Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG MASALAH
keluarga merupakan lembaga pertama dalam hidup anak, tempat ia belajar dan menyatakan
diri sebagai mahluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada dalam hubungan interaksi.
keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan anak.
orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak, karena dari merekalah anak
mula-mula menerima pendidikan. Orang tua dikatakan pendidik pertama karena dari
merekalah anak mendapat pendidikan untuk pertama kalinya dan dikatakan pendidik utama
karena pendidikan dari orang tua menjadi dasar perkembangan dan kehidupan anak di
kemudian hari.
Orang tua adalah lingkungan pertama dan utama dalam kehidupan seorang anak. Dimana
hal ini menjadi dasar perkembangan anak berikutnya. Karenanya dibutuhkan pola asuh yang
tepat agar anak tumbuh berkambang optimal. Citra diri senantiasa terkait dengan proses
tumbuh kembang anak berdasarkan pola asuh dalam menbesarkannya. Mendidik anak dengan
baik dan benar berarti menumbuhkan totalitas potensi anak secara wajar. Akan tetapi banyak
orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka mendidik membuat anak merasa tidak
diperhatikan, dibatasi kebebasannya, bahkan ada yang merasa tidak disayang oleh orang
tuanya. Perasaan-perasaan itulah yang banyak mempengaruhi sikap, perasaan, cara berfikir
bahkan kecerdasan mereka.
Jika cara mendidik di rumah baik maka di sekolah anak itu menjadi baik pula, tapi
sebaliknya jika di rumah terlalu lebih banyak santai, bermain, dimanjakan, dan peraturan di
sekolah berbeda maka anak itu menjadi pemberontak, nakal, kurang sopan, dan malas.
Agar keluarga memberikan pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan anak.
Karena keluarga adalah tempat menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Memberikan
pemahaman kepada orang tua agar lebih baik cara mendidik anak dengan membuatnya
merasa senang, merasa diperhatikan, tidak dibatasi kebebasannya dalam hal yang positif
sehingga tidak terpengaruh oleh prestasinya.
Anak prasekolah belajar cara berinteraksi dengan orang lain dengan mencontoh, berbagi
dan menjadi teman baik. Mereka juga mempelajari sikap, nilai, prefensi pribadi dan beberapa
kebiasaan dengan mengikuti contoh, termasuk cara mengenali dan menangani emosi mereka.
Anak prasekolah belajar banyak dari perilaku orang-orang disekitar mereka. Keluarga adalah
kelompok sosial pertama dengan siapa anak diidentifikasikan, anak lebih banyak
menghabiskan waktunya dengan kelompok keluarga daripada dengan kelompok sosial
lainnya. Anggota keluarga merupakan orang yang paling berarti dalam kehidupan anak.
Permasalahan ekonomi dalam keluarga merupakan masalah yang sering dihadapi. Tanpa
disadari bahwa permasalahan ekonomi dalam keluarga akan berdampak pada anak. Orang tua
terkadang melampiaskan kekesalan dalam menghadapi permasalahan pada anak. Anak usia
prasekolah yang belum mengerti tentang masalah perekonomian dalam keluarga hanya akan
menjadi korban dari orang tua.
Dalam pola asuh yang diberikan oleh orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah
keatas dan orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah kebawah berbeda. Orang tua

