Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG
Salah satu PTM (Penyakit Tidak menular) yang menjadi masalah

kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the
silent killer. Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi
(CDC, 2002). Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang organ target,
dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta
kebutaan. Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang
tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6
kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena
serangan jantung (WHO, 2003; WHO, 2005; JNC, 2003). Menurut WHO dan the
International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita
hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya.
Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara
adekuat (WHO, 2005; JNC, 2003).
Penyakit tidak menular, terutama hipertensi terjadi penurunan dari 31,7
persen tahun 2007 menjadi 25,8 persen tahun 2013. Asumsi terjadi penurunan bisa
bermacam-macam mulai dari alat pengukur tensi yang berbeda sampai pada
kemungkinan masyarakat sudah mulai datang berobat ke fasilitas kesehatan.
Terjadi peningkatan prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara (apakah pernah
didiagnosis nakes dan minum obat hipertensi) dari 7,6 persen tahun 2007 menjadi

9,5 persen tahun 2013 (Kemenkes, 2013). Berdasarkan data dari Profil Kesehatan
Kota Semarang Tahun 2011, angka penderita hipertensi dari tahun 2007 hingga
2011 sebagai berikut. Pada tahun 2007 sebesar 123.990 jiwa, terjadi peningkatan
pada tahun 2008 sebesar 130.683 jiwa. Selanjutnya pada tahun 2009 dan 2010
mengalami penurunan, pada tahun 2009 sebesar 113.537 jiwa dan pada tahun
2010 sebesar 107.839 jiwa. Namun, pada tahun 2011 terjadi peningkatan yaitu
sebesar 128.594 jiwa (DKK, 2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam dua
kelompok besar yaitu faktor yang melekat atau tidak dapat diubah seperti jenis
kelamin, umur, genetik dan faktor yang dapat diubah seperti obesitas, kurang
aktifitas fisik dan lain-lain. Untuk terjadinya hipertensi perlu peran faktor risiko
tersebut secara bersama-sama (common underlying risk factor), dengan kata lain
satu faktor risiko saja belum cukup menyebabkan timbulnya hipertensi
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003).
Hipertensi esensial meliputi lebih kurang 90% dari

seluruh penderita

hipertensi dan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Dari golongan
hipertensi sekunder, sekitar 50% diketahui penyebabnya dan dari golongan ini
hanya sedikit yang dapat diperbaiki kelainannya. Seringkali hipertensi ditemukan
pada saat dilakukan pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain
(Ferdinand, 2006). Hipertensi merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan
mengendalikan faktor risiko yang sebagian besar merupakan faktor perilaku dan
kebiasaan hidup. Apabila seseorang mau menerapkan hidup sehat, maka akan
mampu terhindar dari hipertensi. Penyakit ini berjalan terus seumur hidup dan

sering tanpa disertai adanya keluhan yang khas selama belum terjadi komplikasi
pada organ tubuh.
Hipertensi merupakan penyakit yang bisa dicegah, namun akan
menimbulkan berbagai komplikasi bila tidak segera ditangani dengan baik.
Berbagai peneliti juga mengungkapkan bahwa penyakit hipertensi membuka
peluang 12 kali lebih besar untuk menderita stroke dan 6 kali lebih besar untuk
terkena serangan jantung, serta 5 kali lebih besar kemungkinan meninggal karena
gagal jantung (congestive heart failure). Penderita hipertensi juga berisiko besar
mengalami gagal ginjal (Widyaningsih N.N, 2008).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian
sebagai berikut: Apa Saja Faktor Penyebab Hipertensi di Kecamatan Ngaliyan?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Mengetahui Analisa Faktor Hipertensi di Kecamatan Ngaliyan
berdasarkan pendekatan HL Blum.
1.3.2. Tujuan khusus
1.3.2.1. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan
yang mempengaruhi terjadinya hipertensi.
1.3.2.2. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor perilaku
yang mempengaruhi terjadinya hipertensi.

