Anda di halaman 1dari 12

REFERAT

UVEITIS ANTERIOR

Oleh :
Arifi (030.10.039)

Pembimbing :
Dr. Sihol Enades, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN MATA


PERIODE 10 AGUSTUS 2015- AGUSTUS 2014
RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA 2015

1
DAFTAR ISI

Cover 1
Daftar isi 2
BAB I : Ilustrasi Kasus
- Identitas 3
- Anamnesis 3-4
- Pemeriksaan Fisik 4-5
- Pemeriksaan Penunjang dan Radiologi 5
- Kesimpulan 5

BAB II : Tinjauan Pustaka


- Anestesi Regional 6-7
- Anestesi Spinal 7-
14

BAB III: Analisa Kasus 54-


17
Kesimpulan 18
Daftar Pustaka 19

2
ANATOMI UVEA

Uvea terdiri dari iris, korpus siliare dan khoroid. Bagian ini adalah lapisan vaskular
tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Bagian ini ikut memasukkan darah ke
retina.1,2

Gambar 1. Anatomi Mata3

1. IRIS

Iris adalah perpanjangan korpus siliare ke anterior. Iris berupa suatu permukaan
pipih dengan apertura bulat yang terletak di tengah pupil. Iris terletak bersambungan
dengan permukaan anterior lensa, yang memisahkan kamera anterior dari kamera
posterior, yang masing-masing berisi aqueus humor. Didalam stroma iris terdapat sfingter
dan otot-otot dilator. Kedua lapisan berpigmen pekat pada permukaan posterior iris
merupakan perluasan neuroretina dan lapisan epitel pigmen retina ke arah anterior.1
Pasok darah ke iris adalah dari sirkulus major iris. Kapiler-kapiler iris mempunyai
lapisan endotel yang tidak berlubang sehingga normalnya tidak membocorkan fluoresein
yang disuntikkan secara intravena. Persarafan iris adalah melalui serat-serat di dalam nervus
siliares.1
Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran pupil pada
prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan antara konstriksi akibat aktivitas parasimpatis
yang dihantarkan melalui nervus kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas
simpatik.1

3
2. KORPUS SILIARIS

Korpus siliaris yang secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang,
membentang ke depan dari ujung anterior khoroid ke pangkal iris (sekitar 6 mm). Korpus
siliaris terdiri dari suatu zona anterior yang berombakombak, pars plikata dan zona posterior
yang datar, pars plana. Prosesus siliaris berasal dari pars plikata. Prosesus siliaris ini
terutama terbentuk dari kapiler-kapiler dan vena yang bermuara ke vena-vena vortex.
Kapiler-kapilernya besar dan berlobang-lobang sehingga membocorkan floresein yang
disuntikkan secara intravena. Ada 2 lapisan epitel siliaris, satu lapisan tanpa pigmen di
sebelah dalam, yang merupakan perluasan neuroretina ke anterior, dan lapisan berpigmen
di sebelah luar, yang merupakan perluasan dari lapisan epitel pigmen retina. Prosesus siliaris
dan epitel siliaris pembungkusnya berfungsi sebagai pembentuk
aqueus humor.1

3. KHOROID

Khoroid adalah segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera. Khoroid tersusun
dari tiga lapisan pembuluh darah khoroid; besar, sedang dan kecil. Semakin dalam
pembuluh terletak di dalam khoroid, semakin lebar lumennya. Bagian dalam pembuluh
darah khoroid dikenal sebagai khoriokapilaris. Darah dari pembuluh darah khoroid dialirkan
melalui empat vena vortex, satu di masing-masing kuadran posterior. Khoroid di sebelah
dalam dibatasi oleh membran Bruch dan di sebelah luar oleh sklera. Ruang suprakoroid
terletak di antara khoroid dan sklera. Khoroid melekat erat ke posterior ke tepi-tepi nervus
optikus. Ke anterior, khoroid bersambung dengan korpus siliare. Agregat pembuluh darah
khoroid memperdarahi bagian luar retina yang mendasarinya.1

