Anda di halaman 1dari 28

G2P1A0 HAMIL 30 MINGGU INPARTU

KALA I FASE LATEN DENGAN KPSW


SEJAK 3 HARI, JANIN TUNGGAL HIDUP
PRESENTASI BOKONG SUSP
HOLOPROSENSEFALI LOBAR
Oleh :
Umi Chusnul Chotimah, S.Ked
71.2014.025
Penguji : dr. Severina Adella Tobing, Sp.OG

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2015

BAB I
PENDAHULUAN

Holoprosencephaly
adalah
anomali perkembangan otak
depan pada manusia yang
paling umum terjadi dengan
prevalensi 1 / 16.000 pada
lahir hidup, prevalensi 1:
250 pada konsepsi, dan
terdapat di seluruh dunia

Sejumlah faktor lingkungan


dan
teratogen
disangka
sebagai penyebab HPE
Sedangkan untuk kelainan
defek tabung saraf selain
kelainan
kromosomal,
defisiensi asam folat juga
sangat berkaitan

Jika plasenta tidak lahir


setelah 30 sampai 60
menit setelah bayi lahir,
disebut
retensio
plasenta
(retained
placenta).

Apabila
terlambat
ditangani,
retensio
plasenta
dapat
menyebabkan infeksi berat atau
perdarahan yang mengancam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Retensio plasenta merupakan penyulit pada 2


% dari semua kelahiran hidup dengan angka
kematian hampir mencapai 10% di daerah
pedesaan. Menurut studi lain, insidensi dari
retensio plasenta berkisar antara 1-2 % dari
kelahiran hidup. Pada studi tersebut retensio
plasenta lebih sering muncul pada pasien yang
lebih muda dengan multiparitas

Klasifikasi :
1.Plasenta adhesiva
2.Plasenta akreta
3.Plasenta inkreta
4.Plasenta perkreta
5.Plasenta inkarserata

Etiologi retensio plasenta tidak diketahui dengan pasti sebelum


tindakan. Beberapa penyebab retensio plasenta adalah :
1.Fungsional (his kurang kuat)
2.Patologi-anatomi (Plasenta belum terlepas dari dinding rahim
karena melekat dan tumbuh lebih dalam)

Gejala klinis :
Plasenta belum lahir setelah 30 menit
Perdarahan segera
Uterus berkontraksi dan keras

Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta belum terlepas, maka tidak akan
menimbulkan perdarahan. Bila terjadi banyak perdarahan atau bila pada persalinanpersalinan yang lalu ada riwayat perdarahan postpartum, maka tak boleh menunggu,
sebaiknya plasenta langsung dikeluarkan dengan tangan. Juga kalau perdarahan
sudah lebih dari 500 cc atau satu nierbekken, sebaiknya plasenta langsung
dikeluarkan secara manual dan diberikan uterotonika. Dapat juga dilakukan
tindakan seperti manual plasenta.

Retensio plasenta
Penanganan umum :
Infus transfusi darah
Pertimbangkan untuk rujuk RSU C

Perdarahan banyak
300 400 cc

Perdarahan sedikit
Anemia dan syok
Perlengketan plasenta

Plasenta manual
Indikasi :
Perdarahan 400 cc
Pascaoperasi vaginal
Pascanarkose
Habitual HPP
Teknik :
Telusuri tali pusat
Dengan ulner tangan
Masase intrauterin
Uterotonika IM-IV

Berhasil baik :
Observasi :
Keadaan umum
Perdarahan
Obat profilaksis :
Vitamin
Fe preprat
Antibiotika
Uterotonika

Plasenta rest :
Kuretase tumpul
Utero-vaginal
tampon
Masase
Perdarahan terus :
Tampon bedah
Atonia uteri

Plasenta melekat :
Akreta
Inkreta
Perkreta
Adesiva

Histerektomi
Pertimbangan :
Keadaan umum
Umur penderita
Paritas penderita

Ligasi arteri
hipogastrika

BAB III
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. F

Usia

: 30 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Suku / Bangsa

: Palembang / Indonesia

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Agama

: Islam

Alamat

: Desa Perigi Kecamatan Pangkalan Balam Kab. OKI

MRS tanggal

: 8 September 2015

No. RM

: 30.95.38

ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Nyeri perut bawah disertai perdarahan
B. Riwayat Perjalanan Penyakit
Os mengaku datang ke Rumah Sakit karena nyeri perut bawah disertai perdarahan
terus menerus sejak melahirkan anak keduanya di bidan 3 jam SMRS. Menurut
bidan yang merujuknya, Os melahirkan bayi laki-laki secara spontan namun
plasenta belum lahir lengkap. Os terlihat pucat, pusing (+), mual (-).
C.
-

Riwayat Menstruasi
Usia menarche : 13 tahun
Siklus haid
: 28 hari
Lama haid
: 4 hari
HPHT
: 31 Desember 2014
TP
: 7 September 2015

