Anda di halaman 1dari 14

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Tempat, Tanggal Lahir
Agama
Suku bangsa /warga Negara
Status Pernikahan
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
:
Tanggal Masuk RS.MM

: An. Abdullah
: Laki-laki
: 13 tahun
: 16 Mei 2002
: Islam
: Indonesia
: Belum Menikah
: SD
: Tidak bekerja
: IGD 14 Januari 2016

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Autoanamnesis dilakukan di IGD RSMM Bogor pada tanggal 14 Januari
2016. Dilakukan Alloanamnesis dengan Nenek pasien
A. Keluhan Utama
Pasien berbicara tidak jelas sejak 1 minggu SMRS
Keluhan Tambahan
Sulit tidur, marah-marah, berbicara tidak berhenti-berhenti, ketawa sendiri
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Sejak usia 11 tahun (2013) pasien sudah menunjukan gejala seperti
berbicara sendiri, terkadang murung, lalu terkadang pasien ketawa sendiri,
ngamuk-ngamuk. Saat itu jika keluhan timbul, pasien dibawa ke dokter
setempat dan diberikan obat penenang. Dikatakan nenek pasien obat tersebut
hanya membuat pasien tertidur, namun setelah itu pasien timbul keluhan lagi.
Dikatakan bahwa Ibu pasien meninggal saat pasien berusia 3 bulan dan Ayah
pasien meninggalkan pasien dan menikah lagi saat pasien berusia 9 tahun.
Selama 2 tahun ini keluhan pasien kambuh-kambuhan. Pasien tinggal bersama
nenek pasien.
Dua bulan lalu pasien sempat di bawa ke Rumah Sakit Subang dengan
keluhan kejang-kejang, pasien segera ditangani, dirawat dan sembuh. Pasien
meminum obat secara rutin. Sejak 1 minggu SMRS keluhan pasien timbuh
kembali, yaitu berbicara sendiri tidak jelas, tidak berhenti berhenti, ngamukngamuk, sempat memukul saudaranya, pasien juga jalan jalan keluar rumah
1

tetangga, dikatakan jika keluhan pasien tidak timbul, pasien dapat melakukan
aktivitas kesehariannya dengan sendirinya, seperti makan, mandi dan bermain
bersama teman temannya, namun jika pasien kambuh, pasien sulit melakukan
aktivitas kesehariannya sehingga dibantu oleh neneknya. Dikatakan bahwa
pasien sudah merokok sejak 2 tahun yang lalu. Sehari bisa3 batang. Demam
(-)
Anamnesis dengan pasien didapatkan bahwa pasien meyakini bahwa
dirinya adalah gatot kaca. Pasien tidak tahu pasien dibawa kemana dan alasan
dibawa ke rumah sakit kenapa. Pasien mengatakan bahwa pasien melihat nyi
roro kidul yang nyatanya tidak ada. Pasien mengatakan tidak mendengar
suara-suara yang orang lain tidak dengar dan tidak ada sumber suaranya yang
nyata. Pasien mengatakan ingin menjadi polisi supaya bisa membunuh
bapaknya.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Psikiatri Sebelumnya
Sejak 3 tahun yang lalu (Tahun 2013), Pasien pernah mengeluhkan hal
serupa seperti ngamuk-ngamuk dan berbicara sendiri, Pasien tidak pernah
dirawat dirumah sakit sebelumnya, jika keluhan timbul Keluarga pasien hanya
meminta obat dan pasien dirawat jaln..
Dua bulan lalu pasien sempat dibawa ke rumah sakit dikarenakan
mengalami keluhan kejang-kejang.setelah pasien sadar, pasien lalu minta
2.

dipulangkan
Riwayat Medis Lainnya
Riwayat sakit berat atau menderita sakit disangkal. Pasien memiliki riwayat

3.

kejang 2 bulan lalu, dan diterapi di RS Subang


Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol
Pasien tidak pernah menggunakan Zat Psikoaktif dan Alkohol
D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat prenatal dan perinatal


Tidak dapat digali karena s pasien tidak mengetahuinya.
2. Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun)
Tidak dapat digali karena sodara pasien tidak mengetahuinya
3. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)

