Pembimbing:
Dr. Budi W, Sp.S
Disusun oleh:
Fitriend Syahputri
030.09.095
Arifi
030.10.039
030.10.028
030.10.112
Zaddam Wahid
030.09.284
Reza Gharba A
030.09.199
030.09.098
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul Nyei
Kepala ini.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada
pembimbing dr. Budi W. Sp.S yang telah membantu dalam menyusun referat ini.
Referat ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik Ilmu Saraf RSAL dr. Mintohardjo. Penulis sangat menyadari bahwa referat
ini masih banyak kekurangan baik mengenai isi, tata bahasa, maupun informasi
ilmiah yang terdapat di dalam tulisan ini. Oleh karena itu kritik dan saran
senantiasa diharapkan. Semoga referat ini bermanfaat bagi pembacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
ii
Lembar Pengesahan
iii
Bab I : Pendahuluan
Daftar Isi
9
9
10
10
12
3.5 Patogenesis
....
14
16
17
18
19
28
28
Bab IV : Kesimpulan ..
29
Daftar Pustaka .
30
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Fitriend Syahputri
030.09.095
Arifi
030.10.039
030.10.028
030.10.112
Zaddam Wahid
030.09.284
Reza Gharba A
030.09.199
030.09.098
Pembimbing,
Dr. Budi W, Sp.S
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Osteoartritis adalah jenis artritis yang paling sering ditemukan dikalangan
masyarakat umum. Osteoartritis disebut juga penyakit sendi degenerative atau
osteoartrosis yang banyak terjadi pada orang usia lanjut.1 Osteoarthritis sendiri
adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai dengan kerusakan tulang
rawan sendi berupa disintegrasi dan perlunakan progresif, diikuti pertambahan
pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit,
diikuti dengan fibrosis pada kapsul sendi. Gejala umum yang muncul pada
penderita osteoarthritis adalah nyeri pada sendi dan pada pemeriksaan fisik
didapatkan keterbatasan dalam pergerakan, krepitasi dan pembengkakan sendi.
Sedangkan untuk pengobatannya meliputi medikamentosa, perubahan gaya hidup,
terapi fisik, pemakaian alat penyangga sendi dan pembedahan.
Berdasarkan National Centers for Health Statistics pada tahun 2011,
diperkirakan15,8juta(12%)orangdewasaantarausia2574tahunmempunyai
keluhan osteoarthritis. Danmenurut World HealthOrganization (WHO)tahun
2004,diketahuibahwaosteoarthritisdideritaoleh151jutajiwadiseluruhdunia
danmencapai24jutajiwadikawasanAsiaTenggara.2,3
Prevalensi osteoarthritis total di Indonesia 34,3 juta orang pada tahun 2002
dan mencapai 36,5 juta orang pada tahun 2007. Diperkirakan 40% dari populasi
usia diatas 70 tahun menderita osteoarthritis, dan 80% pasien osteoarthritis
mempunyai keterbatasan gerak dalam berbagai derajat dari ringan sampai berat
yang berakibat mengurangi kualitas hidupnya karena prevalensi yang cukup
tinggi. Oleh karena sifatnya yang kronik-progresif, osteoarthritis mempunyai
dampak sosio-ekonomi yang besar, baik di negara maju maupun di negara
berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia
menderita cacat karena osteoarthritis. Prevalensi osteoarthritis lutut pada pasien
wanita berumur 75 tahun ke atas dapat mencapai 35% dari jumlah kasus yang ada.
Sampai
saat
ini
belum
ada
pengobatan
yang
dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI DAN FISIOLOGI SENDI
Sendi adalah tempat persambungan tulang, baik yang memungkinkan
tulang - tulang tersebut dapat bergerak ataupun tidak antara satu dengan dengan
yang lainnya. Apabila kita lihat dari jenis pergerakannya maka sendi dapat
diklasifikasikan menjadi tiga yaitu 5,6:
1. Sinartrosis: sendi yang tidak memungkinkan tulang-tulang yang
berhubungan dapat bergerak satu sama lain. Sendi ini dapat dibagi
menjadi tiga yaitu:
Sendi sinovial
ditemukan adanya celah sendi, rawan sendi,membran sinovium serta kapsul sendi.
