Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Racun adalah zat yang dapat masuk kedalam tubuh dengan berbagai cara yang
dapat menghambat respon pada sistem biologis sehingga dapat menyebabkan
gangguan kesehatan, penyakit bahkan kematian.
Tanaman sangat berguna bagi kebutuhan hewan dan manusia yang merupakan
komponen penting untuk pertumbuhan dan perkembangan hewan dan manusia
tersebut. Tanaman yang ada di alam sangat banyak jenisnya Meskipun demikian,
beberapa jenis tanaman dapat mengandung racun yang dapat membahayakan
kesehatan hewan. Hal ini karena pada tanaman yang mengandung racun tersebut
yang apabila dikonsumsi dapat memacu terjadinya keracunan bahkan berujung pada
kematian. Racun dalam tanaman sebenarnya merupakan salah satu mekanisme dari
tanaman tersebut untuk melawan serangan serangga ataupun predator lain. Karena
racun yang dihasilkan tanaman merupakan salah satu untuk melawan predator, maka
tidak heran bila tanaman jauh lebih rentan terhadap penyakit.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa senyawa yang beracun yang terkandung dalam tanaman?
b) Apa saja tanaman yang beracun?
c) Bagaimana gejala-gejala keracunan tanaman ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya penulisan makalah ini yaitu :
a) Untuk mengetahui senyawa beracun yang terkandung dalam tanaman.
b) Untuk menambah pengetahuan tentang tanaman yang dapat beracun.
c) Untuk mengetahui gejala-gejala keracunan tanaman.
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan memiliki manfaat untuk mengetahui lebih jauh
tentang tumbuhan beracun pada makhluk hidup lain. Sehingga setelah membaca
makalah ini dapat mengetahui cara penanggulangan tanaman yang beracun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1

Tumbuhan mengandung sejumlah besar zat kimia yang aktif secara biologis.
Beberapa zat pada tumbuhan dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit
yang menimpa ternak maupun manusia (contohnya digitoksin, kolcisin dan atropin).
Untungnya, diantara ribuan tanaman yang ada di sekitar kita, relatif sedikit yang
menyebabkan keracunan. Kehadiran zat kimia tertentu dalam tanaman dipercaya
untuk memberi beberapa tingkat perlindungan dari predator tanaman seperti serangga
dan ruminan (Widodo, 2005).
Sebagian besar racun atau anti nutrisi umumnya diperoleh dari hasil
metabolisme sekunder tanaman. Hasil metabolisme sekunder dibagi dua berdasarkan
berat molekulnya yaitu berat molekul kurang dari 100 dengan contoh pigmen pinol,
antosin, alkohol, asam-asam alifatik, sterol, terpen, lilin fosfatida, inositol, asam-asam
hidroksi aromatik, glikosida, fenol, alkaloid, ester dan eter. Metabolisme sekunder
lainnya adalah yang berat molekulnya tinggi yaitu selulosa, pektin, gom, resin, karet,
tannin dan lignin. Tanaman yang mengandung metabolit sekunder umumnya
mengeluarkannya dengan cara pencucian air hujan (daun dan kulit), penguapan dari
daun (contoh kamfer), ekskresi eksudat pada akar (contoh alang-alang) dan
dekomposisi pada bagian tanaman itu sendiri (Widodo, 2005).

Macam- macam senyawa beracun yang terkadung pada tanaman.


Racun dapat diidentifikasi pada tumbuhan beracun, dan kemungkinan dapat
disebabkan oleh senyawa racun yang terkandung di dalam tumbuhan tersebut. Setiap
jenis tumbuhan beracun mengandung zat-zat atau senyawa kimia yang berbeda-beda,
namun, ada juga yang tidak. Sebagian besar dan berbagai macam jenis tumbuhan
yang mengandung senyawa racun bersifat alami belum sepenuhnya diketahui atau
belum dimanfaatkan secara mekanis. Beberapa tumbuhan mengandung dua atau lebih
senyawa racun yang berbeda komponen kimianya satu dengan yang lainnya. Menurut
Hanenson (1980), komponen-komponen kimia yang dihasilkan tumbuhan terbagi atas
alkaloid, polipeptida dan asam amino, glikosida, asam oksalat, resin, phytotoxin dan
mineral lainnya.
1. Piperidin Alkaloid