UVEITIS ANTERIOR

1. DEFINISI

Uveitis anterior didefinisikan sebagai peradangan yang mengenai traktus uvealis


bagian anterior yaitu iris (iritis) dan dapat pula mengenai bagian anterior badan siliaris
(iridosiklitis).2,3

4
2. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi pasti dari uveitis tidak diketahui. Secara umum uveitis disebabkan oleh
reaksi imunitas. Uveitis sering dihubungkan dengan infeksi seperti herpes, toksoplasmosis
dan sifilis. Reaksi imunitas terhadap benda asing atau antigen pada mata juga dapat
menyebabkan cedera pada pembuluh darah dan sel-sel pada traktus uvealis. Uveitis juga
sering dikaitkan dengan penyakit atau kelainan autoimun, seperti lupus eritematosus
sistemik dan artritis reumatoid.
Pada kelainan autoimun, uveitis mungkin disebabkan oleh reaksi hipersensitifitas
terhadap deposisi kompleks imun dalam traktus uvealis.3 Berikut ini adalah beberapa
kelainan yang dapat menyebabkan uveitis anterior :3

Autoimun Artritis Reumatoid Juvenilis, Spondilitis Ankilosa, Kolitis Ulserativa, Uveitis


terinduksi lensa, Sarkoidosis, Penyakit Crohn, Infeksi Sifilis, Tuberkulosis, Morbus Hansen,
Herpes Zoster, Herpes simpleks, Onkoserkiasis, Adenovirus Keganasan Sindrom Masquerade
(Retinoblastoma, Leukimia, Limfoma, Melanoma maligna)

Lain-lain : Idiopatik, Uveitis traumatik, Ablatio retina, Iridosiklitis heterokromik Fuchs, krisis
glaukomatosiklitik.

3. KLASIFIKASI

Secara klinis, uveitis dapat diklasifikasikan dengan bermacam cara yang sering
membingungkan. Ada yang mengklasifikasikan uveitis berdasarkan lokasi atau posisi
anatomis lesi yaitu uveitis anterior, uveitis intermedia, uveitis posterior dan panuveitis atau
uveitis difus. Ada juga yang membagi berdasarkan derajat keparahan menjadi uveitis akut,
uveitis subakut, uveitis kronik dan uveitis eksaserbasi. Pembagian lain uveitis berdasarkan
patologinya yaitu uveitis granulomatosa dan uveitis non-granulomatosa. Dan ada juga
pembagian uveitis berdasarkan demografi yang berdampingan dengan faktor terkait seperti
jenis kelamin, ras, usia, geografis, unilateral/bilateral dan lain-lain; serta pembagian uveitis
berdasarkan etiologinya.4,5

5
Gambar 2. Pembagian Uveitis berdasarkan Lokasi Anatomis Lesi5

4. GEJALA DAN TANDA

Gejala akut dari uveitis anterior adalah mata merah, fotofobia, nyeri, penurunan
tajam penglihatan dan hiperlakrimasi. Sedangkan pada keadaan kronis gejala uveitis
anterior yang ditemukan dapat minimal sekali, meskipun proses radang yang hebat sedang
terjadi.2

a. Uveitis Anterior Jenis Non-Granulomatosa

Pada bentuk non-granulomatosa, onsetnya khas akut, dengan rasa sakit, injeksi,
fotofobia dan penglihatan kabur. Terdapat kemerahan sirkumkorneal atau injeksi siliar yang
disebabkan oleh dilatasi pembuluh-pembuluh darah limbus.2,6
Deposit putih halus (keratic presipitate/ KP) pada permukaan posterior kornea dapat
dilihat dengan slit-lamp atau dengan kaca pembesar. KP adalah deposit seluler pada endotel
kornea. Karakteristik dan distribusi KP dapat memberikan petunjuk bagi jenis uveitis. KP
umumnya terbentuk di daerah pertengahan dan inferior dari kornea. Terdapat 4 jenis KP
yang diketahui, yaitu small KP, medium KP, large KP dan fresh KP. Small KP merupakan
tanda khas pada herpes zoster dan Fuchs uveitis syndrome. Medium KP terlihat pada
kebanyakan jenis uveitis anterior akut maupun kronis. Large KP biasanya jenis mutton fat
biasanya terdapat pada uveitis anterior tipe granulomatosa. Fresh KP atau KP baru terlihat
berwarna putih dan melingkar. Seiring bertambahnya waktu, akan berubah menjadi lebih
pucat dan berpigmen. Pupil mengecil dan mungkin terdapat kumpulan fibrin dengan sel di
kamera anterior. Jika terdapat sinekia posterior, bentuk pupil menjadi tidak teratur.6