Gambar 2. Sinovium
2. Rawan sendi
Pada sendi sinovial, tulang-tulang yang saling berhubungan dilapisi rawan
sendi. Ketebalan rawan sendi kurang dari 5 mm tergantung jenis sendi dan lokasi
di dalam sendi. Rawan sendi merupakan jaringan avaskular dan juga tidak
memiliki jaringan syaraf, berfungsi sebagai bantalan terhadap beban yang jatuh ke
dalam sendi.6 Secara histopatologik rawan sendi terdiri dari struktur matriks yang
selular dengan distribusi tertentu dan terbagi atas 4 zona yaitu8 :
1. Zona superficial ( zona tangensial )
2. Zona intermediate ( zona transisional )
3. Zona radial
4. Zona kalsifikasi.
Densitas sel yang paling tinggi pada permukaan sendi, makin ke dalam
makin berkurang. Sel berbentuk pipih pada zona superficial karena pada daerah
inilah jaringan terpajan maksimal pada gaya gesekan, gaya menekan dan regangan
dari persendian. Di zona tengah, sel berbentuk bulat dan dikeliligi oleh suatu
matrik ektraselular yang padat.
Rawan sendi dibentuk oleh sel rawan sendi ( kondrosit ) dan matriks
rawan sendi. Kondrosit berfungsi mensintesis dan memelihara matriks rawan
sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik. Matriks rawan
sendi terutama terdiri dari air, proteoglikan dan kolagen. Pada tabel dibawah ini
dapat dilihat komposisi tulang rawan normal.8
Tabel 1. Komposisi tulang rawan sendi artikuler normal
growth factor beta (TGF-b) dan insulin-like growth factor-1 (IGF-I) berperan
merangsang sintesis proteoglikan dan menghambat kerja IL-I.6,7
3. Cairan sinovial
Cairan sendi merupakan ultrafiltrat atau dialisat plasma. Pada umumnya
kadar molekul dan ion kecil adalah sama dengan plasma, tetapi kadar proteinnya
lebih rendah. Molekul- molekul dari plasma, sebelum mencapai rongga sendi
harus melewati sawar endotel mikrovaskuler, kemudian melalui matriks
subsinovial dan lapisan sinovium. Sawar endotel sangat selektif, makin besar
molekulnya makin sulit melalui sawar tersebut, sehingga molekul protein yang
besar akan tetap berada dalam jaringan vascular. Sebaliknya, molekul dari cairan
sendi dapat kembali ke plasma tanpa halangan apapun melalui sistem limfatik
walaupun ukurannya besar. Rasio protein cairan sendi dan plasma dapat
menggambarkan keseimbangan kedua proses diatas.7
4. Kapsul dan ligamen
Struktur ligamen dan kapsul satu sendi berbeda dengan sendi yang lain
baik dalam hal ketebalannya maupun dalam hal posisinya. Pada sendi bahu,
struktur ligamennya tipis dan longgar, sedangkan pada sendi lutut tebal dan kuat.
Pada beberapa sendi, ligamen menyatu ke dalam kapsul sendi sedangkan pada
sendi yang lain dipisahkan oleh lapisan areolar. Kelonggaran kapsul sendi sangat
berperan pada lingkup gerak sendi yang bersangkutan. Ligamen dan kapsul sendi,
terutama
tersusun
oleh
elastin,
dan
sedikit
proteoglikan.
Komponen
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 DEFINISI
Osteoartritis (OA) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai
kerusakan tulang rawan sendi berupa disintegrasi dan perlunakan progresif, diikuti
dengan fibrosis pada kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme
abnormal pada proses penuaan, trauma atau akibat kelainan lain yang
menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan dengan
faktor sistemik.3
3.2 EPIDEMIOLOGI
DiInggris,sekitar1,31,75jutamengalamigejalaosteoarthritissementara
diAmerikaSyarikat,1dari7orangdewasamenderitaosteoarthritis.Osteoarthritis
menempatitempaturutankeduasetelahpenyakitkardiovaskularsebagaiakibat
dariketidakmampuanfisikdinegaraeropa.Secarakeseluruhan,sekitar10sampai
15%orangdewasayangberusiadiatas60tahunmenderitaosteoarthritis.
