SEPSIS NEONATAL
DENGAN RIWAYAT HIPOGLIKEMIA
Oleh:
Rina Purnama Sari, S.Ked
I1A010086
Pembimbing:
dr. Pudji Andayani, Sp.A
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
5
13
18
37
49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Sepsis pada bayi baru lahir (BBL) atau yang biasa disebut sepsis
neonatal merupakan masalah yang belum dapat terpecahkan. Hampir sebagian
BBL yang dirawat di negara berkembang memiliki keterkaitan dengan sepsis.
Angka mortalitas BBL yang cukup tinggi, yaitu 42%, dapat disebabkan oleh
infeksi
saluran
pernapasan,
tetanus
neonatorum,
sepsis,
dan
infeksi
gastrointestinal. Sepsis neonatal memiliki case fatality rate yang cukup tinggi
terkait faktor risiko infeksi pada masa perinatal yang belum dapat dicegah secara
optimal.1
Angka kejadian sepsis neonatal di negara berkembang mencapai 1,818/1000 kelahiran.2 Bayi laki-laki lebih berisiko mengalami sepsis dibandingkan
bayi perempuan, insidensinya pun meningkat pada bayi kurang bulan (BKB) dan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).3 Belum ada data mengenai insidensi sepsis
neonatal di Indonesia. Laporan angka kejadian di rumah sakit menunjukkan angka
yang lebih tinggi pada rumah sakit rujukan. Data di RSCM menyatakan bahwa
angka kejadian sepsis neonatal mencapai 13,7% dengan angka kematian 14%.4
Salah satu indikator penting adanya stres dan penyakit pada bayi adalah
hipoglikemia. Hipoglikemia pada neonatus biasanya didefinisikan sebagai nilai
glukosa serum <45 mg/dl. Hipoglikemia yang tidak dapat ditangani dengan tepat
akan menyebabkan kerusakan syaraf permanen bahkan kematian.5 Hipoglikemia
dapat menjadi penyebab dasar pada kejang neonatus dan gejala neurologis lainnya
seperti apneu, letargi, dan jitteriness.6
Makalah ini bertujuan untuk membahas kasus sepsis neonatal dengan
riwayat hipoglikemia yang dialami seorang bayi laki-laki berumur 5 hari yang
dirawat di ruang bayi RSUD Ulin Banjarmasin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
SEPSIS NEONATAL
2.1.1
Definisi
Sepsis pada bayi baru lahir adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasif
dan ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah,
cairan sumsum tulang, atau air kemih. Keadaan sepsis neonatal sering ditemukan
pada BKB, BBLR, bayi dengan sindrom gangguan napas, dan bayi yang lahir dari
ibu yang berisiko. Sepsis berat adalah keadaan sepsis yang disertai disfungsi
organ kardiovaskular dan gangguan napas akut atau terdapat gangguan organ lain
yaitu neurologi, hematologi, urogenital, dan hepatologi.3
Dalam sepuluh tahun terakhir terdapat beberapa perkembangan baru
mengenai definisi sepsis. Salah satunya menurut The International Sepsis
Definition Conferences (ISDC,2001), sepsis adalah sindrom klinis dengan
adanya Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan infeksi. Sepsis
merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS, sepsis, sepsis
berat, renjatan/syok septik, disfungsi multiorgan, dan akhirnya kematian.8
2.1.2
Epidemiologi
Angka kejadian sepsis di negara yang sedang berkembang masih cukup
tinggi berkisar 1,8-18 per 1000 kelahiran, sedangkan di negara maju hanya 1-5
pasien per 1000 kelahiran.3 Insidensinya mencapai 13-27 per 1000 kelahiran
hidup pada bayi dengan berat <1500gram. Angka kematian 13-50%, terutama
pada bayi prematur (5-10 kali kejadian pada neonatus cukup bulan) dan neonatus
dengan penyakit berat dini.9 Angka kejadian sepsis neonatal di Indonesia belum
terdata. Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta
periode Januari-September 2005, angka kejadian sepsis neonatal sebesar 13,68%
dengan angka kematian sebesar 14,18%.4
2.1.3
intrapartum saat melalui jalan lahir selama proses persalinan, atau pascapartum
akibat sumber infeksi dari luar setelah lahir. Infeksi intrapartum dapat terjadi pada
saat melalui jalan lahir atau infeksi asendens bila terjadi partus lama dan
ketuban pecah dini yang paling sering menjadi penyebabnya adalah kelompok
virus
