RINGAN
STATUS UJIAN
I IDENTITAS PASIEN
Nama
: N. O
Umur
: 13 4/12 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir
Anak ke
: 3 (tiga)
Suku / Bangsa
: Minahasa / Indonesia
Agama
: Kristen Protestan
Alamat sekarang
Tanggal Masuk RS
: 25 Juni 2014
Tanggal pemeriksaan
: 27 Juni 2014
Tempat Pemeriksaan
Tidak ada riwayat cedera kepala, tidak ada riwayat malaria, tidak ada riwayat digigit
anjing, Tidak ada riwayat gangguan di organ lain, tidak ada keluhan nyeri yang
mengganggu, tidak ada keluhan yang berhubungan dengan gangguan somatosensorik
lainnya.
3
tidak diketahui.
Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 Tahun)
Tumbuh kembang pasien sama dengan anak lainnya. Pasien mendapatkan ASI sampai usia
lingkungan rumah dan teman sekolahnya tidak ada masalah. Pasien dapat berinteraksi
dengan mereka sewajarnya dan tidak ada masalah. Tidak pernah ada masalah berarti dalam
5
Riwayat Psikoseksual
Orientasi seksual penderita adalah lawan jenisnya yang sebaya.
Pasien tidak pernah melakukan perbuatan yang melanggar hukum ataupun memiliki
catatan kriminal yang berbahaya sebelumnya. Pasien merupakan anak yang tidak pernah
terlibat pertengkaran dengan temannya.
8
ayahnya.
10 Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien merasa malu dengan bengkak-bengkak pada wajahnya dan menganggap dirinya
terlihat berbeda dengan orang lain. Sehingga pasien cenderung menarik diri dari orang
lain.
SILSILAH KELUARGA/GENOGRAM
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Penderita
Selama wawancara, pasien tampak tenang dan berada di tempat tidur. Pasien tidak
merespon saat diucapkan salam, pasien tidak menjawab pertanyaan mengenai identitas
dirinya dan pasien juga tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan lainnya. Pasien
menghindari kontak mata dengan rasa malu namun perhatian pasien tidak mudah
3
wawancara.
B Mood dan Afek
1) Mood
: Eutimia
2) Afek
: Luas
3) Kesesuaian: Serasi
C Karakteristik bicara
Selama wawancara,pasien menyimak pertanyaan dengan baik, namun pasien tidak
menjawab hanya ibu pasien saja yang menjawab.
D Gangguan persepsi
Tidak ditemukan adanya gangguan persepsi pada pasien.
E Pikiran
1 Arus pikiran : koheren
2 Isi pikir : tidak ada waham.
F Kesadaran dan fungsi kognitif
1 Tingkat kesadaran : compos mentis
Orientasi
- Orientasi waktu : Baik. Pasien dapat membedakan siang dan malam
- Orientasi tempat : Baik. Pasien mengetahui bahwa dirinya berada di RS
- Orientasi orang :Baik. Pasien dapat mengenali orang-orang disekitarnya
Daya konsentrasi : Baik
Perhatian : Pada saat wawancara pasien mampu memusatkan
perhatian dan tidak mudah teralih.
2
Daya ingat :
- Jangka panjang
3 Daya nilai
Daya nilai sosial
Uji daya nilai
Penilaian realitas
4 Tilikan
Derajat VI dimana
5
: Tidak terganggu.
Jangka pendek : Tidak terganggu.
Segera : Tidak terganggu.
: Baik, tidak ada keinginan untuk bunuh diri.
: Baik
: Baik
pasien menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan dalam hal ini
: Tampak sakit
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda vital
Kepala
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
B Status Neurologis
GCS
: E4M6V5
TRM
: Tidak ada
Mata
Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan Nervus Abducens (N.VI) :
selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa pasien memiliki gerakan bola mata
yang wajar (pasien mampu melirikkan bola matanya ke kiri dan ke kanan). Selain itu,
bola mata pasien dapat mengikuti penlight kiri-kanan dan atas-bawah
Nervus Facialis (N.VII) : selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris
Nervus Aksesorius (N.XI) : selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat
menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan bahwa fungsi Nervus
Aksesorius pasien dalam keadaan normal
C Pemeriksaan penunjang
Dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak telah dilakukan pemeriksaan penunjang berupa: kimia
Darah : Albumin menurun.
VI IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Berdasarkan anamnesis, didapatkan pasien laki-laki berumur 13
4/12
tahun, pendidikan
saat ini pasien SMP kelas 2, memiliki dua orang kakak perempuan. Keluhan saat ini yaitu
bengkak pada wajah selama 5 tahun. Pasien sangat jarang keluar rumah, sudah tidak mau
pergi ke sekolah dan jarang berinteraksi dengan orang sekitarnya.
Lima tahun sebelumnya pasien didiagnosis dengan Sindrom Nefrotik. Pada tanggal 14
Maret 2014 pasien masuk RS kemudian pada tanggal 25 Juni pasien kembali ke RS dan
didiagnosis dengan Sindrom Nefrotik dependent Steroid. Setelah mengalami bengkak pada
wajahnya pasien menjadi orang yang lebih pemalu, tidak mau pergi sekolah, jarang keluar
rumah, jarang berbicara, malas untuk memulai suatu percakapan, dan malas untuk ikut dalam
suatu perbincangan. Pasien tidak mau dijaga oleh orang lain selain ibunya. Kalaupun ayah
pasien datang, pasien tidak mau ditinggal oleh ibunya.
Pemeriksaan status mental didapatkan laki-laki sesuai usia, berpenampilan cukup rapi.
Kesadaran kompos mentis dengan ekspresi wajah tampak sakit. Pasien mampu untuk merawat
dirinya sendiri. Selama wawancara, pasien tampak tenang dan berada di tempat tidur. Pasien
kooperatif dalam menyimak pertanyaan namun tidak mau menjawab pertanyaan yang
ditanyakan. pasien dapat melakukan kontak mata dengan pemeriksa.
Pada wawancara didapatkan suasana mood pasien eutimia, afek luas dan tidak terdapat
gangguan bicara. Tidak ditemukan adanya halusinasi maupun waham dan tidak terdapat
gangguan kognitif. Arus pikiran koheren dan menjawab sesuai pertanyaan. Orientasi waktu,
orang dan tempat baik. Daya ingat baik. Penilaian realitas dan daya nilai baik. Tidak ada
keinginan bunuh diri ataupun keinginan untuk melukai diri sendiri. Tingkat tilikan derajat VI
dimana pasien menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan dalam hal ini memerlukan
pengobatan, dan memahami penyebab sakitnya.
VII DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
:GAF Scale Current 80-71 Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan
dalam social, pekerjaan, sekolah, dll.
VIII PROBLEM
Organobiologi : Kelainan di ginjal, tidak ada faktor genetik
Psikologi
Lingkungan dan sosial ekonomi : Pasien bermasalah dengan kepercayaan dirinya saat berada
dengan orang-orang sekitarnya baik teman maupun keluarga.
IX TERAPI
Psikofarmakologi
-
Fluoxetine 20 mg 1 x 1 tablet/hari
Psikoedukasi
1
Terhadap pasien
Psikoterapi Suportif: Memotivasi dan memberikan dukungan kepada pasien agar pasien
tidak merasa rendah diri dengan keadaan fisiknya akibat penyakit yang dialaminya.
Psikoterapi Reedukatif: Memberikan edukasi dan dukungan terhadap pasien agar
memahami manifestasi serta perjalanan penyakitnya agar dapat menerima keadaannya
dengan baik.
Memberikan penerangan kepada pasien secara perlahan-lahan agar pasien dapat
mengerti dan menerima kenyataan, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas
X PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad fungsionam
: bonam
Ad sanationam
: bonam
XI ANJURAN
Dianjurkan kepada keluarga pasien agar memotivasi pasien untuk kembali bersekolah
dan tidak merasa malu dengan keadaannya. Mengajak pasien untuk lebih banyak meluangkan
waktu bersama anggota keluarga yang lain bukan hanya dengan keluarga intinya.
Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan
penyakit pasien. Memberikan dukungan dan kunjungan berkala selama masa pengobatan.
Memberikan konseling yang teratur kepada pasien untuk bisa memperbaiki pemahaman
tentang realitas yang ada, tingkah laku, serta pola pikir pasien agar menyadarkan pada pasien
bahwa pasien memerlukan pengobatan yang teratur.
XII DISKUSI
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis. Dari anamnesis ditemukan
gejala-gejala yang berkaitan dengan gejala episode depresi ringan yaitu adanya keluhan susah
tidur, malas bicara, malas beraktivitas, nafsu makan menurun, mudah lelah. Berdasarkan
PPDGJ-III untuk mendiagnosis episode depresi ringan maka harus memenuhi kriteria yang
telah ditentukan. Pada pasien ini memeuhi kriteria diagnostik untuk didiagnosis sebagai
episode depresif ringan.
Gejala utama :
-
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang
nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya :
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Tidur terganggu, nafsu makan berkurang
Pedoman Diagnostik :
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi.
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya.
Tidak boleh ada gejala berat diantaranya.
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang dilakukannya.
Pada pasien ini diberikan pengobatan farmakoterapi Fluoxetin 20 mg sekali sehari.
Fluoxetin merupakan obat golongan SSRIs (Selective Serotonine Reuptake Inhibitors) yang
mana pada kasus ini berperan sebagai obat anti depresan untuk mengatasi gejala depresi.
Selain sebagai obat pilihan, efek obat ini tergolong mudah penggunaannya, lebih aman dan
memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit. Efek samping yang dapat timbul yaitu
menjadi gelisah, mual, muntah, dapat menyebabkan hipotensi, penurunan libido, disfungsi
ereksi ataupun anorgasmia dan bahkan dapat menyebabkan kematian jika dikombinasikan
dengan alkohol atau obat lain.
Terapi lain yang dapat dilakukan yaitu terapi perilaku terhadap pasien untuk melatih
fungsi kognitif dan perilaku yang baru bagi pasien agar mencegah timbulnya perasaan depresi
kembali. Juga diberikan edukasi terhadap pasien dan keluarga. Untuk pasien agar memahami
gangguannya, cara pengobatan, efek samping yang dapat muncul, kemudian yang penting
juga ialah meningkatkan kesadaran dalam kepatuhan dan keteraturan minum obat. Keluarga
pasien juga diberikan terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi berupa penyampaian
informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyakit yang dialami pasien serta
pengobatannya, sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien untuk
minum obat dan control secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan secara dini.
Peran keluarga dekat untuk terus berkomunikasi dengan pasien dalam kasus ini sangat
penting, terutama dalam hal motivasi dan perhatian, sehingga pasien merasa nyaman.
WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara dilakukan di ruang perawatan Irina E atas kamar 3 kelas III Bagian Ilmu
Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou pada tanggal 27 Juni 2014 jam 11.00 WITA. Saat
pemeriksa hendak menuju ruang perawatan, pasien sedang berjalan masuk ke kamar
perawatannyadan hendak berbaring di atas tempat tidur.
Keterangan :
A: Pemeriksa
B: ibu pasien
A : Selamat siang, saya dokter muda Mega, dengan Ibu siapa ini?
B : Siang Dokter. Dengan Ibu H. T
A : Anaknya yang dirawat nama lengkapnya siapa?
B: nama lengkapnya N. A. O
A : Ade masuk rumah sakit karena apa?
B : Ade Cuma mau ba control di poliklinik RS, tp pas dokter priksa deng priksa darah, dapa
suruh rawat inap jo.
A : Kong ade ada rasa bagemana dang skarang??
B : Ade so lebe pamalu pa orang, so malas bekeng apa-apa dok, so nda mau pi skolah kurang
torang yang paksa. Makang leh Cuma babagitu kong so nimau kluar rumah.
A : Jadi ade so nda pernah maso skolah dang ini?
B : Io dok, mar torang musti paksa, kalo nyanda mo jadi apa dia nanti. Anak laki-laki le dok
A : So itu leh, kong kiapa so nimau ja bicara dang ini?
B : Di ape orang memang pamalu katu dok, mar nintau kiapa lebe hari lebe pamalu. Torang pe
sodara jo kalo datang ba jenguk dia so lebe malu kong Cuma badiam kong ba tidor-tidor.
A : So dari kapan dang ade ja bagitu?
B : So lama noh dok, dari tu di ape muka Bangka-bangka itu
A : Kong yang jaga pa ade disini Cuma ibu dang?
B : Ada kita pe suami le ja datang, mar ade nimau kwa kalo Cuma kase tinggal dia deng depe
papa. Jadi biar depe papa ada kita nimbole pulang
A : Kiapa dia bagitu dang? Dia p papa ja marah-marah pa dia
B : Biasa-biasa jo dok, Cuma dari dulu dia memang Cuma dekat deng kita dok.
A : Iya dang, makasih ibu neh, istirahat jo bilang pa ade supaya cepat sembuh kong boleh pulang
rumah.
B : Makase dokter.
: An. S.L
Umur
: 5 8/12 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir
Suku / Bangsa
: Minahasa / Indonesia
Agama
: Kristen Protestan
Alamat sekarang
: Manembo-Nembo Atas
Tanggal pemeriksaan
Riwayat penyakit ginjal kronis (+) 1 tahun lalu, kontrol tidak teratur .
Riwayat diabetes melitus 6 tahun, kontrol tidak teratur.
Tidak ada riwayat cedera kepala, tidak ada riwayat malaria, tidak ada riwayat digigit
anjing, Tidak ada riwayat gangguan di organ lain, tidak ada keluhan nyeri yang
mengganggu, tidak ada keluhan yang berhubungan dengan seksual dan gangguan
somatosensorik lainnya.
6
untuk dijual dipasar. Sebelum pasien masuk rumah sakit, pasien masih tetap bekerja.
Riwayat Keagamaan
Pasien beragama Kristen Protestan dan rajin beribadah. Menurut istri pasien, pasien
beribadah tiap minggu ke gereja dan sering menghadiri pertemuan ibadah kaum Bapa di
lingkungan sekitar.
Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah. Pasien menikah pada usia 19 tahun. Pernikahan ini merupakan
pernikahan pertama pasien. Pasien memiliki 1 orang istri dan 5 orang anak. Hubungan
pasien dengan istri selama perkawinan harmonis. Istri pasien sangat menyayangi pasien.
d
e
Riwayat Psikoseksual
Orientasi seksual penderita adalah lawan jenisnya yang sebaya.
Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah melakukan perbuatan yang melanggar hukum ataupun memiliki
catatan kriminal yang berbahaya sebelumnya. Pasien sangat berpegang teguh terhadap
nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
rapi.
Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ketiga dari 11 bersaudara, pasien termasuk golongan keluarga
dengan ekonomi rendah. Menurut istri pasien, pasien merupakan harapan keluarga.
Hubungan dengan orang tua sebelum meninggal baik. Ayah pasien mendidik pasien
beserta adik-adiknya dengan keras. Ibu pasien adalah orang yang teliti dan selalu rapi.
Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien merasa sedih dan tidak berguna sejak didiagnosis penyakit ginjal. Pasien menjadi
sangat takut kehilangan istri dan anak-anaknya.
SILSILAH KELUARGA/GENOGRAM
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Penderita
- Orientasi tempat
- Orientasi orang
Daya konsentrasi
Daya ingat :
- Jangka panjang
8 Daya nilai
Daya nilai sosial
Uji daya nilai
Penilaian realitas
9 Tilikan
Derajat VI dimana
: Tidak terganggu.
Jangka pendek : Tidak terganggu.
Segera : Tidak terganggu.
: Baik, tidak ada keinginan untuk bunuh diri.
: Baik
: Baik
pasien menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan dalam hal ini
: Tampak sakit
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda vital
Kepala
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
D Status Neurologis
GCS
: E4M6V5
TRM
: Tidak ada
Mata
m Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan Nervus Abducens (N.VI) :
selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa pasien memiliki gerakan bola mata
yang tidak wajar (pasien mampu melirikkan bola matanya ke kiri dan ke kanan). Selain
itu, bola mata pasien dapat mengikuti penlight kiri-kanan dan atas-bawah
n
Nervus Facialis (N.VII) : selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris
Nervus Aksesorius (N.XI) : selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat
menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan bahwa fungsi Nervus
Aksesorius pasien dalam keadaan normal
E Pemeriksaan penunjang
Dari Bagian Ilmu Penyakit Dalam telah dilakukan pemeriksaan penunjang berupa: kimia
Darah : hemoglobin menurun, creatinin normal, ureum normal. (pasien baru menjalani
hemodialisis 5 hari lalu).
XIII IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Berdasarkan anamnesis, didapatkan pasien laki-laki berumur 54 tahun, pendidikan
terakhir tamat SMP, bekerja sebagai petani, sudah menikah, memiliki lima orang anak.
Keluhan saat ini yaitu lemah badan yang dialami sejak tiga minggu terakhir. Pasien juga
mengeluh susah tidur, jarang bicara dan nafsu makan berkurang sejak dua minggu yang lalu.
Satu tahun sebelumnya pasien didiagnosis dengan gagal ginjal stadium tiga. Pada
tanggal 4 Januari 2014 pasien masuk kembali ke RS dan didiagnosis dengan gagal ginjal
stadium lima. Setelah mengetahui penyakitnya muncul keluhan susah tidur, nafsu makan
menurun dan jarang berbicara. Pasien sering berpikir mengenai penyakitnya dan memikirkan
anak dan istrinya. Pasien merasa hampa dan kosong sehingga malas untuk berbicara, malas
untuk memulai suatu percakapan, dan malas untuk ikut dalam suatu perbincangan. Pasien
juga mengatakan bahwa merasa cepat lelah jika terlalu banyak berbicara.