yang tingkat perekonominnya menengah keatas dalam pengasuhannya biasanya orang tua
memanjakan anaknya. Apapun yang diinginkan oleh anak akan dipenuhi orang tua. Segala
kebutuhan anak dapat terpenuhi dengan kekayaan yang dimiliki orang tua. Pengasuhan anak
sebagian besar hanya sebatas dengan materi. Perhatian dan kasih sayang orang tua
diwujudkan dalam materi atau pemenuhan kebutuhan anak.
Anak yang terbiasa dengan pola asuh yang demikian, maka akan membentuk suatu
kepribadian yang manja, serba menilai sesuatu dengan materi dan tidak menutup
kemungkinan anak akan sombong dengan kekayaan yang dimiliki orang tua serta kurang
menghormati orang yang lebih rendah darinya.
Sedangkan pada orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah kebawah dalam cara
pengasuhannya memang kurang dapat memenuhi kebutuhan anak yang bersifat materi. Orang
tua hanya dapat memenuhi kebutuhan anak yang benar-benar penting bagi anak. Perhatian
dan kasih sayang orang tualah yang dapat diberikan.
Anak yang hidup dalam perekonomian menengah kebawah terbiasa hidup dengan segala
kekurangan yang dialami keluarga. Sehingga akan terbentuk kepribadian anak yang mandiri,
mampu menyelesaikan permasalahan dan tidak mudah stres dalam menghadapi suatu
permasalahan.dan anak dapat menghargai usaha orang lain.
Pada kenyataannya terdapat juga anak yang minder dengan keadaan ekonomi orang tua
yang kurang. Oleh karena itu, peran orang tua dalam hal ini sangat penting. Orang tua harus
menyeimbangkan dengan pendidikan agama pada anak. Sehingga anak mampu mensyukuri
segala yang telah diberikan oleh sang Pencipta.
2. RUMUSAN MASALAH
2.1 bagaimanakah pengaruh pola asuh terhadap perilaku anak ?
2.2 bagaimanakah pemahaman pola asuh yang mempengaruhi prestasi siswa ?
3.TUJUAN
3.1 memberikan pemahaman mengenai pola asuh yang mempengaruhi perilaku anak.
3.2 memberikan pemahaman pola asuh yang mempengaruhi prestasi siswa.

BAB 2
PEMBAHASAN
3.1 PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PERILAKU ANAK
Orang tua memiliki cara tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan
pola tersebut tentu akan berbeda anatara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Pola
asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dalam berinteraksi,
berkomunikasi, selama mengadakan pengasuhan.
Dalam kegiatan memberikan pengasuhan ini, orang tua akan memberikan perhatian,
peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman, serta tanggapan terhadap keinginan anaknya. Sikap
dan perilaku, kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang
kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar akan diresapi kemudian menjadi kebiasaan
pula bagi anaknya

Menurut Baumrind (1967), pola asuh orang tua dikelompokan menjadi 4 macam,
yaitu :
1.
Pola asuh secara demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan
anak, akan tetapi tidak rag-ragu untuk mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh
ini bersifat rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio dan pemikiran-pemikiran.
Orang tua seperti ini juga bersifat terhadap kemampuan anak, tidak berharap melebihi batas
kemampuan sang anak. Orang tua tipe ini jugamemberikan kebebasan kepada anak-anaknya
dalam hal memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat
hangat.
2.
Pola asuh otoriter adalah kebalikan dari pola asuh demokratis, yaitu cenderung
menetapkan standar yang mutlak harus dituruti. Biasanya dibarengi dengan ancamanancaman. Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini
juga cenderung memaksa, memerintah dan menghukum apabila sang anak tidak mau
melakukan apa yang di inginkan oleh orang tua. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal
kompromi, dan dalam berkomunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak
memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti dan mengenal anaknya.
3.
Pola asuh permisif atau pemanja biasany memberikan pengawasan yang sangat
longgar, memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan
yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila
anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikait bimbingan yang diberikan oleh mereka.
Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat sehingga serimhkali disukai anak.
4.
Pola asuh penelantar pola asuh yang terakhir ini pada umumnya memberikan waktu
dan biaya yang sangat minim pada anak-anakny, waktu mereka banyak digunakan untuk
keperluan pribadi mereka seperti bekerja. Dan kadangkala mereka terlalu menghemat biaya
untuk anak-anak mereka. Seorang ibu yang depresi termasuk dalam kategori ini, mereka
cenderung menelantarkan anak-anak mereka secara fisik dan psikis. Ibu yang depresi pada
umumnya tidak mau memberikan perhatian fisik dan psikis pada anak-anaknya.
Sikap, kebiasaan dan pola perilaku yang dibentuk selama tahuntahun pertama, sangat
menentukan seberapa jauh individu-individu berhasil menyesuaikan diri dalam kehidupan
ketika mereka bertambah tua. Kenyataan tersebut menyiratkan betapa pentingnya dasar-dasar
yang diberikan orang tua pada anaknya pada masa kanak-kanak. Karena dasardasar inilah
yang akan membentuk kepribadian yang dibawa sampai masa tua.
Tidak dapat dipungkiri kesempatan pertama bagi anak untuk mengenal dunia
sosialnya adalah dalam keluarga. Didalam keluarga untuk pertama kalinya anak mengenal
aturan tentang apa yang baik dan tidak baik. Oleh karena itu, orang tua harus bisa
memberikan pendidikan dasar yang baik kepada anak-anaknya agar nantinya bisa
berkembang dengan baik.
Kenyataan yang terjadi pada masa sekarang adalah berkurangnya perhatian orang tua
terhadap anaknya karena keduanya sama-sama bekerja. Hal tersebut mengakibatkan
terbatasnya interaksi orang tua dengan anaknya. Keadaan ini biasanya terjadi pada keluargakeluarga muda yang semuanya bekerja.