yaitu herpes
pola
kuman
penyebab sepsis antar negara berkembang telah diteliti oleh World Health
Organization Young Infants Study Group pada tahun 1999, didapatkan kuman
isolat yang tersering ditemukan pada kultur darah adalah Staphylococcus
Faktor
risiko sepsis pada neonatus terbagi menjadi 3, yaitu faktor maternal, faktor
neonatal, dan faktor lainnya.12 Faktor maternal dibedakan lagi menjadi faktor
mayor dan minor. Faktor mayor meliputi ruptur membran ibu yang lama > 18
jam, ibu dengan demam intrapartum > 38C, korioamnionitis, heart rate janin
> 160x/menit, dan ketuban berbau. Sedangkan faktor minor meliputi ruptur
membran ibu yang lama > 12 jam, ibu dengan demam intrapartum > 37,5C,
apgar skor rendah berat badan lahir sangat rendah (BBLR < 1500 gram), usia
gravida < 37 minggu, kehamilan ganda, keputihan pada ibu yang tidak
diobati, dan ibu ISK atau tersangka ISK yang tidak diobati.13
Faktor risiko dari neonatal antara lain prematuritas, berat lahir rendah,
asfiksia, resusitasi setelah persalinan, prosedur invasif, anomali kongenital, nutrisi
parenteral, dan rawat inap yang cukup lama di neonatal intensive care unit
(NICU). Sedangkan faktor lainnya meliputi jenis kelamin laki-laki, neonatus
berkulit hitam, dan berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah.12
2.1.4
Klasifikasi
Sepsis neonatal biasanya dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu sepsis
awitan dini (SAD) dan sepsis awitan lambat (SAL). Pada awitan dini, ditemukan
kelainan pada usia < 3 hari dan infeksi terjadi secara vertikal karena penyakit ibu
atau infeksi yang diderita ibu selama persalinan atau kelahiran. Sedangkan pada
awitan lambat terjadi infeksi dari kuman yag berasal dari lingkungan sekitar Bayi
Tetelah hari ke-3 kelahiran, disebut pula infeksi transmisi horisontal, termasuk
infeksi nosokomial.3
Di negara maju, kuman tersering yang ditemukan pada kasus SAD
adalah Streptokokus Grup B (>40% kasus), Escherichia coli, Haemophilus
influenza, dan Listeria monocytogenes, sedangkan di negara berkembang
termasuk
Indonesia,
mikroorganisme
penyebabnya
adalah
batang gram
negatif.14 Angka kejadian SAD berkisar 3,5 kasus per 1000 kelahiran hidup
dengan angka mortalitas sebesar 15-50%.15
Sepsis awitan lambat (SAL) merupakan infeksi postnatal (lebih dari 72
jam) yang diperoleh dari lingkungan sekitar atau rumah sakit (infeksi
nosokomial). Angka mortalitas SAL lebih rendah daripada SAD yaitu kira-kira
10-20%. Di negara maju, Coagulase-negatif Staphilococci (CONS) dan Candida
albicans merupakan penyebab utama SAL, sedangkan di negara berkembang
didominasi oleh mikroorganisme batang Gram negatif (E. coli, Klebsiella,
dan Pseudomonas aeruginosa).16
2.1.5
Patofisiologi
Sejak masa kehamilan sampai ketuban pecah, janin relatif terlindungi dari
flora normal
amnionitis dan infeksi sekunder pada janin. Bila ketuban pecah lebih dari 24
jam, bakteri vagina dapat bergerak naik dan pada beberapa kasus menyebabkan
infamasi pada membran janin, tali pusat, dan plasenta.17
Infeksi pada janin dapat disebabkan oleh aspirasi air ketuban yang
terinfeksi yang mengakibatkan neonatus lahir mati, persalinan kurang bulan,
atau sepsis neonatal. Infeksi pada ibu saat proses kelahiran terutama infeksi
genital adalah jalur utama transmisi maternal dan dapat berperan penting pada
kejadian infeksi neonatal. Infeksi hematogen transplasental selama atau segera
sebelum persalinan (termasuk saat pelepasan plasenta) dapat terjadi walaupun
infeksi lebih mungkin terjadi saat neonatus melewati jalan lahir. Saat bakteri
mencapai aliran darah, sistem monosit-makrofag dapat menyingkirkan organisme
tersebut secara efisien dengan opsonisasi oleh antibodi dan komplemen sehingga
bakteriemi hanya terjadi singkat. Bakteremia tergantung dari usia pasien, virulensi
dan jumlah bakteri dalam darah, status nutrisi dan imunologis, waktu dan asal
intervensi terapi.17
Perjalanan penyakit yang terjadi pada sepsis neonatus dapat dilihat di
Tabel 1.
