Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

Diajukan Guna Melengkapi Tugas Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Saraf
Rumah Sakit TentaraTk II. Dr. Soedjono Magelang

Disusunoleh:

Pembimbing:
Letkol CKM dr. Heriyanto, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2015

HALAMAN PENGESAHAN
Nama

Fakultas

: Kedokteran

Universitas

: Universitas Islam Sultan Agung ( UNISSULA )

Tingkat

: Program Pendidikan Profesi Dokter

Bagian

: Ilmu Saraf

Judul

Semarang, Oktober 2015


Mengetahui dan Menyetujui
Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Saraf RST Tk II. Dr. Soedjono Magelang

Pembimbing

Letkol CKM dr. Heriyanto, Sp.S

BAB I
LAPORAN KASUS

STATUS KHUSUS COASS NEUROLOGI


DEPARTEMEN NEUROLOGI RST Dr. SOEDJONO MAGELANG
No. Reg

: 127684

NamaPasien

: Ny.S

Alamat

: widusari

Sex : P

Umur : 30

SUBJEK
A. KeluhanUtama
Nyeri pinggang seperti ditusuk-tusuk,menjalarkelutut
B. RiwayatPenyakitSekarang
Pasien datang ke RST Tk ll dr.suedjono magelang pada tanggal 9 oktober
2015 (6 ari yang lalu) Kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit,
pasien tiba-tiba merasakan nyeri pada pinggangnya seperti ditusuktusukmenjalarkelutut ,tidak bisa mengangkat benda berat. Nyeri dirasakan
pegal dan menjalar sampai ke lutut kanan. Nyeri semakin lama semakin
memberat terutama apabila pasien membungkuk, berdiri, tetapi berkurang
jika pasien duduk. Pasien juga merasakan kedua kakinya kesemutan dan
kemeng. Pasien BAK normal, BAK lancar, mual (-) muntah (-). Pasien
lalu di bawa keluarga ke RST Tk II dr.Soedjono Magelang.
C. RiwayatPenyakitDulu
Riwayat penyakit serupa disangkal, HT disangkal, penyakit jantung
disangkal, DM disangkal.

II

OBJEK
A. Status Interna
Anemis : -

Ikterik : Rhonkihalus/ kasar : -/Wheezing : -/Bunyijantung :reguler


Abdomen :Peristaltik (+) Normal
NyeriLumbal : +
Ekstremitas :Oedem -/- , akralhangat
B. Status Neurologi
a. GCS : E4V5M6
b. Meningeal Sign :
i. Brudzinski I-IV : DBN
ii. Laseque : DBN
c. N. Craniales
i. N. Olfaktorius : tidak dilakukan
ii. N. Opticus :
1. Visual Acuity : Tidak dilakukan
2. Visual Field : DBN
3. Warna : tidak dilakukan
4. Funduskopi : tidak dilakukan
iii. N. Oculomotor, N. Abducens, N. Trochlearis : DBN
iv. N. Trigeminus :
1. Sensorik : DBN
2. Motorik :
Rapat gigi : DBN
Buka Mulut : DBN
Gigit tongue spatel : tidak dilakukan
Gerak rahang : DBN
v. N. Facialis :
1. Motorik :
Diam : DBN
Bergerak : DBN
2. Sensorik : DBN
vi. N. Stato-akustikus : tidak dilakukan
vii. N. Glossopharyngeus & N Vagus:
1. Menelan air : DBN
2. Suara parau : DBN
viii. N. Accessorius : DBN
ix. N. Hypoglossus :
1. Diam : DBN
2. Bergerak : DBN