Nafsu makan dirasakan mulai menurun dan juga merasa mudah lelah walaupun hanya
beraktivitas sedikit. Pasien juga menderita diabetes melitus sejak enam tahun yang lalu.
Pasien pernah mengkonsumsi alkohol dan merokok, tetapi berhenti sejak muncul keluhan
lemah badan
Pemeriksaan status mental didapatkan laki-laki sesuai usia, berpenampilan cukup rapi.
Kesadaran kompos mentis dengan ekspresi wajah tampak sakit. Pasien mampu untuk merawat
dirinya sendiri. Selama wawancara, pasien tampak tenang dan berada di tempat tidur. Pasien
kooperatif dalam menjawab dengan tepat setiap pertanyaan dengan suara lantang, artikulasi
jelas, volume suara sedang dan intonasi jelas serta dapat melakuka kontak mata dengan
pemeriksa.
Pada wawancara didapatkan suasana mood pasien hipotimik, afek menyempit
(depresif) dan tidak terdapat gangguan bicara. Tidak ditemukan adanya halusinasi maupun
waham dan tidak terdapat gangguan kognitif. Arus pikiran koheren dan menjawab sesuai
pertanyaan. Orientasi waktu, orang dan tempat baik. Daya ingat baik. Penilaian realitas dan
daya nilai baik. Tidak ada keinginan bunuh diri ataupun keinginan untuk melukai diri sendiri.
Tingkat tilikan derajat VI dimana pasien menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan dalam hal
ini memerlukan pengobatan, dan memahami penyebab sakitnya.
XIV DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I
: Episode Depresif Ringan dd/ Gangguan Depresif Organik (F 32.0 dd/ F 06.32)
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
:GAF Scale Current 7061 Gejala ringan dan menetap, disabilitas sedang dalam
fungsi, secara umum baik.
GAF Scale HLPY (Highest Level Past Year) 90 81 Gejala minimal, berfungsi
baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian biasa.
XV PROBLEM
Pasien
merasa
tertekan
dengan
penyakitnya
karena
memikirkan
XVI TERAPI
Psikofarmakologi
-
Fluoxetine 20 mg 1 x 1 tablet/hari
Psikoedukasi
3
Terhadap pasien
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yaitu terapi kognitif yang bertujuan untuk
menghilangkan episode depresif dan mencegah rekurennya dengan membantu pasien
mengidentifikasi dan uji kognitif negatif, mengembangkan cara berpikir alternatif,
fleksibel dan positif, dan melatih kembali respon kognitif dan perilaku yang baru.
Psikoterapi Suportif: Memotivasi dan memberikan dukungan kepada pasien agar pasien
tidak merasa putus asa dan semangat juangnya dalam menghadapi hidup ini tidak
kendur.
Psikoterapi Reedukatif: Memberikan edukasi dan dukungan terhadap pasien agar
memahami gangguannya lebih lanjut, cara pengobatan, efek samping yang dapat
XVII PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad fungsionam
: bonam
Ad sanationam
: bonam
XIII ANJURAN
Dianjurkan kepada keluarga pasien agar mengawasi pasien sehingga pasien
mengonsumsi obatnya dengan teratur. Usahakan pasien berada dalam pengawasan keluarga,
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Memberikan pengertian kepada keluarga
akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan penyakit pasien. Memberikan dukungan dan
kunjungan berkala selama masa pengobatan. Memberikan konseling yang teratur kepada
pasien untuk bisa memperbaiki pemahaman tentang realitas yang ada, tingkah laku, serta pola
pikir pasien agar menyadarkan pada pasien bahwa pasien memerlukan pengobatan yang
teratur.
XIV DISKUSI
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis. Dari anamnesis ditemukan
gejala-gejala yang berkaitan dengan gejala episode depresi ringan yaitu adanya keluhan susah
tidur, malas bicara, malas beraktivitas, nafsu makan menurun, mudah lelah, mood hipotimia
serta afek menyempit (depresif). Berdasarkan PPDGJ-III untuk mendiagnosis episode depresi
ringan maka harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Pada pasien ini memeuhi kriteria
diagnostik untuk didiagnosis sebagai episode depresif ringan.
Gejala utama :
-
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang
nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya :
WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara dilakukan di ruang perawatan Irina C2 kamar 102 Bagian Ilmu Penyakit
Dalam RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou pada tanggal 07 Januari 2014 jam 11.00 WITA. Saat
pemeriksa hendak menuju ruang perawatan, pasien sedang tidur di atas tempat tidur.
Keterangan :
A: Pemeriksa
B: Pasien
A : Selamat siang, saya dokter muda Fili, dengan bapak siapa ini?
B : Siang Dokter. Dengan bapak M.S.
A : Bapak masuk rumah sakit karena apa?
B : Kita masuk rumah sakit karena rasa lemah tu badan so priksa lab, dokter bilang saki ginjal
stadium 5
A : Kong rasa bagemana dang skarang??
B : So malas bekeng apa-apa dok, so nda semangat. Makang leh so nda nafsu.
A : Ibu ada bilang kata susah tidor deng so jarang bicara. Io??
B : Io dok, siksa mo cari tidor. Tapikir-pikir trus deng ni saki. Bgmn qt p nasib deng bini deng
kita pe anak-anak. Qt so nintau.
A : So itu leh yang biking kita malas bacarita??
B : Kita so kurang tapikir trus itu no. Kita ja tapikir somo jadi beban for tape anak-anak deng
istri. Mo bacirita leh kita so malas. So nda semangat mo bacirita.
A : Karna kiapa kong so bapikir bagitu trus??
B : Gara-gara kita pe saki ini dia noh dok, so saki ginjal stadium 5. Rasa siksa kita kalo pikirpikir tu dia. So rasa kosong kita pe hati dok kalo ja inga-inga.
A : So dari kapan bapak rasa bagitu ??
B : Pas dengar dokter ada bilang kita pe saki, kita rasa nda trima dok, kita pe umur belum talalu
tua leh kong so saki bagitu. Pertama kita marah, kiapa dang Tuhan kase kita saki bagini. Mar
setelah itu nintau kiapa qt so rasa hampa. So nda smangat mo hidup. Padahal tiap hari kita
pe istri kurang ja kase semangat trus.
A : Kong yang jaga pa bapak disini siapa?
B : Ada kita pe istri deng anak.
DAFTAR PUSTAKA
1
Jakarta : 2010
Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
Jakarta. 2007
Maslim R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atma Jaya. Jakarta. 2007
George M.S, Scott M.M, Ian H.G : Early parental loss and depression history:Associations
with recent life stress in major depressive disorder. Journal of Psychiatric Research 2011 ;
1146-52.
Scott M.M, George M.S, Ian H.G : Life stress and family history for depression : The
moderating role of past depressive episodes. Journal of Psychiatric Research 2013 : 1-6.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Jenis kelamin
Tempat/tanggal lahir
Status perkawinan
Jumlah anak
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Suku/bangsa
Agama
Alamat sekarang
Tanggal pemeriksaan
Tempat pemeriksaan
II
: Ny. M.C
: 45 tahun
: Perempuan
: Kotamobagu, 23 Februari 1968
: Sudah menikah
: 1 orang, perempuan berusia 20 tahun
: SMP
: Ibu Rumah Tangga
: Sangihe/Indonesia
: Kristen Protestan
: Tumumpa lingkungan 1
: 30 Mei 2013
:Poli Jiwa RS Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang
RIWAYAT PSIKIATRI
Riwayat psikiatri diperoleh dari:
Autoanamnesis tanggal 30 Mei 2013
A Keluhan utama
Sering berdiam diri di kamar dan tidak memiliki gairah hidup
III
Riwayat pendidikan
4
5
6
7
8
Pasien bekerja di rumah makan, namun pekerjaan ini tidak tetap hanya bila di
panggil untuk bekerja saja baru pasien bekerja.
Riwayat perkawinan
Pasien menikah 20 tahun yang lalu dan mempunyai 1 orang anak perempuan
berusia 20 tahun. Pernikahan tidak harmonis, sering bertengkar dengan suami.
Riwayat kehidupan sosial
Sebelum keluhan dialami, hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga baik,
pasien biasa bercerita dengan keluarga dan teman.
Riwayat keagamaan
Pasien tidak rutin beribadah ke gereja.
Situasi kehidupan sekarang
Pasien tinggal dengan suami dan anak perempuan pasien, namun suami pasien
sering tidak berada dirumah.
Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah melanggar dan tidak pernah terlibat dalam masalah hukum.
Riwayat keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, kehidupan sosial ekonomi
menengah ke bawah.Hubungan antara anggota keluarga baik dan harmonis.Tidak
ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa ataupun gangguan jiwa
sebelumnya.
GENOGRAM
IV
Penampilan
Compos mentis
Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pasien duduk dengan tenang, tidak ada gerakan yang tidak bertujuan.
Sikap terhadap pemeriksa
Mood
: depresi
Ekspresi afektif
: depresif
Kesesuaian
Taraf pendidikan
Tidak ada orientasi waktu, tempat dan orang. Pasien mengetahui dengan jelas
jam, hari, tanggal, bulan, tahun, dan tempat saat pemeriksaan. Pasien mengenal
keluarga yang mengantar.
Daya ingat
: baik
: baik
: baik
: baik
D Gangguan persepsi
Pasien tidak pernah melihat atau mendengar sesuatu atau merasakan sensasi aneh
yang tidak dialami oleh orang lain.
E Proses pikir
1
Aruspikiran
Tilikan intelektual, pasien menerima bahwa dirinya sakit dan butuh bantuan.Pasien
menyadari bahwa keluhannya ini dirasakan akibat pemikirannya sendiri mengenai
masalah rumah tangga yang berlarut-larut, tetapi pasien tidak mampu untuk
mengatasi dan melupakan masalahnya.
H Reabilitas
Penjelasan pasien dapat dipercaya.Pasien terkesan jujur dan mampu menceritakan
situasi dirinya dengan tepat.
: baik
: compos mentis
: T: 110/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 20 x/m
: conjanemis -/-, sclera ikt -/: C: S1-2 normal, reguler, bising (-)
P: sp. Vesikuler, Rh -/-, Wh -/: datar, lemas, BU (+) normal, H/L ttb
: akral hangat, edema (-)
B Status neurologi
GCS
: E4M6V5
TRM
Mata
N. olfaktorius (N.I)
Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memliki gerakan bola mata
yang wajar.
N. trigeminus (N.V)
VI
Saat diinstruksikan untuk menggigit, kekuatan otot masseter kiri dan kanan
serta otot temporalis kiri dan kanan terasa sama kuat.
N. facialis (N.VII)
Gerakan wajah tampak simetris saat pasien mengangkat alis, bersiul dan
memperlihatkan gigi.
N. vestibulocochlearis (N.VIII)
Pasien dapat mendengar dan mengulangi kata-kata dalam jarak dekat dan
jauh.Saat memasuki ruangan, pasien dapat berjalan sendiri dengan tegak dan
seimbang.
N. glosssopharyngeus (N.IX), n. vagus (N.X)
Refleks fisiologis
: (+) normal
Refleks patologis
: (-)
Riwayat tumbuh kembang pasien normal. Sebelum keluhan dialami interaksi sosial
pasien wajar.
Pasien tinggal bersama suami dan anak pasien, namun suami pasien jarang berada
dirumah. Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, keluarga pasien tergolong ekonomi
menengah ke bawah.Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental, pasien tampak sehat secara fisik, dandanan wajar dan
sesuai usia. Selama pemeriksaan pasien tenang dan kooperatif.Mood pasien depresi, ekspresi
mood sesuai dengan isi pikiran. Artikulasi pasien jelas. Pasien menjawab hanya jika ditanya,
jawaban pasien relevan.Halusinasi dan waham tidak ada.Penjelasan pasien dapat dipercaya.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan kelainan.
VII
FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan riwayat pasien, ditemukan adanya kejadian-kejadian yang
mencetuskan perubahan pola perilaku dan psikologis yang bermanifestasi timbulnya
gejala dan tanda klinis yang khas berkaitan adanya gangguan kejiwaan serta ditemukan
adanya depresi dan disability sedang dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian
dapat disimpulkan pasien mengalami suatu gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status interna dan status neurologi tidak ditemukan kelainan
yang mengindikasikan adanya gangguan medis umum yang secara fisiologis
menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita selama
ini.
Pasien pasien pernah mengalami trauma dikepala 3 tahun yang lalu.
Pada anamnesis ditemukan pasien lebih suka mengurung diri dikamar, tidak
bergairah dalam hidup, cenderung sulit berkonsentrasi dalam suatu pekerjaa. Pasien juga
mengeluh kurang nafsu makan dan susah tidur. Maka diagnosa aksis 1 pasien ini
termasuk dalam Episode Depresif Sedang dengan tanpa gejala somatik(F132.1) Global
Assessment of Functioning Scale ( 60-51) : Gejala Sedang (moderate), disabilitas sedang.
Pada aksis II tidak ada diagnosis. Pada aksis III tidak ada diagnosis. Pada aksis IV Pasien
berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi menengah ke bawah. Dan pasien tamat
SMP. Pada aksis V GAF Scalae 61- (beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas
ringan dalam fungsi, secarah umum masih baik)
: F32.11
Episode depresif sedang tanpa gejala somatik
Z63.0
Masalah dalam hubungan dengan pasangan
AKSIS II
:Z03.2 Tidak ada diagnosis
AKSIS III
: Tidak ada
AKSIS IV
: Masalah dalam hubungan dengan pasangan
AKSIS V
: Global Assessment of Functioning Scale ( 60-51) : Gejala Sedang
(moderate), disabilitas sedang.
IX
DAFTAR MASALAH
RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka
Amitriptyline 25mg 3X1
2. Psikoterapi dan Intervensi Psikososial
a. Terhadap pasien
Intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri individu,
putus asa dan semangat juangnya dalam menghadapi hidup ini tidak kendur.
Memberikan edukasi pada pasien untuk minum obat secara teratur dan
kemungkinan efek samping yang muncul dari obat.
b. Terhadap keluarga
Dengan psiko-edukasi yang menyampaikan informasi kepada keluarga mengenai
berbagai kemungkinan penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan
sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum
XI
PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam
XII
: bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
DISKUSI
Pada kasus ini pasien lebih suka menyendiri, merasa tidak memiliki gairah hidup, pasien
juga susah tidur pada malam hari hal ini terjadi sejak 1 bulan yang lalu. Pasien sulit di ajak
berkomunikasi, bila di ajak bicara pasien lebih suka untuk berdiam. Selama wawancara pasien
kooperatif, pasien menjawab pertanyaan yang diberikan hanya memang pasien lebih cenderung
berdiam, hanya anak pasien yang lebih sering menjawab. Pasien tidak memiliki ide untuk bunuh
diri. Dari keterangan tersebut diambil dignosa Episode Depresif Sedang Tanpa Gejala Somatik
(F32.11).
Pada pasien ini diberikan Amitriptyline 25mg 3x1, obat ini Amitriptilin merupakan
antidepresan golongan trisiklik. Amitriptyline bekerja dengan menghambat pengambilan kembali
neurotransmiter di otak. Amitriptiyln mempunyai 2 gugus metil, termasuk amin tersier sehingga
lebih resposif terhadap depresi akibat kekurangan serotonin. Senyawa ini juga
mempunyaiaktivitas sedatif dan antikolinergik yang cukup kuat. Pada pemberian oral,
Amitriptyline diaborpsi dengan baik, kurang lebih 90% berkaitan dengan protein plasma dan
tersebar luas dalam jaringan dan susunan syraf pusat. Metabolisme di hati berlngsung lambat dan
waktu paruh 10,3-25,3 jam, kemudian diekskresi bersama urin. Untuk intervensi psikososial
dilakukan Intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri individu,
perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup yang baik. Memotivasi dan memberikan
dukungan kepada pasien agar pasien tidak merasa putus asa dan semangat juangnya dalam
menghadapi hidup ini tidak kendur. Memberikan edukasi pada pasien untuk minum obat secara
teratur dan kemungkinan efek samping yang muncul dari obat. Dengan psiko-edukasi yang
menyampaikan informasi kepada keluarga mengenai berbagai kemungkinan penyebab penyakit,
perjalanan penyakit, dan pengobatan sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi
pasien untuk minum obat dan kontrol secara teratur. Memberikan pengertian kepada pasien agar
pasien menyadari akan pentingnya peran keluarga untuk kesembuhan pasien.
Untuk Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam . Bila pasien minum obat teratur,
mempunyai motivasi untuk sembuh dan peran keluarga terhadap pasien agar memiliki semangat
untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis kelamin
Tempat/tanggal lahir
Status perkawinan
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Suku bangsa
Alamat
Agama
Tanggal MRS
Cara MRS
-Tempat pemeriksaan
II.
RIWAYAT PSIKIATRI
Riwayat psikiatri diperoleh dari:
Autoanamnesis dengan pasien
Rekam medis
Alloanamnesis dengan :
- Suami pasien Tn.Ari Tanga, umur 63 Tahun, pendidikan terakhir
-
SMA,
pekerjaan buruh.
Anak pasien Tn. Ismail Tanga, umur 23 Tahun, pendidikan terakhir SMA,
pekerjaan buruh.
A. Kluhan Utama
Keluhan pertama MRS: Nyeri dada 2 bulan yang lalu seperti menyebar
diseluruh dada, pusing seperti berputar 2 bulan yang lalu, nyeri pada punggung, lemah
badan.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Autoanamnesis:
Sejak sekitar 4 hari ini, pasien berobat ke Departemen Kesehatan RS. Prof. Dr.
R.D. Kandou. Pasien berobat setelah dirujuk dari Departemen Penyakit Dalam karena
mengeluh nyeri dada, nyeri pada punggung, pusing, dan lemah badan sejak 2 bulan lalu.