Pasien memiliki banyak teman dan tidak pernah tinggal kelas. Prestasi pasien
ketika bersekolah tidak terlalu menonjol.
4. Riwayat masa kanak akhir (pubertas) dan remaja
a. Hubungan sosial
Pasien mengaku memiliki banyak teman dan seringkali berkumpul dengan
teman-temannya. Sebagian besar teman pasien berjenis kelamin laki-laki.
Pasien hobi bermain kelereng bersama teman-temannya
b. Riwayat pendidikan
Pasien sudah tidak sekolah selama 3 tahun, pendidikan terakhir pasien adalah
SD
c. Perkembangan kognitif dan motorik
Pasien bisa membaca dan menulis dengan cukup baik dan tidak terdapat
gangguan perkembangan spesifik.
d. Problem emosi atau fisik khusus remaja
Tidak terdapat masalah dalam emosi dan fisik pasien
e. Riwayat psikoseksual
Pasien belum menikah
f. Latar belakang agama
Pasien beragama Islam
5. Riwayat masa dewasa
a. Riwayat pekerjaan
Pasien mengaku tidak bekerja , hanya berada dirumah.
b. Aktivitas sosial
Pasien mengaku bersosialisasi dengan teman-temannya, bermain kelereng dan
bola bersama teman-temannya
c. Kehidupan seksual masa dewasa
Pasien sudah menikah
E. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak tunggal. Pasien tinggal bersama nenek dan bibi
pasien. Ibu pasien meninggal saat pasien berusia 3 bulan.
F. Riwayat Sosial Ekonomi.
Pasien tinggal bersama nenek dan bibi pasien. Ayah pasien meninggalkan
pasien saat berumur 9 tahun.Kebutuhan sehari-harinya dikeluarga dinafkahi
oleh nenek dan bibi pasien.
1.

G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya


Impian
Pasien mengatakan ingin sekali menjadi polisi

2.

Fantasi
Pasien mengatakan ingin menjadi polisi untuk membunuh bapaknya

3.

Sistem nilai
Pasien tidak dapat mengurus dirinya sendiri
Dorongan kehendak
Pasien ingin pulang

4.
5.

Hal yang menjadi sumber kejengkelan atau frustasi dan yang membuat
bahagia atau senang
Hal yang membuat kejengkelan atau furstasi pasien kemungkinan adalah
bapaknya yang meninggalkan pasien saat pasien berumur 9 tahun
Hal yang membuat pasien senangg atau bahagia adalah jika bersama neneknya
dan dapat bermain bersama teman-temannya
Pohon Keluarga

Keterangan:
: Pria

: Wanita

: Meninggal dunia
II. STATUS MENTAL
Dilakukan pada tanggal 14 Januari 2016 pukul 22.00 WIB di IGD RS. Dr.
Marzoeki Mahdi Bogor.
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan Umum
Pasien seorang Laki-laki berumur 413 tahun, berpenampilan fisik tampak
sesuai dengan usianya. Penampilan cukup rapi, menggunakan baju kaos
lengan pendek, celana , tidak memakai sandal rambut rapi, berwarna hitam,
muka bersih, kuku rapi dipotong, kulit sawo matang, dan perawakan pasien
pendek gemuk.

2. Kesadaran
Neurologis/biologis
: compos mentis
Psikologis
: terganggu
Sosial
: baik
3. Perilaku dan aktivitas motorik
Sebelum wawancara: pasien datiang dituntun oleh petugas keamanan
Selama wawancara: pasien tertidur dengan ekspresi yang senang, banyak
berbicara sesekali memperhatikan gerak gerik pemeriksa, sepanjang
wawancara pasien sambil bergerak-gerak dan berbicara tidak jelas
Setelah wawancara: pasien berbicara tidak jelas tidak berhenti-berhenti.
4. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan yang diajukan dengan volume suara yang keras,
spontan, dan cepat.
5. Sikap terhadap pemeriksa : Tidak kooperatif