d. Motorik
i. Observasi : tampak kesakitan
ii. Palpasi : tidak ada atrofi, kenyal padat normal
iii. Perkusi : normal
iv. Tonus : normo tonus , kuat tonus atas 5/5, bawah 5/5 (dgn
nyeri)
v. Kekuatan otot :
1. Ex atas : DBN
2. Ex bawah :
M. Iliopsoas : DBN
M. Quadriceps : DBN
M. Hamstring : DBN
M. Tibialis Anterior : DBN
M. Gastrocnemius : DBN
M. Soleus : DBN
e. Sensorik
i. Protopatik (nyeri/suhu, raba halus/kasar) : Ext Atas DBN,
Ext Bawah menurun pada L4
ii. Propioseptif (gerak/posisi, getar tekan) : Ext Atas DBN,
Ext Bawah menurun pada L4
iii. Kombinasi :
1. 2 point tactile : DBN
2. Sensory extinction : DBN
3. Loss of Body image : DBN
iv. Reflek Fisiologi
1. BHR : DBN
2. Cremaster : tidak dilakukan
v. Reflek tendon : DBN
f. Reflek Patologis :
i. Babinski : -/ii. Chaddock : -/iii. Oppenheim : -/iv. Gordon : -/v. Stransky : -/vi. Gonda : -/vii. Schaeffer : -/viii. Rossolimo : -/ix. Mendel-Bechtrew : -/x. Hoffman : -/xi. Tromner : -/g. Px Cerebellum :
i. Koordinasi : tidak dilakukan

ii. Keseimbangan : susah dinilai karena belum dapat duduk


dan berdiri
iii. Berjalan / gait : tidak dilakukan
iv. Tonus : DBN
v. Tremor : DBN
h. Px fungsi luhur : tidak dilakukan
i. Tes sendi sakro iliaka :
i. Patricks : -/ii. Kontra patricks : +/+
j. Tes Provokasi n. Ischiadicus :
i. Laseque : +/ii. Sicard : +/iii. Reverse laseque : +/iv. Bragards : -/v. Doorbells : +/III

ASSESMENT
A. Klinis : Nyeri ischialgia dextra + hipestesi sesuai dengan dermatom dextra
B. Topis : Radix vertebralis setinggi sekitar L3-L4
C. Etiologi : susp. HNP lumbal

IV

PLANNING
A. Diagnosa
Foto rontgen tampak lumbal L3-L4-L5
B. Therapi :
Asering + tarontal 300 mg 14 tpm
Inj Ketese 3x1 amp dlm pz 100cc dlm 20
Natto 10 mg
Neofer 3x1
C. Monitoring : Keadaan Umum + Vital Sign (Tensi)
D. Edukasi :
mengurangi aktifitas
tidak mengangkat barang
tidak boleh membungkuk
duduk dengan posisi benar
penggunaan korset

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus
dari discus melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke
belakang/dorsal menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral

menekan radix spinalis sehingga menimbulkan gangguan.2,4Hernia


Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab dari nyeri
punggung (NPB) yang penting. Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari
populasi.

HNP lumbalis

paling

sering

(90%)

mengenai

diskus

intervertebralis L5-S1 dan L4-L5. Biasanya NBP oleh karena HNP


lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan
pembedahan jarang diperlukan kecuali pada keadaan tertentu.1
B. Anatomi & Patofisiologi
Tulang punggungatauvertebraadalah tulang tak beraturan yang
membentuk punggung yang mudah digerakkan. terdapat 33 tulang
punggung pada manusiayang dibagi menjadi 7 tulang cervical (leher), 12
tulang thorax (thoraks atau dada), 5 tulang lumbal, 5 tulang bergabung
membentuk bagian sacral, dan 4 tulang membentuk tulang ekor (coccyx).2

Gbr Anatomi tulang vertebre anterior, posterior, dan lateral.

Diskus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra satu sama


lain dari servikal sampai lumbal/sacral. Diskus ini berfungsi sebagai
penyangga beban dan peredam kejut (shock absorber). Diskus
intervertebralis terdiri dari dua bagian utama yaitu :
1. Anulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis :
Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan
menyilang konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga

bentuknya seakan-akan menyerupai gulungan per (coiled spring).


Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus
Daerah transisi.
Mulai daerah lumbal 1 ligamentum longitudinal posterior makin
mengecilsehingga pada ruang intervertebre L5-S1 tinggal separuh
dari lebar semulasehingga mengakibatkan mudah terjadinya

kelainan didaerah ini.1


2. Nukleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari
proteoglycan (hyaluroniclong chain) mengandung kadar air yang
tinggi (80%) dan mempunyai sifat sangathigroskopis. Nucleus
pulposus

berfungsi

sebagai

bantalan

dan

berperan

menahantekanan/beban. Kemampuan menahan air dari nucleus


pulposus berkurang secaraprogresif dengan bertambahnya usia.
Mulai usia 20 tahun terjadi perubahandegenerasi yang ditandai
dengan

penurunan

vaskularisasi

kedalam

diskus

disertaiberkurangnya kadar air dalam nucleus sehingga diskus


mengkerut dan menjadikurang elastic.1

Gbr. Herniasi diskus


Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena :
1. Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang
berat, yaitumenyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan
disangga oleh sendi L5-S1.
2. Mobilitas daerah lumabal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi
sangat tinggi.Diperkirakan hamper 57% aktivitas fleksi dan ekstensi
tubuh dilakukan pada sendiL5-S1.

3. Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena


ligamentumlongitudinal

posterior

hanya

separuh

menutupi

permukaan posterior diskus. Arahherniasi yang paling sering adalah


postero lateral.1
Bangunanpekanyerimengandungreseptornosiseptif
terangsangolehberbagai

stimulus

lokal

(nyeri)

(mekanis,

yang
termal,

kimiawi).Stimulus iniakandirespondenganpengeluaranberbagai mediator


inflamasi

yang

akanmenimbulkanpersepsinyeri.Mekanismenyerimerupakanproteksi yang
bertujuanuntukmencegahpergerakansehingga

proses

penyembuhandimungkinkan. Salah satubentukproteksiadalahspasmeotot,


yang selanjutnyadapatmenimbulkaniskemia.
Nyeri

yang

timbuldapatberupanyeriinflamasipadajaringandenganterlibatnyaberbagai
mediator inflamasi; ataunyerineuropatik yang diakibatkanlesi primer
padasistemsaraf.
Iritasineuropatikpadaserabutsarafdapatmenyebabkan

kemungkinan.Pertama,
penekananhanyaterjadipadaselaputpembungkussaraf

yang

kaya

nosiseptordarinervinevorum yang menimbulkannyeriinflamasi.


Nyeridirasakansepanjangserabutsarafdanbertambahdenganpereganga
nserabutsarafmisalnyakarenapergerakan.Kemungkinankedua,

penekananmengenaiserabutsaraf.Padakondisiiniterjadiperubahanbiomolek
uler

di

manaterjadiakumulasisaluran

ion

Na

lainnya.Penumpukaninimenyebabkantimbulnyamechano-hot

dan

ion

spot

yang

sangatpekaterhadaprangsangmekanikaldantermal.Halinimerupakandasarpe
meriksaanLaseque. 2,3,4
C. Faktor resiko
Faktor risiko yang tidak dapat dirubah :
1. Umur : makin bertambah umur risiko makin tinggi.
2. Jenis kelamin : laki-laki lebih banyak dari wanita
3. Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya
Faktor risiko yang dapat dirubah :
1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau
menarik barang-barang berta, sering membungkuk atau gerakan
memutar pada punggung,latihan fisik yang berat, paparan pada
vibrasi yang konstan seperti supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak
berlatih, latihan yangberat dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu
kemampuan diskusuntuk menyerap nutrien yang diperlukan dari
dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut
dapatmenyebabkan strain pada punggung bawah.
5. Batuk lama dan berulang.1

D. Gejala klinis
Manifestasi klinis HNP tergantung dari radiks saraf yang
lesi.Gejala klinis yangpaling sering adalah iskhialgia (nyeri radikuler
sepanjang perjalanan nervus iskhiadikus).
Nyeri biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan berdenyut
menjalar sampai di bawahlutut. Bila saraf sensorik terkena akan timbul
gejala kesemutan ataurasa tebal sesuai dengan dermatomnya.

Pada kasus berat dapat terjadi kelemahan ototdan hilangnya refleks


tendon patella (KPR) dan Achills (APR). Bila mengenai konus
ataukaudaekuinadapatterjadigangguanmiksi, defekasidanfungsiseksual.

Sindrom kauda equina dimana terjadi saddle anasthesia sehingga


menyebabkan nyeri kaki bilateral, hilangnya sensasi perianal (anus),
paralisis kandung kemih, dan kelemahan sfingter ani. Sakit pinggang yang
diderita pun akan semakin parah jika duduk, membungkuk, mengangkat
beban,

batuk,

meregangkan

badan,

dan

bergerak.

Istirahat

danpenggunaananalgetikakanmenghilangkansakit yang diderita.1

Gejala yang seringditimbulkanakibatischialgiaadalah :

Nyeri punggung bawah.


Nyeri daerah bokong.
Rasa kaku/ tertarik pada punggung bawah.
Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal,
yang dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan

sampai kaki, tergantung bagian saraf mana yang terjepit.


Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang
berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak
berdiri dan berjalan.

Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang

berat, batuk, bersin akibat bertambahnya tekanan intratekal.


Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan
anggota badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan
mengecilnya otot-otot tungkai bawah dan hilangnya refleks tendon

patella (KPR) dan achilles (APR).


Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan
defekasi, miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan
neurologis yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah

kerusakan fungsi permanen.


Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman
duduk pada sisi yang sehat.2,3,4,5

E. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, pemeriksaan klinis
umum, pemeriksaan neurologik dan pemeriksaan penunjang. Ada adanya
riwayat mengangkat beban yang berat dan berulang kali, timbulnya low
back pain. Gambaran klinisnya berdasarkan lokasi terjadinya herniasi.
Diagnosa pada hernia intervertebral , kebocoran lumbal dapat ditemukan
secepat mungkin.
Pada

kasus

yang lain, pasien

menunjukkan perkembangan

cepatdengan penanganan konservatif dan ketika tanda-tanda menghilang,


tes nya tidak dibutuhkan lagi. Myelografi merupakan penilaian yang baik
dalam menentukan suatulokalisasi yang akurat yang akurat.
1. Anamnesis

Dalam

anamnesis

perluditanyakankapanmulaitimbulnya,

bagaimanamulaitimbulnya, lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas


nyeri, apakah nyeri yang dideritadiawali kegiatan fisik, faktor
yang memperberat atau memperingan, ada riwayattrauma
sebelumnya dan apakah ada keluarga penderita penyakit yang
sama. Perlujuga ditanyakan keluhan yang mengarah pada lesi
saraf seperti adanya nyeriradikuler, riwayat gangguan miksi,
lemah tungkai dan adanya saddle anestesi.1
Nyerimulaidaripantat,

menjalarkebagianbelakanglutut,

kemudianketungkaibawah
(sifatnyeriradikuler).Nyerisemakinhebatbilapenderitamengejan,
batuk,

mengangkatbarangberat.Sifatnyeriadalahkhas,

yaitudariposisiberbaringkeduduknyeribertambahhebat,
sedangkanbilaberbaringnyeriberkurangatauhilang.2,3,4,5
2. Pemeriksaan klinik umum
a. Inspeksi dapat di mulai saat penderita jalan masuk ke
ruang pemeriksaan.
Caraberjalan (tungkai sedikit di fleksikan dan kaki pada
sisi sakit di jinjit), duduk(pada sisi yang sehat).
b. Palpasi, untuk mencari spasme otot, nyeri tekan, adanya
3.

skoliosis, gibus dandeformitas yang lain.1


Pemeriksaan neurologik,
a. Pemeriksaan sensorik
b. Pemeriksaan motorik dicari apakah ada kelemahan, atrofi
atau fasikulasi otot.
c. Pemeriksaan tendon
d. Pemeriksaan yang sering dilakukan

i. Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes


laseque, tesbragard, tesSicard).
ii. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes
Nafzigger, tes Valsava)
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan neurofisiologi. Terdiri dari:
i. Elektromiografi (EMG) bisa mengetahui akar
saraf

mana

yang

terkena

dansejauh

mana

gangguannya, masih dalam tahap iritasi atau tahap


kompresi.
ii. Somato Sensoric

Evoked

Potential

(SSEP)

Berguna untuk menilai pasien spinalstenosis atau


mielopati
b. Pemeriksaan Radiologi
i. Foto polos untuk menemukan berkurangnya tinggi
diskus

intervetebralis

sehingga

ruang

antar

vertebralis tampak menyempit.


ii. Kaudografi, mielografi, CT Mielo dan MRI Untuk
membuktikan HNP danmenentukan lokasinya.
MRI merupakan standar baku emas untuk HNP.
iii. Diskografi. 1
F. Tatalaksana
TerapiKonservatif
Tujuanterapikonservatifadalahmengurangiiritasisaraf,
memperbaikikondisifisikpasiendanmelindungidanmeningkatkanfungsitula
ngpunggungsecarakeseluruhan.Perawatanutamauntukdiskus

hernia

adalahdiawalidenganistirahatdenganobat-obatanuntuknyeridan
inflamasi,

diikutidenganterapifisik.Dengancaraini,

lebihdari

anti
95

penderitaakansembuhdankembalipadaaktivitasnormalnya.Beberapapersend
aripenderitabutuhuntukterusmendapatperawatanlebihlanjut

yang

meliputiinjeksi steroid ataupembedahan.


Terapikonservatifmeliputi:
1. Tirah baring
Tujuantirah

baring

untukmenguranginyerimekanikdantekananintradiskal,
dianjurkanadalah

2-4

hari.Tirah

baring

lama
terlalu

yang
lama

akanmenyebabkanototmelemah.Pasiendilatihsecarabertahapuntukkem
balikeaktifitasbiasa.
Posisitirah

baring

yang

dianjurkanadalahdenganmenyandarkanpunggung,
lututdanpunggungbawahpadaposisisedikitfleksi.Fleksiringandari
vertebra
lumbosakralakanmemisahkanpermukaansendidanmemisahkanaproksi
masijaringan yang meradang
2. Medikamentosa
1. Analgetikdan NSAID
2. Pelemasotot: digunakanuntukmengatasispasmeotot
3. Opioid:

tidakterbuktilebihefektifdarianalgetikbiasa.

Pemakaianjangkapanjangdapatmenyebabkanketergantungan

4. Kortikosteroid

oral:

pemakaianmasihmenjadikontroversinamundapatdipertimbangkan
padakasus HNP beratuntukmengurangiinflamasi.
5. Analgetikajuvan: dipakaipada HNP kronis

3. Terapi fisik

Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di AmerikadanInggristraksi pelvis
tidakterbuktibermanfaat.Penelitian yang membandingkantirah
baring,

korsetdantraksidengantirah

baring

dankorsetsajatidakmenunjukkanperbedaandalamkecepatanpeny
embuhan.

Diatermi/komprespanas/dingin
Tujuannyaadalahmengatasinyeridenganmengatasiinflamasidan
spasmeotot.
keadaanakutbiasanyadapatdigunakankompresdingin,
termasukbilaterdapatedema.
Untuknyerikronikdapatdigunakankomprespanasmaupundingin.

Korsetlumbal
Korsetlumbaltidakbermanfaatpada

HNP

akutnamundapatdigunakanuntukmencegahtimbulnyaeksaserba
siakutataunyeri

HNP

kronis.Sebagaipenyanggakorsetdapatmengurangibebandiskuss
ertadapatmengurangispasme.

Latihan
Direkomendasikanmelakukanlatihandenganstres
punggungsepertijalan

kaki,

minimal

naiksepedaatauberenang.

Latihanlainberupakelenturandanpenguatan.Latihanbertujuanun
tukmemeliharafleksibilitasfisiologik,

kekuatanotot,

mobilitassendidanjaringanlunak.Denganlatihandapatterjadipem
anjanganotot,

ligamendan

tendon

sehinggaalirandarahsemakinmeningkat.

Proper body mechanics


Pasienperlumendapatpengetahuanmengenaisikaptubuh
yang
baikuntukmencegahterjadinyacederamaupunnyeri.Beberapapri
nsipdalammenjagaposisipunggungadalahsebagaiberikut:

Dalamposisidudukdanberdiri,

ototperutditegangkan,

punggungtegakdanlurus.

Hal

iniakanmenjagakelurusantulangpunggung.

Ketikaakanturundaritempattidurposisipunggungdidekatkankepi
nggirtempattidur.
Gunakantangandanlenganuntukmengangkatpangguldanberuba
hkeposisiduduk.

Padasaatakanberdiritumpukantanganpadapahauntukmembantu
posisiberdiri.

Posisitidurgunakantanganuntukmembantumengangkatdanmeng
geserposisipanggul.

Saatduduk,

lenganmembantumenyanggabadan.

Saatakanberdiribadandiangkatdenganbantuantangansebagaitum
puan.

Saatmengangkatsesuatudarilantai,
posisilututditekuksepertihendakjongkok,
punggungtetapdalamkeadaanlurusdenganmengencangkanototp
erut.

Denganpunggunglurus,

bebandiangkatdengancarameluruskan

kaki.

Beban

yang

diangkatdengantangandiletakkansedekatmungkindengan dada.

Jikahendakberubahposisi,

janganmemutarbadan.

Kepala,

punggungdan kaki harusberubahposisisecarabersamaan.

Hindarigerakan

yang

memutar

vertebra.

Bilaperlu,

gantiwcjongkokdenganwcduduksehinggamemudahkangerakan
dantidakmembebanipunggungsaatbangkit.
G. Prognosis

Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi


konservatif.

Sebagian kecil berkembang menjadi kronik meskipun sudah


diterapi.

Pada pasien yang dioperasi : 90% membaik terutama nyeri tungkai,


kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%.

BAB III
KESIMPULAN

Hernia

NukleusPulposusyaitukeluarnyanukleuspulposusdari

diskus

melaluirobekan annulus fibrosushinggakeluarkebelakang/dorsal menekan medulla


spinalisataumengarahke

dorsolateral

menekan

radix

spinalissehinggamenimbulkangangguan berupa nyei pinggang.


Mendiagnosis

HNP di tegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik

pemeriksaan radiologi. MRI merupakan pilihan dari berbagai pemeriksaan


radiologi karena memiliki spesitifitas dan sensitivitas yang tinggi. Tidak seperti
pada pemeriksaan foto polos yang hanya dapat melihat komponen tulang vertebre
saja tetapi dari pemeriksaan foto polos dapat mencurigai kearah HNP dapat
dilakukan sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut seperti myelografi, MRI.
Pada kasus, seorangpasien laki-laki berumur82tahundengan diagnosis
klinikischialgia.
Diagnosaditegakanberdasarkananamnesayaituadanyanyeripadaekstremitasbawah,
sulituntukduduk, tidakdapatberjalan, keluhansudahdirasakansejak 3 bulan yang
lalu,

awalnyahanyaberobat

di

mantri

di

desanya,

kemudiansembuhtapisetelahitukumatkumatanhinggaberjalansusahwalaupundenganbantuantongkat, nyeripinggang di
rasakanbaikpadasaatduduk,

berdiridantidur.

Dan

dirasakanlebihsaatkumatbaiksaataktifitasmaupunsaatistirahat,
pasientidakmemilikialergipadaobattertentu.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan Laseque (+), Cross Laseque (+),Kontra
Patrick (+). Tes ini menunjukkan adanya gangguan pada regangan saraf
ischiadikus.
Berdasarkan gejala dan tanda klinis tersebut pasien ini cenderung
didiagnosa sebagai hernia nukleus pulposus yang terjadi pada L5-S1 karena tipe
nyeri radikuler yang menjalar pada tungkai hingga ibu jari kaki. Untuk
memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu foto polos
lumbosakral atau MRI sebagai standar emas untuk penegakkan diagnosis HNP.

DAFTAR PUSTAKA

1. Purwanto ET. Hernia Nukleus Pulposus Lumbalis. Jakarta: Perdossi


2. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar, cetakan ke-14. PT Dian Rakyat.
Jakarta. 2009
3. Sidharta, Priguna. Sakit Pinggang. In: Neurologi Klinis Dalam Praktik
Umum. PT Dian Rakyat. Jakarta.1999
4. Sidharta, Priguna. Sakit Neuromuskuloskeletal Dalam Praktek Umum. PT
Dian Rakyat. Jakarta 2002
5. Nuarta, Bagus. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran. Media
Aesculapius. Jakarta. 2004

Anda mungkin juga menyukai