D. Riwayat Pernikahan
-Lama pernikahan : 6 tahun
-Usia saat menikah : 24 tahun
E.Riwayat Kontrasepsi
Os mengaku pernah menggunakan KB suntik 3 bulan sejak tahun 2010-2013.
F.Riwayat ANC
Selama kehamilan Os melakukan ANC tiap bulan di bidan. Os mengaku tidak
pernah mengikuti imunisasi TT.
G.Riwayat Persalinan
1.2010/ Perempuan/ 2500gram/ Normal/ bidan
2.2015/ Laki-laki/ 3000gram/ Normal/bidan

H. Riwayat Penyakit Dahulu


Os tidak mempunyai riwayat menderita penyakit asma, jantung, kencing manis,
penyakit paru, alergi obat dan makanan, kejang-kejang saat hamil.
I.Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Tidak ada keluarga Os yang mempunyai riwayat menderita darah tinggi, kencing
manis, penyakit jantung, kejang-kejang, asma dan alergi obat dan makanan.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
KU
: baik
Kesadaran
: compos mentis
Tanda Vital
TD : 90/60 mmHg
N
: 110x/menit
RR : 26x/menit
T
: 36 C
Keadaan Spesifik
Mata
: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+)
Leher
THT

: pembesaran KGB (-/-), massa (-)


: Mukosa bibir kering (-), sianosis (-), T1/T1, faring hiperemis (-)

Dada

: simetris, retraksi (-), sela iga dalam batas normal


- jantung : BJ 1 dan 2 normal, murmur (-), gallop (-)
- paru

: suara nafas vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-)

Abdomen
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi

:
: datar, lemas, striae gravidarum (-), caput medusa (-)
: hepar dan lien dalam batas normal
: timpani pada bawah prosessus xiphoideus, redup pada uterus
: bising usus (+) normal

Genitalia Eksterna

: keluar darah pervaginam (+)

Ekstremitas

: akral dingin, pucat (+)

Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar :
- Pemeriksaan Leopold : TFU 2 jari di bawah umbilicus
- Kontraksi uterus (+)

DIAGNOSIS
P2A0 Post Partum Spontan + Retensio Plasenta + Anemia

PENATALAKSANAAN

Observasi perdarahan
IVFD RL gtt XX/menit + drip pitogin 2 amp
IVFD 2 line RL kanan 1 kolf (kocor)
Cek Hb cito
Pro manual plasenta

HASIL LABORATORIUM
Hb

: 9,0 g/dl

(N : 11,7 15,5 g/dl)

Hematokrit

: 21 %

(N : 35 - 47%)

Golongan Darah : A
Rhesus factor

(A, B, AB, O)
:+

(+/-)

FOLLOW UP

Follow up

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien datang ke RS Muhammadiyah Palembang dengan


keluhan nyeri perut bawah disertai perdarahan. Berdasarkan anamnesis
didapatkan bahwa Os mengalami perdarahan terus menerus sejak melahirkan
anak keduanya di bidan 3 jam SMRS. Menurut bidan yang merujuknya, Os
melahirkan bayi laki-laki secara spontan namun plasenta belum lahir lengkap.
Os terlihat pucat, pusing (+), mual (-). Pada pemeriksaan fisik, status generalis
dalam batas normal. Status obstetrikus meliputi pemeriksaan luar didapatkan
TFU 2 jari di bawah umbilicus dan kontraksi uterus (+).

Diagnosis pada kasus ini adalah P2A0 Post


Partum Spontan + Retensio Plasenta +
Anemia. Penegakkan diagnosis sudah tepat,
yang

didukung

pemeriksaan fisik.

berdasarkan

anamnesis

dan

Saat diobservasi setelah dilakukan manual plasenta, plasenta lahir lengkap.


Perdarahan sedikit mulai berkurang. Hasil laboratorium post manual plasenta
menunjukkan hemoglobin sebesar 7,5gr/dl. Selama observasi, urin Os
bercampur dengan darah. Os kemudian dikonsulkan ke spesialis bedah urologi
dan dilakukan USG Abdomen dengan hasil ruptur dinding posterior vesica
urinaria. Os mengaku saat melahirkan bayinya, perut Os ditekan-tekan
dengan cukup kuat.

Diagnosis akhir pada kasus ini adalah P2A0 Post Partum


Spontan + Retensio Plasenta + Anemia ec Ruptur Dinding
Posterior Vesica Urinaria. Penegakkan diagnosis sudah tepat, yang
didukung berdasarkan hasil observasi dan pemeriksaan penunjang
yang meliputi pemeriksaan laboratorium dan USG.

