Anda di halaman 1dari 20

INDUKSI PERSALINAN

Oleh :
NEDYA BELLINAWATI, S.KED
71.2014.003
Pembimbing : dr. Kurniawan, Sp.OG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2015

BAB I
PENDAHULUAN

Persalinan
merupakan
proses
fisiologis yang akan dialami pada
kebanyakan perempuan hamil.
Proses
persalinan
dapat
berlangsung
secara
normal
maupun resiko atau bahkan telah
terjadi
gangguan
proses
persalinan (dystocia).

Salah satu cara mengatasi


gangguan proses persalinan
(dystocia) khususnya terkait
dengan
power
dan
passageway adalah dengan
tindakan induksi persalinan.

Induksi persalinan adalah upaya


memulai
persalinan
dengan
cara-cara buatan sebelum atau
sesudah kehamilan cukup bulan
dengan
jalan
merangsang
timbulnya his.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Induksi
persalinan
adalah
upaya
memulai persalinan dengan cara-cara
buatan sebelum atau sesudah kehamilan
cukup bulan dengan jalan merangsang
timbulnya his. Secara umum induksi
persalinan
adalah
berbagai
macam
tindakan terhadap ibu hamil yang belum
inpartu, baik secara operatif maupun
medisinal, untuk merangsang timbulnya
atau mempertahankan kontraksi rahim
sehingga terjadi persalinan.
Di

Indonesia,

pada

tahun

2007

tindakan

induksi

persalinan terjadi antara 10% sampai 20% dari seluruh


persalinan dengan berbagai indikasi baik dari ibu maupun
dari janinnya. WHO menemukan di Indonesia dari 500.000 ibu
bersalin dengan risiko, 200.000 diantaranya dilakukan induksi
persalinan dan 300.000 melakukan seksio sesarea

Indikasi Induksi Persalinan


Adapun indikasi induksi persalinan yaitu ketuban pecah
dini,
kehamilan
lewat
waktu,
oligohidramnion,
korioamnionitis, preeklampsia berat, hipertensi akibat
kehamilan,
intrauterine
fetal
death
(IUFD)
dan
pertumbuhan janin terhambat (PJT), insufisiensi plasenta,
dan perdarahan antepartum

Kontraindikasi Induksi Persalinan


Kontra indikasi induksi persalinan serupa dengan kontra
indikasi untuk menghindarkan persalinan dan pelahiran
spontan. Faktor janin meliputi makrosomia yang besar,
gestasi janin lebih dari satu, hidrosefalus berat,
malpresentasi, atau status janin yang meresahkan.
Beberapa kontraindikasi ibu berkaitan dengan tipe insisi
uterus sebelumnya, anatomi panggul yang terdistorsi
atau sempit, plasentasi abnormal, dan kondisi seperti
infeksi herpes genital aktif atau kanker serviks

Persyaratan Induksi Persalinan


Tidak ada disproporsi sefalopelvik (CPD)
Sebaiknya serviks uteri sudah matang, yakni serviks
sudah mendatar dan menipis, hal ini dapat dinilai
menggunakan tabel skor Bishop. Jika kondisi tersebut
belum terpenuhi maka kita dapat melakukan
pematangan serviks dengan menggunakan metode
farmakologis atau dengan metode mekanis.
Tidak terdapat kelainan letak janin.
Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun kedalam
rongga panggul.

Untuk menilai keadaan serviks dapat dipakai skor Bishop. berdasarkan kriteria Bishop,
yakni:
a. Jika kondisi serviks baik (skor 5 atau lebih), persalinan biasanya berhasil
diinduksi dengan hanya menggunakan induksi.
b. Jika kondisi serviks tidak baik (skor <5), matangkan serviks terlebih dahulu sebelum
melakukan induksi.

Proses Induksi Persalinan

Prostaglandin E2 (PGE2)
PGE2 tersedia dalam bentuk gel atau pesarium yang dapat
dimasukkan intravaginal atau intraserviks. Gel atau pesarium ini
yang digunakan secara lokal akan menyebabkan pelonggaran
kolagen serviks dan peningkatan kandungan air di dalam jaringan
serviks.

Prostaglandin E1 (PGE1)
Misoprostol oral maupun vagina dapat digunakan untuk
pematangan serviks atau induksi persalinan. Dosis yang digunakan
25 50 g dan ditempatkan di dalam forniks posterior vagina. 100
g misoprostol per oral atau 25 g misoprostol per vagina memiliki
manfaat yang serupa dengan oksitosin intravena untuk induksi
persalinan pada perempuan saat atau mendekati cukup bulan, baik
dengan rupture membrane kurang bulan maupun serviks yang baik

Donor Nitrit Oksida


Beberapa temuan telah mengarahkan pada pencarian zat yang
menstimulasi produksi nitrit oksida (NO) lokal yang digunakan untuk
tujuan klinis diantaranya yakni, nitrit oksida merupakan mediator
pematangan serviks, metabolit NO pada serviks meningkat pada
awal kontraksi uterus, dan produksi NO di serviks sangat rendah
pada kehamilan lebih bulan.