Piperidin alkaloid diidentifikan dari lingkaran heterosiklik jenuh yang dimilikinya,


sebagai contoh adalah inti piperidin. Senyawa terpenting dari piperidin alkaloid
adalah coniin yang di jumpai pada tanaman conium maculatum atau lebih dikenal
dengan nama tanaman hemlock beracun. Racun ini mudah menyebar karena mudah
menguap sehingga dapat terhirup alat pernafasan. Hemlock beracun ini dapat
menyebabkan kacanduan pada ternak.
2. Indol Alkaloid
Indol alkaloid adalah turunan dari asam-asam amino triptofan yang mudah diamati
oleh perbandingan kandungan inti nitrogen pada struktur zat kimia triptofan. Indol
alkaloid beracun pada ternak yang paling penting adalah alkaloid ergot yang
diproduksi oleh jamur parasit pada biji jenis rumput-rumputan dan biji padi-padian.
Istilah ergot umumnya digunakan untuk jenis jamur Claviceps. Tiga jenis Claviceps
yang utama adalah Claviceps Purpurea, Claviceps paspali, dan Claviceps cinerea.
Ketiga jenis jamur Claviceps tersebut terdapat pada tanaman gandum dan beberapa
rumput liar.
3. Indolizidin alkaloid
Indolizidin alkaloid merupakan salah satu senyawa yang merupakan golongan
dari alkaloid. Dalam tanaman, senyawa indolizidin alkaloid ini mempunyai sifat racun
dan dapat membahayakan bagi ternak, terutama bila dikonsumsi secara berlebihan.
Jenis-jenis tanaman yang mengandung indolizidin alkaloid swainsonin adalah
Astragalus dan Oxytropis. Tanaman ini biasanya ditemukan di daerah Australia barat.
Ternak yang biasanya mengkonsumsi tanaman ini adalah sapi, kuda dan domba,
namun kadang-kadang diberikan juga pada unggas.

4. Glukosida sianogenik
Bagi tanaman, senyawa ini diperlukan dalam mekanisme pertahanan diri terhadap
predator dan dalam proses metabolism untuk membentuk protein dan karbohidrat.
Umumnya senyawa tersebut disintesis dari asam amino yang merupakan homolognya.
Sebagai contoh beberapa senyawa yang strukturnya hampir sama dengan asam amino
prekursornya.

5. Linamarin
Linamarin merupakan senyawa turunan dari glikosida sianogenik. System
metabolism dalam tanaman meyebabkan salah satu hasil dari degradasi asam amino
L-valin adalah linamarin. Linamarin terdapat dalam tanaman linum usitatissinum
(linseed), phaseolus lunatus (java bean), trifolium repens (white clover), lotus spp.
(lotus), dimorphoteca spp (cape marigolds) dan manihot spp. (ubi kayu). Namun
linamarin diberikan karena serupa dengan yang diketemukan dalam tanaman rami
(linum spp).
6. Lotaustralin
Lotaustralin merupakan senyawa turunan dari glikosida sianogenik. System
metabolism dalam tanaman menyebabkan salah satu dari degradasi asam amino Lisoleusin adalah lotaustralin. Lotaustralin terdapat bersama linamarin dalam tanaman
yang sama, tetapi berbeda jumlahnya.
7. Asam sianida (HCN)
Lebih dari 100 jenis tanaman mempunyai kemampuan untuk memproduksi asam
sianida. Jenis tanaman tersebut antara lain family rosaceae, possifloraceae,
leguminosae, sapindaceae, dan graminae. Manihot utilissima sebagai salah satu
tanaman yang mengandung asam sianida.
8. Solanin
Solanin merupakan senyawa golongan glikosida yang diketahui sebagai
antienzim, yaitu penghambat enzim akholinesterase. Solanin yang ditemukan pada
tanaman yang tergolong dalam suku solanaceae yang kebanyakan berupa terna
berbatang basah, jarang berupa semak atau pohon, atau umumnya pada kentangkentangan, dengan spesiesnya adalah: Solanum dulcamara L, Solanum ningrum L,
dan Solanum tuberosum L.