Keluhan ini dirasakannya setiap hari dalam 2 bulan terakhir ini.
Di bagian Penyakit dalam pasien juga dirujuk ke Departemen Neurologi (pada
tanggal 25 September 2014) dan telah mendapat terapi sesuai dengan diagnosis pasien.
Berdasar buku Rekam Medik, saat kunjungan pertama (22 September 2014)
pasien didiagnosis dari Departemen Penyakit Dalam sebagai Sindrom Dispepsia ec
NSAID Gastropati, Anemia ec Occult GIT Bleeding, Vertigo, Tic Facialis dan mendapat
obat Sucralfat 4x2cth pc, Ranitidin 2x1 pc, Metoclopramide 3x1 pc, Paracetamol 3x1 pc,
Recolfar 0.5mg 2x1 pc, Vertigo 3x1 pc, B1, B6, B12 kompleks 3x1 pc, Tramadol tab 3x1
pc, dan mendapat tambahan obat dari Departemen Neurologi Halloperidol 0.5mg 3x1 tab
pc, THP 3x1 tab pc.
Namun selama berada di RS. Prof. Dr. R.D. Kandou pasien terlihat sering cemas,
gelisah dan tidak bisa tidur. Menurutnya keluhan yang
membaik. Pasien merasa selama berada di RS. Prof. Dr. R.D. Kandou ia sering tampak
cemas dan gelisah. Karena gangguan gelisah dan cemas masih tetap ada maka akhirnya
pasien dirujuk ke Poliklinik Kesehatan Jiwa dan pada tanggal 1 Oktober 2014.
Didapatkan gejala perasaan depresi. Bicara baik, kurang berenergi, sering merasa
lelah dan menurunnya aktifitas, tidur terganggu sejak 2 bulan terakhir, kurang
kepercayaan diri dan kurangnya perhatian bila sedang berbicara dengan orang lain,
pernah terlintas sikap pesimis pasien dan pernah merasa putus asa terhadap penyakitnya
yang tidak sembuh, dan dalam 2 hari nafsu makan berkurang. Pasien masih merasa ia
sakit fisik saja dan sering memikirkan tentang penyakitnya itu.
Sejak 1 bulan lalu, pasien sering merasa dirinya terjepit. Merasa sering bingung
dan tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika mengingat apa yang dilakukan oleh anak
sulung pasien. Pada tahun 2011, pasien memberikan sebidang tanah kepada anak-anak
pasien dan pasien berpesan agar tanah tersebut dibagi dua, masing-masing memegang
setengah dari tanah tersebut. Tetapi karena anak kedua pasien masih 20 tahun maka
pasien menitipkan sebagian tanah tersebut ke anak pertama sementara sampai anak kedua
pasien cukup umur untuk mengambil sebagian tanah tersebut. 1 tahun terakhir ini pasien
baru mengetahui bahwa anak pertama pasien memanipulasi sebidang tanah tersebut.
Tanah yang menjadi hak anak kedua pun diambil/dipergunakan oleh anak pertama dan
tidak ingin memberikannnya kepada anak kedua. Sejak saat itu pasien merasa sering
kepikiran dan susah tidur. Bila tidurpun pasien sering terbangun dan tidak dapat tidur
lagi. Pasien merasa kasihan kepada anak keduanya tersebut tapi tidak dapat berbuat apaapa atas apa yang dilakukan oleh anak pertama pasien. Terlebih ketika pasien sering
sakit-sakitan sejak 2 bulan terakhir ini, pasien merasa tidak berguna dan putus asa.
Alloanamnesis:
Dari alloanamnesis didapatkan yaitu pasien sebulan lalu pernah mencoba berobat
ke puskesmas terdekat dan diberikan obat Folac Acid, Propepsa Sirup, Amlodipine 10mg
dan hanya diminum 2 minggu. Ketika pasien masuk RS. Prof. Dr. R.D. Kandou pasien
kelihatan sering tampak murung, gelisah, cemas dan sukar untuk tertidur lelap.
C. Riwayat Gangguan sebelumnya
a) Riwayat gangguan psikiatri
Ia merasa dirimya sering sakit-sakitan. Bila sedang memikirkan sesuatu, nyeri dada
langsung dirasakan pasien begitu juga dengan pusingnya. Sebulan lalu keluarga pasien
membawa pasien ke puskesmas terdekat dan diberikan obat tetapi karena pasien merasa
tidak ada perubahan maka pasien tidak meminumnya lagi.
b) Riwayat gangguan medis lain
Pasien tidak ada riwayat gangguan medis.
c) Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Pasien mengatakan bila nyeri dadanya kambuh pasien sering meminum obat anti
nyeri. Pasien tidak pernah meminum beralkohol, merokok, dan minum kopi.
III.
Pasien tidak pernah mengalami penyiksaan seksual semasa kecil. Orientasi seksual
pasien adalah lawan jenis yang sebaya. Pasien tidak pernah mendapat pendidikan
seksualitas secara formal.
d. Riwayat pernikahan
Pasien sudah menikah.
e. Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga.
f. Riwayat sosial
Pasien mempunyai hubungan yang baik dengan orang tua, keluarga, teman-teman
dan tetangga sekitar rumah.
g. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah telibat dalam masalah hukum
h. Situasi kehidupan sekarang
Pasien tinggal bersama dengan suami dan anaknya.
i. Riwayat keluarga
Pasien adalah anak kedua dari tiga bersaudara dan pasien hidup dengan ekonomi
menengah ke bawah. Hubungan antar keluarga baik. Hanya pasien yang sakit seperti
ini dikeluarga.
SILSILAH KELUARGA
KETERANGAN :
= Ayah pasien
= Ibu pasien
= Pasien
A. PEMERIKSAAN STATUS MENTALIS
A. Deskripsi umum
1) Penampilan
Pasien adalah seorang perempuan, usia 62 Tahun, penampilan sesuai dengan usia,
kulit putih, rambut pendek warna hitam kecoklatan. Pasien tampak seperti bangun
tidur dan tidak mandi, pasien memberikan respon yang baik sekalipun seperti
terlihat lelah pada saat diwawancara. Pakaian yang dikenakan cukup rapi, pasien
menggunakan kaos warna hitam dengan corak bunga-bunga dan celana warna
merah.
2) Kesadaran
Kompos mentis.
3) Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik meski bicaranya tidak
jelas seperti terlihat kelelahan. Pasien sudah diberikan obat terapi sebelumnya
jadi pasien sudah agak tenang ketika diwawancara untuk mengungkapkan
psikologisnya. Pasien juga menjawab apa yang ditanyakan oleh pemeriksa,
memberikan respon yang baik dan menceritakan tentang apa yang dirasakan
oleh pasien.
4) Sikap terhadap pemeriksa.
Hampir semua pertanyaan dapat dijawab dengan baik oleh pasien. Diakhir
wawancara pasien meminta agar apa yang baru diceritakan kepada pemeriksa
tidak diketahui oleh orang-orang.
B. Kesadaran dan Kognisi
1. Taraf kesadaran dan kesiagaan: Kompos mentis.
2. Perhatian/konsentrasi: Pasien dapat mengarahkan, mempertahankan, mengalihkan
dan memusatkan perhatiannya.
3. Orientasi
Orientasi waktu
pemeriksaan
Orientasi tempat
dilakukan
Orientasi orang
Daya ingat jangka panjang: baik, pasien dapat menceritakan riwayat masa
kecilnya dengan baik.
Daya ingat jangka sedang : baik
Daya ingat jangka pendek : baik, pasien dapat mengingat apa yang ia
kerjakan dari tidur semalam, bangun pagi sampai saat wawancara
berlangsung.
Daya ingat segera : baik, dapat mengingat kembali beberapa nama benda
yang telah disebutkan sebelumnya.
5. Konsentrasi dan perhatian: baik
C. EMOSI
Mood: Hipotimik
Afek: Menumpul
D. PROSES PIKIR
Proses pikir:
: Terganggu
: Terganggu
Penilaian realitas
: Baik
- Reliabilitas
Penjelasan yang diberikan pasien umumnya dapat dipercaya.
-
Derajat tilikan
Derajat tilikan Derajat IV, dimana pasien meyadari dimana dirinya sakit dan butuh
bantuan namun tidak memahami penyebab sakitnya.
: Cukup.
: compos mentis.
: TD : 130/80 mmHg, N:80x/menit, R: 20 x/menit, S: 38C
: conjungtiva anemis +/+, sklera icterik -/-.
: Jantung : SI-SII normal, bising (-),
Paru
: suara pernapasan vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
: datar, lemas, nyeri epigastrium (-), bising usus normal,
hepar dan lien normal.
: hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada.
2. Status Neurologi
GCS : E4M5V6
TRM : tidak ada
Mata : gerakan normal searah, pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+.
Pemeriksaan Nervus Kranialis
a. Nervus Olfaktorius (N.I)
Tidak dilakukan evaluasi
b. Nervus Optikus (N.II)
Tidak dilakukan evaluasi
c. Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan Nervus Abducens
(N.VI)
Selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa pasien memiliki gerakan
bola mata yang wajar (pasien mampu melirikkan bola matanya ke kiri dan ke
kanan).
d. Nervus Trigeminus (N.V)
Tidak dilakukan evaluasi
inap RS. Prof. Dr. R.D. Kandou pasien jadi sering tampak gelisah dan cemas, susah tidur
dan kehilangan nafsu makan.
Pada pemeriksaan status mental, pasien tampak sehat secara fisik, dandanan wajar dan
sesuai usia. Pada pengendalian impuls ditemukan pasien sulit untuk berdiam diri, selama
wawancara pasien sangat gelisah, Mood pasien depresi, ekspresi mood sesuai dengan isi
pikiran. Pasien menjawab hanya jika ditanya, jawaban pasien relevan. Halusinasi dan
waham tidak ada. Penjelasan pasien dapat dipercaya.
Daya nilai social terganggu, uji daya nilai terganggu. Penjelasan pasien umumnya masih
dapat dipercaya. Derajat tilikan IV, dimana pasien meyadari dimana dirinya sakit dan butuh
bantuan namun tidak memahami penyebab sakitnya.
Pada pemeriksaan status internus ditemukan kelainan sindrom dispepsia ec NSAID
gastropati, anemia ec occult GIT bleeding dan pada pemeriksaan status neurologis
ditemukan kelainan vertigo dan tic facialis.
H. FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan riwayat pasien, ditemukan adanya kejadian-kejadian yang mencetuskan
perubahan pola perilaku dan psikologis yang bermanifestasi timbulnya gejala dan tanda
klinis yang khas berkaitan adanya gangguan kejiwaan serta ditemukan adanya distress dan
disability dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat disimpulkan pasien
mengalami suatu gangguan jiwa.
Pada anamnesis ditemukan pasien kurang perhatian, sering merasa cemas, gelisah,
kurang bergairah, dan kehilangan minat. Pasien sempat mengatakan kepada anaknya bahwa
ia merasa pesimis dan putus asa atas penyakitnya.
Pada pemeriksaan status interna dan status neurologi tidak ditemukan kelainan yang
mengindikasikan adanya gangguan medis umum yang secara fisiologis menimbulkan
disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita selama ini. pada
pemeriksaan penunjang yang dilakukan terdapat peningkatan pada ureum darah dan
kreatinin darah.
Pemeriksaan Status Mental pada pasien ditemukan afek depresif. Ditemukan pula
gejala-gejala berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas, nafsu makan berkurang, dan tidur terganggu. Dari gejala di atas,
pasien telah memenuhi 2 dari 3 gejala utama depresi dan ditambah 2 dari gejala lainnya
sehingga dapat digolongkan ke dalam Episode Depresif Ringan (F.32.0). Disamping itu,
juga tampak adanya gejala somatik pada pasien seperti susah tidur dan nafsu makan
berkurang sehingga berdasarkan PPDGJ-III maka diagnosa aksis 1 pasien ini termasuk
dalam Episode Depresif Ringan Dengan Gejala Somatik (F32.01).
Global Assessment of Functioning Scale ( 61-51) : Gejala Sedang (moderate),
disabilitas sedang. Pada aksis II tidak ada diagnosis. Pada aksis III kondisi medis umum:
status internus ditemukan kelainan sindrom dispepsia ec NSAID gastropati, anemia ec
occult GIT bleeding dan pada pemeriksaan status neurologis ditemukan kelainan vertigo dan
tic facialis.
Pada aksis IV Pasien berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi menengah ke
bawah dan pasien tamat SLTA. anak pertama pasien menyalahgunakan sebidang tanah dan
tidak ingin berbagi kepada anak kedua pasien, semenjak saat itu pasien sering memikirkan
dan menjadi sukar tidur. Terlebih ketika pasien merasa ia sakit-sakitan dan merasa putus asa.
Pada aksis V GAF Scale 61- 51(beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik)
I.
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
: Episode depresif ringan dengan gejala somatik (F32.01)
Aksis II
Aksis III
DAFTAR MASALAH
a. Organobiologik
Tidak terdapat faktor genetik gangguan jiwa. Hanya pasien yang mengalami seperti ini.
b. Psikologi
Pasien mengalami gejala deprsesi ringan.
c. Lingkungan dan sosial ekonomi
Pasien berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi kurang mampu dan
L. PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam
J.
: bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
DISKUSI
Pada kasus ditemukan pasien merasa gelisah dan cemas sejak 2 minggu yang lalu sejak masuk
rumah sakit. Pasien susah tidur dan merasa pusing serta merasa lemah badan. Pasien juga
tidak bergairah, kurang perhatian, pesimis dan mudah lelah. Selama wawancara pasien cukup
kooperatif dengan menjawab pertanyaan pemeriksa dengan jawaban yang benar, artikulasi
kurang jelas, intonasi biasa namun penderita agak lama menjawab pertanyaan yang diberikan
dan tidak dapat focus kepada pemeriksa. Dari keterangan tersebut diambil diagnosis Episode
depresif ringan dengan gejala somatik (F32.01)
Pada pasien ini diberikan Fluoscetin 20mg: 1x1. Pada pasien ini juga diberikan terapi lain
berupa psikoterapi.
Dalam hal ini diberikan melalui edukasi terhadap pasien agar memahami gangguannya, cara
pengobatan, efek samping yang dapat muncul, pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum
obat sehingga pasien sadar dan mengerti akan sakitnya, dan menjalankan pengobatan secara
teratur, tidak dengan terpaksa.
Hal lain yang dilakukan adalah dengan intervensi langsung dan dukungan untuk
meningkatkan rasa percaya diri individu, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas
hidup yang baik sehingga memotivasi pasien agar dapat menjalankan fungsi sosialnya dengan
baik. Keluarga pasien juga diberikan terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi berupa
penyampaian informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyakit yang dialami pasien
serta pengobatannya sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien untuk
minum obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan secara dini.
Serta menyampaikan kepada keluarga agar sering berkonsultasi ke dokter kesehatan jiwa.
Pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan penyakit juga
disampaikan. Prognosis pasien ini adalah dubia ad bonam . Bila pasien taat menjalani terapi,
serta adanya motivasi dari pasien sendiri untuk sembuh, serta adanya dukungan pasien dari
keluarga maka akan membantu perbaikan pasien.
K. KESIMPULAN
1.
Diagnosis pasien ini adalah episode depresi ringan dengan gangguan somatic.
2.
Dukungan dan partisipasi keluarga serta kurangnya faktor stressor akan sangat
menentukan pemulihan pasien.
L. WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara ini adalah pertemuan pertama dengan pemeriksa, pasien seorang perempuan,
usia 62 tahun, suku minahasa, agama islam, tamat SLTA, pekerjaan IRT, mempunyai 2 orang
anak. Pasien berobat ke Departemen ilmu Penyakit Dalam. Ketika pemeriksa datang, pasien
sedang berbaring sambil sesekali membalik-balikan tubuhnya. Pasien menggunakan baju
hitam bercorak bunga dan memakai celana merah. Penampilan pasien rapi dan tampak
terawat. Pasien tampak senang ketika pemeriksa datang, berbicara spontan walaupun dengan
suara yang kecil dan pasien kurang perhatian ketika berbicara dengan pemeriksa. Pasien
tampak gelisah dan sering memutar-balikkan tubuhnya kesamping dan kadang berbicara
sambil membelakangi pemeriksa dengan alasan tubuh pasien sakit kalau hanya disatu arah.
Pemeriksa dalam hal ini hanya sedikit menggunakan psikoterapi yang berorientasi kognitif,
selebihnya justru memanfaatkan waktu mendengar apa yang diceritakan oleh pasien.
Keterangan :
A
B
C
D
:
:
:
:
Pemeriksa
Pasien
Suami pasien
Anak pasienw
A
B
A
B
A
B
A
B
namanya siapa?
: Anna Rembang, dok
: Umur berapa bu?
: 62 tahun, dok
: Ada yang bisa saya bantu bu?
: Begini dokter, kita pe badan-badan rupa saki-saki, tadi malam kita ada muntah
kong so nda bisa tidur. Laen kali dang tidur cuma tidur ayam, kage-kage tabangun
A
B
dok.
: Kenapa ibu bisa muntah? Ibu ada makan malam?
: Nintau leh dok, habis makan langsung muntah. Akhir-akhir ini yang kita bisa
A
B:
A
B
A
B
A
makan bagus, sebelumnya susah makan kita dok, nda enak kita pe puru
: Ibu minum teratur itu obat yang dokter berikan?
: Iya, tapi rupa nda ada perubahan noh dok
: Tidak ada perubahan bagaiman bu? Apa yang ibu rasa?
: Rasa masih nda enak badan dok
: Susah tidur dari kapan bu? Sudah lama?