1.3.2.3. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor pelayanan


kesehatan yang mempengaruhi terjadinya hipertensi.
1.3.2.4. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor genetik yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi Esensial


2.1.1. Definisi
Hipertensi merupakan suatu keadaan di mana tekanan arteri tinggi,
berbagai kriteria sebagai batasannya telah diajukan berkisar dari tekanan
sistolik 140 200 mmHg dan tekanan diastolik 90-110 mmHg (Dorland,
2007). Tekanan darah diukur dengan spygmomanometer yang telah
dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah
pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang
paling sedikit selama lima menit sampai tiga puluh menit setelah merokok
atau minum kopi. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan
sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi
primer untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena
sebab-sebab yang diketahui. Menurut The Seventh Report of The Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa
terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan
derajat 2 (Yogiantoro M, 2006). Hipertensi primer atau hipertensi essensial
merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Anggraini dkk,
2009). Pada beberapa pasien hipertensi primer terdapat kecenderungan
herediter yang kuat (Guyton and Hall, 2008).

2.1.2. Epidemiologi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang
memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk
otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot
jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan
masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di
dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien
dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah. Diperkirakan
sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun
2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15
milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita
hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Armilawati et al,
2007). Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak
dikumpulkan dan menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita
yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case finding
maupun penatalaksanaan pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas
dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi
terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15%, tetapi angka prevalensi yang
rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah sebesar 1,8% dan Lembah Balim
Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar 0,6% sedangkan angka
prevalensi tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8% (Wade, 2003).

2.1.3. Etiologi
Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan
pasti. Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus.
Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi
sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti
kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan
lain-lain. Adapun penyebab paling umum pada penderita hipertensi maligna
adalah hipertensi yang tidak terobati. Risiko relatif hipertensi tergantung pada
jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang
tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara
lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang
dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi (Yogiantoro M, 2006).
2.1.4. Klasifikasi Hipertensi
Penyakit hipertensi bedasarkan penyebabnya dapat dibagi menjadi 2
golongan yaitu (Smeltzer, 2004; DEPKES RI, 2006) :
a.

Hipertensi Essensial atau Primer


Penyebab dari hipertensi essensial sampai saat ini masih belum
dapat diketahui. Kurang lebih 90% penderita hipertensi
tergolong hipertensi essensial sedangkan 10% nya tergolong
hipertensi sekunder.

b.

Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan

kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal


(hiperaldosteronisme) dan lain-lain.
Pada tahun 2003, JNC-VII 2003 membuat pembagian hipertensi.
Berikut anjuran frekuensi pemeriksaan tekanan darah sebagaimana dapat
dilihat pada tabel 2.1 berikut ini (US Departement of Health, 2004) :
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC-VII 2003
Kategori

Diastolik (mmHg)

Normal

Sistolik
(mmHg)
120

Prehipertensi

120 139

80 89

Hipertensi derajat 1

140 159

90 -99

Hipertensi derajat 2

160

100

80

2.1.5. Faktor risiko penyebab hipertensi


Faktor risiko yang relevan terhadap mekanisme terjadinya hipertensi
primer adalah :
1.

Genetik
Hipertensi primer bersifat diturunkan atau bersifat genetik. Individu
dengan riwayat keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih
besar untuk menderita hipertensi primer daripada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.

2.

Jenis kelamin
Hipertensi primer lebih jarang ditemukan pada perempuan pra
menopause dibanding pria karena pengaruh hormon. Wanita yang
belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang

berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).


Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya
imunitas wanita pada usia premenopause (Thomas, 2007).
3.

Usia
Insidensi hipertensi primer meningkat seiring dengan pertambahan
usia. 50-60 % pasien dengan umur lebih dari 60 tahun memiliki
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.

4.

Obesitas
Obesitas dapat meningkatkan kejadian hipertensi primer. Hal ini
disebabkan lemak dapat menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah
sehingga dapat meningkatkan tekanan darah (Anggraini dkk., 2009).

5.

Asupan garam
Asupan garam yang tinggi dapat meningkatkan sekresi hormon
natriuretik. Hormon tersebut menghambat aktivitas sel pompa natrium
dan mempunyai efek penekanan pada sistem pengeluaran natrium
sehingga terjadi peningkatan volume plasma yang mengakibatkan
kenaikan tekanan darah.