Prevalensi osteoarthritis total di Indonesia 34,3 juta orang pada tahun 2002
dan mencapai 36,5 juta orang pada tahun 2007. Diperkirakan 40% dari populasi
usia diatas 70 tahun menderita osteoarthritis, dan 80% pasien osteoarthritis
mempunyai keterbatasan gerak dalam berbagai derajat dari ringan sampai berat
yang berakibat mengurangi kualitas hidupnya karena prevalensi yang cukup
tinggi. Oleh karena sifatnya yang kronik-progresif, osteoarthritis mempunyai
dampak sosio-ekonomi yang besar, baik di negara maju maupun di negara
berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia
menderita cacat karena osteoarthritis. Prevalensi osteoarthritis lutut pada pasien
wanita berumur 75 tahun ke atas dapat mencapai 35% dari jumlah kasus yang ada.
Trauma/instabilitas
Osteoartritis sekunder terutamaterjadi akibat akibat fraktur pada
daerah sendi, setelah menisektomi, tungkai bawah yang tidak sama
panjang,
adanya
hipermobilites
dan
instabilitas
sendi,
10
Umur
Umumnya ditemukan pada usia lanjut (diatas 50 tahun), oleh karena pada
orang lanjut usia pembentukan kondroitin sulfat yang merupakan substansi
dasar tulang rawan berkurang dan dapat terjadi fibrosis tulang rawan.
Prevalensi osteoarthritis meningkat sesudah umur 40 tahun pada wanita dan
50 tahun pada pria. Osteoartritis dialami sekitar 50 % orang berusia 65 tahun
ke atas dan prevalensinya meningkat menjadi 85 % pada kelompok usia 75
tahun ke atas.
Jenis kelamin
Kelainan ini dapat ditemukan baik pada pria maupun wanita dimana
osteoarthritis primer lebih banyak ditemukan pada wanita pasca menopause
sedangkan osteoarthritis sekunder lebih banyak ditemukan pada laki-laki.
Turunnya kadar estrogen saat menopause mungkin menjadi pemicu
munculnya osteoartritis. Osteoartritis tangan dan lutut lebih sering pada
wanita, sedangkan osteoartritis panggul lebih tinggi pada pria
Ras
Lebih sering pada orang Asia khususnya cina, Eropa dan asia daripada kulit
hitam.
Faktor keturunan
Kejadian osteoartritis lebih banyak pada kembar monozigot dari pada kembar
dizigot. Banyak gen yang terkait dengan osteoartritis, misalnya kromosom
2q, 4, dan 16. Pola penurunannya diperkirakan melalui gen autosom
dominan. Gen yang mengalami gangguan adalah gen yang mengkode protein
struktural matriks ekatraselular sendi dan protein kolagen.
Faktor metabolic
Penderita obesitas, hipertensi, hiperurikemi dan diabetes lebih rentan
terhadap oseoartritis.
11
Cuaca/iklim
Gejala lebih sering timbul setelah kontak dengan cuaca dingin atau lembab
Diet
Salah satu tipe osteoarthritis yang bersifat umum di Siberia yang disebut
penyakit Kashin-Beck yang mungkin disebabkan oleh karena menelan zat
toksin yang isebut fusaria. Orang yang kadar vitamin C dan D darah kurang
mempunyai risiko tiga kali lebih banyak untuk berkembangnya osteoartritis
lutut.
12
13
sebagai perluasan dari permukaan sendi. Pada sendi superfisial, osteofit ini dapat
diraba, nyeri jika ditekan, membatasi ruang gerak, dan terasa sakit jika sendi
digerakkan. Tiap sendi memiliki pola karakter yang khas akan pembentukan
osteofit di sendi panggul, osteoarthritis biasanya membentuk cincin di sekitar tepi
acetabulum dan tulang rawan femur. Penonjolan osteofit sepanjang tepi inferior
dari permukaan artikuler os humerus biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit
degenartif sendi glenohumeral. Osteofit merupakan respon terhadap proses
degerasi tulang rawan sendi dan remodelling tulang sudkhondral, termasuk
pelepasan sitokin anabolik yang menstimulasi proliferasi dan pembentukan sel
tulang dan matrik kartilageneus.
