98
0,95
0,92
0,89
0,86
28
1,00
0,99
0,98
0,97
0,94
0,92
0,89
40
1,00
1,00
0,99
0,98
0,96
0,94
0,92
64
1,00
1,00
0,99
0,98
0,97
0,96
0,95
1.
2.
Nilai pada tabel ini cukup aman untuk diameter baut < 1 inchi, spasi < 4 inchi atau E > 1400 ksi.
Jarak ujung
Bila jarak ujung yang diukur dari pusat alat pengencang (a) lebih
besar atau sama dengan aopt dalam tabel 2.8., maka C = 10. Bila aopt /
2 a aopt, maka C = a/aopt.
74
Universitas Sumatera Utara
2.
75
Universitas Sumatera Utara