6.

Hiperaktivitas simpatis
Pada hipertensi primer, sekresi katekolamin yang meningkat akan
memacu produksi renin menyebabkan konstriksi arteriol dan vena
serta meningkatkan curah jantung (Gray, et al., 2002).

2.1.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan

hipertensi

primer

bertujuan

untuk

mencegah

morbiditas dan mortalitas, juga untuk mencapai tekanan darah kurang dari
140/90 mmHg. Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan perubahan gaya
hidup seperti olahraga dan diet rendah garam. Namun apabila perubahan gaya
hidup kurang memadai untuk mencapai tekanan darah yang diharapkan maka
dapat dilakukan pemberian diuretika, inhibitor ACE (angiotensin-convertingenzim), penyekat reseptor beta-adrenergik, dan penyekat saluran kalsium
(Brown, 2007).
2.1.7. Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit
jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit
ginjal. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ
dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. Dengan
pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi
akibat hipertensi, yaitu komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan
sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa
perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal
jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat
selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan
yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan
kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan

10

serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA) (Anggreini


AD et al, 2009).

11

BAB III
STATUS PRESENT
3.1 CARA DAN WAKTU PENGAMATAN
Cara pengamatan dilakukan dengan pengumpulan data primer dari
wawancara dan data sekunder dengan menggunakan rekam medik.
Pengamatan dilakukan dalam dua tempat yaitu di Puskesmas saat penderita
berobat yaitu tanggal 11 Desember 2014 dan di rumah penderita (Home
Visite) untuk mencari faktor yang mempengaruhi penyakit pasien yaitu
tanggal 19 Juni 2014.
3.2

HASIL PENGAMATAN
3.2.1

Data Penderita (Pasien)


Data

diperoleh

dari

observasi

langsung

(home

visit),

wawancara dengan pasien.


1. Identitas Pasien
Nama
: Tn. K
Jenis kelamin : Laki-laki
TTL
: Kendal, 14 Januari 1963
Umur
: 51th
Agama
: Islam
Alamat
: Pengilon III
Pekerjaan
: Tukang ojek
2. Anamnesis
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh pusing di kepala dan leher belakang terusmenerus. Pengukuran tensi didapatkan 180/130 mmHg. Pasien
juga mengeluh sering mengeluarkan banyak keringat dingin yang
b.

muncul sejak berkeluarga.


Riwayat Penyakit Dahulu

12

Pasien sudah menderita penyakit darah tinggi sejak dulu.


Pasien juga mengalami susah tidur dan pernah vertigo. Pasien
dulu pernah merasakan gejala yang sama dengan sekarang yaitu
pusing. Pasien sudah mengkonsumsi obat pusing ayng di jual di
apotek. Pasien suka mengkonsumsi kopi.
c. Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang menderita hipertensi.
d. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai tukang ojek di pasar Ngaliyan. Istrinya
sebagai ibu rumah tangga. Anak pasien yang pertama dan kedua
sudah bekerja dan yang terakhir masih SD. Kesan ekonomi
cukup.
e. Keadaan saat ini
Pasien sudah dapat beraktivitas seperti biasa. Tetapi jika pusing
belakang kepalanya kambuh pasien langsung minum obat dan
istirahat.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
: baik
b. Kesadaran
: composmentis
c. Tanda Vital
:
Nadi
: 120 x/menit, isi dan tegangan
RR
: 23 x/menit
Temperatur
: 36.5 C
Antropometri
: BB : 74 kg TB : 163 cm
BMI
: 29 (obesitas derajat I)
d. Kepala
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
UUB
: menutup
Mata
: konjungtiva palpebra anemis -/- , ikterik -/-, edem
Hidung

palpebra -/-, cowong -/: secret (-), epistaksis (-)

13

4.
5.
6.

7.

Telinga
: sekret (-)
Mulut
: sianosis (-), gusi berdarah (-), sariawan (-)
Bibir
: kering (-), mukosa dalam sianosis (-)
Selaput lendir
: kering (-)
Lidah
: kotor (-), tremor (-)
Gigi
: karies (-)
Tenggorokan
: T 1-1 , faring hiperemis (-)
Leher
: Pembesaran KGB (-)
e. Dada
Paru
: dbn
Jantung
: dbn
f. Abdomen
Inspeksi
: buncit besar, obesitas central
Auskultasi
: bising usus normal
Perkusi
: normal
Palpasi
: Nyeri tekan (-), turgor turun (-)
Hepar
: dbn
Lien
: dbn
g. Alat kelamin
: laki-laki, dbn
h. Kelenjar
Pembesaran KGB inguinal (-)
i. Anggota gerak
Superior
Inferior
Akral dingin
-/-/Sianosis
-/-/Oedem
-/-/Capp. Refill
< 2
< 2
Gerakan
+N / +N
+N / +N
Kekuatan
5/5
5/5
Reflek fisiologis
+N / + N
+N / +N
Reflek patologis
-/-/Tonus
+N/+N
+N/+N
Klonus
-/-/Pemeriksaan Penunjang
Px.Laborat (kolesterol)
Diagnosis
Hipertensi esensial grade II (1200 ICD X : I.10)
Terapi
a. Propanolol
: 10 mg 2 kali sehari
b. Captopril
: 12.5 mg 2 kali sehari
c. Parasetamol : 2 kali sehari
d. Vit. B complek : 3 kali sehari
Faktor pencetus

14

a. Kebiasaan pasien yang selalu mengkonsumsi kopi sachet hampir


setiap hari.
b. Kebiasaan pasien kurang istirahat karena pekerjaan pasien.
c. Ketidakbisaan pasien mengendalikan emosi, terutama kepada
anak terakhirnya.
3.3 ANALISA HL-BLUM
2. Data Lingkungan
a. Tidak berpengaruh terhadap penyakit hipertensi
3. Data Perilaku
Pasien suka minum kapi dan teh hampir tiap pagi dan malam. Pasien
juga suka marah kepada anak bungsunya. Dari segi pekerjaan pasien
cenderung statis atau tidak banyak gerakan. Dan pasien jarang sekali
berolahraga.
4. Data pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan terdekat (puskesmas) jarang memberikan
penyuluhan di daerah kompleks rumah tersebut. Penyuluhan lebih
banyak dilakukan di Puskesmas.
5. Data genetika
Ayah

Ibu

(pasien)

An
ak

An
ak

An
ak

15

BAB IV
ANALISA HASIL
Berdasarkan kasus, pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan riwayat
hipertensi sejak masih muda (sekitar usia 25 tahun). Selain itu juga mengeluh
pada pundak yang pegal, kenceng-kenceng, mudah lelah, dan selalu berkeringat
setiap saat. Mudah sekali emosi karena dipengaruhi stress keluarga. Selama ini
rutin ke Puskesmas jika mengeluh hipertensinya kambuh. Hanya diberikan obat
antihipertensi dan analgetik dari puskesmas.
Dalam kasus ini teradapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab
timbulnya hipertensi, yaitu:
1. Perilaku
Kebiasaan pasien yang selalu mengkonsumsi kopi sachet hampir setiap
hari. Juga kebiasaan pasien kurang istirahat karena pekerjaan pasien.
Selama ini keluhan pasien hanya diobati dengan obat simtomatik dari
apotek

maupun

warung.

Selain

itu

juga

ketidakbisaan

pasien

mengendalikan emosi, terutama kepada anak terakhirnya.


2. Sosial Ekonomi
Penghasilan yang cukup, hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Sehingga untuk ke Dokter Spesialis maupun Rumah Sakit tidak mampu
dilakukan.
3. Pengetahuan dan Informasi
Pasien sangat minimal informasi tentang hipertensi, pasien baru tahu jenis
makanan yang dapat memicu gejala hipertensi. Lingkungan sekitar juga
kurang peduli, karena tidak memberikan informasi ke pasien tentang
faktor-faktor yang bisa menyebabkan hipertensi.
4. Genetik

16

Hipertensi bisa saja merupakan penyakit yang diturunkan (sesuai literatur),


namun pasien tidak mengetahui begitu jelas tentang faktor tersebut.
5. Pelayanan Kesehatan
Jarak ke pelayanan kesehatan (rumah sakit) sangat dekat, kurang lebih 100
m dari rumah. Sedangkan jarak ke puskesmas sekitar 4 km, sehingga juga
mudah dijangkau pasien.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Banyak faktor yang dapat membuat seseorang terkena penyakit hipertensi.
Berdasarkan hasil analisa laporan, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi pada kasus ini berdasarkan
pendekatan HL Blum adalah :
5.1. Perilaku
a. Kebiasaan pasien yang selalu mengkonsumsi kopi sachet hampir setiap
hari.
b. Kebiasaan pasien kurang istirahat karena pekerjaan pasien.
c. Selama ini keluhan pasien hanya diobati dengan obat simtomatik dari
apotek maupun warung.

17

d. Ketidakbisaan pasien mengendalikan emosi, terutama kepada anak


terakhirnya.
e. Penghasilan yang cukup, hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Sehingga untuk ke Dokter Spesialis maupun Rumah Sakit tidak mampu
dilakukan.
5.2. Lingkungan
a. Tidak berpengaruh terhadap penyakit hipertensi
5.3. Pelayanan kesehatan
a. Jarak antara tempat tinggal dengan Puskesmas bisa terjangkau.
5.4. Genetik
a. Pasien lupa tentang riwayat hipertensi kedua orangtuanya.
Saran
Saran untuk pasien dan keluarga :
- Edukasi komplikasi dari hipertensi ( stroke, penyakit ginjal, jantung
dll)
- Menerapkan diet rendah garam dan mengurangi konsumsi kopi
sachet.
- Menjaga pola istirahat yang berkualitas dan teratur.
- Untuk keluarga, supaya lebih bisa menjaga perilaku supaya tidak
memancing emosi pasien.
- Mengurangi mengkonsumsi obat simtomatik yang dibeli di apotek
maupun warung.
Saran untuk pelayanan kesehatan :

18

- Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai hipertensi pada


setiap pasien yang didiagnosa hipertensi.
- Memberikan

penyuluhan

mengenai

penatalaksanaan

dan

pengendalian hipertensi.
- Melakukan program khusus bagi pasien hipertensi untuk mencegah
komplikasi, seperti pemantauan tekanan darah rutin dan konsultasi
khusus.

BAB VI
PENUTUP
Demikian laporan dan pembahasan mengenai hasil peninjauan pada
penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ngaliyan. Kami menyadari
bahwa kegiatan ini sangat penting dan bermanfaan bagi para calon dokter,
khususnya yang kelak akan terjun ke masyarakat sebagai Health Provider,
Decision Maker, dan Communicator sebagai wujud peran serta dalam
pembangunan kesehatan.
Akhir kata kami berharap laporan ini bermanfaat sebagai bahan masukan
dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Ngaliyan.

19

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini A.D., Waren A., Situmorang E., Asputra H., Siahaan S.S. 2009. FaktorFaktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien
yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode
Januari
sampai
Juni
2008.
http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/02/files-of-drsmed-faktoryang-berhubungan-dengan-kejadian-hipertensi.pdf. dikutip pada tanggal
23 juni 2014.
BADAN
PENELITIAN
DAN
PENGEMBANGAN
KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2013
Brown C.T. 2007. Penyakit Aterosklerotik Koroner dalam Patofisiologi Konsep
Klinis dan Proses-Proses Penyakit Volume 1. 6th ed. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC, hal : 582-584.
Carretero O .A., Oparil S. 2000. Essential Hypertention. AHA. 101 : 239.
CDC. State-specific trend in self report 3rd blood pressure screening and high
blood pressure-United States 1991-1999. MMWR. 2002 ; 51(21) : 456.
DEPKES RI, 2006, Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit
Hipertensi, Jakarta : Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
DINKES, Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
Dorland, W.A.N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. 29th ed. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC, hal: 1051, 2147.
Ferdinand KC, Kleinpeter MA. Management of hypertension and dyslipidemia.
Current Hypertension Reports; 2006.

20

Gray H.H., Dawkins K.D., Morgan J.M., Simpson I.A. 2002. Lecture Notes
Cardiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga, hal : 58-62.
Guyton A.C., Hall J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11st ed. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal :951-76.
Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure (JNC). The Seventh Report of the JNC (JNC-7).
JAMA. 2003;289 (19) : 2560-72.
Sheldon G. Sheps. Mayo Clinic Hipertension (Terjemahan). Jakarta: Intisari
Mediatama; 2005. p: 26, 158.
Thomas M. 2007. Hypertension : clinical features and investigations. Hospital
Pharmacist. 14 : 111-14.
US Departement Of Health, 2004, The Seventh Report Of The Joint National
Committee On Prevention, Detection, Evaluation, And Treatment Of
High Blood Pressure, US Departement Of Health And Human Services,
National Institutes Of Health, National Hearth, Lung And Blood Institute.
WHO / SEARO. Surveillance of major non-communicable diseases in SouthEast
Asia region. Report of an inter-country consultation.Geneva: WHO; 2005.
WHO-ISH Hypertension Guideline Committee. Guidelines of the management of
hypertension. J Hypertension. 2003; 21(11) : 1983-92.
Widyaningsih NN. 2008. Pengaruh keadaan sosial ekonomi, gaya hidup, status
gizi dan tingkat stress terhadap tekanan darah [skripsi]. Bogor: Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

21

LAMPIRAN
KUESIONER HIPERTENSI

A. Data Demografi
1. Inisial nama

2. umur

3. Jenis Kelamin

4. Pendidikan Terakhir

Tidak tamat SD/sederajat


Tamat SD/sederajat
Tamat SMP/sederajat
Tamat SMA/sederajat
Tamat sarjana/diploma
5. Pekerjaan

PNS
Pegawai swasta
Wiraswasta
Pensiun
Tidak bekerja
Lainnya (tuliskan)

22

B. Gambaran Faktor Resiko Hipertensi


(riwayat keluarga, kebiasaan mengkonsumsi makanan asin, makanan lemak
jenuh, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga)

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pernyataan
Bagian 1
Keluarga saya (ayah,ibu atau anak) mempunyai riwayat
tekanan darah tinggi yaitu tekanan darah 140/90 mmHg
atau lebih
Saya suka makan makanan asin dan memakannya 3x
dalam seminggu atau lebih.
Saya suka makan makanan berlemak seperti gorengan,
jeroan, daging kambing, telur ayam, daging sapid an
memakannya 3x dalam seminggu atau lebih.
Saya saat ini adalah perokok.
Saya mempunyai kebiasaan merokok lebih dari 2
bungkus tiap hari.
Anggota keluarga saya ada yang merokok.
Saya sering terpapar dengan asap rokok.
Bagian 2
Saya terbiasa berolahraga secara rutin 2-3x setiap
minggu.
Saya terbiasa menggunakan waktu selama 30-45 menit
setiap kali berolahraga.

Ya

Tidak

Faktor Resiko Hipertensi : Stres


N
o.
1.

Di satu bulan yang lalu


seberapa sering Anda
merasakan hal ini :
Bagian 1
Saya merasa kecewa karena
mengalami hal tidak
diharapkan

Tidak
perna
h

Hampir
tidak
pernah

Kadang
-kadang

Cuk
up
serin
g
3

Sangat
sering
4

23

2.

Saya merasa tidak mampu


mengatasi hal penting dalam
hidup saya
3. Saya merasa gugup dan
tertekan
4. Saya merasa tidak mampu
mengatasi segala sesuatu
yang seharusnya saya atasi
5. Saya marah karena sesuatu di
luar kontrol saya telah terjadi
6. Saya merasa kesulitankesulitan menumpuk semakin
berat sehingga saya tidak
mampu mengatasinya
Bagian 2
7. Saya percaya terhadap
kemampuan sendiri untuk
mengatasi masalah pribadi
8. Saya merasa segala sesuatu
telah berjalan sesuai recana
saya
9. Saya mampu mengatasi
semua masalah dalam hidup
saya
10 Saya merasa sukses
.

24

Anda mungkin juga menyukai