9. Fitoestrogen (Isoflavon dan Coumestan)


Fitoestrogen adalah estrogen tanaman. Dua senyawa yang merupakan fitoestrogen
adalah isoflavon dan coumestan yaitu zat yang berasal dari kelas fenilpropanoid dan
4

merupakan penggabungan decumarol (3.3 metyhylenebis atau 4-OH coumarin)


melalui posisi ketiga. Isoflavon adalah senyawa yang dibentuk sebagai reaksi
kondensasi antara gula dan gugus hidroksil dari senyawa kedua yang dapat tidak
dapat merupakan gula yang lain.
10. Anti tripsin
Anti tripsin atau inhibitor tripsin adalah senyawa penghambat kerja tripsin yang
secara alami terdapat pada kedelai, lima bean (kara), gandum, ubi jalar, kentang,
kecipir, kacang polong, umbi leguminosa, alfalfa, sorgum, kacang fava, beras dan
ovomucoid. Kesemuanya tanaman tersebut mempunyai antitrypsin dengan protein
berberat molekul rendah, keculi anti tripsin yang terdapat pada ovomucoid yang
terdiri dari 75% asam amino dan 25% karbohidrat.
11. Papain
Papain adalah suatu enzim pemecah protein (enzim proteolitik) yang terdalam
dalam getah papaya yang memiliki aktifitas proteolitik minimal 20 unit/gram preparat
dan tergolong ke dalam senyawa oraganik komplek yang tersusun dari gugusan asam
amino. Papain adalah protease sulfilhidril karena memiliki gugusan sulfilhidril (SH)
pada bagian aktifnya.
12. Lectin (Hemaglutinin)
Lektin adalah glikoprotein yang mempunyai bobot molekul 60.000-100.000 yang
dikenal untuk kemampuannya menggumpalkan eritrosit. Tanaman yang mengandung
lectin dijumpai dalam banyak kelompok botani meliputi monokotiledon dan
dikotiledon, jamur dan lumut, tetapi yang paling banyak terdapat pada leguminoseae
dan euphobiaceae. Lectin berada dalam berbagai jaringan pada tanaman yang sama
dan mempunyai lokasi seluler dan sifat molekuler yang berbeda.
13. Mimosin
Mimosin merupakan zat racun atau zat anti nutrisi yang berasal dari lamtoro atau
leguminosa. Mimosin merupakan racun yang berasal dari turunan asam amino.
Mimosin merupakan racun yang berasal dari turunan asam amino heterosiklik, yaitu
asam amino yang mempunyai rantai karbob melingkar dengan gugus berbeda.
Mimosin mempunyai gugus keton dan hidroksil pada inti pirimidinnya, yang
5

diketahui bersifat toksik. Mimosin sering disebut leusenina, dengan rumus molekul
C8H10O4N2.
14. Latirogen
Latirogen adalah racun yang ditemukan dalam chick pea dan vetch yaitu sejenis
kacang polong. Latirogen merupakan derivate asam amino yang bekerja melawan
metabolism asam glutamate, sebagai neurotransmitter di otak. Ketika latirogen
terkonsumsi dalam jumlah banyak oleh ternak, maka akan terjadi kelumpuhan.
Penyakit yang disebabkan oleh racun latirogen dinamakan latirisme.
15. Linatin, indospecinedan canavanin
Bungkil biji rami (Linum Usitatissimum) mengandung sebuah zat antagonis dari
piridoksin yaitu asam amino 1-amino-D-prolin. Pada bungkil biji rami, zat yang
apabila dihidrolisis akan mengahasilkan dipeptida 1-amino-D-prolin dan asam
glutamate dikenal sebagai linatin. 1-amino-D-prolin bereaksi dengan piridoksal fosfat
membentuk hidrazona dan akan menghalangi fungsi sebagai kofaktor di metabolism
asam amino. Produksi piridoksal fosfat dimasukkan pada transaminasi, dekarboksilasi
dan reaksi metabolism asam amino lainnya. Gejala defisiensi piridoksal meliputi
depresi nafsu makan, pertumbuhan lambat, dan konvulasi pada ayam yang
mengkonsumsi bungkil biji rami. Pemanasan dan ekstraksi air serta suplementasi
piridoksi pada bungkil biji rami akan menanggulangi efek antipiridoksin.

Tanaman- tanaman mengandung racun.


1. Bakung (pohon bunga lily)
6

Bunga Bakung termasuk dalam keluarga Liliaceae. Hampir semua jenis bunga
bakung adalah beracun. Tanaman jenis ini banyak tumbuh di padang penggembalaan
sehingga secara tidak sengaja dapat termakan oleh ternak. Umbi bakung sering lebih
banyak mengandung racun daripada bagian tanaman yang berada di atas tanah..
Glikosida atau alkaloid merupakan bahan pokok racun yang berakibat pada jantung
dan sistem saraf. Bila hanya sebagian kecil yang termakan, maka akan terlihat gejala
saraf. Tetapi bila sebagian besar termakan, maka yang timbul adalah gejala jantung
sebelum sempat menunjukkan gejala saraf. Sapi yang keracunan sering muntahmuntah, diare, dan kemudian mati karena berhentinya fungsi jantung. Pada uji
pascamati yang sering terlihat adalah gastroenteritis.

2. Ubi Kayu (Singkong)

Singkong mengandung senyawa yang berpotensi racun yaitu linamarin dan


lotaustralin. Keduanya termasuk golongan glikosida sianogenik. Linamarin terdapat
pada semua bagian tanaman, terutama terakumulasi pada akar dan daun. Singkong
dibedakan atas dua tipe, yaitu pahit dan manis. Singkong tipe pahit mengandung
kadar racun yang lebih tinggi daripada tipe manis. Jika singkong mentah atau yang
dimasak kurang sempurna dikonsumsi, maka racun tersebut akan berubah menjadi
7

senyawa kimia yang dinamakan hidrogen sianida, yang dapat menimbulkan


gangguan kesehatan.
Singkong manis mengandung sianida kurang dari 50 mg per kilogram,
sedangkan yang pahit mengandung sianida lebih dari 50 mg per kilogram. Meskipun
sejumlah kecil sianida masih dapat ditoleransi oleh tubuh, jumlah sianida yang masuk
ke tubuh tidak boleh melebihi 1 mg per kilogram berat badan per hari. Gejala
keracunan sianida antara lain meliputi penyempitan saluran nafas, mual, muntah, sakit
kepala, bahkan pada kasus berat dapat menimbulkan kematian. Untuk mencegah
keracunan singkong, sebelum dikonsumsi sebaiknya singkong dicuci untuk
menghilangkan tanah yang menempel, kulitnya dikupas, dipotong-potong, direndam
dalam air bersih yang hangat selama beberapa hari, dicuci, lalu dimasak sempurna,
baik itu dibakar atau direbus. Singkong tipe manis hanya memerlukan pengupasan
dan pemasakan untuk mengurangi kadar sianida ke tingkat non toksik. Singkong yang
umum dijual di pasaran adalah singkong tipe manis.

3. Jarak (Ricinus communis)


Tanaman ini disebut juga Palma Christi, yang dapat meracuni darah. Tanaman
ini ditemukan hampir di setiap daerah tropis. Tanaman ini termasuk jenis tanaman
semak yang dapat tumbuh sampai pada ketinggian 3 meter.
Tanaman ini berdaun lebar dan memiliki 3 atau 5 jari. Bunganya kecil-kecil
dan berwarna kuning. Bijinya bulat ada kalanya direndam atau direbus untuk dimakan
orang bagi yang biasa memakannya. Bila tidak ada perlakuan tertentu, biji-biji jarak
ini dapat meracuni. Biji jarak ini dapat diperas dan menghasilkan minyak castro.
Ampas dari biji jarak tersebut mengandung banyak substansi beracun karena
mengandung toksalbumin yang disebut risin.Gejala klinis yang secara tidak sengaja
makan pakanan yang tercampur bahan mengandung risin dapat mengalami pusing
kepala bahkan kematian dengan gejala kejang-kejang.

4. Kacang Tanah

Kacang tanah atau bungkil kacang tanah dalam situasi tertentu dapat
mengakibatkan keracunan akibat dari daya kerja aflatoksin. Dalam situasi tertentu
dapat menjadi racun karena kacang atau bungkil kacang tersebut telah ditumbuhi
jamur Aspergillus flavus. Gejala klinis akibat pengaruh dari racun jamur Aspergillus
flavus pada kebanyakan hewan antara lain adalah kecepatan pertumbuhannya
berkurang dan nafsu makan juga berkurang. Keracunan yang hebat dapat
menyebabkan kekejangan. Pengaruh paling menonjol pada masa laktasi adalah
penurunan produksi susu.
5. Lantana (Pohon bunga Telekan)

Lantana memiliki banyak spesies, tetapi yang paling banyak dijumpai adalah
Lantana camara. Lantana termasuk jenis tanaman perdu, berbatang kasar, bercabang
banyak, permukaan daun kasar dan tepi daun bergerigi. Warna mahkota beragam,
antara lain merah, kuning, ungu dan putih. Lantana tumbuh di hampir setiap negara
tropis dan dapat hidup di tanah yang sangat miskin hara, kering, tandus, dan berbatu.
Lantana sering dipakai sebagai tanaman hias atau tanaman pagar halaman. Daun dan
bunganya berbau langu.
Gejala klinis pada sapi yang keracunan lantana antara lain adalah
fotosensitisasi, dermatitis nekrotik berat terutama di bagian tubuh yang paling banyak
9

terkena sinar matahari atau berwarna lebih pucat. Apabila

hewaan sapi makan

tanaman lantana dalam jumlah banyak, maka sapi akan mati karena gastroenteritis
sebelum terjadi fotosensitisasi.
Pengobatan Pencegahan absorbsi toksin oleh saluran pecernaan dapat
membantu dalam pengobatan penyakit. Keluarkan toksin dari rumen dengan
menggunakan arang aktif atau bentonit. Perawatan pendukung dilakukan dengan
pemberian cairan elektrolit, dan glukosa. Sodium thiosulfat 0,5 g/kg BB.IV.,
digunakan sebagai antidota. Basmi lantana dengan menggunakan herbisida atau
kontrol biologi.
6. Ageratum conyzoides (babadotan)

Ageratum conyzoides (babadotan) merupakan tanaman perdu yang tumbuh di


daerah basah dan berawa. Babadotan termasuk ke dalam famili Asteraceae yang
banyak dijumpai diberbagai daerah di Indonesia. Secara umum babadotan memiliki
rasa pahit dan mengeluarkan aroma yang kurang sedap.

Toksisitas - Keracunan

tanaman babadotan pernah terjadi di Sumatera Utara pada sejumlah sapi yang baru
didatangkan dari luar propinsi (Stoltz dan Murdiati, 1986). Sejumlah sapi ditemukan
mati setelah mengkonsumsi hijauan yang tersedia di lokasi penampungan. Sirosis hati
merupakan kelainan patologis utama yang dijumpai pada hampir seluruh sapi yang
mati. Sani dan Stoltz (1993) melaporkan bahwa perubahan jaringan hati merupakan
kelainan patologis yang konsisten ditemukan pada tikus percobaan yang diberi pakan
babadotan sebesar 10 30%. Perubahan histopatologis yang umum ditemukan pada
keracunan babadotan ini terdiri dari anisokariosis sel hati, megalositosis dan
proliferasi sel saluran empedu (Sani dan Stoltz, 1993; Sani dan Bahri, 1994).
Analisis kandungan senyawa toksik dari tanaman ini yang dapat menimbulkan
kerusakan hati belum pernah dilaporkan. Rder dan wiedenfeld (1991) mencoba
untuk mengidentifikasi senyawa toksik daun babadotan secara kimiawi dan
melaporkan bahwa babadotan mengandung senyawa pyrrolizidin alkaloid dengan
10

struktur kimia berupa lycopsamin dan echinatin yang bersifat toksik terhadap
serangga Lepidoptera.
7. Panicum maximum (Rumput benggala)