: Sebelum saki ini dok so susah tidur.
: Dari kapan itu ibu? Bisa ingat?
: 2 bulan lalu sto dok, so nyanda taingat leh.. banyak yang kita piker ini dok..
A
B
A
B
A
B
A
B
kasiang e..(tampak pasien mengeluarkan air mata tetapi tidak sampai jatuh)
: (diam)
: Dia nimau berbage mar kita babadiam, nda mo bilang apa-apa. kita pe anak ada
dua. Cuma itu leh kita babapikir sampe kita datang kerumah sakit, dia (anak
kedua pasien) ada baongkos akang kong dia bilang mak,kita mo kasih berhenti
A
B
pembangunan
: Anak ibu ada membangun apa?
: Ada membangun rumah, dia mo rawat pakita dirumah sakit. Dia Tanya pakita:
mama ada sakit apa? kita bilang: kita nda sakit apa-apa kong dia (anak kedua
pasien) bilang pakita mak,kita mo se berhenti pembangunan, kita se lanjut kalau
A
B
A
B
700 pakita.
: Lalu apa yang membuat ibu pikiran?
:Io dia baik mar kita pe anak pertama bilang pakita ma,kita pake dulu tu tanah
kalau ade so depe waktu kong kita kase itu tanah kalau ade so minta kita kase atau
A
B
B
A
pemeriksa)
: Ehh so nda tau kita ada bapikir apa, pusing kita bapikir tape anak-anak ni dia
: Menurut saya bu, ibu pe anak kan baik2 pa ibu, nda usah terlalu banyak pikiran
bu, mengingat ibu sudah tua, sebaiknya ibu sering istirahat terus jalan-jalan
dengan ibu pe anak-anak. Kalaupun ada masalah, sebaiknya diselesaikan ibu
bukan dipendam seperti ini. Akhirnya ibu sendiri yang kepikiran, padahal anak
B
A
B
A
: Jangan stres2 atau pikiran ibu, bisa menganggu ibu pe kesehatan. Apa ibu mau
: Maka dari itu ibu, makan teratur, ada masalah sebaiknya dibicarakan
: 63 tahun dok. Dok, ini obat kase kemana kang? (sambil memberikan obat dari
interna)
A
: Permisi pak, bapak nama siapa dan hubungan apa dengan ibu?
: Ibu sering mengalami gejala seperti ini? Seperti gelisah dan cemas?
: Nyanda dok, Cuma sejak mama masuk disini jadi sering begini, sebelumnya
biasa-biasa mama
: Oh iya yah.. tidak ada masalah yang mungkin membuat ibu pikiran seperti ini?
: Tidak ada dok (seperti menutupi sesuatu sambil melihat kearah mamanya)
: Maaf, saya boleh minta nomor ibu atau bapak supaya saya bisa memantau
keadaan ibu setelah ibu pulang nanti
: Oia dok ini kita pe nomor jo (sambil menunjukkan nomor yang ada di HPnya
tersebut)
: Dok, torang siap-siap jo dulu e..so mo pulang torang kasiang.. (sambil tertawa)
: Oia pak, silahkan. Makasih atas waktunya bu, pak yah nanti saya hubungi ibu
lagi. Obat jangan lupa minum teratur yah, dan makan juga teratur supaya bisa cepat
sembuh
Umur
: 54 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir
: Remboken, .........
Status Perkawinan
: Menikah
Jumlah anak
:1
Suku / Bangsa
: Minahasa / Indonesia
Agama
: Kristen Protestan
Alamat sekarang
Tanggal Masuk RS
: 28 Juni 2014
Tanggal pemeriksaan
: 1 Juli 2014
Tempat Pemeriksaan
Pasien adalah anak pertama dari lima bersaudara. Pasien lahir normal di rumah, dibantu
oleh biang kampung. Tidak ada informasi keterangan berat badan lahir.
17 Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 Tahun)
Tumbuh kembang pasien sama dengan anak lainnya. Pasien mendapatkan ASI sampai usia
2 tahun. Pasien diasuh olah ayah dan ibunya sendiri. Pada usia ini pasien mulai belajar
berbicara, berjalan dan makan sendiri.
18 Riwayat Masa Kanak Pertengahan (4-11 Tahun)
Pasien merupakan anak yang lebih dekat kepada ibunya dari pada ayahnya. Pasien
bersekolah SD sampai tamat dan tidak pernah tinggal kelas. Menurut pasien, pasien
merupakan murid yang biasa-biasa saja di kelas. Pasien tidak terlalu menonjol di kelas,
menyelesaikan SD dan tidak pernah ketinggalan kelas.
19 Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja
Pasien termasuk anak yang pemalu, namun pergaulannya dengan teman sebaya di
lingkungan rumah dan teman sekolahnya tidak ada masalah. Pasien dapat berinteraksi
dengan mereka sewajarnya dan tidak ada masalah. Tidak pernah ada masalah berarti dalam
sekolahnya.
20 Riwayat Keagamaan
Pasien beragama Kristen Protestan dan rajin beribadah.
21 Riwayat perkawinan
Pasien menikah 1 kali dan memiliki seorang anak
22 Riwayat Psikoseksual
Orientasi seksual penderita adalah lawan jenisnya.
23 Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah melakukan perbuatan yang melanggar hukum ataupun memiliki catatan
kriminal yang berbahaya sebelumnya. Pasien tidak pernah terlibat pertengkaran dengan
tetangga atau temannya.
24 Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal bersama suami dan seorang anak. Semenjak sakit pasien sudah jarang keluar
rumah dan jarang berinteraksi dengan tetangga.
25 Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak pertama dari lima bersaudara, pasien telah menikah memiliki seorang
suami dan seorang anak. Pasien termasuk golongan keluarga dengan ekonomi rendah.
SILSILAH KELUARGA/GENOGRAM
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Penderita
- Orientasi tempat
- Orientasi orang
Daya konsentrasi
12 Daya ingat :
- Jangka panjang
13 Daya nilai
Daya nilai sosial
Uji daya nilai
Penilaian realitas
14 Tilikan
Derajat VI dimana
: Tidak terganggu.
Jangka pendek : Tidak terganggu.
Segera : Tidak terganggu.
: Baik, tidak ada keinginan untuk bunuh diri.
: Baik
: Baik
pasien menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan dalam hal ini
Kesadaran
: Somnolen
Tanda vital
Kepala
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
F Status Neurologis
GCS
: E3M5V4
TRM
: Tidak ada
Mata
w Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan Nervus Abducens (N.VI) :
selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa pasien memiliki gerakan bola mata
yang wajar (pasien mampu melirikkan bola matanya ke kiri dan ke kanan). Selain itu,
bola mata pasien dapat mengikuti penlight kiri-kanan dan atas-bawah
x
y
z
Nervus Facialis (N.VII) : selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris
Nervus Vestibulokoklearis (N.VIII) : selama wawancara berlangsung, pasien tidak
menjawab pertanyaan yang diberikan. Namun menurut suaminya itu karena pasien
sedang mengantuk. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal. Saat
berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh
ad
G Pemeriksaan penunjang
Dari Bagian Saraf telah dilakukan pemeriksaan hematologi
MCH
: 31,3
MCHC
: 34,7
MCV
: 90,2
Leukosit
: 11.600
Eritrosit
: 3,87
Hemoglobin
: 12,1
Hematokrit
: 34,9
Trombosit
: 135
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
:GAF Scale Current 80-71 Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan
dalam social, pekerjaan, sekolah, dll.
XXII PROBLEM
Organobiologi : Kelainan metabolik
Psikologi
: Tidak ditemukan gangguan dalam realita tapi tampak adanya gejala depresi
sehingga pasien membutuhkan psikoterapi.
Lingkungan dan sosial ekonomi : Pasien adalah orang dan memiliki hubungan yang baik
dengan orang-orang di lingkungan tempat tinggalnya, serta menjalin
hubungan relasi yang baik dengan rekan sekerjanya.
XXIII TERAPI
Psikofarmakologi
-
Fluoxetine 20 mg 1 x 1 tablet/hari
Psikoedukasi
5
Terhadap pasien
Psikoterapi Suportif: Memotivasi dan memberikan dukungan kepada pasien agar pasien
tidak merasa rendah diri dengan keadaan fisiknya akibat penyakit yang dialaminya.
Psikoterapi Reedukatif: Memberikan edukasi dan dukungan terhadap pasien agar
memahami manifestasi serta perjalanan penyakitnya agar dapat menerima keadaannya
dengan baik.
Memberikan penerangan kepada pasien secara perlahan-lahan agar pasien dapat
mengerti dan menerima kenyataan, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas
XXIV PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad fungsionam
: bonam
Ad sanationam
: bonam
XV ANJURAN
Dianjurkan kepada keluarga pasien agar memotivasi pasien dan mengawasi pasien
sehingga pasien mengonsumsi obatnya dengan teratur. Mengajak pasien untuk lebih banyak
meluangkan waktu bersama anggota keluarga yang lain bukan hanya dengan keluarga intinya.
Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan
penyakit pasien. Memberikan dukungan dan kunjungan berkala selama masa pengobatan.
Memberikan konseling yang teratur kepada pasien untuk bisa memperbaiki pemahaman
tentang realitas yang ada, tingkah laku, serta pola pikir pasien agar menyadarkan pada pasien
bahwa pasien memerlukan pengobatan yang teratur.
XVI DISKUSI
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis. Dari anamnesis ditemukan
gejala-gejala yang berkaitan dengan gejala episode depresi sedang yaitu adanya afek depresif
dan pasien menjadi kehilangan minat dan kegembiraan, konsentrasi pasien juga berkurang
ketika ditanya kadang pasien menjawab lain, kepercayaan diri pasien untuk sembuh juga
berkurang pasien sering memikirkan sakitnya dan pesimis. Pasien Berdasarkan PPDGJ-III
untuk mendiagnosis episode depresi sedang maka harus memenuhi kriteria yang telah
ditentukan. Pada pasien ini memenuhi kriteria diagnostik untuk didiagnosis sebagai episode
depresif ringan.
Gejala utama :
-
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang
nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya :
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang
Pedoman Diagnostik :
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi.
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya.
Tidak boleh ada gejala berat diantaranya.
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang dilakukannya.
Pada pasien ini diberikan pengobatan farmakoterapi Fluoxetin 20 mg sekali sehari.
Fluoxetin merupakan obat golongan SSRIs (Selective Serotonine Reuptake Inhibitors) yang
mana pada kasus ini berperan sebagai obat anti depresan untuk mengatasi gejala depresi.
Selain sebagai obat pilihan, efek obat ini tergolong mudah penggunaannya, lebih aman dan
memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit. Efek samping yang dapat timbul yaitu
menjadi gelisah, mual, muntah, dapat menyebabkan hipotensi, penurunan libido, disfungsi
ereksi ataupun anorgasmia dan bahkan dapat menyebabkan kematian jika dikombinasikan
dengan alkohol atau obat lain.
Terapi lain yang dapat dilakukan yaitu terapi perilaku terhadap pasien untuk melatih
fungsi kognitif dan perilaku yang baru bagi pasien agar mencegah timbulnya perasaan depresi
kembali. Juga diberikan edukasi terhadap pasien dan keluarga. Untuk pasien agar memahami
gangguannya, cara pengobatan, efek samping yang dapat muncul, kemudian yang penting
juga ialah meningkatkan kesadaran dalam kepatuhan dan keteraturan minum obat. Keluarga
pasien juga diberikan terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi berupa penyampaian
informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyakit yang dialami pasien serta
pengobatannya, sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien untuk
minum obat dan control secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan secara dini.
Peran keluarga dekat untuk terus berkomunikasi dengan pasien dalam kasus ini sangat
penting, terutama dalam hal motivasi dan perhatian, sehingga pasien merasa nyaman.
WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara dilakukan di ruang perawatan Irina E atas kamar 3 kelas III Bagian Ilmu
Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou pada tanggal 27 Juni 2014 jam 11.00 WITA. Saat
pemeriksa hendak menuju ruang perawatan, pasien sedang berjalan masuk ke kamar
perawatannyadan hendak berbaring di atas tempat tidur.
Keterangan :
A: Pemeriksa
B: ibu pasien
A : Selamat siang, saya dokter muda Mega, dengan Ibu siapa ini?
B : Siang Dokter. Dengan Ibu H. T
A : Anaknya yang dirawat nama lengkapnya siapa?
B: nama lengkapnya N. A. O
A : Ade masuk rumah sakit karena apa?
B : Ade Cuma mau ba control di poliklinik RS, tp pas dokter priksa deng priksa darah, dapa
suruh rawat inap jo.
A : Kong ade ada rasa bagemana dang skarang??
B : Ade so lebe pamalu pa orang, so malas bekeng apa-apa dok, so nda mau pi skolah kurang
torang yang paksa. Makang leh Cuma babagitu kong so nimau kluar rumah.
A : Jadi ade so nda pernah maso skolah dang ini?
B : Io dok, mar torang musti paksa, kalo nyanda mo jadi apa dia nanti. Anak laki-laki le dok
A : So itu leh, kong kiapa so nimau ja bicara dang ini?
B : Di ape orang memang pamalu katu dok, mar nintau kiapa lebe hari lebe pamalu. Torang pe
sodara jo kalo datang ba jenguk dia so lebe malu kong Cuma badiam kong ba tidor-tidor.
A : So dari kapan dang ade ja bagitu?
B : So lama noh dok, dari tu di ape muka Bangka-bangka itu
A : Kong yang jaga pa ade disini Cuma ibu dang?
B : Ada kita pe suami le ja datang, mar ade nimau kwa kalo Cuma kase tinggal dia deng depe
papa. Jadi biar depe papa ada kita nimbole pulang
A : Kiapa dia bagitu dang? Dia p papa ja marah-marah pa dia
B : Biasa-biasa jo dok, Cuma dari dulu dia memang Cuma dekat deng kita dok.
A : Iya dang, makasih ibu neh, istirahat jo bilang pa ade supaya cepat sembuh kong boleh pulang
rumah.
B : Makase dokter.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Jenis kelamin
Tempat/tanggal lahir
Status perkawinan
Jumlah anak
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Suku/bangsa
Agama
Alamat sekarang
Tanggal pemeriksaan
Tempat pemeriksaan
:
:
:
:
:
:
:
Ny. M.C
45 tahun
Perempuan
Kotamobagu, 23 Februari 1968
Sudah menikah
1 orang, perempuan berusia 20 tahun
SMP
: Ibu Rumah Tangga
: Sangihe/Indonesia
: Kristen Protestan
: Tumumpa lingkungan 1
: 30 Mei 2013
: Poli Jiwa RS Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang
RIWAYAT PSIKIATRI
Riwayat psikiatri diperoleh dari:
Autoanamnesis tanggal 30 Mei 2013
D Keluhan utama
Sering berdiam diri di kamar dan tidak memiliki gairah hidup
E Riwayat gangguan sekarang
Pasien diantar oleh anak pasien dengan keluhan utama sering berdiam diri
dikamar dan tidak memiliki gairah hidup. Keluhan dirasakan sejak 1 bulan yang lalu.
Pasien lebih suka berdiam diri dikamar, lebih sering melamun, sulit berkonsentrasi
dan mudah lelah sehingga pasien beberapa minggu ini tidak bekerja. Apabila di ajak
untuk bicara pasien lebih suka untuk berdiam dan sering tidak menjawab apa yang
ditanyakan oleh anak pasien. Pasien juga mengeluh nafsu makan berkurang.
Pasien mengatakan bahwa dia merasa stres memikirkan suaminya sejak 3 tahun
lalu sering meninggalkan pasien dan anak pasien dirumah, bahkan sering tidak pulang
rumah. Suami pasien juga sudah tidak menafkahi pasien dan anak pasien sehingga
pasien harus bekerja sendiri untuk mencukupi kebutuhan pasien dan anak pasien
sehari-hari. Rumah pasien sekarang ini sedang dalam proses kredit dan sudah
beberapa bulan ini sering menunggak, bahkan diancam rumah pasien akan disita.
Pasien sudah pernah berobat ke dokter umum dan di diagnosa menderita depresi,
pasien minum obat dari dokter, setelah obat habis beberapa minggu kemudian
keluhan dirasakan lagi oleh pasien. Pasien tidak berpikir untuk bunuh diri.
F Riwayat gangguan sebelumnya
4
5
VI
Prestasi pasien biasa saja.Pasien bergaul dengan teman di sekolah dan lingkungan
perumahan serta keluarga dengan baik.Tidak ada masalah kesehatan yang berarti.
Riwayat masa kanak-kanak akhir dan remaja
Riwayat pendidikan
Pasien bekerja di rumah makan, namun pekerjaan ini tidak tetap hanya bila di
panggil untuk bekerja saja baru pasien bekerja.
Riwayat perkawinan
Pasien menikah 20 tahun yang lalu dan mempunyai 1 orang anak perempuan
berusia 20 tahun. Pernikahan tidak harmonis, sering bertengkar dengan suami.
Riwayat kehidupan sosial
Sebelum keluhan dialami, hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga baik,
pasien biasa bercerita dengan keluarga dan teman.
Riwayat keagamaan
Pasien tidak rutin beribadah ke gereja.
Situasi kehidupan sekarang
Pasien tinggal dengan suami dan anak perempuan pasien, namun suami pasien
sering tidak berada dirumah.
Riwayat pelanggaran hukum
4
5
6
Pasien tidak pernah melanggar dan tidak pernah terlibat dalam masalah hukum.
Riwayat keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, kehidupan sosial ekonomi
menengah ke bawah.Hubungan antara anggota keluarga baik dan harmonis.Tidak
ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa ataupun gangguan jiwa
sebelumnya.