Anak-anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua karena
keduanya sama-sama sibuk dengan pekerjaannya masingmasing. Sedangkan anak pada usia
ini sangat mambutuhkan perhatian lebih dari orang tua terutama untuk perkembangan
kepribadian. Anak yang ditinggal orang tuanya dan hanya tinggal dengan seorang pengasuh
yang dibayar orang tua untuk menjaga dan mengasuh, belum tentu anak mendapatkan
pengasuhan yang baik sesuai perkembangannya dari seorang pengasuh.
Anak yang ditinggal kedua orang tuanya bekerja cenderung bersifat manja. Biasanya
orang tua akan merasa bersalah terhadap anak karena telah meninggalkan anak seharian.
Sehingga orang tua akan menuruti semua permintaan anak untuk menebus kesalahanya
tersebut tanpa berfikir lebih lanjut permintaan anak baik atau tidak untuk perkembangan
kepribadiaan anak selanjutnya. Kurangnya perhatiaan dari orang tua akan mengakibatkan
anak mencari perhatian dari luar, baik dilingkungan sekolah dengan teman sebaya ataupun
dengan orang tua pada saat mereka di rumah. Anak suka mengganggu temannya ketika
bermain, membuat keributan di rumah dan melakukan hal-hal yang terkadang membuat kesal
orang lain. Semua perlakuan anak tersebut dilakukan hanya untuk menarik perhatian orang
lain karena kurangnya perhatian dari orangtua.
Sedangkan orang tua yang tidak bekerja di luar rumah akan lebih fokus pada
pengasuhan anak dan pekerjaan rumah lainnya. Anak sepenuhnya mendapatkan kasih sayang
dan perhatian dari orang tua. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan anak menjadi kurang
mandiri, karena terbiasa dengan orang tua. Segala yang dilakukan anak selalu dengan
pangawasan orang tua. Oleh karena itu, orang tua yang tidak bekerja sebaiknya juga tidak
terlalu over protektif. Sehingga anak mampu untuk bersikap mandiri.
Latar belakang pendidikan orang tua mempunyai pengaruh yang besar terhadap
pembentukan kepribadian anak. Orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang
tingi akan lebih memperhatikan segala perubahan dan setiap perkembangan yang
terjadi pada anaknya. Orang tua yang berpendidikan tinggi umumnya mengetahui
bagaimana tingkat perkembangan anak dan bagaimana pengasuhan orang tua yang baik
sesuai dengan perkembangan anak khususnya untuk pembentukan kepribadian yang baik bagi
anak. Orang tua yang berpendidikan tinggi umumnya dapat mengajarkan sopan santun
kepada orang lain, baik dalam berbicara ataupun dalam hal lain.
Berbeda dengan orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang rendah.
Dalam pengasuhan anak umumnya orang tua kurang memperhatikan tingkat perkembangan
anak. Hal ini dikarenakan orang tua yang masih awam dan tidak mengetahui tingkat
perkembangan anak. Bagaimana anaknya berkembang dan dalam tahap apa anak pada saat
itu. Orang tua biasanya mengasuh anak dengan gaya dan cara mereka sendiri. Apa yang
menurut mereka baik untuk anaknya. Anak dengan pola asuh orang tua yang seperti ini akan
membentuk suatu kepribadian yang kurang baik.
3.2 PEMAHAMAN POLA ASUH YANG MEMPENGARUHI PRESTASI
SISWA
Prestasi belajar adalah dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil
evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Sikap
orang tua akan memberikan rasa percaya diri anak terhadap kemampuannya dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan berdiskusi memberikan ruang bagi
orang tua untuk memberikan penjelasaan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk
bagi anak, dan anak pun memahami sikap dan alasan orang tua terhadap mereka. Sehingga

hal ini akan memberikan kepercayaan anak terhadap orang tua bahwa mereka mendukung
sepenuhnya aktivitas mereka dan harapan akan menjadi orang berhasil dan bermanfaat akan
tercapai.
Cara mengasuh dan mendidik anak di rumah sangat berpengaruh pada prestasi
siswa di sekolah. Orang tua juga sangat berperan dalam pembentukkan psikologis anak.
Bagaimana cara mereka mengarahkan agar perkembangan kejiwaan anak mampu tertata
dengan baik. Secara tidak langsung, bimbingan kepada mereka akan menjadi mudah.

Dari pengertian di atas jelaslah bahwa keluarga merupakan lingkungan yang pertama
dan utama. Maka dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah salah satu faktor yang paling
dominan dalam meningkatkan prestasi belajar anak. Di sini terdapat bentuk atau pola asuh
orang tua mendidik anaknya, yaitu dengan bentuk pola asuh orang tua demokratis yang mana
anak dididik dengan halus, diberikan kebebasan dalam belajar sehingga anak mampu
menyalurkan aspirasi dan keinginannya dalam dunia pendidikan.
Selanjutnya yaitu dengan pola asuh orang tua otoriter yang mana anak harus sesuai
dan menurut kehendak dari orang tua dalam hal belajar dan masalah pendidikan, untuk yang
selanjutnya yaitu pola asuh orang tua laissez faire yaitu di antara dua pengertian tersebut
dalam arti orang tua tidak terlalu mengekang. Pola ini juga sering disebut sebagai praktek
demokrasi yang salah. Orang tua hanya bersikap pasif dan masing-masing memiliki dampak,
baik positif maupun negatif dan harus kita akui orang tua memang sangat berpengaruh
terhadap pendidikan anak dan ini merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan prestasi
belajar anak.
Dari 10 responden yaitu siswa dengan ranking 5 besar di sekolah
usia antara 14 sampai dengan 17 tahun , yang kami beri questionnaire
maka diperoleh kesimpulan bahwa 100 % mereka memahami peranan
orang tua ideal dan 90 % menyatakan bahwa orang tua mereka
merupakan sosok orang tua yang ideal buat mereka karena bagi mereka
orang tua adalah yang memberikan kasih sayang, mendidik,
mengarahkan dan membimbing mereka menjadi anak yang lebih baik dan
bermanfaat. Penanaman sikap disiplin, menerima apa adanya,
memberikan motivasi berprestasi serta aspek spiritual kepada anak diakui
merupakan dasar pembentukan karakter anak berprestasi. Aspek psikis
dan spiritual pada anak yang dihasilkan oleh orang tua dengan pola asuh
otoritatif sangat menunjang secara signifikan prestasi anak. Responden
menyatakan 100 % orang tua mereka menanamkan sikap sikap seperti
tersebut diatas dan mereka juga memahami alasan sikap orang tua
menanamkan perilaku tersebut kepada mereka.
Kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan di luar sekolah yang mereka
ikuti dan mendapatkan prestasi selain kegiatan akademik mereka, dari 10
responden menyatakan 50 % mereka mengikuti dan berprestasi dan 50 %
mereka tidak mengikuti dengan alasan di sekolah tidak terdapat
ekstrakurikuler. Penghargaan terhadap prestasi anak juga dilakukan oleh
orang tua dengan pola asuh otoritatif walaupun hanya dengan ucapan
selamat atas prestasi yang mereka peroleh. Sikap orang tua tersebut akan
memberikan efek psikologis bahwa mereka merasa dihargai eksistensinya
dan menjadikan mereka lebih termotivasi untuk berprestasi lebih baik lagi.

Ketika anak mempunyai masalah dengan sekolah, hubungan


dengan seseorang dan lingkungannya, responden menyatakan 40 %
mereka lebih suka/nyaman membicarakannya dengan orang tua karena
orang tua lebih bisa menyimpan rahasia pribadi dan memberikan solusi,
nasehat untuk membantu menyelesaikan masalah. Sedangkan 60 %
mereka lebih suka curhat dengan temannya dengan alasan karena teman
atau sahabat mereka menjadi tempat berbagi cerita dan menjadi
kepercayaan mereka. Orang tua dengan pola asuh otoritatif bersikap
responsif terhadap kebutuhan anak dan mendorong anak untuk
menyatakan pendapat atau pertanyaan.

BAB 3
PENUTUP
1. KESIMPULAN DAN SARAN
Keluarga merupakan lingkungan sekaligus wadah yang pertama dan utama yang
memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kerakter sekaligus prestasi anak. Hal
ini meliputi upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam mengajarkan aturan main yang
berlaku dalam kehidupan di dunia maupun di dalam kehiduoan bermasyarakat melalui polapola interaksi yang berlangsung antara orangtua dengan anak atau yang lebih dikenal dengan
pola asuh. Pola asuh yang berbeda antara orangtua masing-masing anak akan berprngaruh
pada hasil karakter yang terbentuk dalam diri anak yang bersangkutan. Ada yang berdampak
positif dan juga negatif tergantung pola mana yang dipilih orangtua tersebut. Setelah
didasarkan dengan penelitian yang ada pola sauh demokratis lebih berdampak positif di
banding pola asuh yang lain.
Sebagai saran yang ingin saya sampaikan mungkin dalam mendidik anak orang tua
dapat melakukan hal-hal berikut sebagai pertimbangan, yaitu antara lain :
1.

Harus disertai kasih sayang

2.

Tanamkan disiplin yang membangun

3.

Luangkan waktu kebersamaan dengan keluarga

4.

Ajarkan salah benar

5.

Kembangkan sikap saling menghargai

6.

Perhatikan dan dengarkan pendapat anak

7.

Membantu mengatasi masalah

8.

Melatih anak mengenal diri sendiri dan lingkungnan

9.

Mengembangkan kemandirian

10.

Memahami keterbatasan pada anak

11.

Menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.

2.

DAFTAR PUSTAKA

http://gurutrenggalek.blogspot.com/2010/08/pengaruh-pola-asuh-orangtua-terhadap.html
http://ary-education.blogspot.com/2009/03/karya-ilmiah-pengaruh-polaasuh-orang.html
http://www.slideshare.net/rismawijayanti/pengaruh-pola-asuh-orang-tuaterhadap-pembentukan-kepribadian-anak
http://dewijetplane.wordpress.com/2009/12/22/pola-pendidikan-keluargaterhadap-prestasi-belajar-anak/

.Latar Belakang
Salah satu masalah orang tua yang sudah bekerja adalah menentukan pola asuh bayi, balita,
atau anak usia dini dengan perasaan aman dan nyaman. Karena kesalahan pola asuh anak usia
dini, orang tua menjadi menyesal seumur hidup. Sekarang ini, orang tua berkeinginan untuk
sukses mengasuh anak, tetapi juga sukses berkarir. Untuk menentukan pola asuh anak usia
dini, orang tua harus mampu mengukur kemampuan diri. Setiap orang tua pasti ingin
mengasuh anak-anaknya dengan baik. Ketika bekerja, anak harus dengan siapa apakah
bersama pembantu, kakek, nenek, tetangga, dititipkan ditempat penitipan anak atau griya
asuh bayi dan balita. Semua itu memiliki konsekuensi dengan segala resikonya. Dalam
realitas seperti ini, orang tua harus mampu mengukur kemampuan diri, tenaga, pikiran, dan
kemampuan ekonomi. Hanya saja, orang tua merupakan pola asuh anak, tidak berfikir
pentingnya keamanan, kenyamanan, pengaruh sosial, dan lingkungan anak. Kerena orang tua
lengah dan tidak waspada, anak banyak yang dijahili, bahkan sampai terjadi tindak kekerasan
seksual. Mereka yang ada disekeliling kita yang selama ini dianggap baik, menyayangi, dan
melindungi ternyata melukai, jika sudah demikian, orang tua hanya bisa menyesalseumur
hidup.
Dalam membentuk perilaku anak memiliki dampak secara psikologis dan sosial bagi anak
serta berbentuk perilaku. Kalau perilaku itu baik dan bijak, maka orang tua menerima dengan
senang hati dan gembira. Sebaliknya kalau perilaku itu buruk, maka yang rugi orang tua dan
anak akan tumbuh tidak semestinya. Orang tua harus bisa mengukur kemampuan diri,
waspada, dan berhati-hati dalam menentukan pola asuh anak. Pada akhirnya, pola asuh sangat
menentukan pertumbuhan anak, baik menyangkut potensi psikomotorik, sosial, maupun
afektif yang sesuai dengan perkembangan anak. Dalam mengasuh anak, lingkungan harus
mempermudah pertumbuhan, perkembangan bayi dan balita untuk dapat bermain, serta
belajar bersama-sama. Rekomendasi ini harus selalu tergiang-giang pada orang tua. Oleh
karena itu, ketika orang tua memutuskan anak untuk dititipkan pada lembaga pengasuhan dan
penitipan anak, maka lembaga tersebut hendaknya mampu menentukan pola asuh anak yang
nyaman dan aman.

b. Rumusan Masalah
1. Pengertian pola asuh orang tua terhadap mendidik anak usia dini ?
2. Pengertian sajakah maca,-macam pola asuh orang tua dalam mendidik anak usia
dini ?
3. Apakah faktor-faktor pendorong orang tua terhadap mendidik anak usia dini ?