Tabel 1. Manifestasi Klinis dan Tahapan Sepsis pada Neonatus
Bila ditemukan dua atau lebih keadaan:
Atau
dan desaturasi O2
Suhu
tubuh
>37.5C)
tidak
(FIRS)
stabil
(<36C
atau
Hitung
leukosit
<4000x109/L
atau
>34000x109/L
CRP >10mg/dl
SEPSIS
SEPSIS BERAT
SYOK
SEPTIK
SINDROM DISFUNGSI
MULTIORGAN
Usia Neonatus
Jumlah leukosit
menit
menit
X 103/mm3
>50
>34
Suhu
>38,5oC atau
0-7 hari
<36oC
10
>38,5oC atau
7-30 hari
>40
<36 C
Catatan: Definisi SIRS pada neonatus ditegakkan bila ditemukan 2 dari 4 kriteria
dalam tabel (salah satu di antaranya kelainan suhu atau leukosit)
Sumber: Goldstein B, Giroir B, Randolph A.Pediatr Crit Care Med 2005; 6(1): 2-8
2.1.6
Diagnosis
Manifestasi Klinis
Diagnosis dini sepsis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan terapi
diberikan tanpa menunggu hasil kultur. Tanda dan gejala sepsis neonatal tidak
spesifik dengan diagnosis banding yang sangat luas, termasuk gangguan napas,
penyakit metabolik, penyakit hematologik, penyakit susunan syaraf pusat,
penyakit jantung, dan proses penyakit infeksi lainnya (misalnya infeksi TORCH ).
Bayi yang diduga menderita sepsis bila terdapat gejala9 :
Letargi, iritabel
Tampak sakit
Kulit berubah warna keabu-abuan, gangguan perfusi, sianosis, pucat, kulit
bintik-bintik tidak rata, petekie, ruam, sklerema atau ikterik
Suhu tidak stabil demam atau hipotermi
Perubahan metabolik hipoglikemi atau hiperglikemi, asidosis metabolik
Gejala gangguan kardiopulmonal gangguan pernapasan (merintih, napas cuping
hidung,
11
retraksi, takipnu), apnu dalam 24 jam pertama atau tiba-tiba, takikardi, atau
hipotensi (biasanya timbul lambat)
Gejala gastrointestinal: toleransi minum yang buruk, muntah, diare, kembung
dengan atau tanpa adanya bowel loop.
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi berupa arah rutin, termasuk kadar hemoglobin, hematokrit,
leukosit, dan trombosit. Pada umumnya terdapat neutropeni PMN <1800/l,
trombositopeni <150.000/l (spesifisitas tinggi, sensitivitas rendah), neutrofil
muda meningkat >1500/l, rasio neutrofil imatur : total >0,2. Adanya reaktan fase
akut yaitu CRP (konsentrasi tertinggi dilaporkan pada infeksi bakteri, kenaikan
sedang didapatkan pada kondisi infeksi kronik), LED, GCSF (granulocyte colony
stimulating factor), sitokin IL-1, IL-6 dan TNF (tumour necrosis factor).9
Biakan darah atau cairan tubuh lainnya (cairan serebrospinalis) serta uji
resistensi, pelaksanaan pungsi lumbal masih kontroversi, dianjurkan dilakukan
pada bayi yang menderita kejang, kesadaran menurun, klinis sakit tampak makin
berat dan kultur darah positip. Apabila ada indikasi, dapat dilakukan biakan tinja
dan urin. Dapat pula dilakukan pemeriksaan apusan Gram dari bahan darah
maupun cairan liquor, urin, serta pemeriksaan bilirubin, gula darah, dan elektrolit
(natrium, kalium).9
2.1.7
Tatalaksana
Eliminasi kuman merupakan piliha utama dalam tatalaksana sepsis pada
12
antibiotik secara empiris dapat dilakukan secara cepat selama menunggu hasil
kultur untuk menghambat laju perjalanan penyakit, ditentukan dari pola kuman
dan pola resistensi kuman di tempat tersebut. Pemberian antibiotik kombinasi
dilakukan untuk memperluas cakupan miktoorganisme yang mungkin menyerang
pasien, diupayakan agar kombinasi tersebut sensitif terhadap bakteri Gram positif
dan
negatif.
Antibiotik
yang
sering
digunakan
ialah
golongan
2.2
HIPOGLIKEMIA
2.2.1
Definisi
Hipoglikemia adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukosa darah serum
13
yang cukup serius pada neonatus karena dapat menimbulkan kejang yang
berujung dengan hipoksia otak hingga kerusakan sistem saraf pusat, bahkan
kematian.18
2.2.2
Epidemiologi
Frekuensi hipoglikemia pada bayi/anak belum diketahui pasti. Di
intermiten setiap
berdasarkan observasi bahwa penderita hipoglikemia berjumlah 2-3 per 1000 anak
yang masuk rumah sakit, sedangkan anak yang dirawat berjumlah 80.000
pertahun.19
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada neonatus yang lahir pada kurang
dari 37 minggu dan lebih dari 40 minggu usia kehamilan, dengan tingkat kejadian
2,4% pada neonatus lahir pada 37 minggu usia kehamilan, 0,7% pada neonatus
lahir pada 38-40 minggu dari usia kehamilan. Selain itu, 1,6% dan 1,8% pada
neonatus yang lahir pada usia kehamilan 41 dan 42 minggu.20
.