GENOGRAM
Penampilan
Compos mentis
Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pasien duduk dengan tenang, tidak ada gerakan yang tidak bertujuan.
Sikap terhadap pemeriksa
Mood
: depresi
Ekspresi afektif
: depresif
Kesesuaian
Taraf pendidikan
Tidak ada orientasi waktu, tempat dan orang. Pasien mengetahui dengan jelas
jam, hari, tanggal, bulan, tahun, dan tempat saat pemeriksaan. Pasien mengenal
keluarga yang mengantar.
Daya ingat
: baik
: baik
: baik
: baik
D Gangguan persepsi
Pasien tidak pernah melihat atau mendengar sesuatu atau merasakan sensasi aneh
yang tidak dialami oleh orang lain.
E Proses pikir
3
Aruspikiran
XV
: baik
: compos mentis
: T: 110/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 20 x/m
: conjanemis -/-, sclera ikt -/: C: S1-2 normal, reguler, bising (-)
P: sp. Vesikuler, Rh -/-, Wh -/: datar, lemas, BU (+) normal, H/L ttb
: akral hangat, edema (-)
GCS
: E4M6V5
TRM
Mata
N. olfaktorius (N.I)
Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memliki gerakan bola mata
yang wajar.
m N. trigeminus (N.V)
Saat diinstruksikan untuk menggigit, kekuatan otot masseter kiri dan kanan
serta otot temporalis kiri dan kanan terasa sama kuat.
N. facialis (N.VII)
Gerakan wajah tampak simetris saat pasien mengangkat alis, bersiul dan
memperlihatkan gigi.
N. vestibulocochlearis (N.VIII)
Pasien dapat mendengar dan mengulangi kata-kata dalam jarak dekat dan
jauh.Saat memasuki ruangan, pasien dapat berjalan sendiri dengan tegak dan
seimbang.
N. glosssopharyngeus (N.IX), n. vagus (N.X)
q
r
Fungsi sensorik
Fungsi motorik
5 5
5 5
5 5
tonus otot
5 5
Refleks fisiologis
: (+) normal
Refleks patologis
: (-)
menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita selama
ini.
Pasien pasien pernah mengalami trauma dikepala 3 tahun yang lalu.
Pada anamnesis ditemukan pasien lebih suka mengurung diri dikamar, tidak
bergairah dalam hidup, cenderung sulit berkonsentrasi dalam suatu pekerjaa. Pasien juga
mengeluh kurang nafsu makan dan susah tidur. Maka diagnosa aksis 1 pasien ini
termasuk dalam Episode Depresif Sedang dengan tanpa gejala somatik(F132.1) Global
Assessment of Functioning Scale ( 60-51) : Gejala Sedang (moderate), disabilitas sedang.
Pada aksis II tidak ada diagnosis. Pada aksis III tidak ada diagnosis. Pada aksis IV Pasien
berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi menengah ke bawah. Dan pasien tamat
SMP. Pada aksis V GAF Scalae 61- (beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas
ringan dalam fungsi, secarah umum masih baik)
XVIII
EVALUASI MULTIAKSIAL
AKSIS I
: F32.11
Episode depresif sedang tanpa gejala somatik
Z63.0
Masalah dalam hubungan dengan pasangan
AKSIS II
:Z03.2 Tidak ada diagnosis
AKSIS III
: Tidak ada
AKSIS IV
: Masalah dalam hubungan dengan pasangan
AKSIS V
: Global Assessment of Functioning Scale ( 60-51) : Gejala Sedang
(moderate), disabilitas sedang.
XX
RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka
Amitriptyline 25mg 3X1
2. Psikoterapi dan Intervensi Psikososial
a. Terhadap pasien
Intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri individu,
perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup yang baik.
Memotivasi dan memberikan dukungan kepada pasien agar pasien tidak merasa
putus asa dan semangat juangnya dalam menghadapi hidup ini tidak kendur.
Memberikan edukasi pada pasien untuk minum obat secara teratur dan
kemungkinan efek samping yang muncul dari obat.
b. Terhadap keluarga
Dengan psiko-edukasi yang menyampaikan informasi kepada keluarga mengenai
berbagai kemungkinan penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan
sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum
XXI PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam
: bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
XXII DISKUSI
Pada kasus ini pasien lebih suka menyendiri, merasa tidak memiliki gairah hidup, pasien
juga susah tidur pada malam hari hal ini terjadi sejak 1 bulan yang lalu. Pasien sulit di ajak
berkomunikasi, bila di ajak bicara pasien lebih suka untuk berdiam. Selama wawancara pasien
kooperatif, pasien menjawab pertanyaan yang diberikan hanya memang pasien lebih cenderung
berdiam, hanya anak pasien yang lebih sering menjawab. Pasien tidak memiliki ide untuk bunuh
diri. Dari keterangan tersebut diambil dignosa Episode Depresif Sedang Tanpa Gejala Somatik
(F32.11).
Pada pasien ini diberikan Amitriptyline 25mg 3x1, obat ini Amitriptilin merupakan
antidepresan golongan trisiklik. Amitriptyline bekerja dengan menghambat pengambilan kembali
neurotransmiter di otak. Amitriptiyln mempunyai 2 gugus metil, termasuk amin tersier sehingga
lebih resposif terhadap depresi akibat kekurangan serotonin. Senyawa ini juga
mempunyaiaktivitas sedatif dan antikolinergik yang cukup kuat. Pada pemberian oral,
Amitriptyline diaborpsi dengan baik, kurang lebih 90% berkaitan dengan protein plasma dan
tersebar luas dalam jaringan dan susunan syraf pusat. Metabolisme di hati berlngsung lambat dan
waktu paruh 10,3-25,3 jam, kemudian diekskresi bersama urin. Untuk intervensi psikososial
dilakukan Intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri individu,
perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup yang baik. Memotivasi dan memberikan
dukungan kepada pasien agar pasien tidak merasa putus asa dan semangat juangnya dalam
menghadapi hidup ini tidak kendur. Memberikan edukasi pada pasien untuk minum obat secara
teratur dan kemungkinan efek samping yang muncul dari obat. Dengan psiko-edukasi yang
menyampaikan informasi kepada keluarga mengenai berbagai kemungkinan penyebab penyakit,
perjalanan penyakit, dan pengobatan sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi
pasien untuk minum obat dan kontrol secara teratur. Memberikan pengertian kepada pasien agar
pasien menyadari akan pentingnya peran keluarga untuk kesembuhan pasien.
Untuk Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam . Bila pasien minum obat teratur,
mempunyai motivasi untuk sembuh dan peran keluarga terhadap pasien agar memiliki semangat
untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
XXIII
WAWANCARA PSIKIATRI
Keterangan :
A
:
Pemeriksa
B
:
Pasien
C
:
Anak pasien
Dialog :
A
: Selamat pagi, ibu
B & C: Selamat pagi, dokter
A
: Perkenalkan, torang dokter muda. Ibu pe nama sapa kang?
B
: Ta pe nama Misni
A
: So umur berapa dang, ibu?
B
: empat puluh lima tahun
A
: Tinggal dimana dang ?
B
: kita tinggal di tumumpa
A
:pekerjaan apa?
B
: kita ba bantu di restoran, ba cuci piring dg ba pelayan, mar nda tetap Cuma kalo
dapa pangge.
A
: Ada rasa apa dang kong sampe datang kamari?
C
: dok, mama kwa so jadi pembadiam skarang, dia lebe suka badiam di kamar,
kalo mo pangge bacerita dia cuma haga pa qta kong nda suka bacarita, so malas
mo makan, melamun terus, malam-malam le kalo tidor nda ja ta tidor pe gelisah
skali.
A
: sejak kapan ibu begini?
C
: kira-kira so 1 bulan lalu begini mama
A
: Ada apa dang ibu sampe so nda bergairah begini?
B
: qta le nda tau dokter, kita so pigi berobat pa dokter umum, ada minum obat so
rasa sedap, mar ini 1 bulan ini so rasa begini le ulang.
C
:iyo dok, tu dokter bilang kata mama depresi
A
: ada pikir-pikir apa dang ibu sekarang?
B
: kita kwa inga-inga qta pe rumah orang so mo sita karna belum bayar, rumah
masih kredit, kong qta p laki le so nda ja pulang, nintau dia kurang ja tidor
dimana. Nanti mo pulang kalo so abis doi.
C
: iyo dok mama dg papa bakalae terus dirumah so 3 tahun lebe dorang bagini,
papa kwa kalo pulang nanti so nda ada doi, sedang doi makan torang p susah ja
cari, apalagi kalo pas mama nda kerja.
A
: oooh karena ba pikir-pikir itu dang
B
: iyo dok
A
: sekarang sudah jo tlalu pikir-pikir tu susah, kalo begitu nanti ibu yang mo saki
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Tempat/tanggal lahir
Status Perkawinan
Jumlah anak
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Suku/bangsa
Agama
Alamat sekarang
Tanggal MRS
Cara MRS
Tanggal pemeriksaan
Tempat pemeriksaan
: Ny.V.S
: 51 tahun
: Perempuan
: Manado, 21 Juli 1962
: Menikah
:3
: SMEA
: IRT
: Minahasa, Indonesia
: Kristen Protestan
: Jalan dipenogoro Mahakeret Barat
: 06 Juli 2014
: Pasien datang diantar oleh anak dan suami
: 11 Juli, 16 Juli dan 18 Juli 2014
: RSUP Prof. Kandou
II
RIWAYAT PSIKIATRIK
Riwayat psikiatri diperoleh pada tanggal 11 Juli 2014, di Ruangan perawatan C5 bangian
Penyakit Dalam RSUP Prof.R.D. Kandou dari:
-
A Keluhan Utama
Sesak nafas saat berjalan sejak 1 hari sebelum MRS, mual, muntah 2x/hari isi cairan,
BAK sedikit, gangguan tidur, tremor, cemas, tampak murung dan sedih, tidak pergi gereja
dan ibadah kolom, lesu dan tidak ada tenaga, konsentrasi berkurang, pasien diam-diam,
bicara pelan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Hipertensi (+) amlodipin 5 mg rutin setiap hari dan pernah di rawat di Rumah Sakit
Advent pada bulan desember tahun lalu, Gagal Ginjal Kronik (+), asam urat (+) dan
pernah di rawat bulan Juni 2014 di Pancaran Kasih kemudian keluar RS dan kemudian
MRS kembali di ruangan anggrek .
B Riwayat Gangguan Sekarang
Autoanamnesis
Pada saat anamnesis pasien tidak mau berbicara, dan hanya menjawab nama pasien saja.
Kemudian pasien tidak mau berbicara lagi. Dari keadaan pasien, pasien lemas, diam-diam,
konsentrasi berkurang, serta tampak murung.
Pasien juga ada berkeingan untuk sembuh.
Aloanamnesis
Menurut wawancara dengan anak pasien, pasien tinggal bersama anak ketiganya serta
suami. Pasien MRS dalam keadaan sadar pada malam hari via UGD RSUP.Prof. R.D.Kandou
dengan keluhan sesak napas. Pasien dulunya pernah MRS pada bulan desember tahun lalu di
RS.Advent, RS. Pancarah Kasih dengan riwayat penyakit dahulu hipertensi, Gagal Ginjal Kronik
serta asam urat. Hubungan pasien dan keluarga harmonis, demikian juga hubungan dengan
tetangga. Pasien dulunya rajin beribadah dan berkumpul bersama. Tetapi sekarang pasien telah
menarik diri dari masyarakat, lemas, tremor, diam-diam, tampak murung setelah pengambilan
cairan, dan cemas.
Pasien mengeluh sesak napas sehingga membuatnya sulit tidur sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit. Disamping sesak napas, pasien mengeluh susah konsentrasi ketika
mengejakan pekerjaan rumah, terutama jika pasien memikirkan penyakitnya yang tidak kunjung
sembuh.
Pada bulan desember tahun lalu pasien didiagnosa hipertensi oleh dokter penyakit dalam.
Setelah didiagnosa demiukian pasien rajin kontrol dan minum obat yang diberikan oleh dokter
tersebut. Pasien telah mendapatkan terapi dengan berbagai macam obat, namun pasien merasa
belum membaik. Pada saat pasien melakukan foto thorax pasien dan keluarga sempat kaget
dengan diagnosa yang diberikan, yaitu TB Paru, dan sejak saat itu, sesak napas yang ia rasakan
semakin memburuk. Selain diagnosa TB Paru, pasien juga didiagnosa gagal ginjal kronik. Pasien
kemudian disarankan dokter untuk memulai pengobatan untuk TB Paru dan ginjal pasien
tersebut, dan dokter juga menjelaskan efek samping yang akan terjadi selama pengobatan
tersebut. Akhirnya setelah mendengar penjelasan dokter tentang efek samping yang akan
dialaminya, serta setelah diberi waktu untuk berpikir pasien dan keluarga pun menerima saran
dokter untuk melakukan pengobatan di RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou Malalayang dan akhirnya
masuk rumah sakit pada tanggal 06 Juli 2014.
Pasien dan keluarga banyak melakukan persiapan sebelum akan mengikuti pengibatan
TB Paru. Pasien disuruh melakukan foto thorax, periksa darah lengkap. Keadaan yang pasien
alami ini membuat pekerjaan sehari-hari pasien terganggu, misalnya membereskan rumah. Dan
kegiatan sosial pasien juga menjadi terganggu. Saat ini pasien disarankan untuk istirahat selama
6 bulan kedepan.
Gangguan persepsi berupa halusinasi serta gangguan isi pikir tidak bisa dievaluasi kepada
pasien langsung. Tetapi menurut keluarga pasien, pasien tidak pernah mengalami hal demikian.
Pasien tidak kooperatif dalam melakukan wawancara tetapi pasien patuh dalam meminum obat.
Keluarga pasien dan tetangga pasien selalu mendukung, memotivasi pasien dan
membantu pasien saat sakit. Serta selalu mendoakan pasien agar pasien cepat sembuh. Pasien
termotivasi, akan tetapi merasa takut dan khawatir atas penyakitnya serta pengobatan yang akan
dijalaninya.
Pasien telah menikah dan memiliki 3 anak serta 4 orang cucu. Pasien melakukan banyak
persiapan sebelum akan mengikuti pengobatan TB. Pasien disuruh melakukan foto x-ray thoraks,
periksa kimia darah, hormon.
Keluarga pasien selalu mendukung, memotivasi pasien dan membantu pasien saat sakit. Pasien
termotivasi, akan tetapi merasa takut, cemas dan gelisah atas penyakitnya serta pengobatan akan
dijalaninya.
Riwayat Gangguan Sebelumnya
1
usia sekitar 2 tahun lebih pasien dapat makan sendiri. Pasien diasuh oleh kedua
orangtuanya. Kedua orangtua pasien yang merawat semasa pasien kecil. Pasien tidak
memiliki penyakit psikiatrik atau medis. Riwayat lain tidak diketahui.
C Riwayat Masa Kanak Pertengahan (usia 4-11 tahun)
Pasien merupakan anak yang dekat dengan kedua orangtuanya. Pasien masuk SD
pada umur 6 tahun. Menurut keluarga pasien, pasien merupakan murid yang berprestasi
di sekolah. Pasien menyelesaikan pendidikan sekolah dasar tanpa ketinggalan kelas.
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan belajar. Pasien menyelesaikan Sekolah Dasar
selama 6 tahun.
Jika pasien mengalami sakit dimasa persekolahan tidak pernah menjadi halangan
bagi pasien untuk mengikuti pelajaran yang tertinggal, pasien semakin giat belajar dan
terus memahami pelajaran yang ada. Kagiatan pasien setelah sekolah, selalu langsung
pulang kerumah dan membantu pekerjuan rumah orangtua seperti memberaskan dan
menyuci piring-piring.
Meskipun pasien memiliki nilai yang biasa-biasa saja di kelas, pasien merupakan
anak yang rajin datang ke sekolah.Hal ini diajarkan oleh orang tuanya bahwa ia harus
patuh terhadap gurunya jika ia berada di sekolah. Pasien mengatakan pada masa ini ia
tidak memiliki hal yang memalukan sehingga teman-temannya pun tidak pernah
mengejeknya sewaktu kecil. Seusai sekolah, pasien pulang ke rumah dan beristirahat.
Keluarga pasien pernah dibandingkan dengan saudara-saudaranya mengenai prestasi,
tetapi tidak merasa minder kepada saudaranya.
D Riwayat Masa Akhir Remaja
Pasien termasuk anak yang dapat bergaul dengan teman-teman di sekolah dan
lingkungan sekitar.Pasien tidak pernah terlibat masalah yang berarti di dalam sekolahnya.
Pendidikan terakhir pasien adalah SMEA.
Menurut keluarga pasien, pasien tidak terlalu sulit untuk mendapatkan teman baru
jika berada ditempat dan suasana baru, karena pasien adalah pasien yang gampang
bergaul, ramah dan tidak sombong.
Pasien memiliki teman-teman yang baik bahkan sangat dekat dengannya. Pasien
melungkan waktu dan bermain bersama mereka. Pada masa ini pasien mulai tertarik
dengan lawan jenisnya.
Prestasi pasien ketika SMP tidak berbeda jauh dengan waktu di SD. Pasien
meimilik prestasi yang biasa-biasa saja dan bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan
rajin. Pasien memilki nilai rata-rata 7. Dan pasien menamatkan SMP dalam waktu 3
tahun.
Setelah menamatkan SMP, pasien melanjutkan sekolahnya ke SMEA. Pasien
menamatkan sekolahnya dalam jangka waktu 3 tahun. Prestasi pasien semasa SMEA
biasa-biasa saja tetapi tidak pernah tinggal kelas. Pasien juga tidak pernah mengikuti
lomba atau kejuaraan ataupun olimpiade dalam bidang apapun.
