SINDROMA GUILLAIN-BARRE
Disusunoleh:
Pembimbing:
Letkol CKM dr. Heriyanto, Sp. S
Nama
NIM
Fakultas
: Kedokteran
Universitas
Tingkat
Bagian
: Ilmu Saraf
Judul
Pembimbing
BAB I
LAPORAN KASUS
: 127.129
Nama Pasien
: Ny.ND
Alamat
Sex : P
Umur : 36
SUBJEK
A. Keluhan Utama
Kedua Jari tangan dan kaki susah digerakkan
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien baru datang pada tanggal 18 oktober 2015 (2hari yang lalu) dari
poli klinik Syaraf RST Soedjono dengan keluhan kedua Jari tangan dan
kaki susah digerakkan , pasien mengaku Jari tangan dan kaki susah
digerakkan sejak 1 minggu yang lalu, keadaan itu semakin berat dan
berjalan progresif kelengan atas dan kaki atas.tidak ada mual dan muntah,
tidak pusing.pasien megeluh flu sebelumnya.
C. Riwayat Penyakit Dulu
Tidak pernah sakit seperti ini dahulunya
II
OBJEK
A. Status Interna
Anemis : Ikterik : Rhonki halus/ kasar : -/Wheezing : -/-
v. Tremor : DBN
h. Px fungsi luhur : tidak dilakukan
i. Tes sendi sakro iliaka :
i. Patricks : -/ii. Kontra patricks : -/j. Tes Provokasi n. Ischiadicus :
i. Laseque : -/ii. Sicard : -/iii. Reverse laseque : /iv. Bragards : -/v. Doorbells : -/III
ASSESMENT
A. Klinis : Kepala pusing berputar, mual (+) muntah (+),keluar keringat
dingin
B. Topis : nervus perifer
C. Etiologi : SGB
IV
PLANNING
A. Diagnosa
CCS
elektrodiagnostik
B. Therapi :
Kortikosteroid
Plasmaparesis
Imunoglobulin IV
6 merkaptopurin (6-MP)
C. Monitoring : Keadaan Umum + Vital Sign (Tensi)
D. Edukasi :
Istirahat cukup
Makan makanan bergizi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
SGB merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai adanya paralisis
flaksid yang terjadi secara akut berhubungan dengan proses autoimun dimana
targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan nervus kranialis. Guillain Barre sering
suatu
kelainan
imunologik,
baik
secara primary
imune
Infeksi.
SGB sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. Infeksi akut
yang sering berhubungan dengan SGB adalah infeksi dari virus (CMV, EBV,
HIV, varisela) dan bakteri (Campilobakter jejuni, Mycoplasma pneumonia).
Dua pertiga penderita berhubungan dengan penyakit infeksi. Interval antara
penyakit yang mendahului dengan awitan biasanya 2-3 minggu. Pada
umumnya sindrom ini sering didahului oleh influenza, infeksi saluran nafas
bagian atas atau saluran pencernaan.
2.
Vaksinasi
3.
Pembedahan
4.
5.
D. Patogenesis
Delapan puluh persen pasien dengan SGB memiliki riwayat pendahulu
seperti infeksi, pembedahan dan trauma. Mekanisme bagaimana infeksi,
vaksinasi, trauma, atau faktor lain yang mencetuskan terjadinya demielinisasi akut
pada SGB masih belum diketahui dengan pasti. Banyak ahli membuat kesimpulan
bahwa kerusakan saraf yang terjadi pada sindroma ini adalah melalui mekanisme
imunlogi. Bukti-bukti bahwa imunopatogenesa merupakan mekanisme yang
menimbulkan jejas saraf tepi pada sindroma ini adalah:
1. didapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan seluler (cell mediated
immunity) terhadap agen infeksious pada saraf tepi.
2. adanya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi
3. didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran pada
pembuluh darah saraf tepi yang menimbulkan proses demyelinisasi saraf tepi.
Proses demyelinisasi saraf tepi pada SGB dipengaruhi oleh respon
imunitas seluler dan imunitas humoral yang dipicu oleh berbagai peristiwa
sebelumnya, yang paling sering adalah infeksi virus. Terjadi reaksi inflamasi pada
saraf yang terganggu. Infiltrat terdiri atas sel-sel mononuklear terutama sel
limfosit. Terdapat juga sel makrofag, sel polimorfonuklear. Serabut saraf
mengalami degenerasi segmental dan aksonal.
Organisme yang menyebabkan infeksi terdahulu mengaktivasi sel T,
setelah masa laten beberapa hari sampai minggu, sel B dan T spesifik antigen
teraktivasi. IgG yang diproduksi sel B dapat dideteksi pada serum pada berbagai
konsentrasi. Antibodi ini memblok konduksi impuls sehingga terjadi akut paralisis
atau mengaktivasi komplemen dan makrofag yang menyebabkan lesi pada
mielin. Penelitian terbaru menyatakan bahwa terjadinya destruksi mielin
dicetuskan oleh aktivasi komplement. Aktivasi cascade komplemen dimediasi
oleh ikatan antara antibodi dengan sel Schwann dan mengakibatkan degenerasi
varian
dari
sindroma
Guillan-Barre
dapat
diklasifikasikan,
yaitu:
1.
Mediasi oleh antibodi, dipicu oleh infeksi virus atau bakteri sebelumnya,
gambaran elektrofisiologi berupa demielinisasi, remielinisasi muncul setelah
reaksi imun berakhir, merupakan tipe SGB yang sering dijumpai di Eropa dan
Amerika.
2.
Merupakan bentuk murni dari neuropathy axonal, dimana acute motor axonal
neurophaty (AMAN), terjadi degenerasi dari axon motorik, tanpa adanya
demielinisasi. Gejala ditandai dengan adanya kelemahan otot bagian distal,
terkadang dapat disertai paralisis otot pernafasan. Sensorik tidak mengalami
gangguan. Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan protein pada
cairan serebrospinal sementara dari pemeriksaan elektrofisiologi menunjukkan
absen/turunnya saraf motorik dan saraf sensorik. Penyembuhan lebih cepat, sering
terjadi pada anak, dan merupakan tipe SGB yang sering di Cina dan Jepang.
3.
klinisnya berupa kelemahan motorik dan sensorik, terkadang dengan paralisis otot
pernafasan. Kebanyakan pasien menjadi tetraplegi dan kesulitan bernafas hanya
dalam waktu yang singkat.
4.
kelainan
yang
jarang
dijumpai,
berupa trias
5.
Acute Pandysautonomia
Varian yang paling jarang dari SGB, mempengaruhi sistim simpatis dan
parasimpatis,
gangguan
kardiovaskular
(hipotensi,
takikardi,
hipertensi,
a.
b.
Ciri-ciri klinis:
-
ditemukan.
Gejala saraf kranial 50% terjadi parese N VII dan sering bilateral.
Saraf otak lain dapat terkena khususnya yang mempersarafi lidah
dan otot-otot menelan, kadang
diagnosa:
Protein CSS. Meningkat setekah gejala 1 minggu atau terjadi
c.
Varian:
-
1)
disfungsi otonom,
3)
sel/l
-
terhambat
Derajat penyakit SGB didasarkan pada skala disabilitas dari Hughes (Tabel
1). Pada SGB berat, pasien memiliki skala 4.
Tabel 1. Skala disabilitas Sindrom Guillain Barre menurut Hughes.
0
1
2
Sehat
Gejala minor dari neuropati, namun dapat melakukan pekerjaan manual
Dapat berjalan tanpa bantuan tongkat, namun tidak dapat melakukan
3
4
5
6
pekerjaan manual
Dapat berjalan dengan bantuan tongkat atau alat penunjang
Kegiatan terbatas di tempat tidur/kursi (bed / chair bound)
Membutuhkan bantuan ventilasi
Kematian
G. Diagnosis Banding
Gejala klinis SGB biasanya jelas dan mudah dikenal sesuai dengan kriteria
diagnostik dari NINCDS, tetapi pada stadium awal kadang-kadang harus
dibedakan dengan jenis polineuropati lain seperti: Mielitis akuta, Poliomyelitis
anterior
akuta, Porphyria
intermitten
akuta, Polineuropati
post
difteri,
Pemeriksaan darah rutin, titer EBV, Campylobacter, HIV, CMV, RF, ANA,
hepatitis.
LP: peningkatan jumlah protein setelah beberapa hari. Jumlah sel biasanya
normal, namun terkadang diikuti peningkatan monosit
I. Terapi
Untuk Sindrom Guillain Barre dapat dikatakan tidak ada drug of choice.
Terapi diberikan untuk mengurangi beratnya penyakit dan mempercepat
penyembuhan melalui sistem imunitas (imunoterapi). Pada pasien dengan SGB
ringan, diberikan terapi suportif dengan pemantauan ketat dan persiapan bila
pasien secara klinis mengalami perburukan.
Perlakuan utama SGB adalah mencegah dan mengelola komplikasi dan
memberikan perawatan suportif sampai gejala mulai membaik. ini mungkin
termasuk:
monitoring tekanan darah dan denyut jantung. menyediakan cukup gizi jika
pasien memiliki masalah mengunyah dan menelan.
pengobatan lain dari sindrom guillain barre (SGB) tergantung pada seberapa
parah gejalanya. pada kasus lebih parah gejalanya. pada kasus lebih parah SGB
dengan
immunotherapy,
yang
mencakup
pertukaran
plasma
atau
Kortikosteroid
Manfaat kortikosteroid untuk terapi SGB masih kontroversial. Kebanyakan
Plasmaparesis
Plasmaparesis atau plasma exchange bertujuan untuk mengeluarkan faktor
autoantibodi
yang
yang nonambulatory,
beredar.
atau
Plasmaferesis
yang
diindikasikan
penyakitnya
pada
berlangsung
kasus
secara
berjalan tanpa dibantu, waktu penggunaan ventilasi mekanik lebih singkat, dan
gejala sisa lebih ringan.
Pada anak yang menderita SGB, plasmaferesis jarang dilakukan karena
prosedur ini membutuhkan persiapan yang lebih kompleks seperti unit perawatan
intensif (ICU), akses vena sentral dan mesin plasmaferesis. Selain plasmaferesis,
hanya intravenous immunoglobulin(IVIg) yang terbukti efektif dalam mengurangi
kegawatan dan memperpendek perjalanan penyakit.
c.
Imunoglobulin IV
Pengobatan dengan gamma globulin intervena lebih menguntungkan
Obat sitotoksik
Pemberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah:
6 merkaptopurin (6-MP)
Azathioprine
cyclophosphamid
Efek samping dari obat-obat ini adalah: alopecia, muntah, mual dan sakit
kepala.
Pengobatan suportif untuk Gullain Barre antara lain:
-
Swallowing assessment
Profilak DVT
Fisioterapi
untuk
mencegah
kontraktur
dan
mempercepat
proses
penyembuhan
J. Prognosa
Pada umumnya prognosa relatif baik. 90-95% terjadi penyembuhan tanpa
gejala sisa dalam waktu 3 bulan bila dengan keadaan antara lain:
-
BAB III
KESIMPULAN
Guillain Barre syndrome ( GBS ) adalah suatu kelainan sistem kekebalan tubuh
manusia yang menyerang bagian dari susunan saraf tepi dirinya sendiri dengan
karekterisasi berupa kelemahan atau arefleksia dari saraf motorik yang sifatnya
progresif. Kelainan ini kadang kadang juga menyerang saraf sensoris, otonom, maupun
susunan saraf pusat. SGB merupakan Polineuropati akut, bersifat simetris dan ascenden,
yang,biasanya terjadi 1 3 minggu dan kadang sampai 8 minggu setelah suatu infeksi
akut.
Pada Sindrom ini sering dijumpai adanya kelemahan yang cepat atau bisa terjadi
paralysis dari tungkai atas, tungkai bawah, otot-otot pernafasan dan wajah. Sindrom ini
dapat terjadi pada segala umur dan tidak bersifat herediter dan dikenal sebagai Landrys
Paralisis ascending. Pertama dideskripsikan oleh Landry, 1859 menyebutnya sebagai
suatu penyakit akut, ascending dan paralysis motorik dengan gagal napas.
Gejala klinis SGB berupa kelemahan, gangguan saraf kranial, perubahan
sensorik, nyeri, perubahan otonom, gangguan pernafasan. Sampai saat ini belum ada
pengobatan spesifik untuk SGB, pengobatan terutama secara simptomatis. Tujuan utama
penatalaksanaan adalah mengurangi gejala, mengobati komplikasi, mempercepat
penyembuhan dan memperbaiki prognosisnya. Penderita pada stadium awal perlu
dirawat di rumah sakit untuk terus dilakukan observasi tanda-tanda vital. Penderita
dengan gejala berat harus segera di rawat di rumah sakit untuk memdapatkan bantuan
pernafasan, pengobatan dan fisioterapi
Pemeriksaan penunjang untuk Sindroma Guillain-Barre adalah pemeriksaan LCS,
EMG dan MRI. Penyakit ini memiliki prognosis yang baik. Komplikasi yang dapat
menyebabkan kematian adalah gagal nafas dan aritmia.
Oleh itu, sebagai dokter kita harus mempertimbangan indikasi dan kontraindikasi
penatalaksanaan plasmaferesis pada penderita SGB. Menurut American Academy of
Neurologi plasmaferesis belum juga terbukti pengobatan paling efektif pada SGB.
DAFTAR PUSTAKA
1. Japardi, Iskandar. 2002. Sindroma Guillain Barre. USU.
2. Perdossi. 2008. Buku Ajar Neurologi Klinis. Gajah Mada University Press:
Jakarta. Hal 307-310.
3. Lukito, Vimaladewi, Irawan Mangunatmadja, Antonius H. Pudjiadji, Tatang
M. Puspandjono. 2010. Plasmaferesis Sebagai Terapi Sindrom Guillain-Barre
Berat pada Anak. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 6, April 2010.
4. Van
Doorn,
PA.
2004. Guillain
Barre
Syndrome.
Orphanet
Syndrome. Avalaible
from: http://emedicine.medscape.com/article/792008-overview