2.2.3
pada
neonatus
dapat
disebabkan
oleh
keadaan
14
dapat pula disebabkan oleh penurunan produksi dan penyimpanan glikogen serta
lemak.5
Bayi yang beresiko terkena hipoglikemia antara lain bayi dari ibu diabetes
(IDM), bayi yang besar untuk masa kehamilan (BMK), bayi yang kecil untuk
masa kehamilan (KMK), bayi prematur dan lewat bulan, bayi sakit atau stress
(RDS, hipotermia), bayi yang puasa, bayi dengan polisitemia, bayi dengan
eritroblastosis, serta obat-obatan yang dikonsumsi ibu, misalnya sterorid, betasimpatomimetik dan beta blocker.18
2.2.4
Patofisiologi
Glukosa mempunyai peran penting dalam metabolisme otak. Transportasi
glukosa di otak difasilitasi oleh proses difusi yang sangat bergantung kepada
konsentrasi glukosa dalam darah.21,22 Selama dalam kandungan, janin sangat
bergantung pada kadar glukosa ibu yang ditransfer melalui plasenta. Setelah lahir,
bayi harus menjaga kadar glukosa dalam darahnya dengan memproduksi dan
mengatur suplai glukosa sendiri. Sistem homeostasis glukosa tergantung pada
keseimbangan antara keluaran glukosa hepatik dengan penggunaan glukosa
perifer. Keluaran glukosa hepatik berhubungan dengan fungsi glikogenolisis dan
glukoneogenesis yang dipengaruhi faktor hormonal, serta perubahan metabolik
selama bayi dalam kandungan dan setelah lahir. Keseimbangan produksi dan
penggunaan glukosa harus dijaga agar tidak terjadi hipoglikemia atau
hiperglikemia karena kedua keadaan ini akan berpengaruh buruk terhadap bayi
terutama untuk metabolisme otak. Kadar glukosa harus dipertahankan antara 75-
15
100 mg/dL sebagai substrat yang adekuat bagi otak. Kadar yang rendah akan
menyebabkan eksitotoksik asam amino sehingga akan memperluas infark.23
Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah.
Selain itu, pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin
sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur
plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih
tinggi sehingga terjadi hipoglikemi. Setiap stress yang terjadi mengurangi
cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa,
misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan.24
2.2.5
Diagnosis
Manifestasi Klinis
Hipoglikemia sering asimptomatis dan sering menyerupai gejala dan tanda
dari banyak masalah lain pada neonatus. Gejala yang sering terlihat antara lain:18
tremor (jitteriness)
bayi lemah, apatis, letargi, berkeringat dingin
sianosis
kejang
apnea atau napas lambat dan tidak teratur
tangis melengking atau lemah merintih
hipotoni
sulit minum atau menyusu
nistagmus gerakan involunter pada mata
Pemeriksaan Laboratorium
16
2.2.6
Tatalaksana
Bayi dengan hipoglikemia harus segera diberikan 200 mg/kgBB glukosa
atau 2 cc/kgBB dektrosa 10% selama 5 menit, diulangi sesuai dengan kebutuhan.
Larutan glukosa konsentrat seperti glukosa 40% tidak dianjurkan karena dapat
meningkatkan tekanan osmotik dan hiperinsulinisme. Infus berkesinambungan
dengan glukosa 10% kecepatan 6-8 mg/kg/menit harus diberikan dengan
pemantauan glukosa di tempat tidur.5
17
BAB III
LAPORAN KASUS
I.
Identitas
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Anak ke Nama Ayah
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
: By. T
: Laki-laki
: 5 hari
:4
: Tn. SR
: 43 tahun
: Karyawan swasta
: S1
Nama Ibu
Umur
Pendidikan
Agama
Suku
Bangsa
Alamat
Pekerjaan
II.
: Ny. S
: 34 tahun
: D3
: Islam
: Dayak
: Indonesia
: Jl. Nusa Indah,
Kapuas
: PNS
01Febr2uai031F4eb2r6uai0142
18
Nilai Finnstrom =
19
20
Nilai
(06-02-14)
Rujukan
44
<200
mg/dl
Bilirubin Total
17.20
0.20-1.20
mg/dl
Bilirubin. Direk
2.23
0.00-0.40
mg/dl
Bilirubin Indirek
14.97
0.20-0.60
mg/dl
Natrium
145.6
135-146
mmol/l
Kalium
5.1
3.4-5.4
mmol/l
Pemeriksaan
Glukosa Darah
Sewaktu
Satuan
21
Chlorida
110.6
95-100
mmol/l
CRP
Negatif
< 1.35
mg/l
Diagnosa Banding
I.
Diagnosa Sementara
I. Sepsis neonatal dengan riwayat hipoglikemia
II. Bayi cukup bulan
III. Sesuai masa kehamilan
IV. Bayi berat lahir cukup
Usulan/Saran
22
Terapi O2
ASI on demand
23
24
06-02-14
07-02-14
08-02-14
09-02-14
10-02-14
+
+
<
-
+
+
+
-
<
<
+
-
<
<
+
-
+
+
+
-
2
<
-
2
+
+
2
+
+
2
+
-
2
+
-
-/-
+/+
+/+
-/-
-/-
Susp.
Sepsis,
hipoglikemia
Susp.
Sepsis,
ikterik
Susp.
Sepsis,
ikterik
Susp.
Sepsis
Susp.
Sepsis,
trombosito
penia
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
25
0,9+Ca
gukonas+KCL
ASI on demand
Injeksi ampicilin 2 x
150 mg
Injeksi
gentamicin
1mg/36 jam
Injeksi fenobarbital
40 mg bolus (loading
dose)
Injeksi fenobarbital
2x7,5mg
(maintanance)
Rencana
Hasil pemeriksaan
penunjang
Latih ASI
LP
Fototerapi
Latih ASI
LP
Fototerapi
Latih ASI
LP
Fototerapi
Latih ASI
LP
Px DL
Px GDS
Elektrolit
Kultur
Px CRP
GDS dan
CRP
DL
Nilai
Hasil
(06-02-14)
Rujukan
44
<200
mg/dl
17.20
2.23
14.97
145.6
5.1
110.6
Negatif
0.20-1.20
0.00-0.40
0.20-0.60
135-146
3.4-5.4
95-100
< 1.35
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mmol/l
mmol/l
mmol/l
mg/l
Satuan
Hasil
(10-02-14)
Hemoglobin
Lekosit*
Eritrosit
14.8
12.3
4.30
Nilai
Rujukan
12-20
4.0-10.5
4.00-6.00
Satuan
g/dl
ribu/ul
juta/ul
26
Trombosit*
Hematokrit
RDW-CV
MCV
MCH
MCHC
Bilirubin Total*
Bilirubin. Direk*
Bilirubin Indirek*
87
42.1
15.2
98.1
34.4
35.1
14.47
2.00
14.27
150-450
42.00-52.00
11.5-14.7
80.0-97.0
27.0-32.0
32.0-38.0
0.20-1.20
0.00-0.40
0.20-0.60
ribu/ul
vol%
%
Fi
Pg
%
mg/dl
mg/dl
mg/dl
11-02-14
12-02-14
13-02-14
14-02-14
15-02-14
+
+
+
-
<
<
+
-
<
+
+
-
<
<
+
-
<
<
+
-
4
+
-
2
+
-
2
+
-
2
+
-
+
-/-
+
-/-
3
+
+
(kremer
III)
+
+/+
+
+/+
+
-/-
Suhu
x/mnt
39,5
39
38,5
38
37,5
37
36,5
36
35,5
35
Ikterik
Turgor cepat kembali
Mata : ikterik
Hidung : Pernapasan cuping
hidung
Mulut : Sianosis
Leher : Kaku kuduk
27
Toraks : Retraksi
Abdomen : supel
Ekstremitas : akral hangat
Assessment
Programs
Rawat inkubator
Terapi O2
IVFD D10%+NaCl 0,9+Ca
gukonas+KCL
ASI on demand
AF 2 gr-3 gr
Ivelip 2 gr-3 gr
Dopamin
PO: puasa
PO: urdafak
PO: vitamin ACE
PO: Erytromycin 3 x 1
Injeksi ceftazidine 2 x 150 mg
Injeksi vancomycin 2 x 30 mg
Injeksi sibital 2 x 5 mg
Injeksi ranitidin 3 x 3 mg
Injeksi amikasin 3 x 22 mg
Vitamin K 1 x 1 mg
Omeprazol 1 x 2 mg
Rencana
+
+
+
+
Sepsis
neonatal,
Trombositopenia
Sepsis
neonatal,
Trombositopenia
+
+
+
(6cm H2O
(7cm H2O
FiO2
FiO2 21%)
21%)
+
+
(7,5
(9cc/jam)
cc/jam)
+
+
(6,25
(5 cc/jam)
cc/jam)
+
+
(1,25
(1,25
cc/jam)
cc/jam)
+
+
+
+
(3x5)
(3x5)
+
(1x1)
+
+
(H. II)
(H. III)
+
+
+
(H. I)
+
+
Foto
thoraks,
USG
+
+
+
(H. II)
+
+
Foto
thoraks,
USG
+
+
Sepsis
neonatal,
Ikterik
neonatus,
Trombositopenia
+
+
(6cm H2O
FiO2
21%)
+
(10,3
cc/jam)
+
(7,5
cc/jam)
+
(2,18
cc/jam)
+
(3x1)
+
(3x1)
+
(H. IV)
+
+
+
(H. III)
+
+
Foto
thoraks,
USG
+
+
+
+
Sepsis
neonatal
Sepsis
neonatal
+
+
(6cm
H2O FiO2
21%)
+
(11,5
cc/jam)
+
(7,5
cc/jam)
+
(2,18
cc/jam)
+
(3x1)
+
(1x1)
+
+
+
(6cm
H2O FiO2
21%)
+
(9,9
cc/jam)
+
(7,5
cc/jam)
+
(2,18
cc/jam)
-
+
(H. I)
+
+
(H. IV)
+
+
Foto
thoraks,
USG
28
+
+
(H.II)
+
+
(H. V)
+
+
Foto
thoraks,
USG
kepala,
LP, Hasil
kultur
Hasil
kultur
kepala,
LP
Px darah
lengkap
kepala,
LP
Px darah
lengkap
kepala,
LP
kepala,
LP
Hasil
(11-02-14)
Nilai Rujukan
Satuan
111
17.9
24.4
5.48
33
51.7
16.9
94.4
32.6
34.6
3.8
15.00
140.8
5.2
108.0
<200
12-20
4.0-10.5
4.00-6.00
150-450
42.00-52.00
11.5-14.7
80.0-97.0
27.0-32.0
32.0-38.0
3.5-5.5
8.8-10.6
135-146
3.4-5.4
95-100
mg/dl
g/dl
ribu/ul
juta/ul
ribu/ul
vol%
%
Fi
Pg
%
g/dl
mg/dl
mmol/l
mmol/l
mmol/l
29
Hasil
(12-02-14)
Hemoglobin
Lekosit*
Eritrosit
Trombosit*
Hematokrit
RDW-CV
MCV
MCH
MCHC
PT
APTT
15.4
25.9
4.71
26
43.1
17.7
91.7
32.6
35.7
11.0
27.2
Nilai
Rujukan
12-20
4.0-10.5
4.00-6.00
150-450
42.00-52.00
11.5-14.7
80.0-97.0
27.0-32.0
32.0-38.0
9.9-13.5
22.2-37.0
Satuan
g/dl
ribu/ul
juta/ul
ribu/ul
vol%
%
Fi
Pg
%
Detik
Detik
30
Hasil
(13-02-14)
Hemoglobin
Lekosit*
Eritrosit
Trombosit*
Hematokrit
RDW-CV
MCV
MCH
MCHC
16.4
13.4
5.14
38
47.1
17.2
91.7
31.9
34.8
Nilai
Rujukan
12-20
4.0-10.5
4.00-6.00
150-450
42.00-52.00
11.5-14.7
80.0-97.0
27.0-32.0
32.0-38.0
Satuan
g/dl
ribu/ul
juta/ul
ribu/ul
vol%
%
Fi
Pg
%
31
16-02-14
17-0214
18-02-14
19-02-14
20-02-14
<
<
+
-
<
<
+
-
+
<
+
-
+
<
+
-
+
+
+
-
2
+
-
2
+
-
2
+
-
2
+
-
2
+
-
-/-
-/-
-/-
-/-
-/-
+
+
+
+
+
+
+
+
Sepsis
neonatal
Sepsis
neonat
al
+
+
+
+
Sepsis
Sepsis
Sepsis
neonatal, neonatal, neonatal,
trombosi- trombosi- trombositopenia
topenia
Topenia
+
+
+
+
+
+
32
PO: urdafak
PO: Erytromycin 3 x 1
(5cm
H2O
FiO2
21%)
+
(11,5
cc/jam)
+
(7,5
cc/jam)
+
(2,1
cc/jam)
+
(3x1)
+
(1x1)
+
PO: Trimetropin 2 x 1
Injeksi vancomycin 2 x
30 mg
Injeksi ranitidin 3 x 3
mg
+
(H. III)
+
(H. IV)
+
(H. V)
+
(3x1)
+
(1x1)
+
(H. I)
+
(H. VI)
Injeksi amikasin 3 x 22
mg
+
(H. VI)
+
(H. VIII)
+
(H. IX)
+
(H. VI)
+
+
Foto
thoraks,
USG
kepala,
UL, Zalf
dermakel
Px urine
lengkap
+
+
Foto
thoraks,
USG
kepala,
CT-scan
kepala
Px darah
lengkap
(7cm
H2O FiO2
21%)
IVFD D10%+NaCl
0,9+Ca gukonas+KCL
AF 2 gr-3 gr
Ivelip 2 gr-3 gr
Vitamin K 1 x 1 mg
Omeprazol 1 x 2 mg
Rencana
Hasil pemeriksaan
penunjang
+
(11,5
cc/jam)
+
(7,5
cc/jam)
+
(2,1
cc/jam)
+
+
Foto
thoraks,
USG
kepala,
LP
-
+
(H.