BAB II
PEMBAHASAN
1. A.

Pengertian

1. Pengertian bimbingan orang tua dalam mendidik anak.


Bimbingan atau guidance adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang
( pembimbing ) kepada individu atau sekelompok individu.
1. Pengertian bimbingan menurut para ahli.
Chrisholm, bimbingan adalah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya
individu itu dapat mengenal serta memecahkan masalah yang dihadapi di dalam
kehidupannya.

1. Stikes dan Dorcy, bimbingan adalah suatu proses untuk menolong individu dan
kelompok supaya individu itu dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalahnya.
2. Stoops, bimbingan adalah suatu proses yang terus- menerus untuk membantu
perkembangan individu dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara
maksimal untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya
maupun masyarakat.
3. Bimo Walgito, bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu-individu
dalam mengatasi kesulitan di daalam hidupnya untuk mengembangkan
kemampuannya agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mengadakan
penyesuaian dengan baik untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.
4. Hal-hal yang perlu mendapat bimbingan orang tua.
Pertama,membantu anak-anak memahami posisi dan peranannya
masing-masing sesuai dengan jenis kelaminya, agar mampu saling menghorangi dan saling
tolong-menolong dalam melaksanakan perbuatan yang baik dan diridhai Allah.
Dua, membantu anak-anak mengenal dan memahami nilai-nilai yang mengatur kehidupan
berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat, dam mampu melaksanakannya untuk memperoleh
ridhai Allah.
Tiga, mendorong anak-anak untuk mencari ilmu dunia dan ilmu agama, agar mampu
merealisasikan dirinya sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat yang beriman.
Empat, membantu anak-anak memasuki kehidupan bermasyarakat setahap demi setahap
melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua dan orang dewasa lainnya, serta mampu
bertanggung jawab atas sikap dan perilakunya.
Lima, membantu dan memberi kesempatan serta mendorong anak-anak mengerjakan sendiri
dan berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan agama, d idalam keluarga dan masyarakat.

1. Pengertian pola asuh.


Pola asuh adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh oleh orang tua dalam mendidik
anak-anaknya sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada
anak-anaknya.

1. B.

Macam- Macam Pola Asuh

1. Macam-macam pola asuh menurut hurluck yang dikutip chabib thoha.

Dimana pola asuh tersebut terbagi menjadi 3 diantaranya yaitu :


1. Pola asuh otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan cara mengasuh anak-anaknya
dengan aturan-aturan yang ketat, sering kali memaksa untuk berperilaku seperti dirinya
( orang tua ), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi.
1. Pola asuh yang demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan pengakuan orang tua terhadap
kemampuan anak-anaknya, dan kemudian anak diberi kesempatan untuk tidak selalu
tergantung kepada orang tua.
1. Pola asuh laisses fire

Pola asuh laisses fire adalah pola asuh dengan cara orang tua mendidik anak secara bebas,
anak dianggap orang dewasa atau muda, ia diberi kelonggaran seluas-luasnya apa saja yang
dikehendaki.

1. C.

Faktor-faktor pendorong pola orang tua.dalam mendidik anak usia dini

Dimana faktor tersebut terbagi menjadi 3 diantaranya yaitu :

1. Faktor pendidikan
Pendidikan yang baik merupakan wahana untuk membangun sumber daya manusia ( human
resource ), dan sumber daya manusia itu terbukti menjadi faktor determinan bagi
keberhasilan bagi pembangunan dan kemajuan suatu bangsa.
1. Faktor keagamaan
Dalam rangka mencapai keselamatan anak usia dini, agama memegang peranan penting.
Maka orang tua yang mempunyai dasar agama kuat, akan kaya berbagai cara untuk
melaksanakan upaya terbaik baik psikis maupun fisik terhadap anak.
1. Faktor lingkungan
Lingkungan juga faktor yang sangat kuat mempengaruhi upaya orang tua secara psikis dan
fisik terhadap anak usia dini. Pengaruh lingkungan ada yang baik dan ada yang buruk.

Ketiga faktor tersebut seperti pendidikan keagamaan dan lingkungan merupakan faktor yang
melatarbelakangi adanya upaya spiritual
( psikis ) dan fisik yang dilaksanakan oleh orang tua dalam rangka memperoleh generasi yang
unggul. Jadi tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap upaya secara psikis dan fisik
baik yang menafaskan agama maupun tradisi.

BAB III
PENUTUP

1. A.

Kesimpulan

Pola asuh orang tua sangat berperan bagi anak usia dini, dimana orang tua mendidik anaknya
dengan sangat baik, orang tua mendidik anaknya terutama dari lingkungan keluarga, dalam
pola asuh orang tua dalam memberikan pelajaran yang mengenali dirinya dalam keluarga
sangat berperan bagi anak tersebut, dalam diri anak untuk mengenal lingkungan keluarga
yang membentuk karakter anak pertama kali. Pola asuh orang tua juga membantu anak untuk
mengetahui posisi dani peranannya sesuai dengan jenis kelamin dalam lingkungan keluarga,
masyarakat, dan bangsa. Pola asuh orang tua membantu anak mengenal nilai-nilai atau aturan
yang ada agar anak mematuhi aturan tersebut dan anak bisa diterima oleh lingkungannya.
Pola asuh mendorong anak untuk memperoleh ilmu dunia dan ilmu akhirat yang bermanfaat
bagi hidupnya. Orang tua juga perlu mengawasi pergaulan anak dengan teman maupun
lingkungannya, Karena dalam lingkungan ada pengaruh yang baik dan yang buruk. Orang tua
juga perlu memberikan kasih sayang yang cukup bagi anak agar anak tidak merasa kesepian
dan sendirian, serta pola asuh yang diberikan sebaiknya sesuai dengan kemampuan anak agar
anak tersebut tidak merasa terpaksa dengan pola asuh tersebut. Oleh sebab itu pola asuh
orang tua memiliki peranan penting dalam mendidik anak usia dini. Dimana pola asuh terbagi
menjadi beberapa macam seperti: pola asuh permisif, pola asuh otoriter, dan pola asuh

demokratis. Kemudian pola asuh tersebut juga ada faktor pendorong seperti : faktor
pendidikan.faktor lingkungan, dan faktor keagamaan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hasan, maemunah.2009. Pendidikan Anak Usia dini. Yogyakarta: Diva Press


2. Mansur.2009.Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Pola Asuh Pendidikan Anak Usia Dini


Pola asuh berkaitan erat dengan hubungan antara orang tua dan anak dalam proses
pendidikan anak. Pola asuh ini nantinya akan mempengaruhi perkembangan anak. Secara
garis besar ada 3 macam pola asuh, yaitu:
Pola asuh Otoriter
Disini orang tua cenderung lebih banyak memerintah dan melarang anak. Anak tidak boleh
begini, tidak boleh begitu. Anak harus melakukan ini dan itu sesuai perintah orang tua, tanpa
memperhatikan keinginan anak. Pengaruhmya dalam perkembangan anak adalah:
1. anak menjadi tidak percaya diri, minder atau penakut
2. anak cenderung membenci figur "penguasa"
3. menghambat perkembangan kreativitas anak
Pola asuh Permisif
Kebalikan dari pola otoriter, disini orang tua cenderung membebaskan anak melakukan apa
saja tanpa kontrol. Pengaruh bagi perkembangan anak adalah:
1. anak menjadi manja dan cenderung egois
2. kurang memiliki kedisiplinan
Pola asuh Demokratis
Inti dari pola asuh ini adalah komunikasi atau musyawarah antara anak dan orang tua dalam
menentukan hal-hal yang berkaitan dengan anak. Jadi, anak bisa melakukan apa yang ia mau,
namun orang tua tetap berperan sebagai pengarah dan pengontrol. Pengaruhnya bagi
perkambangan anak adalah:
1. anak lebih percaya diri
2. ada kemungkinan besar untuk tumbuh menjadi anak yang ramah
3. mendukung perkembangan kreativitas

Anda mungkin juga menyukai