Panicum merupakan rumput tahunan yang tumbuh dengan cepat. Tanaman ini
berbentuk rerumpunan yang sangat besar dan memiliki akar serabut yang dapat
tumbuh jauh ke dalam tanah; batang tegak, tidak berbulu dengan tinggi mencapai 1
2,5 m. Daun berjumlah banyak, lancip, panjang mencapai 40 105cm dan lebar 10
30mm. Banyak dijumpai di pulau Jawa. Selain kemungkinannya mengandung
sianogenik glikosida, nitrat atau oksalat, Panicum spp dapat menimbulkan
fotosensitisasi hepatogenous pada ternak yang digembalakan di lapangan. Anak
domba sangat peka terhadap rumput ini. Toksisitas - Panicum dikenal sebagai
penyebab fotosensitisasi di Australia dan Afrika Selatan serta Amerika Utara dan
Selatan. Tanaman ini (P. coloratum pada gambar diatas) juga telah dikembangkan
sebagai hijauan pakan ternak di Texas. Fotosensitisasi sering ditemukan pada anak
domba dan dalam jumlah yang lebih kecil terjadi pada domba dewasa, kambing
Angora dan kuda. Sementara itu belum ada laporan kejadian fotosensitisasi akibat
rumput ini pada sapi (Dollahite et al., 1977; Muchiri et al., 1980).
Rumput ini juga mengandung saponin yang terdiri dari furostanol dan
spirostanol yang terdiri dari diosgenin dan/atau yamogenin. Kristal yang khas di
dalam saluran empedu berupa garam kalsium dari saponin, tetapi dengan struktur
yang berbeda dari saponin utama dalam tanaman, dan kemungkinan berupa
epismilagenin. Saponin bereaksi dengan kalsium dan mengalami presipitasi sebagai
garam kalsium insoluble di dalam saluran empedu. Presipitat tersebut adalah garam
kalsium dari epismilagenin -D-glucuronide (Miles et al., 1992).
Toksisitas ditandai dengan kristal saponin empedu yang berbentuk kristal,
dapat dilarutkan melalui fiksasi dengan alkohol dan membentuk cleft artefak. Derajat
kerusakan hati bervariasi dari yang ringan hingga moderat tetapi bersifat reversibel
11

bila hewan dijauhkan dari lapang penggembalaan yang berisi Panicum spp untuk
gejala klinis pertama.
Gejala klinis - Gejala klinis berkaitan terutama dengan nekrosis jaringan
disekitar kapiler kulit dimana sinar UV berpenetrasi. Perubahan kulit terjadi dengan
cepat antara 1 2 hari atau secara bertahap dalam seminggu. Pada domba,
kebanyakan lesio terjadi pada bagian kepala yang meliputi pembengkakan dengan
kerontokan bulu dan terkelupasnya kulit pada bagian ujung telinga, kelopak mata,
sekitar mata, dekat bibir dan hidung, dan dibawah dagu (jaw). Dapat juga dijumpai
kemerahan pada coronary bands, kepincangan, ikterus ringan dan depresi.
Patologi Secara makroskopis, perubahan patologis terbatas pada kulit
sebagaimana dibahas diatas. Secara mikroskopis terlihat nekrosis ringan pada
proximal convoluted tubules ginjal, focal myocarditis dan haemorrhagi jantung, dan
lebih lanjut terjadi degenerasi pada hati. Pada hati terlihat pembengkakan dan nekrosis
sel hati, peradangan saluran empedu, dan banyak kristal-kristal seperti jarum atau
cleft pada saluran empedu kecil, bile canaliculi dan sel Kupffer. Secara morfologis,
kristal tersebut merupakan bagian dari kolesterol.
8. Persea americana (Alpokat)

Alpokat adalah tanaman asli dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang
saat ini telah dibudidayakan secara ekstensif di berbagai negara, khususnya daerah
tropis hingga subtropis. Terdapat tiga varietas utama dari alpokat yaitu Guatemalan,
Mexican dan West Indian yang meliputi berbagai strain alpokat. Dari tiga varietas
tersebut, hanya varietas Guatemalan yang bersifat toksik. Semua bagian dari tanaman
tersebut bersifat toksik bila dimakan oleh ternak. Biji alpokat khususnya sangat toksik
bagi babi.
Toksisitas Konsumsi daun alpokat var. Guatemalan dapat mempengaruhi
kesehatan hewan yang sedang dalam masa laktasi dengan menimbulkan gejala noninfectious agalactia dan mastitis. Dalam suatu wabah keracunan daun alpokat pada
kambing, kelenjar ambing terlihat oedematous dan susu mengalami pengerasan.
12

Pergerakan saluran pencernaan mengalami penurunan dan terlihat anasarca yang


ekstensif meliputi leher dan dada. Sementara itu konsumsi daun alpokat oleh kuda
dapat menimbulkan anasarka pada kepala dan leher yang sangat sakit sekali.
Dari awal tahun 1900an, alpokat diduga bersifat toksik. Pada tahun 1980an
diketahui bahwa hanya varietas Guatemalan dan hibridanya yang memperlihatkan
toksisitas. Meskipun seluruh bagian tanaman tersebut bersifat toksik bagi ternak, daun
merupakan sumber toksisitas utama dari tanaman ini. Toxin alpokat memiliki
predisposisi khusus untuk mempengaruhi kelenjar susu yang sedang laktasi. Kambing
kelihatan sangat peka terhadap toksin alpokat. Pada hewan laktasi efek utama dari
dosis rendah daun tanaman adalah non-infecious mastitis dengan kehilangan produksi
susu yang nyata (Craigmill et al., 1984; 1989). Mastitis juga dijumpai pada mencit
yang diberi diet daun alpokat dengan dosis yang tepat (Sani et al., 1994). Pada hewan
non-laktasi atau pada dosis yang lebih tinggi, pengaruh lain seperti cardiomyopathy
menjadi lebih dominan dalam keracunan daun alpokat (Sani et al., 1991).
Gejala klinis Mastitis terjadi dalam 24 jam setelah diberi daun alpokat, yang
terlihat berupa pengerasan dan pembengkakan kelenjar ambing; sekitar 75%
penurunan produksi susu; susu terlihat berair, keras dan seperti keju. Bila dosis
ditingkatkan akan terlihat oedema subcutaneous dari leher hingga dada, batuk,
lemah/depresi, malas bergerak, kesulitan bernapas dan cardiac arythmias. Serum
enzim hepatic seperti LDH, CK dan AST meningkat.
Patologi Secara makroskopis, kelenjar susu terlihat oedematous dan
hyperemia, dengan bekuan di dalam saluran besar. Pada beberapa hewan, oedema
sangat jelas terlihat diberbagai jaringan terutama subkutis dan paru-paru. Kongesti
umum terjadi pada paru-paru, hati dan limpa; cairan di dalam kantong jantung
(hydropericardium), thorax dan abdomen; oedema pada kantung empedu dan jaringan
perirenal. Jantung terlihat pucat dan lemah. Secara mikroskopis terlihat oedema
kelenjar ambing dan degenerasi dan nekrosis pada epithelium acinar secretory.
Jantung mengalami interstitial oedema dan degenerasi myocardial.
9. Pucuk Bambu (Rebung)
Racun alami pada pucuk bambu termasuk dalam golongan glikosida
sianogenik. Untuk mencegah keracunan akibat mengkonsumsi pucuk bambu, maka
sebaiknya pucuk bambu yang akan dimasak terlebih dahulu dibuang daun terluarnya,
diiris tipis, lalu direbus dalam air mendidih dengan penambahan sedikit garam selama

13

8-10 menit. Gejala keracunannya mirip dengan gejala keracunan singkong, antara lain
meliputi penyempitan saluran nafas.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumbuhan memiliki senyawa-senyawa yang bersifat toxic yang merupakan
zat metabolit sekunder. Senyawa-senyawa tersebut adalah Piperidin Alkaloid, Indol
Alkaloid, Indolizidin alkaloid, Linamarin, Lotaustralin, Asam sianida (HCN), Solanin,
Fitoestrogen (Isoflavon dan Coumestan), Anti tripsin, Papain, Lectin (Hemaglutinin),
Mimosin, Latirogen, Linatin, dan indospecinedan canavanin.
Tanaman-tanaman yang beracun antara lain pohon bunga lily, Singkong, Jarak,
Kacang Tanah, Lantana, Ageratum conyzoides, Rumput benggala, Alpokat, dan
Pucuk Bambu.
14

Gejala-gejala keracunan tanaman beracun antara pusing,kejang-kejang,bahkan


dapat menimbulkan kematian.

B. Saran
Mahasiswa seharusnya dapat mengetahui ciri khas dari bentuk tanaman yang
beracun .
Sebelum mengkonsumsi tanaman pangan seharusnya dicuci dan dibersihkan
terlebih dahulu serta dimasak dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Widodo, Wahyu. 2005. Tanaman Beracun dalam Kehidupan Ternak. Malang : UMM
Press
http://www2.pom.go.id/public/siker/desc/produk/racunalamitanaman.pdf diakses
tanggal 26 November 2015
http://drhyudi.blogspot.com/2010/10/racun-asal-tanaman.html diakses 26 November
2015
http://bbalitvet.litbang.deptan.go.id/ind/index.php/component/content/article/38ilmiah/111-

waspada-tanaman-bisa-meracuni-ternak-anda

diakses tanggal 26

November 2015
15

http://mydokterhewan.blogspot.co.id/2015/02/racun-racun-toksin-tanaman-yang.html
diakses tanggal 26 November 2015

16

Anda mungkin juga menyukai