3. Jaringan Periartikuler.
Kerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan perubahan sekunder dari
synovium, ligamen, kapsul, serta otot yang menggerakan sendi yang terlibat.
Membran sinovial sering mengalami reaksi inflamasi ringan serta sedang dan
dapat berisi fragmen-fragmen dari tulang rawan sendi. Semakin lama ligamen,
kapsul dan otot menjadi contracted. Kurangnya penggunaan sendi dan penurunan
ROM mengakibatkan atropi otot. Perubahan sekunder ini sering mengakibatkan
kekakuan sendi dan kelemahan tungkai.
3.6 MANIFESTASI KLINIS
Osteoartritis biasanya mengenai satu atau beberapa sendi. Gejala-gejala klinis
yang ditemukan berhubungan dengan fase inflamasi synovial, penggunaan sendi
serta inflamasi dan degenerasi yang terjadi di sekitar sendi.
1. Nyeri
Nyeri terutama pada sendi-sendi yang menanggung beban tubuh seperti
pada sendi panggul dan lutut. Nyeri ini terutama terjadi bila sendi
digerakkan dan pada waktu berjalan. Nyeri yang terjadi berhubungan
dengan:
14
Tidak ada hubungan antara nyeri yang terjadi dengan luasnya kerusakan
pada pemeriksaan radiologis
2. Kekakuan
Kekauan terutama terjadi oleh karena adanya lapisan yang terbentuk dari
bahan elastic akibat pergeseran sendi atau oleh adanya cairan yang
viskosa. Keluhan yang dikemukakan berupa kesukaran untuk bergerak
setelah duduk. Kekakuan pada sendi besar atau pada jari tangan
menyebabkan gangguan pada aktivitas sehari-hari penderita. Kekakuan
biasanya terjadi dipagi hari dan hilang dalam waktu kurang dari 1 jam
3. Pembengkakan
Pembengkakan terutama ditemukan pada lutut dan siku. Pembengkakan
dapat disebabkan oleh cairan dalam sendi pada stadium akut oleh karena
pembengkakan pada tulang yang disebut osteofit. Pembengkakan juga
dapat terjadi diakibatkan oleh adanya kista.
4. Gangguan pergerakan
Gangguan pergerakan pada sendi disebabkan oleh adanya fibrosis pada
kapsul, osteofit atau iregularitas permukaan sendi. Pada pergerakan sendi
dapat ditemukan atau didengan adanya krepitasi.
5. Deformitas
15
Deformitas
16
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna.
Pemeriksaan darah tepi masih dalam batas batas normal. Pemeriksaan
imunologi masih dalam batas batas normal. Pada OA yang disertai peradangan
sendi dapat dijumpai peningkatan ringan sel peradangan ( < 8000 / m ) dan
peningkatan nilai protein.13
3.8 DIAGNOSIS
Osteoarthritis dapat terjadi pada setiap sendi. Hal ini paling sering terjadi
di tangan, lutut, pinggul, dan tulang belakang. Tanda-tanda dari osteoarthritis
adalah kekakuan pada sendi setelah bangun tidur atau duduk untuk waktu yang
lama. Pembengkakan atau nyeri di satu atau lebih sendi.3
Bentuk klasik osteoarthritis monoartikuler berupa nyeri dan disfungsi satu
sendi, terutama pada sendi yang meyokong beban tubuh yaitu pada sendi panggul
dan lutut. Pada osteoarthritis sekunder mungkin dapat ditemukan penyebab
sebelumna seperti dysplasia asetabuler, penyakit Legg-Calve-Pethes, pasca
trauma, atau fraktur pada daerah panggul.3
Osteoartritis poli-artikuler ditemukan pada wanita umur pertengahan
dengan keluhan nyeri, kekakuan dan pembengkakan pada sendi tangan yang
terutama
mengenai
sendi
karpometakarpal
pertama
sendi
tangan
dan
metatarsi=ofalangeal sendi kaki. Perubahan yang terlihat jelas pada tangan berupa
17
yang
permanen. Juga perlu dinilai adakah perubahan gaya berjalan karena keadaan ini
hampir selalu berhubungan dengan nyeri terutama dijumpai pada OA lutut dan
OA sendi paha serta OA tulang belakang.