Setelah menamatkan SMEA pasien tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
E Riwayat Masa Dewasa
1 Riwayat Pendidikan
Sejak SD pasien selalu naik kelas dan selesai tepat waktu. Dan memiliki nilai ratarata 7. Pasien masuk SD umur 6 tahun dan merupakan siswa yang rajin. Setelah tamat
SD pasien melanjutkan ke jenjang SMP dan melewati masa tersebut dengan biasabiasa saja, dan dengan prestasi yang biasa-biasa juga. Dan pendidikan terakhir pasien
ialah melanjutkan ke SMEA, dan pasien mampu menamatkan dalam jangka waktu 3
2
3
4
tahun.
Riwayat pekerjaan
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga.
Riwayat psikoseksual
Orientasi seksual pasien adalah lawan jenisnya yang sebaya.
Riwayat perkawinan
Pasien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak dan 4 orang cucu, 2 dari anak
pertama dan 2 dari anak kedua. Selama ini kondisi keluarga mereka hanya biasa-biasa
saja dengan hidup pas-pas an.
Pasien juga termasuk istri yang pastuh terhadap suaminya dan sangat saying terhadap
anak-anaknya. Kasih saying yang diberikan kepada anak-anaknya sangat terbagi
dengan rata dan adil. Tanpa berat sebelah antara satu dan lainnya. Pasien juga tidak
memihak kepada anak pertama, atau kedua atau ketiga jika terjadi pertengkaran kecil
terhadap anak-anak mereka. Pasien adalah seorang ibu yang bisa mengurus rumah
tangga dan anak-anaknya. Dan pasien adalah seorang yang pekerja keras dalam
keluarga dan mendidik anak-anaknya, dan akhirnya anak-anaknya 2 telah menjadi
seseorang yang sangat dibanggakan. Begitu juga anak-anak pasien, selalu patuh dan
taat terhadap kedua orangtaunya.
Pasien juga sangat menyanyai cucunya tersebut. Dan selalu memberikan arahan
kepada anak-anaknya yang telah menikah untuk menjadi lebih baik, bisa mendidik
anak-anak mereka dengan tegas dan tidak membedakan anak laik-laki ataupun anak
5
perempuan.
Kehidupan beragama
Pasien beragama Kristen Protestant. Pasien rajin ke gereja dan ibadah kolom
setempat. Sebelum sakit pasien rajin dalam persekutuan ibadah di kolom. Tetapi saat
sakit pasien tidak pergi lagi ke ibadah kolom. Pada saat pasien di rawat di RS, pasien
pernah dilayani oleh pendeta. Kaum-kaum ibu juga datang menjenguk pasien serta
mendoakan pasien.
Riwayat kehidupan sosial
Hubungan pasien dan keluarga harmonis dan hubungan pasien dengan tetangga
juga tergolong baik. Pasien termasuk orang yang ramah, sering menyapa tetangga dan
sekedar bercerita
Terdapat TV 24 inchi di ruang tamu. 1 set kursi kayu. Air yang dipakai sehari-hari
dari PAM.
Denah Rumah
Gudang
Ruang makan
dan
dapur
KM
Ruang tamu Kamar
+
Suami pasien Ruang
hanya seorang pensiunanPNS, dan keadaan ekonomi mereka pun
keluarga
sekarang
an saja. Selain itu kebutuhan pasien juga dibantu oleh anak pertama
Kamar pas-pas
dan anak kedua pasien yang sudah
kamarbekerja. Saat ini mereka terbebani dengan kondisi
ekonomi, apalagi harus membiyai pengobatan pasien dan harus cuci darah. Pasien
9
merasa cemas karena pengobatan yang dijalaninya mengeluarkan banyak sekali uang.
Riwayat keluarga
Pasien adalah anak kelima dari 11 bersaudara, pasien termasuk golongan keluarga
dengan finansial yang agak minim. 2 dari 11 anggota kluarga pasien telah meninggal
akibat kecelakaan. Hubungan dengan orangtua adalah baik, serta hubungan dengan
tetangga pasien juga baik. Tetangga pasien juga terkadang bermain ke rumah pasien
hanya sekedar bercerita di sore hari, dan pasien juga menerima kedatangan tetangga
pasien dengan ramah. Pasien tidak pernah menolak kedatangan siapapun yang datang
ke rumahnya. Jika keluarga pasien datang ke rumah pasien, pasien selalu menjamu
dengan makanan dan minuman ala kadarnya. Dan ini menggambarkan bahwa pasien
adalah seseorang yang ramah kepada siapa saja. Ayah dan Ibu pasien mendidik pasien
dan saudara-saudaranya dengan kasih sayang yang sama rata walaupun sedikit tegas.
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa ataupun gangguan jiwa
sebelumnya.
Kedua orangtua pasien juga tidak meninggalkan warisan bagi anak-anaknya.
Hubungan pasien dengan kedua orangtua baik walaupun terkadang adanya
pertengkaran kecil serta berakhir dengan nasehat, senyum dan maaf. Dimana pasien
yang telah mengakui kesalahannya. Pasien termasuk anak yang pastuh kepada
orangtuanya, dan apa yang kedua orangtuanya katakan kepada pasien, pasien selalu
mematuhinya. Pasien juga termasuk anak yang disayang oleh saudara-saudaranya,
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
F Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya
Sesak nafas saat berjalan dialami sejak 1 hari sebelum MRS, mual, muntah 2x/hari
isi cairan, BAK sedikit, gangguan tidur, tremor, cemas, tampak murung dan sedih, menarik
diri dengan lingkungan, lemas, konsentrasi buruk, pasien tampak diam-diam.
Pasien juga ingin segera sembuh dan kembali ke rumah dengan keadaan seperti dulu.
IV PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A Deskripsi Umum
1 Penampilan
Pasien adalah seorang perempuan tampak sesuai usianya. Ekspresi wajah tampak
sakit, berkulit agak kecoklatan, rambut hitam, penampilan berantakan dengan
menggunakan baju tidur berwarna biru muda. Ekspresi wajah tampak murung dan
2
3
paru.
4 Sikap terhadap pemeriksa
Tidak kooperatif. Pada saat wawancara pasien hanya diam, tampak murung, tidak
bersemangat. Kontak mata terkadang ada terkadang menghindar. Anak-anak dan istri
pasien selalu menemani pasien di saat pasien cuci darah. Dan pasien tidak menolak
untuk home visite.
B Mood dan Afek
1 Mood
: hipotimia
2 Afek
: tumpul
C Pembicaraan
1 Kualitas
: volume kecil dan nyaris tak terdengar.
2 Kuantitas
: menjawab sesuai pertanyaan.
3 Hendaya berbahasa: tidak bisa dievaluasi.
4 Keserasian
: tidak serasi
D Gangguan Persepsi
Tidak bisa dievaluasi .
E Pikiran
1 Arus pikiran
: koheren
2 Isi pikiran
: tidak bisa dievaluasi
F Fungsi Kognitif
1 Orientasi
Orientasi waktu
: tidak bisa dievaluasi
Orientasi tempat : tidak bisa dievaluasi
Orientasi orang
: tidak bisa dievaluasi
Daya konsentrasi : tidak bisa dievaluasi
2 Taraf Pendidikan
Pasien bersekolah hinggan tamat SMEA, tidak pernah tinggal kelas dan berhasil
lulus
3 Perhatian
Ketika wawancara berlangsung pasien tidak dapat memusatkan perhatian.
4 Daya ingat
Jangka panjang : tidak bisa dievaluasi
Jangka pendek
: terganggu (pasien tidak dapat mengingat
belum minum obat)
: tidak bisa dievaluasi
Segera
G Penilaian Realitas
1 Norma sosial : tidak ada keinginan untuk bunuh diri.
2 Uji daya nilai : terganggu.
H Pengendalian Impuls
Pasien tampak cemas dan murung serta malas bergerak, serta tidak membahayakan
oranglain yang berada di sekitarnya.
I Tilikan
Tidak dapat dievaluasi
J Taraf dapat dipercaya
Penjelasan pasien dapat dipercaya dan meminta konfirmasi kepada keluarga
pasien.
N. olfaktorius (N.I)
Tidak dievaluasi
t
N. optikus (N.II)
Tidak dievaluasi
N. trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
w N. facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
x
N. vestibulocochlearis (N.VIII)
Pasien dapat mendengar dan mengulangi kata-kata dalam jarak dekat dan jauh.
Selama wawancara pasien hanya menjawab beberapa pertanyaan dengan tepat. Hal ini
memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal.
Fungsi sensorik
: tidak terganggu
Fungsi motorik
: kekuatan otot 5 5
5 5
tonus otot
N N
N N
Refleks fisiologis
: (+) normal
Refleks patologis
: (-)
C Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 10 Juli 2014
Protein total
Glukosa darah sewaktu
: 6,5 g/dL
: 71 mg/dL
Creatinin darah
Ureum darah
Albumin
Globulin
Natrium darah
Kalium darah
Chloride darah
Hematrokit
Trombosit
Hemoglobin
Eritrosit
Leukosit
: 21,2 mg/dL
: 132 mg/dL
: 2,9 g/dL
: 3,6 g/dL
: 129 mmol/L
: 2,72 mmol/L
: 90,4 mmol/L
: 26,8%
: 297 10/Ml
: 26,8%
: 3,11 10^6/Ml
: 10.100/Ml
VII
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I
Aksis II
VIII
PROBLEM
A Organobiologi
B Psikologi
IX
TERAPI
A Psikofarmako
Fluoxetine 20 mg tab 1 x 1
B Psikoterapi dan Intervensi Psikososial
a Terhadap pasien
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yaitu terapi kognitif yang bertujuan
mengembangkan cara berpikir alternative, fleksibel dan positif dan perilaku
yang baru.
Memberikan
edukasi
gangguannya
lebih
dan
support
terhadap
pasien
agar
memahami
samping yang
obat.
Memberikan penerangan kepada pasien secara perlahan-lahan agar pasien
dapat mengerti dan menerima kenyataan, perbaikan fungsi sosial dan
pencapaian kualitas hidup yang baik.
kendur.
b Terhadap keluarga pasien
Meminta keluarga untuk tetap memastikan pasien tetap berada dalam
pengawasan keluarga
Memberikan pengertian dan dukungan kepada keluarga akan pentingnya peran
X PROGNOSIS
A Ad vitam
B Ad fungsionam
C Ad sanationam
XI
XII
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
FOLLOW UP
Pada pertemuan ke-2 tanggal 16 Juli 2014
S
: pasien tidak mau diwawancara, saat dikunjungi pasien sedang beristirahat
O
: penampilan : seorang perempuan, berpenampilan berantakan, kurus
Mood/afek
: tidak dapat dievaluasi
Pembicaraan
: tidak dapat dievaluasi
Gangguan persepsi : tidak dapat dievaluasi
Proses/isi piker
: tidak dapat dievaluasi
A
: episode depresif berat tanpa gejala psikotik
P
: Fluoxetine 20 mg 1 x 1
ANJURAN
Dianjurkan kepada keluarga agar dapat memberikan dukungan dan kunjungan berkala
selama masa pengobatan.Memberikan konseling yang teratur kepada pasien untuk bisa
memperbaiki pemahamam tentang realitas yang ada, tingkah laku, serta pola pikir pasien agar
menyadarkan pada pasien bahwa pasien memerlukan pengobatan yang teratur.
XIII DISKUSI
A Diagnosis
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis. Dari anamnesis ditemukan
gejala-gejala yang berkaitan dengan gangguan depresi organik. Dalam kasus ini ditemukan
pasien mengeluh Sesak nafas saat berjalan dialami sejak 1 hari sebelum MRS, mual, muntah
2x/hari isi cairan, BAK sedikit, gangguan tidur, tremor, cemas, tampak murung dan sedih,
menarik diri dengan lingkungan, lesu dan tidak ada tenaga, konsentrasi berkurang, pasien tampak
diam-diam. Berdasarkan PPDGJ-III dan buku ajar FKUI pedoman diagnostik harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
A Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap antara:
a Bentuk, isi dan beratnya gejala,
b Riwayat sebelumnya dan corak kepribadian, dan
c Kejadian, situasi atau krisis kehidupan.
B Adanya faktor ketiga diatas harus jelas dan bukti yang kuat bahwa gangguan tersebut
tidak akan terjadi seandainya tidak mengalami hal tersebut.
C Manifestasi dari gangguan bervariasi, dan mencakup afek depresif, kehilangan minat,
berkurangnya energi, gangguan tidur, disertai adanya disabilitas dalam kegiatan rutin
sehari-hari.
D Onset biasanya terjadi dalam kurang dari 2 minggu setelah terjadinya kejadian yang
agitasi
Pada pasien ini dapat didiagnosa gejala episode depresif berat tanpa gejala psikotik yaitu
munculnya keluhan yang berhubungan dengan situasi sesak nafas saat berjalan dialami sejak 1
hari sebelum MRS, mual, muntah 2x/hari isi cairan, BAK sedikit, gangguan tidur, tremor, cemas,
tampak murung dan sedih, menarik diri dengan lingkungan, lesu dan tidak ada tenaga,
konsentrasi buruk, pasien tampak diam-diam.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan mood hipotimia yaitu suasana perasaan yang
secara pervasif diwarnai kesedihan dan kemurungan serta kehilangan semangat.Secara obyektif
tampak dari sikap murung dan perilakunya yang lamban. Pada afek didapatkan datar karena
menggambarkan nuansa ekspresi pasien yang sedikit, bahkan ketika afek tersebut seharusnya
diekspresikan. Pasien tidak menunjukkan kehangatan..
B Diagnosis Banding
Diagnosis banding yang mengarah sesuai dengan anamnesis yang dilakukan yaitu
gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik. Gejala yang memenuhi
kriteria gangguan ini adalah sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung.
C
Ciri Kepribadian
Ciri gangguan kepribadian ada berbagai macam yaitu ciri gangguan ansietas, gangguan
XIV
WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara dilakukan di Rumah Sakit Prof.R.D Kandou Manado pada tanggal 11 Juli
2014 jam 12.00 WITA. Saat wawancara pasien sedang berbaring di tempat tidur Ruangan
perawatan C5 bangian Penyakit Dalam RSUP Prof.R.D. Kandou
A: Pemeriksa
B: Pasien
A : Selamat siang, saya dokter muda Ruth Sihotang, torang bincang-bincang dulu neh, ibu pe
nama sapa?
B : siang dokter. Vonny
A : ibu pe umur berapa ?
B : .. (menghindar)
A : ibu lahir dimana deng tanggal berapa?
B : .(menghindar)
A : Pemeriksa
C : Anak pasien
A : Selamat siang, saya dokter muda Ruth Sihotang, torang bincang-bincang dulu neh, ade pe
nama sapa?
C : siang dok, lidya .
A : mamak dang umur berapa ?
C : 51 tahun dok .
A : alamat dimana dang de ?
C : di jalan dipenogoro no.66 Mahakeret Barat .
A : mamak dang dib aw ke RS karna kiapa ?
C : karena sesak dok, 1 hari sebelum MRS ada sesak, makanya torang bawa mamak ke RS.
A : so berapa lama dang mamak ada maso RS ?
C : so dari tanggal 06 Juli dok, masuk melalui UGD kong da kase maso di ruangan C5.
A : mamak pe tanggal lahir dang tau ?
C : iyo tau dok, manado, 21 Juli 1962
A : tinggal sama siapa di rumah ?
C : tinggal sama orangtua
A : waktu datang ke rumah sakit diantar siapa ?
C : diantar sama keluarga dok (sama bapak deng kakak)
REFERENSI
1
Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. 2003. Kaplan & sadocks Synopsis of Psychiatri. 9th ed.
ed). Washington, DC
Sylvia D. Elvira, Gitayanti Hadisukanto. Fakultas Kedokteran Indonesia Universitas
: Ny. R. D
Umur
: 64 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Sudah menikah
Jumlah Anak
: 3
Pendidikan Terakhir
: SD
Suku / Bangsa
: Sangihe / Indonesia
Alamat
Pekerjaan
Agama
: Kristen protestan
Tanggal MRS
: 1 Juni 2013
Cara datang ke RS
Tempat Pemeriksaan
B RIWAYAT PSIKIATRI
Riwayat psikiatri diperoleh dari:
- Alloanamnesis dengan putra pasien pada Tanggal 1 Juni 2013
- Autoanamnesis dengan pasien sendiri pada Tanggal 1 Juni 2013
1. Keluhan utama :
Sering berdiam diri, gelisah, jalan-jalan sendiri, ketakutan.
b
c
2
3
4
Pasien termasuk anak yang rajin di rumah. Hubungan dalam keluarga cukup harmonis.
Pasien cukup memiliki banyak teman.
5 Riwayat masa dewasa
a Riwayat pendidikan
Pasien bersekolah sampai tamat sekolah dasar (SD)
b
c
Riwayat keagamaan
Pasien beragama kristen Protestan dan tidak aktif di kegiatan beribadah.
Riwayat psikoseksual
Pasien tidak pernah mengalami penyiksaan seksual semasa kecil. Orientasi seksual
pasien adalah lawan jenis yang sebaya. Pasien tidak pernah mendapat pendidikan
seksualitas secara formal.
d Riwayat pernikahan
e
f
g
h
i
D SILSILAH KELUARGA
KETERANGAN :
= Ayah pasien
= Ibu pasien
= Pasien
= Adik pasien dengan penyakit yang sama
E. STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum
Penampilan
Pasien adalah seorang wanita, usia 64 tahun, penampilan sesuai umur.
Berpakaian rapi dengan baju terusan berwarna biru. Kuku panjang dan kotor.
Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara pasien gelisah dan hanya sesekali menjawab
pertanyaan
Proses Pikir
Bentuk pikiran: koheren.
Isi pikiran : terdapat waham paranoid
Derajat tilikan
Derajat tilikan (insight) I, dimana penderita merasa dirinya tidak sakit.
Status Interna
Keadaan umum : Cukup.
Kesadaran
: compos mentis.
Tanda vital
: TD : 110/80 mmHg, N:88x/menit, R: 20 x/menit, S:
36,7C
Kepala
yang
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
2
Status Neurologi
GCS : E4M5V6
TRM : tidak ada
Mata : gerakan normal searah, pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+.
Pemeriksaan Nervus Kranialis
ae Nervus Olfaktorius (N.I)
Tidak dilakukan evaluasi
af Nervus Optikus (N.II)
Tidak dilakukan evaluasi
ag Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan Nervus Abducens
(N.VI)
Selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa pasien memiliki gerakan
bola mata yang wajar (pasien mampu melirikkan bola matanya ke kiri dan ke
kanan).
ah Nervus Trigeminus (N.V)
Tidak dilakukan evaluasi
ai Nervus Facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa wajah pasien simetris
aj Nervus Vestibulokoklearis (N.VIII)
Selama wawancara berlangsung, pasien mampu untuk menjawab beberapa
pertanyaan dengan tepat. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran pasien
normal. Saat berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh
ak Nervus Glossofaringeus (N.IX)
Tidak dilakukan evaluasi
(Tremor,
Bradikinensia, Rigiditas)
Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
G. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien wanita umur 64 tahun, dibawa ke RS Prof.V.L.
Ratumbuysang Manado pada tanggal 1 Juni 2013 dengan keluhan utama gelisah dan
ketakutan sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengatakan alasan ketakutannya karena ia yakin
ada orang yang ingin mencelakakannya. Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara
yang hanya dia sendiri bisa mendengarnya. Anak pasien menceritakan semenjak 2 tahun
yang lalu pasien mulai suka menyendiri dan kemungkinan hal ini disebabkan kematian
suaminya. Pasien sering mengeluh bosan hidup dan ingin mati saja. Dua bulan yang lalu
pasien mulai gelisah dan suka jalan-jalan sendiri, tetapi setelah diobati keadaan pasien
kembali tenang. Tiga hari belakangan pasien kembali merasa gelisah, jalan-jalan tanpa
tujuan dan juga tidak bisa tidur.
Pada pemeriksaan status mental, didapatkan penampilan pasien sesuai dengan usianya,
secara umum rapi. Mood disforia, afek sempit, halusinasi auditorik. Selama pemeriksaan
pasien tidak kooperatif, penderita hanya sesekali menjawab pertanyaan pemeriksa dengan
jawaban yang benar, artikulasi kurang jelas, intonasi biasa namun penderita agak lama
menjawab pertanyaan yang diberikan. Pada pengendalian impuls ditemukan pasien sulit
untuk berdiam diri, selama wawancara pasien sangat gelisah. Uji daya nilai terganggu,
penilaian realitas terganggu. Penjelasan pasien umumnya masih dapat dipercaya. Derajat
tilikan (insight) I, dimana penderita merasa dirinya tidak sakit.
H. FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan riwayat pasien, ditemukan adanya kejadian-kejadian yang mencetuskan
perubahan pola perilaku dan psikologis yang bermanifestasi timbulnya gejala dan tanda
klinis yang khas berkaitan adanya gangguan kejiwaan serta ditemukan adanya distress dan
disability dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat disimpulkan pasien
mengalami suatu gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status interna dan status neurologi tidak ditemukan kelainan yang
mengindikasikan adanya gangguan medis umum yang secara fisiologis menimbulkan
disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita selama ini.
Pasien pernah mengalami trauma di kepala 23 tahun yang lalu, tetapi trauma kepala
yang baru dialami tidak ada. Gangguan mental organic (F00-F09) dapat disingkirkan.
Pada anamnesis ditemukan pasien suka menyendiri, kurang bergairah, dan kehilangan
minat. Beberapa kali pasien mengatakan ingin mati saja. Gangguan isi pikir ditemukan
dalam bentuk waham paranoid. Gangguan persepsi ditemukan dalam bentuk halusinasi
auditorik. Maka diagnosa aksis 1 pasien ini termasuk dalam episode depresif berat dengan
gejala psikotik (F32.3)
Pada aksis II tidak ada diagnosis.
Pada aksis III tidak ada diagnosis
Pada aksis IV Suami pasien meninggal dua tahun lalu. Semenjak itu pasien menjadi kurang
bersemangat dan lebih suka berdiam diri. Pada aksis IV terdapat masalah dengan primary
support group (keluarga)
Pada aksis V GAF Scale 41-50 (gejala berat/serious, disabilitas berat)
I
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
: Episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3)
Aksis II
: HARUS ADA
Aksis III
Aksis V
J.
DAFTAR MASALAH
a. Organobiologik
Terdapat faktor genetik gangguan jiwa, yaitu adik kandung pasien pernah mengalami
sakit yang sama seperti pasien.
b. Psikologi
Pasien mengalami gejala deprsesi, halusinasi auditorik, dan waham paranoid
c. Lingkungan dan sosial ekonomi
Pasien berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi kurang mampu dan
memiliki latar belakang pendidikan yang rendah.
K. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka
- Amitriptyline 25 mg 3x1
- Risperidone 2 mg 2 x 1
- THP 2 mg 2 x 1/2
- Diazepam 5 mg 1 x 1 (malam, kalau perlu)
- B1, B6, B12 2 x 1
- Asam folat 2x1 tablet
2. Psikoterapi dan Intervensi Psikososial
a. Terhadap pasien
- Memberikan edukasi terhadap pasien agar memahami gangguannya
lebih lanjut, cara pengobatan, efek samping yang dapat muncul,
pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat.
- Intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya
diri individu, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup
yang baik.
- Memotivasi dan memberikan dukungan kepada pasien agar pasien
tidak merasa putus asa dan semangat juangnya dalam menghadapi
L. PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam
J.
: bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
DISKUSI
Pada kasus ditemukan pasien merasa gelisah, ketakutan, terdapat halusinasi auditorik, dan
waham paranoid yang bertambah berat sejak 3 hari yang lalu. Pasien susah tidur dan merasa
pusing serta sering jalan jalan sendiri tanpa tujuan. Pasien juga senang menyendiri, tidak
bergairah, mudah lelah. Selama wawancara pasien tidak kooperatif dengan hanya sesekali
menjawab pertanyaan pemeriksa dengan jawaban yang benar, artikulasi kurang jelas, intonasi
biasa namun penderita agak lama menjawab pertanyaan yang diberikan Dari keterangan
tersebut diambil diagnosis Episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3)
Pada pasien ini diberikan Amitriptyline 25 mg 3x1, Risperidone 2 mg 2 x 1, THP 2 mg 2 x
, Diazepam 5 mg 1 x 1 (malam, kalau perlu), B1, B6, B12
hidup yang baik sehingga memotivasi pasien agar dapat menjalankan fungsi sosianya
dengan baik. Keluarga pasien juga diberikan terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi
berupa penyampaian informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyakit yang dialami
pasien serta pengobatannya sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi
pasien untuk minum obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala
kekambuhan secara dini.
Pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan penyakit
juga penting untuk disampaikan. Prognosis pasien ini adalah dubia ad bonam . Bila pasien
taat menjalani terapi, dan tetap menghentikan mengkonsumsi alkohol, serta adanya motivasi
dari pasien sendiri untuk sembuh, serta adanya dukungan pasien dari keluarga maka akan
membantu perbaikan pasien.
K KESIMPULAN
1
Diagnosis pasien ini adalah episode depresi berat dengan gangguan psikotik.
2
Dukungan dan partisipasi keluarga sangat menentukan pemulihan dan pencegahan
timbulnya relaps, oleh karena itu perlu dipertimbangkan pasien untuk tinggal bersama
3
keluarga.
WAWANCARA PSIKIATRI
Keterangan :
A
B
C
:
:
:
Pemeriksa
Pasien
Anak pasien
Dialog :
A
: Selamat pagi, Ibu
B
: ( Pasien tidak menjawab sapaan pemeriksa, pasien tampak gelisah
ingin keluar dari ruangan, kontak mata dengan pemeriksa
tidak ada)
A
: Perkenalkan, saya dokter muda. nama saya Slamet, nama Ibu siapa?
B
: (Tetap diam dan tidak menjawab)
C
: Kita pe ajus pe nama Rahel, Dok
A
: Bapak siapa? Hubungan dengan Ibu Rahel bagaimana?
C
: Kita pe nama Fredy, kita anak kandung Ibu Rahel.
A
: Ibu sekarang sudah umur berapa tahun?
C
: 64 tahun.
A
: Alamat di mana ?
C
: Alamat di Molas, Lingkungan 1 Kecamatan Bunaken
A
: Ooo Ibu berapa bersaudara?
C
: Ajus ada enam basudara, ajus anak pertama, Dok.
dan
A
C
A
C
A
C
A
pulang)
: Terus Ibu tahu kenapa sampai di bawa ke rumah sakit??
: doh....... stau le dok pulang jo, pulang jo ..marijo pulang kwa, nyanda sakit
kita.
: (bertanya pada anaknya) Ibu ada masalah apa sampai jadi bagini??
: ibu kwa dulu tinggal deng sebe di pulau dok. Semenjak 2 tahun
lalu
sebe so meninggal. Jadi ajus cuma sandiri disana deng tape
kamanakan. Ajus so mulai ba aneh-aneh noh dok abis sebe
meninggal,
so lebeh sering murung-murung dengan jarang
bacarita deng orangorang. Ajus so ja bapikir aneh-aneh lagi, rupa
ja dengar-dengar. Dua bulan
lalu, so lebe banya depe aneh-aneh.
Ajus sama skali so nemau bacarita
deng orang
: Ibu sudah pernah bapak bawa berobat ??
: ada dok, kita pe sablah rumah di kampung depe sudara mantri kwa dok. jadi
mama ja dapa obat dari dia. dia ja minta pa dp sudara itu noh.
: Ibu pernah ada ide-ide untuk bunuh diri, Pak??
C
: ada dokdia rasa so nyanda berguna kata jadi lebeh bagus mati
jo kata dia.
A
: kalo tindakan untuk bunuh diri ada pak?
C
: Dia suka bajalang-bajalang sandiri dok kong kalo malam susah ja tidor dia.
Tuhari amper lari lagi dia, kurang da dapa di ujung kampung.
: Ada dok. mama pe ade lagi bagini. so pernah maso disini lagi dia, mar skarang
so bae kwa dia. mama pe ade lebe parah lagi dok, kurang orang da ika pa dia
kong bawa kamari.
A
C
: Ibu pernah sakit-akit apa dulu?? Pernah terbentur di kepala atau sakit malaria
waktu dulu?
: kalo tatoki pernah dok, mar itu 23 tahun lalu dok. kalo malaria ndak pernah dok.
: Ny. R. D
Umur
: 64 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Sudah menikah
Jumlah Anak
: 3
Pendidikan Terakhir
: SD
Suku / Bangsa
: Sangihe / Indonesia
Alamat
Pekerjaan
Agama
: Kristen protestan
Tanggal MRS
: 1 Juni 2013
Cara datang ke RS
Tempat Pemeriksaan
F RIWAYAT PSIKIATRI
Riwayat psikiatri diperoleh dari:
- Alloanamnesis dengan putra pasien pada Tanggal 1 Juni 2013
- Autoanamnesis dengan pasien sendiri pada Tanggal 1 Juni 2013
1. Keluhan utama :
Sering berdiam diri, gelisah, jalan-jalan sendiri, ketakutan.
2. Riwayat gangguan sekarang:
Autoanamnesis
Pasien merasa gelisah dan ketakutan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien
mengatakan alasan ketakutannya karena ia yakin ada orang yang ingin mencelakakannya.
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara yang hanya dia sendiri bisa
mendengarnya.
Alloanamnesis
Menurut anak pasien, pasien merasa gelisah dan ketakutan sejak 3 hari yang lalu, pasien
ketakutan karena mendengar suara-suara yang sebetulnya tidak ada. Pasien juga jika
mendengar suara motor mengatakan polisi akan menangkapnya dan merasa ketakutan.
Anak pasien menceritakan semenjak 2 tahun yang lalu pasien mulai suka menyendiri dan
kemungkinan hal ini disebabkan kematian suaminya. Pasien sering mengeluh bosan
hidup dan ingin mati saja. Dua bulan yang lalu pasien mulai gelisah dan suka jalan-jalan
sendiri, tetapi setelah diobati keadaan pasien kembali tenang. Tiga hari belakangan pasien
kembali merasa gelisah, jalan-jalan tanpa tujuan dan juga tidak bisa tidur.
3. Riwayat gangguan sebelumnya:
d
7
8
9
Riwayat keagamaan
Pasien beragama kristen Protestan dan tidak aktif di kegiatan beribadah.
Riwayat psikoseksual
Pasien tidak pernah mengalami penyiksaan seksual semasa kecil. Orientasi seksual
pasien adalah lawan jenis yang sebaya. Pasien tidak pernah mendapat pendidikan
seksualitas secara formal.
d Riwayat pernikahan
e
f
g
h
i
H SILSILAH KELUARGA
KETERANGAN :
= Ayah pasien
= Ibu pasien
= Pasien
= Adik pasien dengan penyakit yang sama
E. STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum
Penampilan
Pasien adalah seorang wanita, usia 64 tahun, penampilan sesuai umur.
Berpakaian rapi dengan baju terusan berwarna biru. Kuku panjang dan
kotor.
Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara pasien gelisah dan hanya sesekali menjawab
pertanyaan
Proses Pikir
Bentuk pikiran: koheren.
Isi pikiran : terdapat waham paranoid
Derajat tilikan
Derajat tilikan (insight) I, dimana penderita merasa dirinya tidak sakit.
yang
Status Interna
Keadaan umum : Cukup.
Kesadaran
: compos mentis.
Tanda vital
: TD : 110/80 mmHg, N:88x/menit, R: 20 x/menit, S:
36,7C
Kepala
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
Status Neurologi
GCS : E4M5V6
TRM : tidak ada
Mata : gerakan normal searah, pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+.
Pemeriksaan Nervus Kranialis
ao Nervus Olfaktorius (N.I)
Tidak dilakukan evaluasi
ap Nervus Optikus (N.II)
Tidak dilakukan evaluasi
aq Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan Nervus Abducens
(N.VI)
Selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa pasien memiliki gerakan
bola mata yang wajar (pasien mampu melirikkan bola matanya ke kiri dan ke
kanan).
ar Nervus Trigeminus (N.V)
Tidak dilakukan evaluasi
as Nervus Facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa wajah pasien simetris
(Tremor, Bradikinensia,
Rigiditas)
Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan pemeriksaan
G. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien wanita umur 64 tahun, dibawa ke RS Prof.V.L.
Ratumbuysang Manado pada tanggal 1 Juni 2013 dengan keluhan utama gelisah dan ketakutan
sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengatakan alasan ketakutannya karena ia yakin ada orang yang
ingin mencelakakannya. Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara yang hanya dia
sendiri bisa mendengarnya. Anak pasien menceritakan semenjak 2 tahun yang lalu pasien mulai
suka menyendiri dan kemungkinan hal ini disebabkan kematian suaminya. Pasien sering
mengeluh bosan hidup dan ingin mati saja. Dua bulan yang lalu pasien mulai gelisah dan suka
jalan-jalan sendiri, tetapi setelah diobati keadaan pasien kembali tenang. Tiga hari belakangan
pasien kembali merasa gelisah, jalan-jalan tanpa tujuan dan juga tidak bisa tidur.
Pada pemeriksaan status mental, didapatkan penampilan pasien sesuai dengan usianya,
secara umum rapi. Mood disforia, afek sempit, halusinasi auditorik. Selama pemeriksaan pasien
tidak kooperatif, penderita hanya sesekali menjawab pertanyaan pemeriksa dengan jawaban yang
benar, artikulasi kurang jelas, intonasi biasa namun penderita agak lama menjawab pertanyaan
yang diberikan. Pada pengendalian impuls ditemukan pasien sulit untuk berdiam diri, selama
wawancara pasien sangat gelisah. Uji daya nilai terganggu, penilaian realitas terganggu.
Penjelasan pasien umumnya masih dapat dipercaya. Derajat tilikan (insight) I, dimana penderita
merasa dirinya tidak sakit.
H. FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan riwayat pasien, ditemukan adanya kejadian-kejadian yang mencetuskan
perubahan pola perilaku dan psikologis yang bermanifestasi timbulnya gejala dan tanda klinis
yang khas berkaitan adanya gangguan kejiwaan serta ditemukan adanya distress dan disability
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat disimpulkan pasien mengalami suatu
gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status interna dan status neurologi tidak ditemukan kelainan yang
mengindikasikan adanya gangguan medis umum yang secara fisiologis menimbulkan disfungsi
otak serta mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita selama ini.
Pasien pernah mengalami trauma di kepala 23 tahun yang lalu, tetapi trauma kepala yang
baru dialami tidak ada. Gangguan mental organic (F00-F09) dapat disingkirkan.
Pada anamnesis ditemukan pasien suka menyendiri, kurang bergairah, dan kehilangan minat.