Pada kasus, penatalaksanaan awal yang dilakukan adalah transfusi darah PRC 450cc,
IVFD RL drip pitogin 2amp, dan pro manual plasenta. Menurut Smith & Barbara, tata
laksana pada perdarahan post partum antara lain dengan resusitasi cairan dan transfusi
darah. Pada perdarahan post partum diberikan resusitasi dengan cairan kristaloid dalam
volume yang besar, baik normal salin (NS/NaCl) atau cairan Ringer Laktat melalui
akses intravena perifer. Transfusi darah perlu diberikan bila perdarahan masih terus
berlanjut dan diperkirakan akan melebihi 2.000 mL, tujuan transfusi antara lain untuk
menggantikan pembawa oksigen yang hilang dan untuk mengembalikan volume
sirkulasi. Pemberian IVFD RL drip pitogin 2amp sudah tepat karena untuk
menghentikan perdarahan karena sifat dari pitogin yang digunakan agar kontraksi uterus
tetap terjaga.

Untuk pemberian terapi setelah dilakukan tindakan, pasien diberikan terapi


injeksi dan diteruskan dengan terapi oral. Pemberian terapi pada pasien ini
sudah tepat karena sesuai dengan indikasi. Pasien ini dilakukan pemasangan
IVFD RL dan terapi oral yang diberikan yaitu cefadroxil 2x1 sebagai
antibiotik, asam mefenamat 3x1 untuk menghilangkan rasa nyeri.

BAB V
KESIMPULAN

Diagnosis awal untuk kasus ini sudah tepat yaitu P2A0 Post Partum Spontan +
Retensio Plasenta + Anemia. Penegakkan diagnosis sudah tepat, yang didukung
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis akhir post partum untuk
kasus ini juga sudah tepat yaitu P2A0 Post Partum Spontan + Post Manual Plasenta
+ Anemia ec Ruptur Dinding Posterior Vesica Urinaria. Penegakkan diagnosis
didukung oleh observasi perdarahan, hasil laboratorium dan pemeriksaan USG.

Pemilihan tindakan manual plasenta untuk mengeluarkan plasenta yang belum


lahir dan menghentikan perdarahan sudah dirasa tepat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Kesehatan RI. 2012. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI Mother Day.
Jakarta: Kementerian Kesehatan
2. Mochtar R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 2. Jakarta: EGC
3. Mayo Clinic. Pregnancy week by week ; Placenta: How it works, what's normal. Mayo Foundation for
Medical Education and Research (MFMER); 2012. Diakses pada tanggal 15 September 2015 dari
http://www.mayoclinic.com/health/placenta/MY01945
4. Saifuddin, A. B., Adriaansz, G., Wiknjosastro, G., H., Waspodo, G. (ed). 2002. Perdarahan Setelah Bayi
Lahir dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPKKR POGI
bekerjasama dengan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
5. Weeks AD. The Retained Placenta. USA: National Center for Biotechnology Information, U.S. National
Library of Medicine from African Health Sciences Makerere Medical School; 2001. Diakses pada tanggal 15
September 2015 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2704447/
6. Memon SR, Talpur NN, Korejo RK. Rawal Medical Journal Volume 36 Number 4 : Outcome of Patients
Presenting With Retained Placenta. Pakistan: Departemen of Obstetrics and Ginecology; 2011. Diakses pada
tanggal 15 September 2015 dari www.scopemed.org/fulltextpdf.php?mno=12733
7. DeCherney AH, Nathan L. Curren. Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment, Ninth Edition:
Postpartum Hemorrhage & Abnormal Puerperium: Retained Placenta Tissue. California: The McGraw-Hill
Companies, Inc; 2003. 28:323-327.

8. Prawirohardjo S. 2010. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat Cetakan Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
sarwono Prawirohardjo
9. Anonim. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal: Kala Tiga dan Empat Persalinan. Bab 4:91-99.
10. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LG, Hauth JC, Wenstrom KD. 2005. Obstetri
Williams Volume 1 Edisi 21. Jakarta: EGC
11. Hanifa W. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan Edisi Pertama Cetakan Ketujuh. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka sarwono Prawirohardjo
12. Pernoll ML. 2001. Benson & Pernonolls Handbook of Obstetrics & Gynecology Tenth Edition. New
York: McGraw-Hill; 6:173-177; 11:341-342.
13. Heller L. 1997. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri (Emergencies in Gynecology and Obstetrics).
Jakarta: EGC
14. Memon SR, Talpur NN, Korejo RK. Rawal Medical Journal Volume 36 Number 4 : Outcome of
Patients Presenting With Retained Placenta. Pakistan: Departemen of Obstetrics and Ginecology; 2011.
Diakses pada tanggal 15 September 2015 dari www.scopemed.org/fulltextpdf.php?mno=12733
15. Anonim. Buku Acuan Pelayanan Obstetri Emergensi Dasar: Retensio Plasenta. Bab 4-10.
16. Rohani, Sasmita R, Marisah. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba
Medika.
17. Smith, John R , Barbara G. Brennan. 2015. Postpartum Hemorrhage. Diakses pada tanggal 15
September 2015 dari http://www.eMedicine.com.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai