PENDAHULUAN
Tumbuhan mengandung sejumlah besar zat kimia yang aktif secara biologis.
Beberapa zat pada tumbuhan dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit
yang menimpa ternak maupun manusia (contohnya digitoksin, kolcisin dan atropin).
Untungnya, diantara ribuan tanaman yang ada di sekitar kita, relatif sedikit yang
menyebabkan keracunan. Kehadiran zat kimia tertentu dalam tanaman dipercaya
untuk memberi beberapa tingkat perlindungan dari predator tanaman seperti serangga
dan ruminan (Widodo, 2005).
Sebagian besar racun atau anti nutrisi umumnya diperoleh dari hasil
metabolisme sekunder tanaman. Hasil metabolisme sekunder dibagi dua berdasarkan
berat molekulnya yaitu berat molekul kurang dari 100 dengan contoh pigmen pinol,
antosin, alkohol, asam-asam alifatik, sterol, terpen, lilin fosfatida, inositol, asam-asam
hidroksi aromatik, glikosida, fenol, alkaloid, ester dan eter. Metabolisme sekunder
lainnya adalah yang berat molekulnya tinggi yaitu selulosa, pektin, gom, resin, karet,
tannin dan lignin. Tanaman yang mengandung metabolit sekunder umumnya
mengeluarkannya dengan cara pencucian air hujan (daun dan kulit), penguapan dari
daun (contoh kamfer), ekskresi eksudat pada akar (contoh alang-alang) dan
dekomposisi pada bagian tanaman itu sendiri (Widodo, 2005).
4. Glukosida sianogenik
Bagi tanaman, senyawa ini diperlukan dalam mekanisme pertahanan diri terhadap
predator dan dalam proses metabolism untuk membentuk protein dan karbohidrat.
Umumnya senyawa tersebut disintesis dari asam amino yang merupakan homolognya.
Sebagai contoh beberapa senyawa yang strukturnya hampir sama dengan asam amino
prekursornya.
5. Linamarin
Linamarin merupakan senyawa turunan dari glikosida sianogenik. System
metabolism dalam tanaman meyebabkan salah satu hasil dari degradasi asam amino
L-valin adalah linamarin. Linamarin terdapat dalam tanaman linum usitatissinum
(linseed), phaseolus lunatus (java bean), trifolium repens (white clover), lotus spp.
(lotus), dimorphoteca spp (cape marigolds) dan manihot spp. (ubi kayu). Namun
linamarin diberikan karena serupa dengan yang diketemukan dalam tanaman rami
(linum spp).
6. Lotaustralin
Lotaustralin merupakan senyawa turunan dari glikosida sianogenik. System
metabolism dalam tanaman menyebabkan salah satu dari degradasi asam amino Lisoleusin adalah lotaustralin. Lotaustralin terdapat bersama linamarin dalam tanaman
yang sama, tetapi berbeda jumlahnya.
7. Asam sianida (HCN)
Lebih dari 100 jenis tanaman mempunyai kemampuan untuk memproduksi asam
sianida. Jenis tanaman tersebut antara lain family rosaceae, possifloraceae,
leguminosae, sapindaceae, dan graminae. Manihot utilissima sebagai salah satu
tanaman yang mengandung asam sianida.
8. Solanin
Solanin merupakan senyawa golongan glikosida yang diketahui sebagai
antienzim, yaitu penghambat enzim akholinesterase. Solanin yang ditemukan pada
tanaman yang tergolong dalam suku solanaceae yang kebanyakan berupa terna
berbatang basah, jarang berupa semak atau pohon, atau umumnya pada kentangkentangan, dengan spesiesnya adalah: Solanum dulcamara L, Solanum ningrum L,
dan Solanum tuberosum L.
diketahui bersifat toksik. Mimosin sering disebut leusenina, dengan rumus molekul
C8H10O4N2.
14. Latirogen
Latirogen adalah racun yang ditemukan dalam chick pea dan vetch yaitu sejenis
kacang polong. Latirogen merupakan derivate asam amino yang bekerja melawan
metabolism asam glutamate, sebagai neurotransmitter di otak. Ketika latirogen
terkonsumsi dalam jumlah banyak oleh ternak, maka akan terjadi kelumpuhan.
Penyakit yang disebabkan oleh racun latirogen dinamakan latirisme.
15. Linatin, indospecinedan canavanin
Bungkil biji rami (Linum Usitatissimum) mengandung sebuah zat antagonis dari
piridoksin yaitu asam amino 1-amino-D-prolin. Pada bungkil biji rami, zat yang
apabila dihidrolisis akan mengahasilkan dipeptida 1-amino-D-prolin dan asam
glutamate dikenal sebagai linatin. 1-amino-D-prolin bereaksi dengan piridoksal fosfat
membentuk hidrazona dan akan menghalangi fungsi sebagai kofaktor di metabolism
asam amino. Produksi piridoksal fosfat dimasukkan pada transaminasi, dekarboksilasi
dan reaksi metabolism asam amino lainnya. Gejala defisiensi piridoksal meliputi
depresi nafsu makan, pertumbuhan lambat, dan konvulasi pada ayam yang
mengkonsumsi bungkil biji rami. Pemanasan dan ekstraksi air serta suplementasi
piridoksi pada bungkil biji rami akan menanggulangi efek antipiridoksin.
Bunga Bakung termasuk dalam keluarga Liliaceae. Hampir semua jenis bunga
bakung adalah beracun. Tanaman jenis ini banyak tumbuh di padang penggembalaan
sehingga secara tidak sengaja dapat termakan oleh ternak. Umbi bakung sering lebih
banyak mengandung racun daripada bagian tanaman yang berada di atas tanah..
Glikosida atau alkaloid merupakan bahan pokok racun yang berakibat pada jantung
dan sistem saraf. Bila hanya sebagian kecil yang termakan, maka akan terlihat gejala
saraf. Tetapi bila sebagian besar termakan, maka yang timbul adalah gejala jantung
sebelum sempat menunjukkan gejala saraf. Sapi yang keracunan sering muntahmuntah, diare, dan kemudian mati karena berhentinya fungsi jantung. Pada uji
pascamati yang sering terlihat adalah gastroenteritis.
4. Kacang Tanah
Kacang tanah atau bungkil kacang tanah dalam situasi tertentu dapat
mengakibatkan keracunan akibat dari daya kerja aflatoksin. Dalam situasi tertentu
dapat menjadi racun karena kacang atau bungkil kacang tersebut telah ditumbuhi
jamur Aspergillus flavus. Gejala klinis akibat pengaruh dari racun jamur Aspergillus
flavus pada kebanyakan hewan antara lain adalah kecepatan pertumbuhannya
berkurang dan nafsu makan juga berkurang. Keracunan yang hebat dapat
menyebabkan kekejangan. Pengaruh paling menonjol pada masa laktasi adalah
penurunan produksi susu.
5. Lantana (Pohon bunga Telekan)
Lantana memiliki banyak spesies, tetapi yang paling banyak dijumpai adalah
Lantana camara. Lantana termasuk jenis tanaman perdu, berbatang kasar, bercabang
banyak, permukaan daun kasar dan tepi daun bergerigi. Warna mahkota beragam,
antara lain merah, kuning, ungu dan putih. Lantana tumbuh di hampir setiap negara
tropis dan dapat hidup di tanah yang sangat miskin hara, kering, tandus, dan berbatu.
Lantana sering dipakai sebagai tanaman hias atau tanaman pagar halaman. Daun dan
bunganya berbau langu.
Gejala klinis pada sapi yang keracunan lantana antara lain adalah
fotosensitisasi, dermatitis nekrotik berat terutama di bagian tubuh yang paling banyak
9
tanaman lantana dalam jumlah banyak, maka sapi akan mati karena gastroenteritis
sebelum terjadi fotosensitisasi.
Pengobatan Pencegahan absorbsi toksin oleh saluran pecernaan dapat
membantu dalam pengobatan penyakit. Keluarkan toksin dari rumen dengan
menggunakan arang aktif atau bentonit. Perawatan pendukung dilakukan dengan
pemberian cairan elektrolit, dan glukosa. Sodium thiosulfat 0,5 g/kg BB.IV.,
digunakan sebagai antidota. Basmi lantana dengan menggunakan herbisida atau
kontrol biologi.
6. Ageratum conyzoides (babadotan)
Toksisitas - Keracunan
tanaman babadotan pernah terjadi di Sumatera Utara pada sejumlah sapi yang baru
didatangkan dari luar propinsi (Stoltz dan Murdiati, 1986). Sejumlah sapi ditemukan
mati setelah mengkonsumsi hijauan yang tersedia di lokasi penampungan. Sirosis hati
merupakan kelainan patologis utama yang dijumpai pada hampir seluruh sapi yang
mati. Sani dan Stoltz (1993) melaporkan bahwa perubahan jaringan hati merupakan
kelainan patologis yang konsisten ditemukan pada tikus percobaan yang diberi pakan
babadotan sebesar 10 30%. Perubahan histopatologis yang umum ditemukan pada
keracunan babadotan ini terdiri dari anisokariosis sel hati, megalositosis dan
proliferasi sel saluran empedu (Sani dan Stoltz, 1993; Sani dan Bahri, 1994).
Analisis kandungan senyawa toksik dari tanaman ini yang dapat menimbulkan
kerusakan hati belum pernah dilaporkan. Rder dan wiedenfeld (1991) mencoba
untuk mengidentifikasi senyawa toksik daun babadotan secara kimiawi dan
melaporkan bahwa babadotan mengandung senyawa pyrrolizidin alkaloid dengan
10
struktur kimia berupa lycopsamin dan echinatin yang bersifat toksik terhadap
serangga Lepidoptera.
7. Panicum maximum (Rumput benggala)
Panicum merupakan rumput tahunan yang tumbuh dengan cepat. Tanaman ini
berbentuk rerumpunan yang sangat besar dan memiliki akar serabut yang dapat
tumbuh jauh ke dalam tanah; batang tegak, tidak berbulu dengan tinggi mencapai 1
2,5 m. Daun berjumlah banyak, lancip, panjang mencapai 40 105cm dan lebar 10
30mm. Banyak dijumpai di pulau Jawa. Selain kemungkinannya mengandung
sianogenik glikosida, nitrat atau oksalat, Panicum spp dapat menimbulkan
fotosensitisasi hepatogenous pada ternak yang digembalakan di lapangan. Anak
domba sangat peka terhadap rumput ini. Toksisitas - Panicum dikenal sebagai
penyebab fotosensitisasi di Australia dan Afrika Selatan serta Amerika Utara dan
Selatan. Tanaman ini (P. coloratum pada gambar diatas) juga telah dikembangkan
sebagai hijauan pakan ternak di Texas. Fotosensitisasi sering ditemukan pada anak
domba dan dalam jumlah yang lebih kecil terjadi pada domba dewasa, kambing
Angora dan kuda. Sementara itu belum ada laporan kejadian fotosensitisasi akibat
rumput ini pada sapi (Dollahite et al., 1977; Muchiri et al., 1980).
Rumput ini juga mengandung saponin yang terdiri dari furostanol dan
spirostanol yang terdiri dari diosgenin dan/atau yamogenin. Kristal yang khas di
dalam saluran empedu berupa garam kalsium dari saponin, tetapi dengan struktur
yang berbeda dari saponin utama dalam tanaman, dan kemungkinan berupa
epismilagenin. Saponin bereaksi dengan kalsium dan mengalami presipitasi sebagai
garam kalsium insoluble di dalam saluran empedu. Presipitat tersebut adalah garam
kalsium dari epismilagenin -D-glucuronide (Miles et al., 1992).
Toksisitas ditandai dengan kristal saponin empedu yang berbentuk kristal,
dapat dilarutkan melalui fiksasi dengan alkohol dan membentuk cleft artefak. Derajat
kerusakan hati bervariasi dari yang ringan hingga moderat tetapi bersifat reversibel
11
bila hewan dijauhkan dari lapang penggembalaan yang berisi Panicum spp untuk
gejala klinis pertama.
Gejala klinis - Gejala klinis berkaitan terutama dengan nekrosis jaringan
disekitar kapiler kulit dimana sinar UV berpenetrasi. Perubahan kulit terjadi dengan
cepat antara 1 2 hari atau secara bertahap dalam seminggu. Pada domba,
kebanyakan lesio terjadi pada bagian kepala yang meliputi pembengkakan dengan
kerontokan bulu dan terkelupasnya kulit pada bagian ujung telinga, kelopak mata,
sekitar mata, dekat bibir dan hidung, dan dibawah dagu (jaw). Dapat juga dijumpai
kemerahan pada coronary bands, kepincangan, ikterus ringan dan depresi.
Patologi Secara makroskopis, perubahan patologis terbatas pada kulit
sebagaimana dibahas diatas. Secara mikroskopis terlihat nekrosis ringan pada
proximal convoluted tubules ginjal, focal myocarditis dan haemorrhagi jantung, dan
lebih lanjut terjadi degenerasi pada hati. Pada hati terlihat pembengkakan dan nekrosis
sel hati, peradangan saluran empedu, dan banyak kristal-kristal seperti jarum atau
cleft pada saluran empedu kecil, bile canaliculi dan sel Kupffer. Secara morfologis,
kristal tersebut merupakan bagian dari kolesterol.
8. Persea americana (Alpokat)
Alpokat adalah tanaman asli dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang
saat ini telah dibudidayakan secara ekstensif di berbagai negara, khususnya daerah
tropis hingga subtropis. Terdapat tiga varietas utama dari alpokat yaitu Guatemalan,
Mexican dan West Indian yang meliputi berbagai strain alpokat. Dari tiga varietas
tersebut, hanya varietas Guatemalan yang bersifat toksik. Semua bagian dari tanaman
tersebut bersifat toksik bila dimakan oleh ternak. Biji alpokat khususnya sangat toksik
bagi babi.
Toksisitas Konsumsi daun alpokat var. Guatemalan dapat mempengaruhi
kesehatan hewan yang sedang dalam masa laktasi dengan menimbulkan gejala noninfectious agalactia dan mastitis. Dalam suatu wabah keracunan daun alpokat pada
kambing, kelenjar ambing terlihat oedematous dan susu mengalami pengerasan.
12
13
8-10 menit. Gejala keracunannya mirip dengan gejala keracunan singkong, antara lain
meliputi penyempitan saluran nafas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumbuhan memiliki senyawa-senyawa yang bersifat toxic yang merupakan
zat metabolit sekunder. Senyawa-senyawa tersebut adalah Piperidin Alkaloid, Indol
Alkaloid, Indolizidin alkaloid, Linamarin, Lotaustralin, Asam sianida (HCN), Solanin,
Fitoestrogen (Isoflavon dan Coumestan), Anti tripsin, Papain, Lectin (Hemaglutinin),
Mimosin, Latirogen, Linatin, dan indospecinedan canavanin.
Tanaman-tanaman yang beracun antara lain pohon bunga lily, Singkong, Jarak,
Kacang Tanah, Lantana, Ageratum conyzoides, Rumput benggala, Alpokat, dan
Pucuk Bambu.
14
B. Saran
Mahasiswa seharusnya dapat mengetahui ciri khas dari bentuk tanaman yang
beracun .
Sebelum mengkonsumsi tanaman pangan seharusnya dicuci dan dibersihkan
terlebih dahulu serta dimasak dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Widodo, Wahyu. 2005. Tanaman Beracun dalam Kehidupan Ternak. Malang : UMM
Press
http://www2.pom.go.id/public/siker/desc/produk/racunalamitanaman.pdf diakses
tanggal 26 November 2015
http://drhyudi.blogspot.com/2010/10/racun-asal-tanaman.html diakses 26 November
2015
http://bbalitvet.litbang.deptan.go.id/ind/index.php/component/content/article/38ilmiah/111-
waspada-tanaman-bisa-meracuni-ternak-anda
diakses tanggal 26
November 2015
15
http://mydokterhewan.blogspot.co.id/2015/02/racun-racun-toksin-tanaman-yang.html
diakses tanggal 26 November 2015
16