Beberapa kali pasien mengatakan ingin mati saja. Gangguan isi pikir ditemukan dalam bentuk
waham paranoid. Gangguan persepsi ditemukan dalam bentuk halusinasi auditorik. Maka
diagnosa aksis 1 pasien ini termasuk dalam episode depresif berat dengan gejala psikotik
(F32.3)
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
: Episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3)
Aksis II
Aksis III
DAFTAR MASALAH
a. Organobiologik
Terdapat faktor genetik gangguan jiwa, yaitu adik kandung pasien pernah
mengalami sakit yang sama seperti pasien.
b. Psikologi
Pasien mengalami gejala deprsesi, halusinasi auditorik, dan waham paranoid
c. Lingkungan dan sosial ekonomi
Pasien berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi kurang mampu dan
memiliki latar belakang pendidikan yang rendah.
K. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka
- Amitriptyline 25 mg 3x1
- Risperidone 2 mg 2 x 1
- THP 2 mg 2 x 1/2
- Diazepam 5 mg 1 x 1 (malam, kalau perlu)
- B1, B6, B12 2 x 1
- Asam folat 2x1 tablet
L. PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam
J.
: bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
DISKUSI
Pada kasus ditemukan pasien merasa gelisah, ketakutan, terdapat halusinasi auditorik, dan
waham paranoid yang bertambah berat sejak 3 hari yang lalu. Pasien susah tidur dan merasa
pusing serta sering jalan jalan sendiri tanpa tujuan. Pasien juga senang menyendiri, tidak
bergairah, mudah lelah. Selama wawancara pasien tidak kooperatif dengan hanya sesekali
menjawab pertanyaan pemeriksa dengan jawaban yang benar, artikulasi kurang jelas, intonasi
biasa namun penderita agak lama menjawab pertanyaan yang diberikan Dari keterangan tersebut
diambil diagnosis Episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3)
Pada pasien ini diberikan Amitriptyline 25 mg 3x1, Risperidone 2 mg 2 x 1, THP 2 mg 2 x ,
Diazepam 5 mg 1 x 1 (malam, kalau perlu), B1, B6, B12
L. WAWANCARA PSIKIATRI
Keterangan :
A
B
C
:
:
:
Pemeriksa
Pasien
Anak pasien
Dialog :
A
: Selamat pagi, Ibu
B
: ( Pasien tidak menjawab sapaan pemeriksa, pasien tampak gelisah
dan
pulang)
: Terus Ibu tahu kenapa sampai di bawa ke rumah sakit??
: doh....... stau le dok pulang jo, pulang jo ..marijo pulang kwa, nyanda sakit
kita.
: (bertanya pada anaknya) Ibu ada masalah apa sampai jadi bagini??
A
C
A
: ibu kwa dulu tinggal deng sebe di pulau dok. Semenjak 2 tahun
lalu
sebe so meninggal. Jadi ajus cuma sandiri disana deng tape
kamanakan. Ajus so mulai ba aneh-aneh noh dok abis sebe
meninggal,
so lebeh sering murung-murung dengan jarang
bacarita deng orangorang. Ajus so ja bapikir aneh-aneh lagi, rupa
ja dengar-dengar. Dua bulan
lalu, so lebe banya depe aneh-aneh.
Ajus sama skali so nemau bacarita
deng orang
: Ibu sudah pernah bapak bawa berobat ??
: ada dok, kita pe sablah rumah di kampung depe sudara mantri kwa dok. jadi
mama ja dapa obat dari dia. dia ja minta pa dp sudara itu noh.
: Ibu pernah ada ide-ide untuk bunuh diri, Pak??
C
: ada dokdia rasa so nyanda berguna kata jadi lebeh bagus mati
jo kata dia.
A
: kalo tindakan untuk bunuh diri ada pak?
C
: Dia suka bajalang-bajalang sandiri dok kong kalo malam susah ja tidor dia.
Tuhari amper lari lagi dia, kurang da dapa di ujung kampung.
: Ada dok. mama pe ade lagi bagini. so pernah maso disini lagi dia, mar skarang
so bae kwa dia. mama pe ade lebe parah lagi dok, kurang orang da ika pa dia
kong bawa kamari.
A
C
: Ibu pernah sakit-akit apa dulu?? Pernah terbentur di kepala atau sakit malaria
waktu dulu?
: kalo tatoki pernah dok, mar itu 23 tahun lalu dok. kalo malaria ndak pernah dok.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. R. D
Umur
: 64 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Sudah menikah
Jumlah Anak
: 3
Pendidikan Terakhir
: SD
Suku / Bangsa
: Sangihe / Indonesia
Alamat
Pekerjaan
Agama
: Kristen protestan
Tanggal MRS
: 1 Juni 2013
Cara datang ke RS
Tempat Pemeriksaan
RIWAYAT PSIKIATRI
Riwayat psikiatri diperoleh dari:
- Alloanamnesis dengan putra pasien pada Tanggal 1 Juni 2013
- Autoanamnesis dengan pasien sendiri pada Tanggal 1 Juni 2013
1. Keluhan utama :
Sering berdiam diri, gelisah, jalan-jalan sendiri, ketakutan.
4
Pasien merasa gelisah dan ketakutan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien
mengatakan alasan ketakutannya karena ia yakin ada orang yang ingin mencelakakannya.
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara yang hanya dia sendiri bisa
mendengarnya.
Alloanamnesis
Menurut anak pasien, pasien merasa gelisah dan ketakutan sejak 3 hari yang lalu, pasien
ketakutan karena mendengar suara-suara yang sebetulnya tidak ada. Pasien juga jika
mendengar suara motor mengatakan polisi akan menangkapnya dan merasa ketakutan.
Anak pasien menceritakan semenjak 2 tahun yang lalu pasien mulai suka menyendiri dan
kemungkinan hal ini disebabkan kematian suaminya. Pasien sering mengeluh bosan
hidup dan ingin mati saja. Dua bulan yang lalu pasien mulai gelisah dan suka jalan-jalan
sendiri, tetapi setelah diobati keadaan pasien kembali tenang. Tiga hari belakangan pasien
kembali merasa gelisah, jalan-jalan tanpa tujuan dan juga tidak bisa tidur.
5
h
i
Riwayat keagamaan
Pasien beragama kristen Protestan dan tidak aktif di kegiatan beribadah.
Riwayat psikoseksual
Pasien tidak pernah mengalami penyiksaan seksual semasa kecil. Orientasi seksual
pasien adalah lawan jenis yang sebaya. Pasien tidak pernah mendapat pendidikan
seksualitas secara formal.
d Riwayat pernikahan
e
f
g
h
i
L SILSILAH KELUARGA
KETERANGAN :
= Ayah pasien
= Ibu pasien
= Pasien
= Adik pasien dengan penyakit yang sama
E. STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum
Penampilan
Pasien adalah seorang wanita, usia 64 tahun, penampilan sesuai umur.
Berpakaian rapi dengan baju terusan berwarna biru. Kuku panjang dan
kotor.
Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara pasien gelisah dan hanya sesekali menjawab
pertanyaan
Proses Pikir
Bentuk pikiran: koheren.
Isi pikiran : terdapat waham paranoid
Derajat tilikan
Derajat tilikan (insight) I, dimana penderita merasa dirinya tidak sakit.
Status Interna
Keadaan umum : Cukup.
Kesadaran
: compos mentis.
Tanda vital
: TD : 110/80 mmHg, N:88x/menit, R: 20 x/menit, S:
36,7C
Kepala
Thoraks
yang
Abdomen
Ekstremitas
6
Status Neurologi
GCS : E4M5V6
TRM : tidak ada
Mata : gerakan normal searah, pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+.
Pemeriksaan Nervus Kranialis
ay Nervus Olfaktorius (N.I)
Tidak dilakukan evaluasi
az Nervus Optikus (N.II)
Tidak dilakukan evaluasi
ba Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan Nervus Abducens
(N.VI)
Selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa pasien memiliki gerakan
bola mata yang wajar (pasien mampu melirikkan bola matanya ke kiri dan ke
kanan).
bb Nervus Trigeminus (N.V)
Tidak dilakukan evaluasi
bc Nervus Facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa wajah pasien simetris
bd Nervus Vestibulokoklearis (N.VIII)
Selama wawancara berlangsung, pasien mampu untuk menjawab beberapa
pertanyaan dengan tepat. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran pasien
normal. Saat berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh
be Nervus Glossofaringeus (N.IX)
Tidak dilakukan evaluasi
bf Nervus Vagus (N.X)
(Tremor,
Bradikinensia, Rigiditas)
Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
G. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien wanita umur 64 tahun, dibawa ke RS Prof.V.L.
Ratumbuysang Manado pada tanggal 1 Juni 2013 dengan keluhan utama gelisah dan
ketakutan sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengatakan alasan ketakutannya karena ia yakin
ada orang yang ingin mencelakakannya. Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara
yang hanya dia sendiri bisa mendengarnya. Anak pasien menceritakan semenjak 2 tahun
yang lalu pasien mulai suka menyendiri dan kemungkinan hal ini disebabkan kematian
suaminya. Pasien sering mengeluh bosan hidup dan ingin mati saja. Dua bulan yang lalu
pasien mulai gelisah dan suka jalan-jalan sendiri, tetapi setelah diobati keadaan pasien
kembali tenang. Tiga hari belakangan pasien kembali merasa gelisah, jalan-jalan tanpa
tujuan dan juga tidak bisa tidur.
Pada pemeriksaan status mental, didapatkan penampilan pasien sesuai dengan usianya,
secara umum rapi. Mood disforia, afek sempit, halusinasi auditorik. Selama pemeriksaan
pasien tidak kooperatif, penderita hanya sesekali menjawab pertanyaan pemeriksa dengan
jawaban yang benar, artikulasi kurang jelas, intonasi biasa namun penderita agak lama
menjawab pertanyaan yang diberikan. Pada pengendalian impuls ditemukan pasien sulit
untuk berdiam diri, selama wawancara pasien sangat gelisah. Uji daya nilai terganggu,
penilaian realitas terganggu. Penjelasan pasien umumnya masih dapat dipercaya. Derajat
tilikan (insight) I, dimana penderita merasa dirinya tidak sakit.
H. FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan riwayat pasien, ditemukan adanya kejadian-kejadian yang mencetuskan
perubahan pola perilaku dan psikologis yang bermanifestasi timbulnya gejala dan tanda
klinis yang khas berkaitan adanya gangguan kejiwaan serta ditemukan adanya distress dan
disability dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat disimpulkan pasien
mengalami suatu gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status interna dan status neurologi tidak ditemukan kelainan yang
mengindikasikan adanya gangguan medis umum yang secara fisiologis menimbulkan
disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita selama ini.
Pasien pernah mengalami trauma di kepala 23 tahun yang lalu, tetapi trauma kepala
yang baru dialami tidak ada. Gangguan mental organic (F00-F09) dapat disingkirkan.
Pada anamnesis ditemukan pasien suka menyendiri, kurang bergairah, dan kehilangan
minat. Beberapa kali pasien mengatakan ingin mati saja. Gangguan isi pikir ditemukan
dalam bentuk waham paranoid. Gangguan persepsi ditemukan dalam bentuk halusinasi
auditorik. Maka diagnosa aksis 1 pasien ini termasuk dalam episode depresif berat dengan
gejala psikotik (F32.3)
Pada aksis II tidak ada diagnosis.
Pada aksis III tidak ada diagnosis
Pada aksis IV Suami pasien meninggal dua tahun lalu. Semenjak itu pasien menjadi kurang
bersemangat dan lebih suka berdiam diri. Pada aksis IV terdapat masalah dengan primary
support group (keluarga)
Pada aksis V GAF Scale 41-50 (gejala berat/serious, disabilitas berat)
III EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
: Episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3)
Aksis II
Aksis III
DAFTAR MASALAH
a. Organobiologik
Terdapat faktor genetik gangguan jiwa, yaitu adik kandung pasien pernah
mengalami sakit yang sama seperti pasien.
b. Psikologi
Pasien mengalami gejala deprsesi, halusinasi auditorik, dan waham paranoid
c. Lingkungan dan sosial ekonomi
Pasien berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi kurang mampu dan
memiliki latar belakang pendidikan yang rendah.
K. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka
- Amitriptyline 25 mg 3x1
- Risperidone 2 mg 2 x 1
- THP 2 mg 2 x 1/2
- Diazepam 5 mg 1 x 1 (malam, kalau perlu)
- B1, B6, B12 2 x 1
- Asam folat 2x1 tablet
2. Psikoterapi dan Intervensi Psikososial
a. Terhadap pasien
- Memberikan edukasi terhadap pasien agar memahami gangguannya
lebih lanjut, cara pengobatan, efek samping yang dapat muncul,
pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat.
- Intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya
diri individu, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup
yang baik.
- Memotivasi dan memberikan dukungan kepada pasien agar pasien
tidak merasa putus asa dan semangat juangnya dalam menghadapi
hidup ini tidak kendur.
b. Terhadap keluarga
- Dengan psiko-edukasi yang menyampaikan informasi kepada keluarga
L. PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam
J.
: bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
DISKUSI
Pada kasus ditemukan pasien merasa gelisah, ketakutan, terdapat halusinasi auditorik, dan
waham paranoid yang bertambah berat sejak 3 hari yang lalu. Pasien susah tidur dan merasa
pusing serta sering jalan jalan sendiri tanpa tujuan. Pasien juga senang menyendiri, tidak
bergairah, mudah lelah. Selama wawancara pasien tidak kooperatif dengan hanya sesekali
menjawab pertanyaan pemeriksa dengan jawaban yang benar, artikulasi kurang jelas, intonasi
biasa namun penderita agak lama menjawab pertanyaan yang diberikan Dari keterangan
tersebut diambil diagnosis Episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3)
Pada pasien ini diberikan Amitriptyline 25 mg 3x1, Risperidone 2 mg 2 x 1, THP 2 mg 2 x
, Diazepam 5 mg 1 x 1 (malam, kalau perlu), B1, B6, B12
pasien serta pengobatannya sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi
pasien untuk minum obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala
kekambuhan secara dini.
Pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan penyakit
juga penting untuk disampaikan. Prognosis pasien ini adalah dubia ad bonam . Bila pasien
taat menjalani terapi, dan tetap menghentikan mengkonsumsi alkohol, serta adanya motivasi
dari pasien sendiri untuk sembuh, serta adanya dukungan pasien dari keluarga maka akan
membantu perbaikan pasien.
M KESIMPULAN
6
Diagnosis pasien ini adalah episode depresi berat dengan gejala psikotik.
7
Dukungan dan partisipasi keluarga sangat menentukan pemulihan dan pencegahan
timbulnya relaps, oleh karena itu perlu dipertimbangkan pasien untuk tinggal bersama
keluarga.
N WAWANCARA PSIKIATRI
Keterangan :
A
B
C
:
:
:
Pemeriksa
Pasien
Anak pasien
Dialog :
A
: Selamat pagi, Ibu
B
: ( Pasien tidak menjawab sapaan pemeriksa, pasien tampak gelisah
ingin keluar dari ruangan, kontak mata dengan pemeriksa
tidak ada)
A
: Perkenalkan, saya dokter muda. nama saya Krisna, nama Ibu siapa?
B
: (Tetap diam dan tidak menjawab)
C
: Kita pe ajus pe nama Rahel, Dok
A
: Bapak siapa? Hubungan dengan Ibu Rahel bagaimana?
C
: Kita pe nama Fredy, kita anak kandung Ibu Rahel.
A
: Ibu sekarang sudah umur berapa tahun?
C
: 64 tahun.
A
: Alamat di mana ?
C
: Alamat di Molas, Lingkungan 1 Kecamatan Bunaken
A
: Ooo Ibu berapa bersaudara?
C
: Ajus ada enam basudara, ajus anak pertama, Dok.
A
: Kalau boleh tahu pendidikan terakhir Ibu apa?
C
: Tamat SD. Kalau dulu-dulu kan cuma sampai SD
dan
A
C
A
C
A
pulang)
: ibu tau dang kiapa dorang bawa kemari pa ibu??
: doh....... stau le dok pulang jo, pulang jo ..marijo pulang kwa. Nyanda saki
kwa kita.
: (bertanya pada anaknya) ibu ada masalah apa dang sampe jadi bagini??
: ibu kwa dulu tinggal deng sebe di pulau dok. Semenjak 2 tahun
lalu
sebe so meninggal. Jadi ajus cuma sandiri disana deng tape
kamanakan. Ajus so mulai ba aneh-aneh noh dok abis sebe
meninggal,
so lebeh sering murung-murung dengan jarang
bacarita deng orangorang. Ajus so ja bapikir aneh-aneh lagi, rupa
ja dengar-dengar. Dua bulan
lalu, so lebe banya depe aneh-aneh.
Ajus sama skali so nemau bacarita
deng orang
: ibu so pernah bapak bawa berobat ??
: ada dok, kita pe sablah rumah di kampung depe sudara mantri kwa dok. jadi
mama ja dapa obat dari dia. dia ja minta pa dp sudara itu noh.
: ibu pernah ada ide-ide for mo bunuh diri pak??
C
: ada dokdia rasa so nyanda berguna kata jadi lebeh bagus mati
jo kata dia.
A
: kalo tindakan for mo bunuh diri dang ada pak?
C
: dia suka bajalang-bajalang sandiri dok kong kalo malam susah ja tidor dia. tuhari
amper lari lagi dia, kurang da dapa di ujung kampung.
: ada dok. mama pe ade lagi bagini. so pernah maso disini lagi dia, mar skarang so
bae kwa dia. mama pe ade lebe parah lagi dok, kurang orang da ika pa dia kong
bawa kamari.
A
C
: ibu ada saki-saki apa dulu pak?? pernah tatoki di kepala atau saki malaria waktu
dulu?
: kalo tatoki pernah dok, mar itu 23 tahun lalu dok. kalo malaria ndak pernah dok.
: o..oke dang sabantar mo di pangge ulang neh. Mo kase dpe obat for ibu.