Feel
Dari perabaan perlu dinilai ada tidaknya tanda peradangan rasa hangat yang
merata dan nyeri tekan. Apakah terdapat krepitasi (lebih berarti pada OA lutut)
dan pembengkakan pada sendi.
Move
Perlu dinilai adakah hambatan gerak, hambatan gerak dapat konsentris (seluruh
arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja).
18
19
1. Medikamentosa
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk OA, oleh
karena patogenesisnya yang belum jelas. Obat-obat yang diberikan bertujuan
mengurangi rasa sakit (simptomatis), meningkatkan mobilitas dan mengurangi
ketidakmampuan. Obat-obat anti inflamasi non steroid (AINS) bekerja sebagai
analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tidak dapat memperbaiki
atau menghentikan proses patologis OA. Beberapa AINS malahan dikatakan dapat
mempercepat proses kerusakan tulang rawan sendi pada OA.16
Nyeri sendi pada OA dapat timbul karena berbagai faktor, seperti
mikro fraktur pada trabekula subkondral, iritasi ujung saraf periosteal, tekanan
pada ligamen karena deformitas tulang atau efusi, kongesti vena karena
remodelling tulang subkondral, regangan otot, dan reumatisme jaringan lunak.
Pada OA yang lebih lanjut, nyeri sendi-sendi dapat timbul karena sinovitis.
Pada dasarnya terapi farmakologi pada OA dapat dikelompokkan ke dalam
3 kelompok, yaitu :
-
Medikamentosa sistemik
Medikamentosa topical
Medikamentosa intraartikular
Medikamentosa Sistemik
a). Analgesik
20
21
22
23
2. Non Farmakologik
a. Perlindungan sendi
OA mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang
baik. Koreksi terhadap postur yang buruk dan penyangga (korset) untuk lordosis
lumbal yang berlebihan mungkin membantu. Perlu dihindari aktivitas yang
berlebihan pada sendi yang sakit (misalnya modifikasi tempat duduk dan
mengurangi kebutuhan jongkok dan berlutut untuk OA sendi lutut). Istirahat yang
periodik akan membantu mengurangi nyeri. Pemakaian tongkat, sepatu khusus,
alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan.16
b. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien OA yang gemuk harus menjadi
program utama pengobatan OA. Penurunan berat badan seringkali dapat
mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.16,17
Beberapa hal yang berkaitan dengan diet pada OA, antara lain:
-
24
dan
perkembangan
OA.
Suplementasi
vitamin
yang
c.
Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan OA, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan yang tepat. Pemakaian panas
yang ssedang diberikan sebelum latihan untuk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin, dan obat-obat
gosok jangan dipakai sebelum pemanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai,
seperti hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonik, inframerah, diatermi, mandi
parafin, dan mandi dari pancuran panas.16
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan
memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi OA. Latihan isometrik
lebih baik daripada isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi
rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh, timbul karena
berkurangnya beban ke sendi oleh karena otot-otot periartikular memegang
25
peranan penting terhadap perlindungan rawan sendi dari beban, maka penguatan
otot-otot tersebut adalah penting.16
keuntungannya.Pertimbangan
dilakukan
tindakan
operatif
bila:
(1) Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi, (2) Nyeri yang tidak dapat
teratasi dengan penganan medikamentosa dan rehabilitative.
26
27
meliputi
nonfungsi
otot
3.11 KOMPLIKASI
Penurunan fungsi tulang ini akan berlanjut terus, beberapa penderita
bahkanmengalami penurunan fungsi yang cukup signifikan, bahkan penderita
akan berujung padakehilangan kemampuan berdiri atau berjalan.
3.12 PROGNOSIS
28
29
BAB IV
KESIMPULAN
30
Daftar Pustaka
31
32