B. Alam Perasaan
1. Afek
: menyempit
2. Mood
: iritabel, distim
3. Keserasian : tidak serasi antara emosi dan isi pembicaraan.
4. Empati
: tidak dapat diraba-rasakan
C. Fungsi Intelektual
1. Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan
Taraf Pendidikan
: SD
Pengetahuan Umum
: tidak dapat dinilai
Kecerdasan
: tidak dapat dinilai
2. Daya Konsentrasi
: tidak dapat dinilai
3. Orientasi
Daya Orientasi Waktu
:
Terganggu
(pasien

tidak

dapat

menyebutkan sekarang siang atau malam, mengidentifikasi hari, tanggal,


bulan dan tahun)
Daya Orientasi Tempat

Terganggu (pasien

tidak

mengetahui

dimana ia berada sekarang)


Daya Orientasi Personal : terganggu (pasien tidak mengenali pemeriksa
sebagai dokter).
4. Daya Ingat
Daya Ingat Jangka Panjang

: tidak dapat dinilai

Daya Ingat Jangka Pendek


: tidak dapat dinilai
Daya Ingat Sesaat
: tidak dapat dinilai
5. Kemampuan Visuospatial
: tidak dapat dinilai
5

uktivitas

inuitas Pikiran

aya Berbahasa

6. Pikiran Abstrak

7. Kemampuan Menolong Diri : Terganggu (pasien tidak mampu makan dan


mandi sendiri)
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
- Halusinasi Auditorik : Tidak ada
- Halusinasi Visual : Ada (pasien melihat nyi roro kidul
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
:

Banyak. Pasien menjawab apa yang ditanya

oleh pemeriksa
:

Inkoheren. Pasien dapat menjawab sesuai

dengan pertanyaan, namun setelah itu pasien berbicara tidak jelas


:

Tidak ada.
Pasien mengunakan bahasa secara lazim

sesuai dengan tata bahasa.


2. Isi Pikir
Preokupasi

aham

ndalian Impuls

- Waham Kebesaran

: Tidak ada
:
: Pasien merasa bahwa dia adalah gatot kaca

: Pasien gaduh gelisah selama wawancara


G. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial
2. Uji daya nilai
3. Penilaian realita
Terganggu (Ditemukan adanya waham dan halusinasi)
H. Tilikan
I. Taraf Dapat Dipercaya

: Derajat 1
: Dapat dipercaya

III. STATUS FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 14 Januari 2016 pukul 22:00 WIB di
Ruang IGD RSMM Bogor

A. Status Internus

Kulit

Paru
Abdomen

rik

Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Frekuensi napas
: 20x/menit
Frekuensi nadi
: 80x/menit
Suhu
: dalam batas normal
Status gizi
: Kesan gizi baik
: sawo matang
Kepala
: Tidak ada deformitas, normocephali.
Rambut
: Hitam, lebat, tidak mudah tercabut.
Mata
: Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik,
Telinga
: Normotia, sekret (-)
Gigi dan mulut
: Dalam batas normal
Leher
: Pembesaran KGB (-)
Jantung
: Bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-)
: Pergerakan dinding dada simetris, suara napas vesikuler, Ronkhi -/-,
wheezing -/: Datar, supel, bising usus normal, tidak ditemukan pembesaran hepar dan lien.
Ekstremitas
: Akral hangat (+), edema (-)
B. Status Neurologis
GCS
: 15 (E4,V5,M6)
Kaku kuduk
: (-)
Pupil
: Bulat, isokor
Kesan parase nervus kranialis
: (-)
: Kekuatan (5), tonus baik,
rigiditas (-), spasme (-), hipotoni (-), eutrofi, tidak ada gangguan
keseimbangan dan koordinasi
Sensorik
Reflex fisiologis
Reflex patologis
Gejala ekstrapiramidal
Stabilitas postur tubuh
Tremor di kedua tangan

:Tidak ada gangguan sensibilitas


: Normal
: (-)
: (-)
: Normal
: (-)

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien adalah seorang laki-laki berusia 13 tahun dengan berbicara
sendiri tidak jelas, ngamuk-ngamuk sejak 1 minggu SMRS. Dua bulan lalu
pasien sempat di bawa ke Rumah Sakit Subang dengan keluhan kejangkejang, pasien segera ditangani, dirawat dan sembuh. Pasien meminum obat
secara rutin. Sejak 1 minggu SMRS keluhan pasien timbuh kembali, yaitu
7

berbicara sendiri tidak jelas, tidak berhenti berhenti, ngamuk-ngamuk, sempat


memukul saudaranya, pasien juga jalan jalan keluar rumah tetangga, dikatakan
jika keluhan pasien tidak timbul, pasien dapat melakukan aktivitas
kesehariannya dengan sendirinya, seperti makan, mandi dan bermain bersama
teman temannya, namun jika pasien kambuh, pasien sulit melakukan aktivitas
kesehariannya sehingga dibantu oleh neneknya. Dikatakan bahwa pasien
sudah merokok sejak 2 tahun yang lalu. Sehari bisa3 batang. Demam (-)
Anamnesis dengan pasien didapatkan bahwa pasien meyakini bahwa
dirinya adalah gatot kaca. Pasien tidak tahu pasien dibawa kemana dan alasan
dibawa ke rumah sakit kenapa. Pasien mengatakan bahwa pasien melihat nyi
roro kidul yang nyatanya tidak ada. Pasien mengatakan tidak mendengar
suara-suara yang orang lain tidak dengar dan tidak ada sumber suaranya yang
nyata. Pasien mengatakan ingin menjadi polisi supaya bisa membunuh
bapaknya.
-

Pada status mental ditemukan:


Kesadaran Psikologis
: terganggu
Sosial
: baik
Perilaku dan aktivitas motorik
Sebelum wawancara: pasien datiang dituntun oleh petugas keamanan
Selama wawancara: pasien tertidur dengan ekspresi yang senang, banyak
berbicara sesekali memperhatikan gerak gerik pemeriksa, sepanjang

wawancara pasien sambil bergerak-gerak dan berbicara tidak jelas


Setelah wawancara: pasien berbicara tidak jelas tidak berhenti-berhenti.
Pembicaraan : volume suara yang keras, spontan, dan cepat.
Sikap terhadap pemeriksa : tidak kooperatif
Afek
: menyempit
Mood
: iritabel, distim
Keserasian : tidakserasi antara emosi dan isi pembicaraan.
Halusinasi
: halusinasi visual
Arus Pikir
Produktivitas
:Banyak
Kontinuitas Pikiran: Inkoheren
Waham : Wahan Kebesaran
Tilikan
: Derajat 1
Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK


Pada pasien terdapat pola perilaku atau psikologis yang secara bermakna dan
khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan hendaya (disfungsi)
dalam berbagai fungsi psikososial. Terdapat pula penderitaan (disstres) yang
dialami oleh pasien. Dengan demikian dapat disimpulkan pasien mengalami
gangguan jiwa.
Diagnosis Aksis I :
Berdasarkan anamnesis, pasien tidak memiliki riwayat cedera kepala, riwayat
tindakan operatif, dan riwayat kondisi medik lain yang dapat secara langsung
ataupun tidak langsung mempengaruhi fungsi otak. Berdasarkan pemeriksaan
fisik juga tidak ditemukan kondisi medis umum yang dapat mempengaruhi
fungsi otak. Pasien tidak mengalami gangguan yang bermakna yang
menimbulkan gangguan jiwa. Oleh karena itu, gangguan mental organik (F0009) dapat disingkirkan.
Pada pasien tidak mempunyai riwayat penggunaan zat psikoaktif dan alkohol
sehingga diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat
psikoaktif (F10-19) dapat disingkirkan.
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan
kedalam:
Gangguan Skizofrenia (berdasarkan PPDGJ III)
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda, atau
Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (Withdrawal) dan

Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umumnya mengetahuinya.
b. Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar atau
Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar atau
Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke
pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan
khusus).
Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.
c. Halusional Auditorik ;
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku
pasien .
Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang
berbicara atau
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan
mahluk asing atau dunia lain)

10

Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (overvalued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama bermingguminggu atau berbulan-bulan terus menerus.
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak
relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons
emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neureptika.
* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal);
* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan
penarikan diri secara sosial.

11

Perjalanan Gangguan Skizofrenik dapat diklasifikasi dengan menggunakan


kode lima karakter berikut: F20.X0 Berkelanjutan, F20.X1 Episodik dengan
kemunduran progresif, F20 X2 episodik dengan kemunduran stabil, F20.X3
Episode berulang , F20. X4 remisi tak sempurna, F20.X5 remisi sempurna,
F20.X8. lainnya, F20.X9. Periode pengamatan kurang dari satu tahun.
Diagnosis aksis II
Pada pasien masih belum bisa dikatakan gangguan kepribadian paranoid
karena gangguan psikotiknya menutupi tipe kepribadiannya. Untuk saat ini,
diagnosis aksis II pada pasien belum dapat ditentukan.
Diagnosis aksis III
Pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis tidak ditemukan
kondisi medik yang berhubungan dengan kondisi pasien pada saat ini, dapat
disimpulkan belum ada diagnosis pada aksis III.
Diagnosis aksis IV
Pada anamnesis tidak didapatkan adanya masalah psikososial dan
lingkungan yang mendahului gejala kekambuhan. Namun, pada riwayat
perjalanan penyakit, pada riwayat gangguan dahulu terdapat masalah yang
diduga sebagai pencetus timbulnya gangguan yaitu ayah pasien yang
meninggalkan pasien.

Diagnosis aksis V
Skala GAF :
GAF HLPY : 80-71 (gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan

dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll)


GAF saat masuk : 60-51 (gejala sedang (moderate), disabilitas sedang).

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V

:
:
:
:
:

Gangguan Skizofrenia (F25.0) (PPDGJ III)


Belum dapat ditentukan
Tidak ada diagnosis
Tidak ada diagnosis
GAF HPYL : 80-71
GAF saat masuk : 60-51

VIII. DAFTAR PROBLEM


12

Organobiologi : Faktor genetik gangguan jiwa pada keluarga pasien disangkal


Psikologis
: Terdapat waham kebesaran dan halusinasi visual
Sosiobudaya : Hendaya dalam fungsi sosial
IX. DIAGNOSIS BANDING
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat

X. PROGNOSIS
Ad vitam
: ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
Ad sanasionam
: dubia ad bonam
A. Faktor yang memperingan :
- Tidak terdapat faktor genetik
B. Faktor yang memperberat :
- Gejala awal muncul saat usia muda
- Pasien tidak teratur minum obat
- Kurangnya dukungan keluarga (jarang menjenguk pasien)
X. PENATALAKSANAAN

Psikofarmaka
:
Haloperidol 3x5 mg
Trihexyphenidyl 3x2 mg
Clozapine 1x12,5 mg

Psikoterapi
:
Psikoterapi suportif dengan memberikan kesempatan kepada pasien untuk

menceritakan masalahnya dan meyakinkan pasien supaya pasien tenang


Memotivasi pasien untuk rajin minum obat secara teratur dan memberikan
dukungan kepada pasien bahwa gejala yang dialami akan menghilang dan
dapat kembali pulang ke rumah apabila menurut dokter yang merawat

keadaannya sudah membaik.


Memberikan edukasi pada pasien bahwa obat yang diminum tidak
menimbulkan ketergantungan, justru sebagai pengontrol agar gejala yang
dialami pasien dapat terkontrol dan pasien dapat menjalani kegiatan sehari-

hari seperti sebelum sakit.


Memberikan dukungan kepada pasien bahwa ia dapat kembali melakukan
aktivitas seperti sebelum sakit kalau gejala yang dirasakan pasien dapat
terkontrol.
13

Memberikan pengetahuan tentang kehidupan beragama, berkeluarga, dan

sosial yang baik.


Sosioterapi
:
- Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang keadaan pasien agar mengerti
keadaan pasien dan selalu memberi dukungan kepada pasien.
- Mengikutsertakan pasien dalam kegiatan RSMM agar dapat berinteraksi
dengan baik dan pendalaman agama sesuai dengan kepercayaannya.
- Mengingatkan keluarga pasien untuk rajin kontrol ke poliklinik psikiatri dan
mengambil obat secara teratur setelah selesai rawat inap dalam program rawat
jalan.
- Mengajarkan

keterampilan

yang

sesuai

dengan

kemampuan

dan

pendidikannya.
- Memberikan informasi pentingnya activity daily living dalam kehidupannya
sehari-hari dan meyakinkan pasien agar mau melaksanakan kegiatan tersebut.

14

Anda mungkin juga menyukai