6
Gambar 3. Gambaran Keratic Presipitates pada Uveitis Anterior7

b. Uveitis Anterior Jenis Granulomatosa

Pada bentuk granulomatosa, biasanya onsetnya tidak terlihat. Penglihatan berangsur


kabur dan mata tersebut memerah secara difus di daerah sirkumkornea. Sakitnya minimal
dan fotofobianya tidak seberat bentuk non-granulomatosa. Pupil sering mengecil dan tidak
teratur karena terbentuknya sinekia posterior. KP mutton fat besar-besar dapat terlihat
dengan slit-lamp di permukaan posterior kornea. Tampak kemerahan, flare dan sel-sel putih
di tepian pupil (nodul Koeppe). Nodul-nodul ini sepadan dengan KP mutton fat. Nodul
serupa di seluruh stroma iris disebut nodul Busacca.2,6

5. DIAGNOSIS

Diagnosis uveitis anterior dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis,


pemeriksaan oftalmologi dan pemeriksaan penunjang lainnya.2,7,8

a. Anamnesis

Anamnesis dilakukan dengan menanyakan riwayat kesehatan pasien, misalnya


pernah menderita iritis atau penyakit mata lainnya, kemudian riwayat penyakit sistemik
yang mungkin pernah diderita oleh pasien. Keluhan yang dirasakan pasien biasanya antara
lain :

Nyeri dangkal (dull pain), yang muncul dan sering menjadi lebih terasa ketika mata
disentuh pada kelopak mata. Nyeri tersebut dapat beralih ke daerah pelipis atau
daerah periorbital. Nyeri tersebut sering timbul dan menghilang segera setelah
muncul.
Fotofobia atau fotosensitif terhadap cahaya, terutama cahaya matahari yang dapat
menambah rasa tidak nyaman pasien
Kemerahan tanpa sekret mukopurulen
Pandangan kabur (blurring)
Umumnya unilateral

7
b. Pemeriksaan Oftalmologi

Visus : Visus biasanya normal atau dapat sedikit menurun


Tekanan intraokular (TIO) pada mata yang meradang lebih rendah daripada mata
yang sehat. Hal ini secara sekunder disebabkan oleh penurunan produksi cairan
akuos akibat radang pada korpus siliaris. Akan tetapi TIO juga dapat meningkat
akibat perubahan aliran keluar (outflow) cairan akuos
Konjungtiva : Terlihat injeksi silier/ perilimbal atau dapat pula (pada kasus yang
jarang) injeksi pada seluruh konjungtiva
Kornea : KP (+), Udema stroma kornea
Camera Oculi Anterior (COA) : Sel-sel flare dan/atau hipopion

Ditemukannya sel-sel pada cairan akuos merupakan tanda dari proses inflamasi
yang aktif. Jumlah sel yang ditemukan pada pemeriksaan slitlamp dapat digunakan
untuk grading. Grade 0 sampai +4 ditentukan dari :

0 : Tidak ditemukan sel


+1 : 5-10 sel
+2 : 11-20 sel
+3 : 21-50 sel
+4 : > 50 sel

Aqueous flare adalah akibat dari keluarnya protein dari pembuluh darah iris yang
mengalami peradangan. Adanya flare tanpa ditemukannya sel-sel bukan indikasi bagi
pengobatan. Melalui hasil pemeriksaan slit-lamp yang sama dengan pemeriksaan sel,
flare juga diklasifikasikan sebagai berikut :