Pemberian Infus Oksitosin


Sejumlah regimen oksitosin untuk stimulasi persalinan
direkomendasikan oleh American College of Obstetricians and
Gynecologists. Satu ampul oksitosin 1 mL yang mengandung 10
unit biasanya dilarukan ke dalam 1000 mL larutan kristaloid dan
diberikan melalui pompa infus. Infus yang biasa digunakan
mengandung 10 atau 20 unit dicampur dalam 1000 mL larutan
ringer laktat. Campuran ini menghasilkan konsentrasi oksitosin
10 atau 20 mU/mL secara berurutan.

Kateter Transservikal (Kateter


Foley)
Kateter foley merupakan alternatif yang efektif

disamping pemberian
prostaglandin untuk mematangkan serviks dan induksi persalinan.
Kateter foley diletakkan atau dipasang melalui kanalis servikalis (os
seviks interna) di dalam segmen bawah uterus (dapat diisi sampai 100
ml). tekanan kearah bawah yang diciptakan dengan menempelkan
kateter pada paha dapat menyebabkan pematangan serviks

Dilator Servikal Higroskopik (Batang


Laminaria)

Teknik yang dilakukan yakni dengan batang laminaria dan pada keadaan
dimana serviks masih belum membuka. Dilator mekanik ini telah lama
berhasil digunakan jika dimasukkan sebelum terminasi kehamilan, tetapi
kini alat ini juga digunakan untuk pematangan serviks sebelum induksi
persalinan. Pemasangan laminaria dalam kanalis servikalis dan dibiarkan
selama 12-18 jam, kemudian jika perlu dilanjutkan dengan infus oksitosin.

Stripping membrane
Stripping membrane yaitu cara atau teknik melepaskan atau
memisahkan selaput kantong ketuban dari segmen bawah uterus.
Induksi persalinan dengan stripping membrane merupakan praktik
yang umum dan aman serta mengurangi insiden kehamilan lebih
bulan. Stripping dapat dilakukan dengan cara manual yakni dengan
jari tengah atau telunjuk dimasukkan dalam kanalis servikalis

Amniotomi
Ruptur membrane artifisial atau terkadang disebut dengan induksi
pembedahan, teknik ini dapat digunakan untuk menginduksi
persalinan.
Pemecahan
ketuban
buatan
memicu
pelepasan
prostaglandin. Amniotomi pada dilatasi serviks sekitar 5 cm akan
mempercepat persalinan spontan selama 1 sampai 2 jam

Stimulasi Puting Susu


Untuk stimulasi payudara gunakan pedoman CST dan pantau DJJ dengan
auskultasi atau pemantauan janin dengan cardiotografi. Observasi adanya
hiperstimulasi pada uterus

Hubungan Seksual
Hanya dilakukan apabila ketuban dalam keadaan utuh. Orgasme pada
wanita akan menyebabkan kontraksi uterus. semen atau sperma
mengandung prostaglandin, sehingga dapat pula merangsang kontraksi

BAB III
KESIMPULAN

Induksi persalinan adalah upaya memulai persalinan dengan cara-cara


buatan sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan
merangsang timbulnya his. Secara umum induksi persalinan adalah
berbagai macam tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik
secara operatif maupun medisinal, untuk merangsang timbulnya atau
mempertahankan kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan.
Salah satu syarat dalam induksi persalinan adalah sebaiknya serviks uteri
sudah matang, yakni serviks sudah mendatar dan menipis, hal ini dapat
dinilai menggunakan tabel skor Bishop. Jika kondisi tersebut belum
terpenuhi maka kita dapat melakukan pematangan serviks dengan
menggunakan metode farmakologis atau dengan metode mekanis
Ada dua cara yang biasanya dilakukan untuk memulai proses induksi, yaitu
kimiawi dan mekanik. Namun pada dasarnya, kedua cara ini dilakukan
untuk mengeluarkan zat prostaglandin yang berfungsi sebagai zat
penyebab otot rahim berkontraksi

DAFTAR PUSTAKA
1.

Saifuddin, Abdul. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta:
YBP-SP

2.

Cunningham FG, dkk. 2006. Obstetri Williams Ed.23 Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

3.

Llewellyn, Derek. 2002. Dasar Dasar Obstetri dan Ginekologi, edisi 6 (ed-6). Jakarta : Hipokrates

4.

Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta : YBP-SP.

5.

Medforth, J., et al. 2013. Kebidanan Oxford dari bidan untuk bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

6.

Sinclair, C. 2003. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

7.

Oxorn, H., Forte, W. 1990. Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: ANDI YEM

8.

Varney, H., et al. 2002. Buku Saku Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai