Anda di halaman 1dari 45

Aa

PRAKTIS ILMU PENYAKIT DALAM


(INTERNA)

OLEH :
Rudy Budijono
Didik Suharsoyo

IMUNOLOGI - ALERGI
Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) 4
GATROENTEROHEPATOLOGI
Gastritis Akut 6
Ulkus Peptikum 7
Iritable Bowel Syndrom IBS) 8
Crons disease (Ileitis Terminalis) 9
Kolelitiasis 10
Kolitis Ulserativa 11
Ca Caput Pankreas 12
Abses Hepar 12
Hepatitis Viral 13
Sirosis Hepatis 15
Hepatoma 18
Kolera 19
Disentri Basiler dan Disentri Amuba 19
ENDOKRINOLOGI DAN METABOLISME
Hipertiroidisme 21
Diabetes Mellitus 23
Hiperlipidemia 31
RHEUMATOLOGI
Rheumatoid Arthritis / RA 33
Osteoarthritis 36
Arthritis Pirai (Gout Arthritis) 37
HEMATOLOGI
Anemia Defisiensi Besi 39
Polisitemia Vera 40
Multipel Myeloma 41
Disseminated Intravascular Coagulation / DIC 42
Leukemia 43
INFEKSI
Dengue Haemorrhagic Fever / DHF 43
Typhoid Fever 45
Tetanus 46
Ankilostomiasis 47
Leptospirosis (Wells Disease) 48
Malaria 49
NEFROLOGI DAN HIPERTENSI
Infeksi Saluran Kemih / ISK 50
Syndroma Nefrotik 51
Chronic Renal Failure / CRF 53
Hipertensi 54
KARDIOLOGI
Dekompensatio Cordis 58
Angina Pektoris 60

PRAKTIS ILMU PENYAKIT DALAM


(INTERNA)
Di sini akan dibahas satu persatu secara singkat beberapa penyakit
yang penting dalam Ilmu Penyakit Dalam berdasarkan sub bagian yang ada,
terutama mengenai anamnesis, pemeriksaan fisik pasien dan terapi yang
diberikan.

I. IMUNOLOGI - ALERGI
1. Sistemik Lupus Eritematosus (SLE)
SLE adalah penyakit radang multisistem yang sebabnya belum diketahui,
dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik
remisi dan eksaserbasi, disertai oleh terdapatnya berbagai macam
autoantibodi dalam tubuh.
Ditemukan pada semua usia, terbanyak pada usia 15-40 tahun (masa
reproduksi)
: = (5.5-9 : 1)
Gejala klinik :
- Menurut American Rheumatism Association (ARA), diagnosis SLE
ditegakkan bila ditemukan 4 dari 11 kriteria di bawah ini :
1. Ruam (rash) berupa eritema pada wajah seperti kupu-kupu
(Butterfly rash)
2. Lupus diskoid
3. Sensitivitas terhadap cahaya (fotosensitivitas)
4. Ulserasi di mulut /nasofaring
5. Artritis
6. Serositis (pleuritis/perikarditis)
7. Kelainan ginjal : proteinuria > 0.5 gr/hr atau >3+, silinder sel (+)
8. Kelainan neurologis (kejang/psikosis)
9. Kelainan hematologik (anemia, leukopenia, trombositopenia)
10. Kelainan imunologi (Sel LE, anti DNA titer abnormal, Anti-Sm, uji
serologis (+) semu)
11. Antibodi antinuklear titer abnormal
Setiap serangan biasanya disertai gejala umum yang jelas seperti
demam, malaise, kelemahan, nafsu makan berkurang, berat badan
menurun dan iritabilitas. Yang paling menonjol ialah demam, kadang
sampai menggigil.
Terapi :
I. Dasar : penyakit autoimun imunosupresif
1. Kortikosteroid
- Manifestasi kulit : kortikosteroid topikal
- Aktivitas penyakit :

Minor : prednison < 0.5 gr/kg BB/hr dosis tunggal/


terbagi
Mayor : prednison 1 mg/kg BB/hr dosis tunggal/terbagi
Ingat : jangan lebih lama dari 4-6 minggu, dosis ditapering of
secara bertahap
2. NSAID :
- Sering dipakai bersama kortikosteroid untuk mengurangi dosis
kortikosteroid
- Preparat :
# Indometasin (3 x 25 mg/hr)
# Asetaminofen (6 x 650 mg/hr)
# Ibuprofen (4 x 300-400 mg/hr)
3. Sitostatika :
- Biasanya dipakai bersama kortikosteroid
- Preparat :
# Azatioprin (3-4 mg/kg BB/hr, max 200 mg/hr)
# Siklofosfamid (100-150 mg/hr),dll
II. Suplementasi :
- Perbaikan keadaan umum
- Transfusi darah atas indikasi
III. Terapi komplikasi :
- Infeksi sekunder : antibiotika
- Gagal ginjal diuretik, obat antihipertensi, hemodialisa
- Kejang anti konvulsan
- Artritis fisioterapi
II. GATROENTEROHEPATOLOGI
1. Gastritis akut
Gejala : mual, muntah, sakit perut terutama tengah/kiri atas, sebah,
kembung.
Tanda : nyeri tekan tak terlokalisir, membaik setelah makan.
Terapi :
1. Edukasi :
- Makanan lunak dalam porsi kecil-kecil
- Berhenti : pedas/asam/merokok/alkohol
2. Medikamentosa :
# Terhadap etiologi :
- Bila karena infeksi (Helicobacter pylori) antibiotika
- Bila karena penyakit sistemik, obati juga penyakit sistemiknya
(misalnya gastropati DM)
- Bila karena stress berikan tranquiliser (diazepam)
# Simptomatik :
1. Antasida
2. Selective anticholinergik agent
- Pirenzepine 3 x 25 mg/hr (Gastrozepin)
3. H2 reseptor antagonis

Cimetidine 3 x 200 mg/hr (Sanmetidin, Tagamet, Ulsikur,


Ulcumet, Cimet, Nulcer, Ramet, Ulcusan), atau :
- Ranitidine 2 x 150 mg/hr (Acran, Radin, Rantin, Ranitab,
Ulceranin, Yekaradin, Ultiran), atau :
- Famotidine 2 x 20 mg/hr (Famocid, Facid, Famos, Ulfam).
4. Cytoprotective agent :
- Sucralfate 3 x 500 mg/hr (Ulsidex, Ulsafate, Ulcron,
Ulcumaag), atau :
- Cetraxate 3 x 200 mg/hr (Traxat).
5. Obat penghambat sekresi asam lambung yang lain :
- Omeprazole 2 x 10 mg/hr (Losec, Norsec, Ulzol, Regasec).
Catatan :
1. Antasida dan H2 reseptor antagonis tidak boleh diberi pada
waktu yang sama, harus beda antara 1-2 jam.
2. Anticholinergik agent, H 2 reseptor antagonis & cytoprotective
agent boleh diberikan bersama-sama.
Contoh resep :
R/ Diazepam tab mg 5 no V
S001
R/ Antasid tab no XV
S 3 dd I 1 h a c
R/ Ulsikur tab mg 200 no XV
S 3 dd I 1 h p c
R/ Ulsidex tab mg 500 no XV
S 3 dd I 1 h p c
Ulsikur : simetidine (200 mg ; 400 mg/tab, 200 mg/ml injeksi)
Ulsidex : sukralfat (500 mg/tab ; 1000 mg/tab)
2. Ulkus peptikum
Gejala : nyeri perut, terlokalisasi, tidak membaik meskipun makan, nyeri
lebih
berat
dibanding
gastritis,
kadang
disertai
perdarahan
(hematemesis/melena).
Tanda : dapat menunjukkan tempat yang paling nyeri
Etiologi : Helicobacter Pylori/NSAID/stress
Terapi :
- Hampir sama dengan gastritis akut, tetapi biasanya memerlukan
antibiotika untuk eradikasi H.pylori. Regimen yang digunakan antara
lain :
# Metronidazole 3 x 500 mg/hr (12 hari) + amoksisilin 3 x 750 mg/hr
(12 hari)
# Clarithromycin 3 x 500 mg/hr (10 hari) + amoksisilin 3 x 750 mg/hr
(10 hari)
# Metronidazole 3 x 500 mg/hr (14 hari) + amoksisilin 3 x 500 mg/hr
(14 hari)
# Metronidazole 2 x 500 mg/hr (14 hari) + clarithromycin 2 x 250
mg/hr (14 hari)

Salah satu kombinasi di atas dapat ditambah omeprazol 2 x 20 mg/hr


(14 hari) atau Ranitidine 2 x 150 mg/hari (6 minggu)

Contoh resep :
R/
Abbotic tab mg 500 no XXX
S 3 dd I
R/
Amoxsan caps mg 500 no XXX
S 3 dd I
R/
Antasid tab no XXX
S 3 dd I I hac
R/
Losec caps mg 20 no XX
S 2 dd I 1 hpc
R/
Ulsidex tab mg 500 no XXX
S 3 dd I 1hpc
Abbotic : klaritromisin 250, 500 mg/tab ; 125 mg/5 ml syr kering
Amoxsan : Amoksisilin 250,500 mg/caps ; 250 mg/5 ml syr kering
Losec : Omeprazole 10 mg ; 20 mg/caps ; 40 mg/vial injeksi
3. Iritable Bowel Syndrom IBS)
Gejala : perut terasa tidak nyaman, kadang diare, kadang obstipasi,
keluhan biasanya berhubungan dengan stress (psikologis).
Tanda :
hiperperistaltik, kadang meteorismus, bila difoto colon tak
jelas/tak ada kelainan.
Rasio : = 4 : 1, pada orang muda dan setengah tua
Terapi :
- Atasi faktor psikis/stress
- Diare obat anti diare
- Nyeri spastis anti spasmodis
Contoh resep :
R/ Diazepam tab mg 2 no VI
S 2 dd I
R/ New diatabs tab no VI
Sprn 2 tab post defekasi
R/ Asam mefenamat tab no VI
S 2 dd I
New diatabs : atapulgit aktif (600 mg/tab), dosis dewasa dan anak > 12
tahun ; 2 tab setelah BAB, max 12 tab/hr.
4.

Crons disease (ileitis terminalis)


Gejala : nyeri perut kanan bawah/tengah, berak darah kecoklatan
Tanda : nyeri/teraba massa pada perut kanan tengah, usia relatif muda
Pemeriksaan radiologis perlu dibuat pada lambung, duodenum, ileum dan
kolon. Pada ileitis terminalis sering terlihat string sign of Cantor, yaitu
barium kelihatan sebagai benang.

Pada colon perlu diperhatikan adanya cobble stone appearance karena


radang di bawah mukosa.
Terapi :
1. Non medikamentosa :
Diet lunak, tidak merangsang, tinggi serat dan rendah lemak. Bila ada
steatorea/striktur, diet rendah lemak dan serat.
2. Medikamentosa :
- Sulfasalazine (Sulcolon) 3 x 1 gr/hr
- Antibiotika broad spektrum : sefalosporin, quinolon
- Metronidazole, bila ada fistula/abses perianal
- Kortikosteroid : 20-40 mg/hr prednison/prednisolon selama 4-8
minggu, tap off bertahap
- Sedativa/tranquilizer
- Bila anemia, diberi Fe, asam folat, vit.B 12
- Azatioprin (Imuran), bila obat lain tidak berhasil
Contoh resep :
R/ Sulcolon tab mg 500 no LX
S 3 dd II
R/ Sedrofen caps mg 500 no XX
S 2 dd I
R/ Erlanison tab mg 5 no LX
S220
R/ Diazepam tab mg 5 no X
S001
R/ Inbion caps no XX
S 2 dd I
Sulcolon : sulfadiazine (500 mg/tab)
Sedrofen : sefadroksil monohidrat (250, 500 mg/caps)
Erlanison : prednison (5 mg/tab)
Inbion : tiap caps berisi Fe-glukonat 250 mg, MnSO 4 0.2 mg, CuSO4 0.2 mg,
Vit C 50 mg, asam folat 1 mg, Vit B 12 dengan faktor intrinsik 7.5 mg,
sorbitol 25 mg.
Pembedahan dikerjakan bila :
- Pengobatan medikamentosa gagal
- Ada fistula/striktur
Ada perdarahan banyak
5. Kolelitiasis (=batu kandung empedu)
Gejala : kolik perut kanan atas menembus punggung, keluhan
setelah makan berlemak.
Tanda :
- Nyeri perut kanan atas
- Konfirmasi USG/plain photo abdomen/cholecystogram
- Sering didiagnosis gastritis kronis/ulkus peptikum
Terapi :
1. Tindakan :
- Diet miskin lemak

terjadi

- Operasi
2. Medikamentosa : bersifat simptomatis
- Analgetik
- Spasmolitik
- Medical disolution dari batu seperti asam desoksikolat dapat
digunakan.
Contoh terapi :
R/
Vardiksia tab no X
S 2 dd I
R/
Buscopan tab no X
S 2 dd I
R/
Enzyplex tab no X
S 2 dd I dc
Vardiksia : metampiron (500 mg/tab)
Buscopan : hiosina hidrobromida (10 mg/tab; 20 mg/ml injeksi)
Enzyplex : amilase 10.000 UI, protiease 9000 UI, asam desoksikolat 30
mg, dimetil polisiloksan 25 mg, Vit.B 1 10 mg, Vit.B2 5 mg, Vit.B6
5 mg, Vit.B12 5 mcg, nikotinamida 10 mg, Ca pantotenat 5 mg.
Catatan : silent stones tidak perlu dioperasi, batu dengan diameter 0.5
cm mungkin bisa lewat ke duodenum.
6. Kolitis ulserativa
Gejala :
Mules (tenesmus) perut terutama bagian bawah
Diare dengan lendir, kadang darah
Tanda :
Nyeri perut bagian bawah, hiperperistaltik, anemia
Berat badan cenderung turun
Terapi :
1. Non medikamentosa :
Diet tinggi kalori dan protein (TKTP)
Untuk mengontrol diare, disarankan pasien tidak minum susu
2. Medikamentosa :
Prednison/prednisolon, dosis awal 60 mg/hr, selanjutnya tapering off
Sulfasalazin 3 x 1 g/hr oral
Anti diare
Bila anemia diberi Fe, asam folat, vit.B12
Contoh resep :
R/
Erlanison tab mg 5 no LX
S 220
R/
Sulcolon tab mg 500 no LX
S 3 dd II
R/
New diatabs tab no VI
S prn 2 tab post defekasi
R/
Inbion caps no XX
S 2 dd I
1

7.

Ca caput pankreas
70 % dari ca pankreas
Gejala : gatal, nyeri perut kanan atas, merongkol, sering diare
Tanda :
- Massa pada hipokondrium kanan makin bertambah besar
- Umur penderita biasanya > 40 tahun
- Ikterik obstruktif, feses berwarna keputihan
- Konfirmasi USG, Ca 19-9
Terapi :
- Pembedahan (stadium awal), tetapi umumnya pasien datang dalam
stadium lanjut sehingga tak mungkin dapat diobati/dilakukan
pembedahan. Bila stadium dini, dapat dilakukan reseksi sebagian dari
pankreas sehingga masa hidup dapat diperpanjang.
8. Abses hepar
Gejala :
- Nyeri perut kanan atas, kadang hebat sampai membungkuk
- Kadang disertai demam
- Riwayat disentri amuba beberapa bulan yang lalu
Tanda :
- Nyeri tekan/ketok perut kanan atas
Konfirmasi : leukositosis, USG, pemeriksaan sero amoeba
Terapi :
1. Tindakan :
- Rawat di RS
- Diet lunak
2. Medikamentosa :
- Metronidazole 3 x 750 mg (5-10 hari), ditambah dengan
- Kloroquin fosfat 1 g/hr (2 hari) & diikuti 500 mg/hari (20 hari),
ditambah dengan
- Dehydroemetine* : 1-1.5 mg/kg BB/hr im, maksimal 99 mg/hari (10
hari)
Contoh resep :
R/
Flagyl tab forte mg 500 no XLV
S 3 dd 1
R/
Malarex tab no XLVIII
S 4 dd I (2 hr)S 2 dd I (20 hr)
R/
Analspec kap mg 500 no XX
S 2 dd I
Flagyl : metronidazole (250 mg/tab ; 500 mg/tab forte)
Malarex : kloroquin difosfat (250 mg/tab)
Analspec : asam mefenamat (250 mg caps; 500 mg kaplet)
*
Sekarang jarang digunakan karena efek samping & toksisitas yang
besar

9. Hepatitis viral
Adalah suatu peradangan pada jaringan parenkim hepar yang disebabkan
oleh virus.
Hepatitis viral dibedakan :
A: akut, lab. melonjak sangat tinggi dalam waktu singkat
B: perjalanan klinik tak sehebat hepatitis A, jika kronis sirosis
C: biasanya kronik
Perjalanan penyakit hepatitis minimal 1 bulan, ada 3 stadium :
- Stadium I (prodromal) :
Minggu I dengan gejala flu like simptom
- Stadium II (ikterik) :
Akhir minggu I-II, dengan gejala kencing berwarna coklat, sklera
ikterik, kondisi tubuh baik, napsu makan baik, mual(-)
Akhir minggu II: bilirubin meningkat memuncak turun
- Stadium III (konvalesen) :
Minggu III-IV, dengan gejala : KU membaik, bilirubin naik, SGOT/SGPT
turun
Disebut ikterus bila bilirubin > 2 mg %
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
1. Ikterik :
terutama pada sklera, lidah, telapak tangan
2. Hepar :
Hepatomegali, nyeri tekan (+), permukaan rata, tepi tajam, konsistensi
lunak
Hepatitis akut : 10 % splenomegali
Seromarker hepatitis
Hepatitis A : IgM anti HAV (akut)
Ig G anti HAV (kronik)
Hepatitis B : HbsAg, anti HBs, HbcAg, anti HBc, HbeAg, anti Hbe
Hepatitis C : anti HCV
Hepatitis D : DAg
Terapi :
- Tidak ada pengobatan spesifik (e.c virus)
- Bed rest total
- Diet tinggi kalori & protein (TKTP)
- Roborantia (pemberian vitamin u/ mngembalikan kesegaran tubuh,
vitamin yg biasanya diberikan adalah vit.b kompleks dan vitamin c )
- Evaluasi : ikterik, hepato/splenomegali
Kriteria sembuh :
1. Gejala hilang : febris (-), napsu makan baik, urin coklat (-)
2. Ikterus (-)
3. Hepar/lien mengecil
4. SGOT/SGPT < 2 kali normal
5. Serologi : HbsAg (-), anti HBs (+) hepatitis B
Catatan :
Hepatitis A fulminan (perjalanan penyakitnya cepat)
Hepatitis B kronik sirosis/hepatoma
Hepatitis C sirosis sirosis dengan komplikasi hepatoma
1

Kapan boleh vaksinasi hepatitis B ?


HBsAg
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)

Anti HBs
(-)
(+)
(-)
(+)
(-)

Anti HBc
(-)
(+)
(+)
(-)
(+)

Vaksinasi
Boleh
Tidak perlu
Tidak boleh (infeksius)
Post vaksinasi
Window period (boleh
vaksin/tidak)

Pemberian vaksin hepatitis B


Golongan
Dosis awal
Bayi & anak < 10 mg (0.5 ml)
10 th
Anak >10 th & 20 mg (1.0 ml)
dewasa

1 bulan
10 mg

6 bulan
10 mg

20 mg

20 mg

10. Sirosis hepatis


Adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat
Gejala klinis :
Pada stadium dekompensata kadang sulit menegakkan diagnosa
Suharyono Subandiri memformulasikan bahwa 5 dari 7 tanda di bawah
ini sudah dapat menegakkan diagnosis sirosis hepatis dekompensata :
1. Ascites
2. Splenomegali
3. Perdarahan varises (hemetemesis)
4. Albumin rendah
5. Spider nevi (kondisi medis yang ditandai dengan terlihatnya,
vena yang sedikit terpilin berwarna merah,ungu,atau biru yg
terlihat seperti cabang pohon atau sarang laba2 pd permukaan
kulit).
6. Eritema palmaris
7. Vena kolateral
Komplikasi sirosis :
Hematemesis melena
``Superinfeksi
Koma hepatikum (suatu keadaan dimana fungsi otak nya mengalami
kemuduran akibat zat racun)
Hepatoma
Endotoxemia
Ascites permagna
Tahapan koma pada sirosis hepatis :
1. Gangguan kesadaran
2. Flaping tremor
3. Kontak
4. Prekoma
1

5. Koma
Penatalaksanaan :
A. Ascites :
1. Bed rest tidak total
2. Diet TKTP rendah garam
3. Ada 3 langkah untuk ascites :
- Infus albumin untuk hipoalbuminemia (bisa diganti plasma)
- Diuretik, misal : spironolakton (Aldacton), Furosemid (Lasix)
- Pungsi ascites atas indikasi, yaitu :
Ascites permagna
Ascites yang menimbulkan sesak napas
Ascites yang dengan diuretik tidak membaik
Ascites disertai prolapsus uteri
KI : sepsis, koma
B. Perdarahan varises oesophagus (hematemesis-melena) :
1. Resusitasi :
- Bebaskan jalan napas
- O2 jika sesak
- Atasi syok hipovolemik infus, transfusi
2. Perbaiki keadaan umum :
- Bed rest total
Puasa 24 jam bebas perdarahan
Cuci lambung : pasang NGT, kumbah dengan air es 150 cc,
ditunggu 15 menit, baru dikeluarkan, ulang tiap 2 jam
sampai perdarahan (-).
Antasid/simetidin
Koagulantia : vitamin K
Pemberian vit.K untuk hematemesis melena karena sirosis,
tidak berguna saat diberikan, tapi untuk berjaga-jaga akan
terjadinya perdarahan ulang.
Dapat diberikan Octreotide (Sandostatin) 2 ampul/L flab NaCl
0.9 % dengan tetesan 40 x/menit sebelum ada tindakan lain.
Dapat dilakukan skleroterapi sesudah dilakukan endoskopi
kalau perdarahan berasal dari pecahnya varises.
3. Cari faktor penyebab :
- Jika karena sirosis, perlu sterilisasi usus lavement pagi sore
dan berikan antibiotika
Kriteria pulang pasien sirosis :
1. Keadaan umum baik
2. Hematemesis melena (-)
3. Anemis (-), untuk pulang Hb harus > 10
4. Nafsu makan baik
5. Komplikasi sirosis (-)
C. Koma hepatikum
Akut :
1. Atasi faktor-faktor pencetus :
- Perdarahan transfusi
- Infeksi antibiotika
- Alkohol hentikan

- Gangguan keseimbangan elektrolit koreksi


2. Mengosongkan usus dari bahan yang mengandung nitrogen,
misalnya :
- Menghentikan perdarahan
- Memberikan enema fosfat
3. Diet bebas protein, diberikan diet mengandung protein yang
kadarnya ditingkatkan secara pelan.
4. Laktulosa atau laktilol.
5. Sterilisasi usus dengan Neomisin 4 x 1 g selama seminggu
6. Mencukupkan kebutuhan kalori, cairan dan elektrolit
7. Stop diuretik/pemeriksaan elektrolit serum
Kronik :
1. Hindari obat yang mengandung nitrogen
2. Diet miskin protein
3. Laktulosa atau laktilol
4. Diusahakan seharinya 2 x defekasi
5. Dapat dicoba dengan bromokriptin
11. Hepatoma
Etiologi :
1. Primer
2. Sekunder (e.c.sirosis hepatis)
Diagnosa hepatoma (five mayor) :
1. Riwayat mrongkol perut dan pertumbuhan progresif
2. Hepatomegali, berbenjol-benjol, nyeri tekan (-)
3. USG nodul-nodul dan disarsitek
4. Lab. Alfa Feto Protein (AFP) meningkat (N<15)
5. Biopsi
Penatalaksanaan :
1. Bed rest tidak total
2. Diet TKTP mudah dicerna dan diserap
3. Roborantia
4. Prinsip terapi (Jepang) :
a. Lobektomi, bila :
- Diameter < 2.5 cm
- Letak perifer
- Lobus sinistra
b. Sitostatik : Mitomicin
c. Embolisasi
12.Kolera
Adalah suatu penyakit berak-berak disertai muntah yang akut,
ditimbulkan oleh suatu enterotoksin yang dihasilkan Vibrio cholerae dalam
usus halus.
Gejala klinis :
Tanda khas adalah tinja seperti air beras dan bercampur lendir
Pada 80 % kasus, muntah-muntah terjadi segera setelah diare dimulai,
tanpa rasa mual.

Demam jarang dijumpai, kecuali pada anak-anak dan berlangsung


singkat.
Tanda-tanda dehidrasi dan asidosis (adanya peningkatan asam di
dalam darah)
Biasanya ada wabah di daerah yang bersangkutan
Terapi :
Rehidrasi oral (oralit) pada dehidrasi ringan dan sedang, pada
dehidrasi berat diberikan cairan intravena.
Antibiotika :
Pilihan I : tetrasiklin 4 x 500 mg (3 hari)
Alternatif :
- kloramfenikol 4 x 500 mg (7 hari)
- cotrimoksazol, dosis awal 2 x 3 tab, kmd.2 x 2 tab (6 hari)
-

13. Disentri Basilar dan Disentri Amoeba


Perbedaan Disentri Basilar dan Disentri Amoeba
Gejala klinik
Disentri Basilar
Disentri Amoeba
1. Timbulnya
Akut
Lebih sering perlahan,
diare awal tidak
ada/jarang
2. Keluhan
Toksemia,
Toksemia ringan,
tenesmus,sakit sifatnya
tenesmus jarang, sakit
umum
berbatas
3. Perkembangan
Pada permulaan berat
Tidak tentu, cenderung
penyakit
menahun
4. Tinja
Kecil-kecil, banyak, tak
Besar, terus menerus,
berbau, alkalis,
asam, berdarah, bila
berlendir, nanah &
berbentuk biasanya
berdarah, bila tinja
tercampur lendir
berbentuk dilapisi lendir
5. Komplikasi

Artritis

6. Kelainan
anatomi

Daerah sigmoid, ileum,


mengalami hiperemia
superfisial ulseratif &
selaput lendir menebal

Abses hepar amoeba


Daerah sekum & kolon
asendens, jarang
mengenai ileum; ulkus
bergaung

Terapi :
1. Terapi cairan dan elektrolit sesuai derajat dehidrasi
2. Diet : makanan lunak, sampai berak <5 x sehari, kemudian
diberi makanan ringan biasa bila ada kemajuan.
3. Pengobatan spesifik : antibiotika
a. Disentri Basilar (e.c.Shigella sp)
- Antibiotika pilihan :
Cotrimoksazol 2 x 2 tab (5 hari)
Siprofloksasin 2 x 750 mg/hr (5 hari), KI : anak dan
hamil.
b. Disentri Amoeba ( e.c. Entamoeba sp )

Antibiotika pilihan : Metronidazole 4 x 500


hari).
- Alternatif :
Tinidazol 2 g/hr, dosis tunggal (3 hari)
Secnidazol 2g/hr, dosis tunggal (3 hari)
Tetrasiklin 4 x 500 mg/hr (10 hari)

mg/hr (3

III. ENDOKRINOLOGI DAN METABOLISME


1. Hipertiroidisme
Suatu kondisi dimana kelanjar tiroid memproduksi hormone tiroksin
secara berlebihan.
Gambaran klinis hipertiroidisme :
a. Umum :
Berat badan turun*, keletihan*, apatis*, berkeringat*, tak tahan panas*
b. Kardiovaskuler :
Palpitasi*, sesak napas, angina, gagal jantung, sinus takikardia,
fibrilasi atrium, nadi kolaps
c. Neuromuskular :
Gugup*, agitasi*, tremor*,koreoatetosis, psikosis, kelemahan otot,
miopati proksimal, paralisis periodik, miastenia gravis *
d. Gastrointestinal :
Berat badan turun meskipun nafsu makan , diare, steatorea,
muntah
e. Reproduksi :
Oligomenorea, infertilitas
f. Kulit :
Pruritus, eritema palmaris, miksedema pretibial **, rambut tipis
g. Struma :
Difus dengan/tanpa bising**, nodusa
h.
Mata :
Lid retraction, lid lag, periorbital puffiness **, lakrimasi meningkat,
grittiness of eyes**, kemosis**, proptosis, ulserasi kornea**,
optalmoplegia, diplopia**, edema papil, penglihatan kabur**.
*
paling sering
**
terdapat hanya pada penyakit Graves
Trias Basedow : struma, exoptalmus, takikardia
Terapi :
Obat anti tiroid :
1. Propiltiourasil (PTU) 3 x 100 mg, max 600 mg/hr, atau
2. Karbimazol/Metimazol 3 x 10 mg, max 60 mg/hr
# PTU dibandingkan dengan Metimazol :
- Mudah didapat
- Menghambat proses pengikatan jod dalam bentuk senyawa
organik

#
Catatan
1.
2.
3.
4.
5.

6.

- Mereduksi jod I- Tidak menembus sawar plasenta


- Menghambat konversi T3 T4
Efek samping : alergi, leukositosis, agranulositosis, damage liver,
ikterik, artralgia
:
Pada pemberian ini harus edukasi karena pemberian jangka
lama (12-18 bulan)
Terapi bisa diteruskan sampai sembuh bila tak ada efek
samping, serta perlu pemeriksaan kadar hormon tiroid, LED, dan
hapusan darah tepi tiap -1 bulan.
Penggunaan OAT ini umumnya dengan dosis besar pada
permulaan sampai eutiroidisme tercapai, kemudian berikan
dosis rendah untuk mempertahankan keadaan eutiroidisme.
Hipertiroidisme pada wanita hamil biasanya diberikan PTU
sebagai obat pilihan, dengan dosis serendah mungkin untuk
mencegah hipotiroidisme pada fetus.
Indikasi pengobatan dengan yodium radioaktif :
- Pasien umur 35 tahun
- Hipertiroidisme yang kambuh setelah operasi
- Gagal mencapai remisi sesudah pemberian OAT
- Tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan OAT
- Adenoma toksik, goiter multinoduler toksik
Indikasi operasi adalah :
- Pasien umur muda dengan struma yang besar serta tidak
mempan dengan OAT
- Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan OAT
dosis besar
- Alergi terhadap OAT, pasien tidak dapat menerima yodium
radioaktif
- Adenoma toksik atau struma multinodular toksik
- Penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih
nodul

2. Diabetes Melitus (DM)


Adalah gangguan metabolisme kronik yang manifestasinya berupa
hiperglikemi, glukosuria ( kandungan glukosa berlebih di dalam urine) &
meningkatnya pemecahan protein yang sering timbul ketosis dan asidosis.
Klasifikasi etiologis DM (ADA, 1997) :
1. DM type I :
Destruksi sel beta, menjurus ke defisiensi insulin absolut :
Autoimun, idiopatik.
2. DM type II :
Bervariasi, terutama dominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif sampai defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.
3. DM type lain :
a. Defek genetik fungsi sel beta
b. defek genetik kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pankreas (pankreatitis, tumor, dll)
d. Endokrinopati (feokromositoma, synd.Cushing,dll)
1

e. Karena obat/zat kimia (as.nikotinat, tiazid, dilantin)


f. Infeksi (Rubella kongenital, CMV)
g. Sebab imunologi yang jarang (antibodi anti insulin)
h. Synd. Genetik lain berkaitan DM (Synd.Down, Synd.Turner)
4. DM gestasional (DMG)
Diagnosis DM :
1. Gejala khas :
- Polidipsi (banyak minum)
- Poliuria (banyak kencing)
- Poliphagia (banyak makan)
- Berat badan dan lemas
2. Gejala lain :
- Kesemutan
- Gatal-gatal
- Mata kabur
- Impotensia ()
- Pruritus vulva ()
3. Gejala khas + GDS 200 mg/dl DM ditegakkan
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring
dan diagnosis DM (mg/dl)
Kadar glukosa darah
Bukan
Belum pasti
DM
DM
DM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena
<110
110-199
200
Darah kapiler
<90
90-199
200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena
Darah kapiler

<110
<90

110-125
90-109

126
110

Untuk kelompok tanpa gejala khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah
yang baru satu kali saja abnormal, belum cukup kuat menegakkan
diagnosa klinis DM
Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapatkan sekali lagi angka
abnormal, yaitu GDP 126 mg/dl, GDS 200 mg/dl, atau dari hasil Tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal yaitu kadar glukosa plasma
200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram.
Pengelolaan DM:
A. Penyuluhan / edukasi diabetes
Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai
pengetahuan dan keterampilan bagi pasien DM, yang bertujuan
menunjang perilaku untuk meningkatkan pemahaman akan
penyakitnya, untuk mencapai kesehatan optimal & kualitas hidup
yang lebih baik.
B. Diet/perencanaan makan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak.
Status gizi :
1

# Berat badan kurang = 90 % BB idaman


# Berat badan normal = 90-110 % BB idaman
# Berat badan lebih = 110-120 % BB idaman
# Gemuk = 120 % BB idaman
Standar kebutuhan kalori :
# Kurus = BB x 40-60 kal/hari
# Normal = BB x 30 kal/hari
# Gemuk = BB x 20 kal/hari
# BB x 10-15 kal/hari
C. Exercise/latihan jasmani
Dilakukan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama 30 menit, yang
sifatnya sesuai CRIPE (continuous, rhythmical, interval, progresive,
endurance training), dengan zona sasaran 75-85 % denyut nadi
maksimal.
D. Obat berkhasiat hipoglikemik
Ada 2 macam :
Obat hipoglikemi oral (OHO)
1. Sulfonilurea
2. Biguanid
3. Inhibitor glukosidase alfa
Insulin
Obat hipoglikemi oral (OHO) :
Harus diperhatikan benar fungsi hati dan ginjal, tak dianjurkan untuk
memberikan obat-obat tersebut pada pasien dengan gangguan fungsi
hati dan ginjal.
1. Sulfonilurea
Mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas.
Pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal atau
kurang.
2. Biguanid
Mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati,
disamping juga efek memperbaiki ambilan glukosa perifer.
Preparat yang ada dan aman dipakai : Metformin (Glukophage).
Kontraindikasi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan
hati, serta pasien dengan kecenderungan hipoksemia
Efek samping : mual, untuk mengurangi keluhan tersebut dapat
diberikan bersamaan atau sesudah makan.
3. Inhibitor glukosidase alfa
Preparat : Acarbose (Glukobay)
Terutama bermanfaat untuk pasien dengan kadar glukosa darah
puasa yang masih normal.
Biasanya dimulai dengan dosis 2 x 50 mg setelah suapan I waktu
makan. Jika tidak didapati keluhan gastrointestinal, dosis dapat
dinaikkan 3 x 100 mg
Obat Hipoglikemi Oral
Obat
Nama
Dosis Dosis
Pemberian
dagang
awal
max
sehari yang
(mg)
(mg)
dianjurkan
Golongan sulfonilurea*
2

Glibenclamide (2.5,5)
Gliclaside (80)
Gliquidone (30)
Glipizide (5)
Glimepirid **(1,2,3)
Chlorpropamide (100,250)
Tolbutamide (500)
Carbutamide (500)
Tolazamide (100,250)
Glycodiazine (500)
Acetohexamide (250/500)

Daonil
Diamicron
Glurenorm
Minidiab
Amaryl
Diabenese
Rastinon
Nadisan
Tolinase
Glymidine
Dymelor

Golongan biguanid
Metformin***(500)
Phenformin (25)
Buformin (50)

Glucophage
Dibotin
Silubin

Gol.inhibitor glukosidase
alfa #
Acarbose (50,100)

Glucobay

2.5
80
30
5
1
50
1500
500
100
500
150

15-20
240
120
20
6
500
3000
1500
750
1500
1500

1-2
1-2
2-3
1-2
1
1
3
1-2
1-2
1-2
1-2

500
50
30

2500
150
300

1-3
2-3
1-3

50

300

* Diberikan 30 menit sebelum makan


** Dapat diberikan sesaat sebelum makan
*** Diberikan sebelum makan,untuk mengurangi efek samping mual
dapat diberikan bersama maupun sesudah makan
# Diberikan segera setelah suapan pertama waktu makan
Insulin
Indikasi pengobatan insulin adalah :
1. DM type I (IDDM)
2. DM type II yang tak dapat dirawat dengan OAD
3. DM dan kehamilan
4. Nefropati diabetik stadium III dan IV
5. DM dan gangguan faal hati yang berat
6. DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
7. DM dan TB paru yang berat
8. Ketoasidosis diabetik dan koma lain pada DM
9. DM dan operasi
10. DM dan underweight
11. DM dan penyakit Graves
Insulin umumnya diberikan dengan suntikan di bawah kulit
(subkutan). Lokasi penyuntikan juga harus diperhatikan benar,
demikian pula mengenai rotasi tempat suntik.
Ada 3 tempat suntikan yang sering digunakan, yaitu dinding perut,
lengan dan paha, dimana absorbsi paling cepat adalah dinding perut,
kemudian lengan dan paha paling lambat. Karena itu, apabila
memindahkan lokasi suntikan dari satu tempat ke tempat lain, jangan
dilakukan tiap hari, tetapi lakukan rotasi tempat suntikan (rotasi huruf
O), setiap 14 hari agar tidak memberi perubahan kecepatan absorbsi
setiap hari. Jarak antara suntikan pertama dan berikutnya harus lebih
dari 2 cm.
2

Harus diperhatikan benar konsentrasi insulin (U40, U100). Dianjurkan


dipakai konsentrasi yang tetap (U40 atau U100), tidak berganti-ganti,
dengan semprit yang sesuai (semprit U40 untuk insulin U40, semprit
U100 untuk insulin U100).
Insulin sesuai kebutuhan
Reduksi
GDS
Insulin
(+) hijau kekuningan
200-250
4
2(+) kuning keruh
250-300
8
3(+) jingga
350-400
12
4(+) merah bata
>400
16
Jenis dan Lama kerja insulin
Jenis
Preparat
Awal kerja
Puncak
Lama kerja
(jam)
kerja (jam)
(jam)
Insulin kerja pendek
RI, Actrapid
0.5-1
2-4
5-8
(HM)
Insulin kerja menengah
NPH, Lente
1-2
4-12
8-24
Insulin kerja panjang
PZI, monotard
2
6-20
18-36
(HM),
Ultralente
Insulin campuran
0.5-1
2-4 & 6-12
8-24

Catatan :
Bila mencampur insulin, hendaknya 2 macam insulin yang mempunyai
pH sama & dari satu pabrik, misalnya : Actrapid dan Monotard, RI
dengan PZI, tetapi perlu diperhatikan kadarnya apabila disuntikkan 5
menit sesudah percampuran, maka akan timbul kelambatan absorbsi.

Mekanisme kerja, Efek samping utama, dan Manfaat terhadap HbA1C


Pengaruh
Efek samping
Jenis OAD
Cara kerja utama
terhadap
utama
HbA1C
Sulfonilurea
Meningkatkan
BB naik,
1.5-2.5 %
sekresi insulin
hipoglikemik
Metformin
Menekan produksi
Diare, dispepsia,
1.5-2.5 %
glukosa hati
asidosis laktat
Inhibitor
Menghambat
Flatulens, tinja
0.5-1.0 %
glukosidase
absorbsi glukosa
lembek
alfa
Insulin
Menekan produksi
Hipoglikemia, BB
Potensial normal
glukosa hati,
naik
stimulasi
pemanfaatan
glukosa

Komplikasi DM
A. Komplikasi akut
Ketoasidosis diabetik
Hiperosmolar non ketotik
Hipoglikemia
B. Komplikasi kronis
1. Makroangiopati
- Pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner)
- Pembuluh darah tepi
- Pembuluh darah otak (stroke)
2. Mikroangiopati
- Retinopati diabetik
- Nefropati diabetik
- Neuropati
- Rentan infeksi
- kaki diabetik (gabungan 1-4)
Kriteria Pengendalian DM
Kriteria
Baik
Sedang
Glukosa darah puasa (mg/dl)
80-109
110-139
Glukosa darah 2 jam (mg/dl)
110-159
160-199
HbA1C
4-5.9
6-8
Kolesterol total (mg/dl)
<200
200-239
Kolesterol LDL (mg/dl)
Tanpa PJK
<130
130-159
Dengan PJK
<100
100-129
Kolesterol HDL (mg/dl)
>45
35-45
Trigliserida (mg/dl)
Tanpa PJK
<200
200-249
Dengan PJK
<150
150-199
BMI = IMT
Wanita
18.5-23.9
23-25
Pria
20-24.9
25-27
Tekanan darah
<140/90
140-160/90-95

Buruk
140
200
>8
240
160
130
<35
250
200
>25 / <18.5
>27/<20
>160/95

3. Hiperlipidemia
Adalah keadaan yang ditandai oleh peningkatan kadar lemak darah.
Biasanya dihubungkan dengan risiko terjadinya aterosklerosis atau
penyakit jantung koroner (PJK).
Untuk praktisnya, hiperlipidemia dinyatakan sebagai hiperkolesterolemia,
hipertrigliseridemia atau kombinasi keduanya & tanpa memandang
adanya penurunan fraksi HDL-kolesterol.
Klasifikasi hiperlipidemia :
1. Hiperlipidemia primer :
Banyak disebabkan oleh karena kelainan genetik, umumnya tanpa
keluhan, kecuali pada keadaan yang agak berat tampak adnya
xantoma.
2. Hiperlipidemia sekunder :

Peningkatan kadar lipid darah yang disebabkan oleh suatu penyakit


tertentu, misalnya DM, gangguan tiroid, penyakit hepar dan penyakit
ginjal.
Gejala dan tanda :
A. Biasanya tidak memberi gejala dan tanda yang khas
1. Biasanya penderita mengeluh seperti kesemutan, badan
berat/capai, otot-otot ekstremitas sakit/kaku.
2. Bila ada dapat berujud seperti :
a. di kulit xantoma
b. di mata arcus senilis, lipemia retinalis
c. krisis abdomen akut (pankreatitis akut)
3. Bila ada kemungkinan dengan gejala dan tanda komplikasinya,
seperti stroke/gagal jantung /gangren/claudificatio intermiten,
dll.
B. Biasanya diketahui saat pemeriksaan/ pemeriksaan penunjang.
Terapi hiperlipidemia
A. Non medikamentosa
Diet : disesuaikan anjuran diet untuk hiperlipidemia primer atau
sekunder.
Olah raga : bersifat aerobik, rutin 3-4 kali seminggu

B. Medikamentosa (obat hipolipidemia)


1. Golongan statin:
Obat ini menghambat kerja enzim HMG Co-A reduktase hingga
sintesis kolesterol dalam hati berkurang.
Preparat :
# Simvastatin Cholestat, Normovat (5-40 mg/hr)
# Pravastatin Mevalotin, Pravachol (10-40 mg/hr)
# Lovastatin Belvas, Cholestra (20-80 mg/hr)
# Fluvastatin Lescol (5-40 mg/hr)
2. Golongan asam fibrat :
Mekanisme kerja : mekan aktivitas LPL ; mekan aktivitas
reseptor LDL; mekan VLDL trigliserid ; HDL ; LDL .
Preparat :
# Gemfibrozil (Dubrozil, Fetinor, Lipidan, Lipitrop)
Dosis : 2 x 600 mg, jam sebelum makan/ 1 x 900 mg/hr.
# Bezafibrat (Bezalip, Bezalip retard)
Dosis : 3 x 200 mg atau 1 x 400 mg/hr
# Fenofibrat (Evothyl, Hipolip, Hyperchol)
Dosis : 3 x 100 mg atau1 x 300 mg/hr
3. Golongan resin pengikat asam empedu :
- Mekanisme kerja : mengikat asam empedu (>>kolesterol)
ekskresi ke usus ditingkatkan meningkatkan sintesis LDL
reseptor di hati kolesterol total ; LDL .
- Preparat :
# Kolestipol (Colestid), dosis 5-15 g, 2 x sehari
# Kolestiramin (Questran), dosis 6-12 g, 2 x sehari
4. Golongan nikotinat :
- Mekanisme kerja : menurunkan sintesis VLDL di hati LDL ;
HDL ; trigliserid .
- Sebenarnya obat ini sangat poten, sayang efek sampingnya
terlalu banyak.
- Preparat :
# Inositol hexacotinate 3 x 1 g/hr
# Tetranicotinyol fructose 4 x 250 mg/hr
# Acipimox (2-3) x 250 mg/hr
5. Golongan yang jarang dipakai : D-Tiroksin; Probucol; Neomycin
Catatan :
Pada keadaan tertentu dimana kadar kolesterol sangat tinggi atau
pada pasien yang sudah mempunyai faktor risiko lain , misalnya
ada keluarga yang menderita PJK, DM, hipertensi, gemuk,
pengobatan dapat kombinasi 2 macam obat yang dapat
menurunkan kadar kolesterol sampai 50-60 %.
IV. RHEUMATOLOGI
1. Rheumatoid arthritis (RA)

Diagnosis klinis RA dibuat jika sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7


kriteria di atas (kriteria ARA, 1987) :
1. Kaku pagi hari :
Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan di sekitarnya,
sekurangnya selama 1 jam sebelum perbaikan maksimal.
2. Arthritis pada 3 daerah :
Pembengkakan jaringan lunak atau persendian atau efusi (bukan
pertumbuhan tulang) pada sekurang-kurangnya 3 sendi secara
bersamaan.
3. Arthritis pada persendian tangan:
Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu persendian tangan
seperti yang tertera di atas.
4. Arthritis simetris
Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang tertera pada kriteria 2)
pada kedua belah sisi.
5. Nodul reumatoid :
Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan ekstensor
atau daerah juksta-artrikular.
6. Faktor reumatoid serum :
Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum yang diperiksa

7. Perubahan gambaran radiologis :


Perubahan gambaran radiologis yang khas bagi RA menunjukkan
adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang berlokalisasi pada sendi
atau daerah yang berdekatan dengan sendi.
Laboratorium :
Rheumatoid factor (RF) positip
Anemia normositik hipokromik
Lekositosis, LED (aktivitas penyakit)
Uji ANA (antinuklear antibodi) positip
Terapi :
# First step : NSAID/analgetik
Preparatnya antara lain :
- Na diklofenak, dosis : 2-3 x 50 mg/hr
- Naproksen, dosis : 2-3 x 250 mg/hr
- Indometasin, dosis : 2-3 x 25 mg
- Meklofenamat, dosis : 2-3 x 100 mg/hr,dll
# Second step : NSAID + kortikosteroid
- Indikasi penggunaan kortikosteroid bila obat AINS tidak menolong.
Preparat : prednison, dosis awal 60 mg/hr dalam 3 dosis, tap.off
# Third step : NSAID + kortikosteroid + preparat emas
- Penggunaan preparat emas bila obat-obat yang lazim seperti
tersebut di atas tidak menolong. Obat ini mahal & di Indonesia
masih sukar diperoleh. Preparat : sulfasalazine, khloroquin.
# Rehabilitasi medik fisioterapi
Catatan :
NSAID perlu diberikan bersama antasid/simetidin,
komplikasi penggunaan NSAID jangka panjang
.
Tujuan terapi :
1. Mengurangi rasa nyeri
2. Mengurangi dan menekan inflamasi
3. Memperkecil komplikasi
4. Memelihara fungsi sendi dan otot
5. Mengembalikan gairah hidup dan produktivitas

perlu

diingat

Contoh resep :
R/
Renadinac tab mg 50 no XV
S 3 dd I
R/
Antasida tab no XV
S 3 dd I
Renadinac : Na diklofenak (25, 50 mg/tab)
2. Osteoarthritis
Merupakan penyakit degenerasi sendi, ialah suatu penyakit kerusakan
tulang rawan sendi yang berkembang lambat, yang tak diketahui
penyebabnya, meskipun terdapat beberapa faktor risiko yang berperan.
Biasanya mengenai usia tua, sering pada umur > 60 tahun.
2

Terutama mengenai sendi besar penumpu berat badan, tidak simetris.


Pemeriksaan fisik :
Hambatan gerak konsentris/eksentris
Krepitasi terutama osteoarthritis lutut
Bengkak sendi yang seringkali asimetris osteofit
Tanda-tanda radang
Deformitas (perubahan bentuk) permanen
Perubahan gaya berjalan
Radiologi :
Penyempitan celah sendi asimetris
Peningkatan densitas (sklerosis) tulang subkondral
Kista tulang subcondria
Osteofit pinggir sendi
Perubahan struktur anatomi sendi
Laboratorium : tidak spesifik
Terapi :
1. Medikamentosa : simptomatis (seperti RA)
2. Non medikamentosa :
- Istirahat sendi
- Diet (turunkan BB pada pasien gemuk)
- Protesa
- Fisioterapi
3. Artritis Pirai (=Artritis Gout)
Merupakan jenis penyakit reumatik yang penatalaksanaannya mudah dan
efektif, sebaliknya pada pengobatan yang tak memadai, gout dapat
menyebabkan destruksi sendi.
Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yaitu
hiperurisemia.
Anamnesis yang penting :
Riwayat konsumsi makanan tinggi purin :
Jerohan, otak, sarden, extrak daging dan ragi
Kobis/kol, buncis, kacang-kacangan, bayam, asparagus, jamur
Ikan, kerang
Nyeri sendi (+) terutama jari-jari kaki (metacarpopalangeal I),
terutama malam hari, dan diperberat suhu/tekanan (sakit saat mandi)
Saran : makan telur, susu, keju, ayam, ikan tongkol, tengiri, bandeng,
udang.
Pemeriksaan fisik :
# Status lokalis : radang (+), tofus (+)
# Khas adanya podagra (peradangan pangkal ibu jari kaki)
Laboratorium :
AL , LED , asam urat , cholesterol , trigliserid .
Terapi :
1. Diet rendah purin (6 bulan)
2. Medikamentosa : terhadap hiperurisemia
a. Urikosurik
# Cara kerja : menurunkan kadar asam urat darah
2

# Syarat :
- Usia muda
- Tidak ada needes (batu urat)
- Jangan gunakan pada orang tua hipertropi prostat (
# Preparat : Probenesid (Probenid, Nufabencid), Sulfinpirazon,
Bensbromaron, Azapropazon. Dosis : 2 x 250 mg/hr selama 1
minggu, dilanjutkan 2 x 500 mg/hr.
b. Xanthine Oxydase Inhibitor
# Cara kerja : menghambat metabolisme hipoxantin menjadi
xantin dan xantin menjadi asam urat
# Preparat : allopurinol (Urica, Reucid, Uroquad, Tylonic) 100 mg 3
x 1 / 300 mg 1 x 1
# Kontraindikasi : hipersensitif
# Lakukan pemeriksaan kadar asam urat secara periodik, karena
dosis allopurinol tergantung pada kadar asam urat.
3. Terapi komplikasi :
Tofus, disarsitektur sendi, needes
4. Rehabilitasi medik : fisioterapi
Contoh kasus :
Pasien wanita, 50 th, dengan hiperurisemia, mengeluh nyeri
sendi pada jari-jari kaki, tofus (+)
Contoh resep :
R/
Urica tab mg 100 no XXI
S 3 dd I
R/
Pehazon forte tab no XXI
S 3 dd I
R/
Antasid tab no XXI
S 3 dd I
Urica : allopurinol (100; 300 mg/tab).
Pehazon : tiap tablet berisi isoprina-HCl 62.5 mg, fenilbutazon 62.5 mg;
tiap tablet forte berisi isoprina HCl 125 mg, fenilbutazon 125
mg.

V. HEMATOLOGI
1. Anemia defisiensi besi
Etiologi :
Kebutuhan Fe meningkat (ibu hamil, dsb)
Malabsorbsi Fe (Coeliacdisease)
Diet jelek negara berkembang
Gejala klinis :
# Anamnesis : badan lemah, sakit kepala
2

# Pemeriksaan fisik :
Mata : conjungtiva anemis (+)
Kulit : pucat, tipis
Rambut : kering, tipis, rapuh
Mulut : stomatitis, cheilitis
Lidah licin/ tepi mulut fisura
Kuku ; tipis, kering,spoon nail
Laboratorium :
Anemia mikrositik hipokromik
Indeks eritrosit (MCV, MCH,MCHC)
Retikulosit , TIBC
Feritin serum
Terapi :
1. Non medikamentosa :
- Makanan tinggi kalori dan protein
- Istirahat di rumah
- Dirawat kalau Hb < 4 gr%
- Penyebab defisiensi diatasi
2. Medikamentosa :
- Sulfas ferosus 3 x 300 mg/hr peroral, atau
- Ferrous fumarat (Miacure, Natabion, Hemobion) 2 x (200-300) mg/hr
peroral
- Fe parenteral (bila diperlukan kenaikan Hb cepat, misal ; wanita
hamil trimester terakhir/ intoleransi Fe peroral)
- Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi Fe
Catatan : Bila ada penderita gastritis/duodenitis, bentuk sulfat
sebaiknya dihindarkan.
Contoh resep :
R/
Miacure tab no XX
S 2 dd I dc
Miacure : tiap tablet salut berisi Fe-fumarat 300 mg, MnSO $ 0.4 mg,
CuSO4 0.4 mg, Vit.C 100 mg, asam folat 2 mg, Vit B 12 15 mcg,
faktor intrinsik 25 mg.
2. Polisitemia Vera
Merupakan suatu kelainan mieloproliferatif yang progresif, kronik &
melibatkan unsur-unsur sumsum tulang.
Anamnesis :
Malaise, lelah, kurang tenaga
Keluhan lain seperti sakit kepala, kurang konsentrasi, visus berkurang,
nyeri di jari-jari tangan dan kaki, pruritus, epistaksis, perdarahan
gingiva, ekimosis.
50-60 tahun, pria > wanita
Pemeriksaan fisik :
Muka merah, mukosa lebih merah dari biasa
-

Splenomegali
Laboratorium :
- Hipervolemia, hiperviskositas, eritrositosis (6-10 juta/mm 3), Hb
meninggi (> 16 gr % & > 18 gr %), hematokrit > 52 %, leukositosis
(> 12.000/mm3), trombositosis (> 400.000/mm3).
Terapi :
1. Non medikamentosa
- Rujuk ke RS
- Flebotomi sebanyak 500 cc tiap 2-3 bulan
- Diet rendah Fe
2. Medikamentosa :
- Fosfor radioaktif
- Kemoterapi : Busulfan 2-4 mg/hr, setelah remisi maintenance
dose
3. Suportif :
- Hiperurisemia : allopurinol
- Pruritus : antihistamin
Catatan :
- Flebotomi dilakukan bila hematokrit > 55 %
- Flebotomi berulang-ulang dapat memperhebat/
trombositosis.

menyebabkan

3. Multiple myeloma
Merupakan neoplasma sel plasma dengan gejala klinis :
1. Lesi tulang
2. Penekanan sumsum tulang oleh jaringan tumor
3. Manifestasi patologik yang disebabkan oleh produksi berlebihan
protein mieloma.
Anamnesis :
Badan lemah, BB menurun, palpitasi kordis
Keluhan lain seperti nyeri di tulang yang bertambah jika bergerak/
sering bersamaan dengan fraktur patologis ( 70 %), anoreksia,
nausea, sering pneumonia.
Pemeriksaan fisik :
Anemia
Nyeri dan adanya krepitasi pada tulang-tulang yang mengalami
destruksi.
Pada kasus lanjut GGK.
Pemeriksaan penunjang :
1. Radiologi :
- Tulang dengan Punched out lesions dan osteoporosis difus.
2. Laboratorium :
- Hipercalsemia, kreatinin dan ureum meninggi, serum globulin
meninggi (IgG/IgA)
Terapi :
1. Rujuk ke RS
2. Bed rest
3. Diet sesuai dengan keadaannya

4. Medikamentosa :
# Loading dose :
a. Cyclophosphamide 10 mg/kg BB/hr selama 7-10 hari, atau
b. Melphalan 10 mg/hr selama 7-10 hari, atau
c. Chlorambucil 0.2 mg/kg BB/hr peros selama 21-42 hari
# Diteruskan dengan daily dose :
a. Cyclophosphamide 1-2 mg/kg BB/hr, atau
b. Melphalan 1-3 mg/hr
c. Chlorambucil 2 mg/hr
4. Mengurangi gerakan
5. Menjaga keseimbangan elektrolit terutama calsium
6. Konsul RM
4. Disseminated Intravaskular Coagulation (DIC)
Merupakan suatu sindrom patologis akibat terbentuknya trombi fibrin,
konsumsi
protein
plasma
yang
spesifik
(faktor
pembekuan),
trombositopenia & sistem fibrinolitik yang aktif.
Gejala klinis :
Perdarahan difus di kulit/ di tempat lain
Gejala lain
seperti
ekimosis, petekie spontan,
perdarahan
gastrointestinal, gejala-gejala penyakit dasarnya.
Laboratorium :
Clot retraction kecil, trombositopenia, waktu protrombin memanjang,
fibrinogen berkurang (< 75 mg %), FDPs bertambah (> 40 g/ml).
Terapi :
1. Obati penyakit dasar
2. Atasi syok denganinfus low molekul dextran
3. Infus platelets, cryoprecipitate for fibrinogen & faktor V dan VII
4. Sesudah diberi heparin boleh transfusi darah segar (kalau perlu).
Heparin diberikan perinfus kontinyu 400 mg/hr (=40.000 U).
5. Leukimia
Perbedaan Leukimia akut dan kronis
Gejala klinik
Leukimia akut
Leukimia kronis
1. Keadaan umum
Jelek, demam, pucat
Lebih baik
2. Manifestasi
(+)
(+)/(-)
perdarahan
3. Splenomegali
>
>>
4. Laboratorium
Hb
> anemia
Anemia
AL
tidak > 50.000 mm3
> 50.000/mm3
AT

Apusan darah tepi


sel muda banyak >30 %
sel campuran
cromosom philadelpia
5. Prognosis
> jelek
> baik
Terapi :
Rujuk ke RS untuk pemberian sitostatika

VI. INFEKSI
1. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
Merupakan penyakit infeksi virus Dengue yang menimbulkan demam akut
disertai dengan manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan
renjatan yang dapat menyebabkan kematian.
Kriteria diagnosis (menurut WHO, 1997) :
A. Kriteria klinis :
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas selama 2-7
hari
2. Manifestasi perdarahan, termasuk ; uji tourniquet (+), petekie,
ekimosis, purpura, hematemesis/melena.
3. Hepatomegali
4. Kegagalan sirkulasi (syok)
B. Kriteria laboratoris :
1. Trombositopenia (<100.000/mm3)
2. Hemokonsentrasi (peningkatan 20 %)
Diagnosis DHF dapat ditegakkan, bila didapatkan minimal 2 kriteria klinis
disertai 1 kriteria laboratoris. Demam merupakan gejala yang harus ada.
Derajat Penyakit DHF
Derajat
I
II
III

IV

Gejala klinik
Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan ialah uji tourniquet
Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit
dan atau perdarahan lain
Kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut,
tekanan nadi menurun (<20 mmHg) atau hipotensi,
sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan
pasien tampak gelisah
Syok berat, nadi tak teraba dan tekanan darah tak
terukur

Terapi :
1. Cairan :
a. Sebelum terjadi DSS Ringer Laktat
b. Sesudah terjadi DSS Koloid dan kristaloid
2. Diet : hati-hati perdarahan lambung
3. Medikamentosa :
a. Analgetik/antipiretik (paracetamol)
b. Kortikosteroid (belum ada kesepakatan)
c. Heparin (kalau ada DIC)
d. Anti viral (jarang diberikan)
e. Antibiotika, bila ada infeksi sekunder
2. Demam Tifoid

Etiologi : Salmonella Typhi


Kriteria diagnosis :
A. Anamnesis :
Panas > 7 hari, mempunyai ciri : pada minggu pertama meningkat
secara graduel, siang hari normal, malam hari panas.
Terdapat keluhan gastrointestinal : rasa mual, muntah, nyeri perut,
diare atau konstipasi
Malaise, nyeri kepala, batuk, bintik roseola
Gangguan kesadaran : apatis, somnolen, gelisah
B. Pemeriksaan Fisik :
Lidah tifoid (permukaan kotor, tepi hiperemis, kadang tremor)
Hepatomegali, splenomegali
Perut nyeri tekan
C. Diagnosis pasti :
1. Pemeriksaan Widal
Slide test : titer O 1/160
Test tabung : titer O 1/200
2. Pemeriksaan kultur darah (gaal kultur) : (+) minggu I-II
D. Laboratorium darah :
Anemia normositik normokromik, leukopenia, limfositosis relatif, LED ,
trombositopenia, aniosinofilia.
Komplikasi :
Minggu I syok endotoksemia
Minggu II reaktif hepatitis, perdarahan usus
Minggu III perforasi
Minggu IV relaps tifoid
Terapi :
1. Bed rest total sampai 7 hari bebas panas mobilisasi bertahap
2. Diet saring TKTP lunak, rendah serat, sampai 7 hari bebas panas
ganti bubur kasar setelah 7 hari ganti nasi.
3. Medikamentosa :
Chloramphenicol (Kemicetin) 4 x 500 mg/hr drug of choice, setelah 6
hari tak ada respon ganti obat lain. Bila ada respon diteruskan
sampai 5 hari afebril.
ES : depresi sumsum tulang.
Alternatif lain :
# Cotrimoksazol 2 x 2 tab/hr peroral, sampai 5 hari bebas demam
# Amoksisilin 4 x 1 gr/hr (14 hari) peroral
# Ampisilin 4 x 1 gr/hr (15 hari) peroral
# Sefalosporin 1 gr/hr peroral, efektif, tapi lama pemberian yang
optimal belum dketahui dengan pasti.
Catatan : Chloramphenicol tak boleh diberikan pada wanita hamil
trimester III, karena mengakibatkan grey baby sindrom .
3. Tetanus

Merupakan suatu penyakit infeksi oleh Clostridium tetani


yang
merupakan
bakteri
gram
(+)
yang
mengeluarkan
exotoksin,
bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot
seluruh badan.
Kejang pada tetanus :
1. Dapat disertai adanya luka tusuk/tidak.
Yang tidak disertai luka tusuk : infeksi dari telinga, infeksi dari gigi
dan mulut.
2. waktu kejang penderita sadar
3. Kepala : trismus, risus sardonikus
4. Epistotonus : perut keras seperti papan
5. laboratorium dalam batas normal
Terapi :
A. Non medikamentosa
- Merawat dan membersihkan luka
- Diet cukup kalori dan protein. Bila ada trismus, makanan diberikan
personde atau parenteral.
- Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara & tindakan
terhadap pasien.
- Oksigen, pernapasan buatan dan trakeostomi bila perlu
- Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
B. Medikamentosa :
- Antitoksin :
Tetanus Imun Globulin (TIG) lebih dianjurkan dibanding Anti Tetanus
Serum (ATS). Dosis inisial TIG : 5000 U im, dilanjutkan dosis harian
500-6000 U. Bila pemberian TIG tidak memungkinkan , ATS dapat
diberikan dengan dosis 5000 U im & 5000 U iv (skin test dulu)
- Anti kejang : diazepam/ clorpromazin/ fenobarbital (im)
- Antibiotika :
Penisilin prokain 1.2 juta unit/hr atau tetrasiklin 1 gr/hr (iv)
4. Ankilostomiasis
Merupakan infeksi oleh karena cacing ankilostoma disertai tanda-tanda
anemia dan malnutrisi.
Anamnesis :
Tanda-tanda anemia (badan lemah, pucat, pusing)
Pekerjaan petani
Pemeriksaan fisik :
Oedema glandula parotis
Tanda umum : sklera mutiara, konjungtiva anemis, papil lidah atrofi,
spoon nail, koilonikia, kulit pucat, pelebaran jantung.
Bising fisiologis jantung : punctum maksimum sulit dicari, fase sistolik,
perjalanan prekordial derajat < III.
Laboratorium :
1. Darah :
- Anemia mikrositik hipokromik
- Eosinofilia (pada fase permulaan)
2. Tinja : telur ankilostoma (+)
Terapi :
1. Non medikamentosa :
3

- Diet tinggi protein dan besi (Fe)


2. Medikamentosa :
- Mebendazole Totamin, Vercid) 2 x 100 mg/hr (3 hari), atau
- Pirantel pamoate (Combantrin, Trivexan) 10 mg/kg BB/hr (3 hari)
dosis tunggal, max 1 gram.
Contoh resep :
R/
Totamin tab no VI
S 2 dd I
R/
Pimiron tab no VI
S 2 dd I
Totamin : mebendazole (100 mg/tab)
Pimiron : Besi (II) fumarat (200 mg/tab)
5. Leptospirosis (Weils disease)
Adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikroorganisme
leptospira tanpa memandang bentuk spesifik serotipenya.
Gejala klinik (Tan,dkk) :
Demam, 100 % kasus
Injeksi konjungtival, 54 % kasus
Ikterus/jaundice, 46 % kasus
Muscular tenderness, 45 % kasus
Nyeri otot/seluruh tubuh, 32 % kasus
Gejala abdominal, 29 % kasus
Pening/sakit kepala, 25 % kasus
Menggigil, 25 % kasus
Hepatomegali, 18 % kasus
Splenomegali, 6 % kasus
Perdarahan, 5 % kasus
Batuk-batuk, 4 % kasus
Proteinuria, 25 % kasus
Azotemia, 20 % kasus
Laboratorium :
Lekosit normal/tinggi (bisa sampai 50.000/mm 3)
LED , anemia, netrofilia, trombositopenia
Abuminuria, hiperbilirubinemia, cast (torak)
Ureum, kreatinin (bila ada komplikasi ginjal)
Mikroskopi dark field (+)
Harus DD dengan : hepatitis/meningitis/nefritis/septikemia
Terapi :
Pilihan utama : penisilin G 1.5 juta unit/6 jam (5-7 hari)
Tindakan suportif sesuai dengan komplikasi (ginjal, hati, dsb)
6. Malaria
Adalah suatu penyakit protozoa yang dipindahkan ke manusia oleh
tusukan nyamuk anopheles.
Jenis malaria :
Malaria tertiana (e.c Plasmodium vivax) febris setiap 2 hari
-

Malaria quartana (e.c Plasmodium malariae) febris setiap 3 hari.


Malaria tropika (e.c Plasmodium falciparum) febris yang hectic
Laboratorium :
- Anemia normositer, poikilositosis, anisositosis, parasit malaria (+)
Terapi :
1. Malaria tertiana/ malaria quartana
- Neokiniplex 3 x 2 tab/hr (2 minggu)
- Alternatif : chloroquin (lihat malaria tropika)
-

catatan : Neokiniplex berisi kombinasi sulfas chinine 150 mg dan


primaquin bifosfat 3 mg.
2. Malaria tropika
- Chloroquine 1 gram (dosis inisial) 6 jam kemudian 0.5 gram
hari II-III 0.5 gr/hr dilanjutkan dengan primaquin 15 mg/hr (2
minggu)
- Alternatif :
# Sulfas chinine + pyrimetamine
# Sulfas chinine + kombinasi (sulfadoxin & pyrimetamine)
Catatan : bila ada komplikasi malaria cerebral rujuk ke RS

VII. NEFROLOGI DAN HIPERTENSI


1. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
ISK adalah berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih,
yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau
mikroorganisme lain.
Etiologi : E. Coli
> = 10-50 : 1
Anamnesis :
1. Febris
2. Keluhan kencing : kencing sakit/panas, anyang-anyangen.
3. Pinggang pegel
4. Riwayat sering menahan kencing
5. Riwayat DM
Gejala klinik
Anamnesis
Pemeriksaan
Laboratorium

Perbedaan ISK atas dan ISK bawah


ISK atas
ISK bawah
Demam/menggigil, nyeri
Demam (-), polakisuria,
pinggang
disuria
Nyeri ketok kostovertebra
Nyeri tekan SOP
Urine keruh + proteinuria
Leukosituria > 10/LPB,
lekositosis
Eritrosituria helm sel
Eritrosituria (utuh)
(dinding sel pecah)

Diagnosis pasti : kultur urine bakteri 105/cc


3

Komplikasi ISK :
Sepsis syok septik
Kemunduran/ kegagalan fungsi ginjal
Kapan pasien ISK dirujuk ?
ISK berulang dengan antibiotika tak berhasil
ISK dengan kemunduran/kegagalan fungsi ginjal
Terapi :
1. Non medikamentosa
Minum > 2.5 L/hr
Jangan menahan kemih
Hindari sexual intercourse
2. Medikamentosa :
a. Antibiotika, antara lain :
# Ampisilin (sudah resisten)
# Gol. Sulfonamid : cotrimoksazol 2 x 2 tab
# Gol. Quinolon : ofloksasin, siprofloksasin
# Nitrofurantoin
b. Simptomatik :
# Analgetik/spasmolitik
Catatan : Untuk ISK bawah gunakan AB sederhana, sedangkan ISK atas
gunakan AB broad spektrum.
Contoh resep :
R/
Bactrim tab mg 480 no XX
S 2 dd II
R/
Saltalin kap mg 500 no X
S 2 dd I
Bactrim : tiap tablet berisi 80 mg, sulfametoksazol 400 mg; tiap tablet
forte berisi trimetoprim 160 mg, sulfametoksazol 800 mg.
Saltalin : metampiron (500 mg/kaplet)
2. Syndroma Nefrotik
Adalah kumpulan gejala yang ditandai adanya :
1. Oedem anasarka
2. Proteinuria (> 3.5 gr/dl)
3. Hipoalbuminemia < 3 %
4. Hiperlipidemia : kolesterol > 300 mg %
Etiologi SN :
Idiopatik
DM
Glomerulonefritis
SLE
Keracunan logam berat
Toksin : serangga, ular, dsb.
Amiloidosis
Terapi :
A. Non medikamentosa :
Istirahat
3

Diet rendah garam (0.5-1 gr/hr)


Protein yang cukup (0.8-1 gr/kg BB/hr)
Cukup kalori
B. Medikamentosa :
1. Kortikosteroid :
Prednison 1-2 mg/kg BB/hr, 4 minggu, kemudian dosis yang sama
pada hari-hari alternating selama 4 minggu.
2. Duretika :
Sampai edema (-), dapat diberikan diuretika
Furosemid (40-80 mg/hr) peroral, atau
Spironolactone (25-200 mg/hr) peroral
3. Tambahan protein :
Infus albumin (salt poor human albumin)
4. Sitostatika :
Indikasi pengobatan sitostatika adalah late kortikosteroid dan
frequent relapsing. Preparat :
Cyclophosphamide (2.5 mg/kg BB/hr) peroral dosis tunggal
pada pagi hari, selama 6 minggu. Jika lekopenia sampai <
3000/mm3, cyclophosphamide dihentikan.
5. Antibiotika :
Untuk memberantas infeksi, bukan maksud profilaksis.
3. Cronic Renal Failure (CRF)
Merupakan penurunan faal ginjal yang menahun, yang umumnya tidak
reversibel dan cukup lanjut.
Gambaran klinis :
Penderita datang terutama dengan gangguan :
GIT : anoreksia, mual, muntah, cegukan, foetor uremik
Kulit : pucat akibat anemia, ekimosis, gatal-gatal
Hematologi : anemia, trombositopenia, hipersegmentasi leukosit
Kardiovaskuler : hipertensi, edema, sesak napas, gagal jantung,
gangguan irama jantung
Endokrin : gangguan libido, gangguan metabolisme lemak & toleransi
glukosa
Tulang : osteodistrofi renal
Asam basa : asidosis metabolik
Elektrolit : hipokalsemia, hiperfosfatemia, hiperkalemia
Pemeriksaan fisik :
Trias (hipertensi, anemia, oedem)
Nyeri ketok costovertebra
Periksa ginjal (harus)
Rambut mudah rontok
Laboratorium :
Hb , ureum , kreatinin , hiperkalemia, hipokalsemia, hiponatremia,
hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, LED
GDS diperiksa adakah nefropati diabetik ?
USG : ginjal mengecil
Indikasi dialisa :

1. Asidosis, edema pulmonum, coma uremikum


2. BUN > 100-150 cepat, dalam waktu pendek
3. Creatinin >10
4. K > 5 (sulit dikoreksi secara konservatif)
5. Prekoma
Terapi :
1. Bed rest tidak total
2. Diet tinggi kalori, rendah protein & rendah garam (<5 gr/hr)
3. Balance cairan
4. Asam amino esensial : Ketosteril 3 x 2
5. Phosphat binding (pengikat fosfat) : Actal
6. Terapi komplikasi :
- Anemia asam folat, kalau perlu transfusi PRC
- Hipertensi ACE inhibitor (tidak nefrotoksik)
- Infeksi antibiotik yang aman (tidak nefrotoksik, misal : ampisilin)
- Hiper/hipokalemi
7. Terapi dasar : transplantasi ginjal
4. Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit penting (prevalensi 6-16 %). Pengendalian
tensi dapat memperbaiki kualitas hidup, menurunkan morbiditas dan
mortalitas.
Berdasarkan etiologi dibedakan menjadi :
A. Primer (idiopatik) 90 %
B. Sekunder (hipertensi renal) 10 %
Keluhan utama : bisa sakit kepala bagian belakang, terutama waktu pagi.
Kriteria Diagnostik Hipertensi ( JNC, 1993 )
Untuk umur 18 tahun/lebih
Tensi
Sistole
Diastole
Normal
< 130
< 85
Normal tinggi
130-139
85-89
Hipertensi ringan
140-159
90-99
Hipertensi sedang
160-179
100-109
Hipertensi berat
180-209
110-119
Hipertensi sangat berat
> 210
> 120
Catatan : Hipertensi sistolik terisolasi bila sistole > 140 mmHg, tetapi
diastolik < 90 mmHg.
Peran dokter dalam menghadapi seorang penderita hipertensi :
1. Diagnosis hipertensi (krisis hipertensi/tidak)
2. Pendidikan-penerangan pada penderita
3. Evaluasi penderita, tujuan :
Menentukan hipertensi primer/sekunder
Mencari kemungkinan komplikasi akibat hipertensi
Mencari kemungkinan faktor risiko kardiovaskular lain
Mencari kemungkinan penyakit lain
Terapi penderita hipertensi :
4

A. Non medikamentosa :
Penurunan berat badan
Pembatasan masukan garam
Pembatasan alkohol
Menghentikan rokok
Olah raga aerobik : jalan cepat, jogging
Biofeedback & relaksasi, termasuk yoga
Diet rendah lemak jenuh & tinggi lemak tak jenuh
Pemberian kalium, selama faal ginjal normal (sayur, buah)
B. Medikamentosa :
Obat anti hipertensi, macamnya :
1. Diuretik :
Mengurangi beban jantung, menurunkan volume intravaskular,
baik untuk HHD. Preparat :
Furosemide (Lasix, Farsix)
Hidroclortiazid (Lodoz, Tenazide, Capozide)
Spironolakton (Carpiaton, Letonal)
2. Ca antagonis, dibagi :
a. Long acting (2x/hr) :
Amilodipin (Norvask)
Felodipin (Plendil)
b. Short acting (3x/hr) :
Nifedipin (Adalat, Farmalat, Fedipin, Nifecard)
Merupakan vasodilator paling kuat, menaikkan heart rate
(takikardi), inotropik (-), menurunkan resistensi pembuluh
darah koroner, menurunkan kebutuhan O2 miocard.
Diltiazem (Herbesser, Racordil, Farmabes)
Tidak meningkatkan/menurunkan heart rate
KI : kehamilan, AV blok, SA blok
- Verapamil (Isoptin, Cardiover, Corpamil)
Menurunkan heart rate (bisa untuk takikardi), vasodilatornya
kurang.
KI : hipotensi, bradikardi, , AV blok, kehamilan, gagal jantung.
3. Clonidin (Catapres 0.15 mg/tab; 0.15 mg/ml injeksi)
Simpatolitik sentral, anti hipertensi kuat, untuk hipertensi berat
bahkan krisis hipertensi.
ES : rhebound phenomena,(tensi mendadak tinggi, > tinggi dari
sebelum diterapi tapering off).
Pemberian harus dimonitor, jika tak hati-hati, tensi bisa drop.
4. Reserpin (Antanorex, Resapin,Serpasil) :
Menurunkan resistensi perifer, cardiac output turun,denyut
jantung turun.
5. Alpha blocker :
Menimbulkan vasodilatasi arteriole, bersifat renoprotektif,
memperbauki profil lemak (long acting)
a. Short acting :
- Prazosin (Minipress)
b. Long acting :
- Doxazosin (Cardura)
- Tetrazosin (Hytrin)

ES : bradikardi, hipotensi ortostatik


6. Beta-blocker :
Selektif : hanya mempengaruhi reseptor -1 (jantung &
vaskuler)
Non selektif : 1 & 2 (jantung, pernapasan, sel langerhans)
Indikasi : hipertensi esensial, usia muda, asma, gangguan
emosional
KI : DM, HHD (memperjelek profil lemak)
Preparat :
# Propanolol (Inderal, Farmadral)
# Bisoprolol (Maintate)
# Atenolol (Farnormin, Tensinorm, Internolol)
# Acebutolol (Sectral)
7. ACE inhibitor :
Bersifat renoprotektif, mengurangi beban jantung, tidak
mempengaruhi profil lemak/libido/keseimbangan elektrolit,
mencegah aritmia, diuretik ringan, vasodilator ringan.
ES : batuk, hipotensi
Preparat :
# Captopril (Capoten, Casipril, Farmoten, Tensicap, Vapril)
# Ramipril (Triatec)
# Enalapril (Renivace, Tenace, Tenazide)
# Lisinopril (Interpril, Noperten, Zestril)
# Cilazapril
Kombinasi 2 macam OAH yang sering dipakai terutama untuk hipertensi
berat, sedang dan ringan yang tidak dapat dikendalikan dengan OAH
tunggal adalah sebagai berikut :
1. Diuretika Tiazid + beta-blocker/ACE inhibitor
2. Beta-blocker + diuretik Tiazid/nifedipin-diltiazem
3. ACE inhibitor + diuretik Tiazid/Ca antagonis/Beta-blocker
4. Ca antagonis (Nifedipin, Diltiazem) + beta-blocker/ACE inhibitor
Kombinasi 3 macam OAH kadang-kadang diperlukan terutama pada
hipertensi resisten setelah dilakukan evaluasi. Kombinasi 3 macam obat
yang sering digunakan adalah :
1. ACE inhibitor + nifedipin/diltiazem/verapamil + furosemid
2. Beta-blocker + nifedipin/diltiazem + Tiazid
3. ACE inhibitor + furosemid +Beta-blocker
4. Beta-blocker + diuretik + alpha-blocker
5. Beta blocker + diuretik/nifedipin/diltiazem + ACE inhibitor
Kadang-kadang sangat membantu untuk ditambahkan antagonis
aldosteron (spironolacton) pada kombinasi 3 OAH dimana di dalamnya
termasuk diuretik Tiazid atau furosemid.
Pengelolaan hipertensi dengan penyakit lain
1. Diabetes Melitus :
ACE inhibitor, Ca antagonis, Alpha-blocker (Prazosin)
2. Asma bronkial :
Ca antagonis, ACE inhibitor, beta-blocker tak dianjurkan
3. Hiperlipidemia :
Yang memperbaiki : Prazosin
Yang memperjelek : diuretik, beta-blocker
4

Yang tak berpengaruh :


ACE inhibitor, Ca antagonis
4. Gout :
Menghindari diuretik Tiazid
5. Kehamilan :
Eklampsia diturunkan dalam 1 jam
Yang dianjurkan : Ca antagonis, Clonidin, beta-blocker, metildopa
Yang tak dianjurkan : ACE inhibitor (teratogenik)
VIII. KARDIOLOGI
1. Dekompensasio Cordis (=gagal jantung)
Merupakan suatu keadaan patofisiologis adanya kelainan fungsi jantung
berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memnuhi kebutuhan
metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri.
New York Heart Association membagi gagal jantung dalam 4 kelas :
I. Kelas 1 : asimptomatik
Timbul gejala sesak atau capai pada kegiatan fisik yang berat
2. Kelas 2 : ringan
Timbul gejala pada kegiatan fisik yang sedang
3. Kelas 3 : sedang
Timbul gejala pada kegiatan fisik ringan
4. Kelas 4 : berat
Timbul gejala pada kegiatan fisik yang sangat ringan dan pada waktu
istirahat
Riwayat klinik :
1. Riwayat sakit jantung :
Riwayat AMI/angina Pektoris
Problema katup/PJR
Riwayat hipertensi
Riwayat bedah jantung
Riwayat gangguan irama
2. Riwayat sakit lain :
Sakit sistem pernapasan
Kegemukan
Riwayat sakit ginjal
Riwayat sakit hati
Anemia
Gejala dan tanda :
1. Dekompensasio cordis kiri :
Dyspnea Deffort, lekas capai
PND
Orthopnea
Hemoptoe
Oligouria/anuria
sianosis
Irama gallop (+)
Ronki basah basal
4

2. Dekompensasio cordis kanan :


Bengkak kaki
Perut busung/membesar
Perut sebah, mual, mrongkol
Edema
Hepatomegali
Ascites
JVP
Reflex hepatojugular
Terapi gagal jantung (e.c. disfungsi ventrikel kiri)
A. Decompensasio cordis (kelas 1-2), tanpa komplikasi :
1. Non medikamentosa :
Mengurangi aktivitas fisik
Diet rendah garam (boleh sampai 5 gram/hr)
Mengurangi berat badan
Menghindari alkohol-rokok
Menghindari stress
2. Medikamentosa :
Diuretik : Furosemid (20-40 mg/hr) peroral
Digitalisasi lambat :
a. Digoxin (1-2) x 0.25 mg/hr (5-7 hari), disusul dosis
pemeliharaan (0.125-0.25 mg/hr), atau
b. Metildigoxin (2-3) x 0.1 mg/hr peroral (5-7 hari), disusul
dosis pemeliharaan (0.05-0.1) mg/hr peroral
KCl (1-2) x 1 gram/hr peroral
ACE inhibitor dalam dosis rendah
B. Dekompensasio cordis (kelas 3-4) :
Rujuk ke RS untuk penatalaksanaan lebih lanjut
2. Angina Pectoris
Adalah suatu sindrom klinis dimana pasien mendapat serangan sakit dada
yang khas.
Diagnosis :
1. Riwayat penyakit keluhan sakit dada
- Letaknya substernal, dada kiri menjalar ke bahu, leher, punggung,
lengan kiri
- Kualitas : chest discomfort, seperti tertekan benda yang berat,
diperas (Squeezing), panas (burning)
- Aktivitas : serangan saat istirahat atau kerja/aktivitas
2. Lama serangan berlangsung 1-5 menit, kalau > 20 menit infark
miocard.
3. Pemeriksaan fisik : dalam batas normal
4. EKG :
- Saat serangan depresi segmen ST, gelombang T(-)
- Di luar serangan dalam batas normal
Dibedakan :
Angina pectoris stabil (stable angina)
Angina pectoris tidak stabil (unstable angina)
Variant angina
-

Terapi :
Tujuan
1. Menghilangkan sakit dada
2. Memperbaiki kualitas hidup
3. Memperpanjang umur
Medikamentosa :
1. Pengobatan saat serangan Nitrogliserin dan derivatnya
2. Pengobatan untuk mencegah timbulnya serangan angina :
a. Long-acting nitrate vasodilator perifer menurunkan beban
jantung
Misal : ISDN atau NItrogliserin
b. Golongan Beta-blocker menurunkan kontraktilitas otot jantung
Misal : propanolol, nadolol, atenolol,dll
c. Ca antagonis vasodilator koroner, anti aritmia
Misal : diltiazem, verapamil, nifedipin
3. Obat lain :
sedativa/tranquilizer : diazepam, chlordiazepoxide
Digitalis kalau ada dekompensasio cordis

Anda mungkin juga menyukai