VII)
+
+
Foto
thoraks
, USG
kepala
-
(5cm
H2O FiO2
21%)
(5cm
H2O FiO2
21%)
(5cm
H2O FiO2
21%)
+
(11,5
cc/jam)
+
(7,5
cc/jam)
+
(2,1
cc/jam)
+
(3x1)
+
(1x1)
+
+
(10,3
cc/jam)
+
(8,75
cc/jam)
+
(10,3
cc/jam)
+
(8,75
cc/jam)
+
(3x1)
+
(1x1)
+
(H. II)
+
(H.VII)
Foto
thoraks,
USG
kepala
Px darah
lengkap
33
Hasil
(18-02-14)
Nilai Rujukan
Kuning-jernih
1005 1030
5.0 6.5
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
0.1 1.0
Negatif
35
30 40
Negatif
03
02
Negatif
Hasil
(19-02-14)
Hemoglobin
Lekosit*
Eritrosit
Trombosit*
Hematokrit
RDW-CV
MCV
MCH
MCHC
Trigliserida
CRP*
10.4
15.0
3.41
38
30.4
15.7
87,4
29.8
34.2
195
6.4
Nilai
Rujukan
12-20
4.0-10.5
4.00-6.00
150-450
42.00-52.00
11.5-14.7
80.0-97.0
27.0-32.0
32.0-38.0
60 - 165
< 1.35
Satuan
g/dl
ribu/ul
juta/ul
ribu/ul
vol%
%
Fi
Pg
%
mg/dl
mg/l
34
Pemeriksaan
Hasil
(12-02-14)
Hemoglobin
Lekosit*
Eritrosit
Trombosit*
Hematokrit
RDW-CV
MCV
MCH
MCHC
14.6
16.6
4.80
64
41.5
15.1
91.7
30.4
35.1
Nilai
Rujukan
12-20
4.0-10.5
4.00-6.00
150-450
42.00-52.00
11.5-14.7
80.0-97.0
27.0-32.0
32.0-38.0
Satuan
g/dl
ribu/ul
juta/ul
ribu/ul
vol%
%
Fi
Pg
%
35
BAB IV
DISKUSI
<4000x109/L
>70pg/ml, dan 16 S rRNA gene PCR ditemukan positif. 25 Definisi sepsis neonatal
36
37
38
39
40
lama. Manifestasi klinis dari sepsis akibat CONS beraneka ragam, dari kejang
subtle hingga sepsis berat, dan meliputi apneu, peningkatan frekuensi nafas,
bradikardi, ketidakstabilan temperatur, asidosis metabolik, gangguan intake oral,
distensi abdomen, hipotensi, pneumonia, meningitis, peningkatan atau penurunan
jumlah leukosit, trombositopenia, dan hiperglikemia.27
Terdapat ketidaksesuaian antara gejala klinis dengan temuan hasil kultur
darah pada Bayi T. Berdasarkan awitan instabilitas suhu yang terjadi di hari
kedua, keadaan Bayi T dapat diklasifikasikan ke dalam sepsis awitan dini. Namun,
berdasarkan hasil kultur darah, ditemukan jenis bakteri yang sering menjadi
etiologi pada sepsis awitan lama. Padahal, klasifikasi sepsis neonatal tergantung
dari dua hal yaitu waktu paparan kuman dan macam kuman penyebab infeksi.
Selain itu, berdasarkan hasil anamnesis dengan ibu Bayi T, tidak ditemukan
adanya faktor risiko mayor maupun minor pada maternal maupun neonatal saat
kehamilan dan persalinan yang mengarah pada sepsis awitan dini. Sehingga tidak
dapat dipastikan klasifikasi sepsis pada Bayi T tergolong awitan dini atau awitan
lambat.
Sebelum didapatkan hasil kultur darah, Bayi T mendapatkan terapi
antibiotik lini pertama berupa ampisilin dan gentamisin. Setelah dipastikan jenis
bakteri penyebab sepsis yaitu CONS yang merupakan golongan bakteri gram
positif, maka antibiotik diganti menjadi vankomisin yang merupakan first choice
untuk infeksi CONS.28 Vankomisin diberikan dengan dosis 15 mg/kgBB/hari
setiap 8 jam.5 Pemilihan antibiotik untuk sepsis neonatus dapat dilihat pada tabel
berikut.
41
42
infus glukosa terus-menerus secara teratur dan 3 kali pemeriksaan yang dilakukan
setiap jam hasilnya normal.5
Bayi T juga mendapatkan nutrisi parenteral protein dan lipid dalam bentuk
aminofusin dan ivelip. Nutrisi parenteral diberikan sebagai dukungan nutrisi bagi
pasien yang tidak dapat mengkonsumsi atau menyerap sejumlah makanan secara
adekuat melalui traktus gastrointestinal. Yang termasuk dalam kelompok ini
adalah pasien yang karena sesuatu sebab atau keadaan tidak dapat, tidak boleh
atau tidak mau makan.29 Besarnya kebutuhan protein mulai dari 2 gram/kgBB/hari
dan
ditingkatkan
0,5-1,0
gram/kgBB/hari
hingga
maksimal
3,0-3,5
43
masseter, otot-otot perut dan tulang belakang. Spasme otot bersifat intermiten
dengan
BCB
BLB
44
Sumber: Sepsis pada bayi baru lahir. Dalam: Buku ajar neonatologi. IDAI 2009,
170-187
Hari pertama haid terakhir ibu Bayi T adalah 01 Mei 2013, sehingga
taksiran partus Bayi T untuk BCB pada tanggal 05 Februari 2014. Berdasarkan
nilai Finnstrom, didapatkan usia kehamilan 38 minggu. Penghitungan dengan skor
new Ballard yang mengakses tingkat maturitas neuromuskular dan fisik adalah 37,
yang mengindikasikan masa umur gestasi ibu antara 38-40 minggu Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa Bayi T termasuk bayi cukup bulan (BCB).
45
Kehamilan) karena berat badan bayi dan masa gestasinya berada di antara
persentil ke-10 dan 90.
Gambar 1. Kurva Klasifikasi Bayi Berdasarkan Berat Lahir & Usia
Kehamilan Bayi T
BBLL (berat bayi lahir lebih) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir
> 4.000 gram.
46
BBLC (berat bayi lahir cukup) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat
47
BAB V
PENUTUP
48
DAFTAR PUSTAKA
49
12. Utomo MT. Risk factors of neonatal sepsis: a preliminary study in dr.
soetomo hospital. Indonesian Journal of Tropical and Infectious Disease
2010; 1: 23-6.
13. Sankar MJ, Agarwal R, Deorari AK, Paul VK. Sepsis in The Newborn.
Devision of Neonatology. Departement of Pediatrics. All India Institute
Sciences.New Delhi; 2008.
14. Yurdakok M. Antibiotic use in neonatal sepsis. Turk J Pediatr 1994; 40(1):
17-33.
15. Schuchat A, Zywicki SS, Dinsmoor MJ, Mercer B, Romaguera J,
OSullivan MJ, et al. Risk factors and opportunities for prevention of
early-onset neonatal sepsis: A multicenter case-Control Study. Pediatrics
2000; 105: 21-6.
16. Rodrigo I. Changing patterns of neonatal sepsis. Sri Lanka J Child Health
2002; 31: 3-8.
17. Chiesa C, Alessandra PA, Osborn JF, Simonetti AF, Pacifco1 L.
Diagnosis of neonatal sepsis: a clinical and laboratory challenge. Clin
Chem 20074; 50: 279-87.
18. Departemen Kesehatan RI IDAI (UKK Perinatologi) - MNH. Pelayanan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal esensial dasar (buku acuan).
Kosim MS, Indarso F, Sarosa GI, Hendrarto TW. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 2005.
19. Nurdin B, Satriono. Hipoglikemia
Kedokteran 1992; 75: 27-32.
pada
23. Azlin E. Hubungan antara skor apgar dengan kadar glukosa darah pada
bayi baru lahir. Sari Pediatri 2011; 13(3): 174-8
24. Indarso F. Hipoglikemia pada bayi baru lahir. Diunduh dari
http://old.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110ztvf267.htm (15 Februari 2014)
25. Haque KH. Definitions of bloodstream infection in the newborn. Pediatr
Crit Care Med 2005; 6(3): S45-9.
26. Kumar Y, Qunibi M, Neal TJ, Yoxall CW. Time to positivity of neonatal
blood cultures. Arch Dis Child Fetal Neonatal 2001; 85: 182-6.
51