0 : Tidak ditemukan flare


+1 : Terlihat hanya dengan pemeriksaan yang teliti
+2 : Moderat, iris terlihat bersih
+3 : Iris dan lensa terlihat keruh
+4 : Terbentuk fibrin pada cairan akuous

Hipopion ditemukan sebagian besar mungkin sehubungan dengan penyakit terkait


HLA B27, penyakit Behcet atau penyakit infeksi terkait iritis.

8
Gambar 4. Gambaran Hipopion pada Uveitis Anterior7

Iris : dapat ditemukan sinekia posterior


Lensa dan korpus vitreus anterior : dapat ditemukan lentikular presipitat pada kapsul
lensa anterior. Katarak subkapsuler posterior dapat ditemukan bila pasien
mengalami iritis berulang.

c. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium mendalam umumnya tidak diperlukan untuk uveitis


anterior, apalagi bila jenisnya non-granulomatosa atau menunjukkan respon terhadap
pengobatan non spesifik. Akan tetapi pada keadaan dimana uveitis anterior tetap tidak
responsif terhadap pengobatan maka diperlukan usaha untuk menemukan diagnosis
etiologiknya. Pada pria muda dengan iridosiklitis akut rekurens, foto rontgen sakroiliaka
diperlukan untuk mengeksklusi kemungkinan adanya spondilitis ankilosa. Pada kelompok
usia yang lebih muda, artritis reumatoid juvenil harus selalu dipertimbangkan khususnya
pada kasus-kasus iridosiklitis kronis. Pemeriksaan darah untuk antinuclear antibody dan
rheumatoid factor serta foto rontgen lutut sebaiknya dilakukan. Perujukan ke ahli penyakit
anak dianjurkan pada keadaan ini. Iridosiklitis dengan KP mutton fat memberikan
kemungkinan sarkoidosis. Foto rontgen toraks sebaiknya dilakukan dan pemeriksaan
terhadap enzim lisozim serum serta serum angiotensine converting enzyme sangat
membantu.
Pemeriksaan terhadap HLA-B27 tidak bermanfaat untuk penatalaksanaan pasien
dengan uveitis anterior, akan tetapi kemungkinan dapat memberikan perkiraan akan
suseptibilitas untuk rekurens. Sebagai contoh, HLA-B27 ditemukan pada sebagian besar
kasus iridosiklitis yang terkait dengan spondilitis ankilosa. Tes kulit terhadap tuberkulosis
dan histoplasmosis dapat berguna, demikian pula antibodi terhadap toksoplasmosis.
Berdasarkan tes-tes tersebut dan gambaran kliniknya, seringkali dapat ditegakkan diagnosis
etiologiknya. Dalam usaha penegakan diagnosis etiologis dari uveitis diperlukan bantuan
atau konsultasi dengan bagian lain seperti ahli radiologi dalam pemeriksaan foto rontgen,
ahli penyakit anak atau penyakit dalam pada kasus atritis reumatoid, ahli penyakit THT pada
ksus uveitis akibat infeksi sinus paranasal, ahli penyakit gigi dan mulut pada kasus uveitis
dengan fokus infeksi di rongga mulut, dan lain-lain.

9
6. DIAGNOSIS BANDING

Berikut adalah beberapa diagnosis banding dari uveitis anterior:1,9


Konjungtivitis. Pada konjungtivitis penglihatan tidak kabur, respon pupil normal, ada
kotoran mata dan umumnya tidak ada rasa sakit, fotofobia atau injeksi siliaris.
Keratitis atau keratokonjungtivitis. Pada keratitis atau keratokonjungtivitis,
penglihatan dapat kabur dan ada rasa sakit dan fotofobia. Beberapa penyebab
keratitis seperti herpes simpleks dan herpes zoster dapat menyertai uveitis anterior
sebenarnya.
Glaukoma akut. Pada glaukoma akut pupil melebar, tidak ditemukan sinekia
posterior dan korneanya beruap.

7. KOMPLIKASI

Berikut ini adalah beberapa komplikasi dari uveitis anterior:1,10


Sinekia anterior perifer. Uveitis anterior dapat menimbulkan sinekia anterior perifer
yang menghalangi humor akuos keluar di sudut iridokornea (sudut kamera anterior)
sehingga dapat menimbulkan glaukoma.
Sinekia posterior dapat menimbulkan glaukoma dengan berkumpulnya akuos
humour di belakang iris, sehingga menonjolkan iris ke depan.
Gangguan metabolisme lensa dapat menimbulkan katarak
Edema kistoid makular dan degenerasi makula dapat timbul pada uveitis anterior
yang berkepanjangan.

8. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama terapi uveitis anterior adalah:1,6,10


Mencegah sinekia posterior
Mengurangi keparahan (severity) dan frekuensi serangan atau eksaserbasi uveitis
Mencegah kerusakan pembuluh darah iris yang dapat:
Mengubah kondisi dari iridosiklitis akut menjadi iridosiklitis kronik (terjadi
perburukan diagnosis)
Meningkatkan derajat keparahan keadaan yang memang sudah kronik
Mencegah atau meminimalkan perkembangan katarak sekunder
Tidak melakukan tindakan yang dapat menyakiti atau merugikan pasien

10
1. Untuk Uveitis Anterior Non-Granulomatosa

Analgetik sistemik secukupnya untuk mengurangi rasa sakit


Kacamata gelap untuk keluhan fotofobia
Pupil harus tetap dilebarkan untuk mencegah sinekia posterior. Atropine digunakan
sebagai pilihan utama untuk tujuan ini. Kemudian setelah reda, dilanjutkan dengan
kerja singkat seperti siklopentolat atau homatropin
Tetes steroid lokal cukup efektif digunakan sebagai anti radang
Steroid sistemik bila perlu diberikan dalam dosis tunggal selang sehari yang tinggi
dan kemudian diturunkan sampai dosis efektif. Steroid dapat juga diberikan
subkonjungtiva dan peribulbar. Pemberian steroid untuk jangka lama dapat
menimbulkan katarak, glaukoma dan midriasis pada pupil.
Sikoplegik spesifik diberikan bila kuman penyebab diketahui

2. Untuk Uveitis Anterior Granulomatosa

Terapi diberikan sesuai dengan penyebab spesifiknya. Atropin 2% diberikan


sebagai dilator pupil bila segmen anterior terkena.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Traktus Uvealis dan Sklera. Dalam : Oftalmologi
Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika, 2000. 155-160.
2. Kanski J. Uveitis. In: Clinical Ophthalmology. Third Edition. London : Butterworth
Heinemann, 1994. 151-155.
3. George R. Non Granulomatous Anterior Uveitis, 2005. http://www.emedicine.com
[diakses tanggal 4 Desember 2008]
4. Smith R, Nozik R. Uveitis. Baltimore: Williams and Wilkins, 1983. 72-74.
5. Guide A. Uveitis. http://www.preventblindnessamerica.org [diakses 4 Desember 2008]
6. Ilyas S. Uveitis Anterior. Dalam: Ilmu Penyakit Mata. Edisi kedua. Jakarta:
FKUI, 2002. 180-181.
7. Gordon K. Iritis and Uveitis, 2005. http://www.emedicine.com [diakses tanggal 4
Desember 2008]
8. Hollwich F. Oftalmologi. Edisi kedua. Jakarta: Binarupa Aksara, 1993. 117 - 138.
9. Newell FW. Inflammatory Disorders. In: Ophthalmology. Fifth Edition. London: The CV
Mosby Company, 1982. 258-267.
10. Rao NA, Foster DJ, Augsburger JJ. Uveitis and Intraocular Neoplasms. In: He Uvea. New
York: Raven Press, 1992.

12

Anda mungkin juga menyukai