Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebijakan pemerintah untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri
menyebabkan perubahan perekonomian secara drastis. Kenaikan BBM ini akan diikuti oleh
naiknya harga barang-barang dan jasa-jasa di masyarakat. Kenaikan harga barang dan jasa ini
menyebabkan tingkat inflasi di Indonesia mengalami kenaikan dan mempersulit
perekonomian masyarakat terutama masyarakat yang berpenghasilan tetap.
Jika terjadi kenaikan harga BBM di negara ini, akan sangat berpengaruh terhadap
permintaan (demand) dan penawaran (supply). Permintaan adalah keinginan yang disertai
dengan kesediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan (Rosyidi,
2009:291). Sementara penawaran adalah banyaknya jumlah barang dan jasa yang ditawarkan
oleh produsen pada tingkat harga dan waktu tertentu.
Permintaan dari masyarakat akan berkurang karena harga barang dan jasa yang
ditawarkan mengalami kenaikan. Begitu juga dengan penawaran, akan berkurang akibat
permintaan dari masyarakat menurun. Harga barang-barang dan jasa-jasa menjadi melonjak
akibat dari naiknya biaya produksi dari barang dan jasa. Ini adalah imbas dari kenaikan harga
BBM. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan, Jika harga suatu barang naik, maka jumlah
barang yang diminta akan turun, dan sebaliknya jika harga barang turun, jumlah barang yang
diminta akan bertambah (Jaka, 2007:58).
Masalah lain yang akan muncul akibat dari kenaikan harga BBM adalah kekhawatiran
akan terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Ini terjadi karena dampak kenaikan harga barang
dan jasa yang terjadi akibat komponen biaya yang mengalami kenaikan. Kondisi
perekonomian Indonesia juga akan mengalami masalah. Daya beli masyarakat akan menurun,
munculnya pengangguran baru, dan sebagainya.
Inflasi yang terjadi akibat kenaikan harga BBM tidak dapat atau sulit untuk dihindari,
karena BBM adalah unsur vital dalam proses produksi dan distribusi barang. Disisi lain,
kenaikan harga BBM juga tidak dapat dihindari, karena membebani APBN. Sehingga
Indonesia sulit untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, baik itu tingkat investasi, maupun
pembangunan-pembangunan lain yang dapat memajukan kondisi ekonomi nasional.
Dengan naiknya tingkat inflasi, diperlukan langkah-langkah atau kebijakan-kebijakan
untuk mengatasinya, demi menjaga kestabilan perekonomian nasional. Diperlukan kebijakan
pemerintah, dalam hal ini Bank Sentral yakni Bank Indonesia untuk mengatur jumlah uang
yang beredar di masyarakat. Jumlah uang yang beredar di masyarakat ini berhubungan
dengan tingkat inflasi yang terjadi. Banyaknya uang yang beredar di masyarakat ini adalah
dampak konkret dari kenaikan harga BBM.

B.

1.
2.
3.

Bank Indonesia selaku lembaga yang memiliki wewenang untuk mengatasi masalah ini,
selain pemerintah tentunya, bertugas untuk mengatur jumlah uang yang beredar di
masyarakat. Salah satu langkah yang dilakukan untuk mengatasi inflasi ini adalah dengan
mengatur tingkat suku bunga. Kebijakan menaikan dan menurunkan tingkat suku bunga ini
dikenal dengan sebutan politik diskonto yang merupakan salah satu instrumen kebijakan
moneter.
Dari latar belakang diatas, maka dalam makalah ini penulis akan membahas
mengenai Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Terhadap Tingkat Inflasi
dan Perekonomian Indonesia.
Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai dampak
dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terhadap perekonomian Indonesia, yang
didalamnya juga berdampak pada tingkat inflasi. Masalah ini diambil karena kenaikan harga
BBM dapat mempengaruhi kondisi perekonomian nasional. Dalam makalah ini, penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
Apa saja dampak dari kenaikan harga BBM?
Bagaimana dampak kenaikan harga BBM terhadap inflasi dan perekonomian Indonesia?
Bagaimana langkah yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi inflasi yang disebabkan oleh
kenaikan harga BBM?

C. Tujuan Makalah
Dari masalah diatas, secara garis besar tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
menjelaskan mengenai dampak dari kenaikan harga BBM. Adapun tujuan dari makalah ini
adalah agar dapat mengetahui secara jelas mengenai :
1. Dampak dari kenaikan harga BBM, baik itu dampak positif maupun dampak negatifnya.
2. Dapat mengetahui mengenai dampak kenaikan harga BBM terhadap inflasi yang akan
terjadi.
3. Mengetahui langkah-langkah pemerintah dalam mengatasi inflasi.
D. Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan kegunaaan atau manfaat baik
secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, makalah ini berguna sebagai
pengembangan ilmu, sesuai dengan masalah yang dibahas dalam makalah ini. Secara praktis,
makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. penulis, seluruh kegiatan penyusunan dan hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan
dapat menambah pengalaman, wawasan dan ilmu dari masalah yang dibahas dalam makalah
ini;

2. pembaca, makalah ini daharapkan dapat dijadikan sebagai sumber tambahan dan sumber
informasi dalam menambah wawasan pembaca.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teoretis
1. Pengertian Inflasi
Dalam ilmu ekonomi, kata inflasi sering muncul, terutama jika dalam pembahasan
mengenai ilmu ekonomi makro. Begitu juga dalam masalah keuangan dan perbankan. Secara
sederhana, inflasi dapat diartikan sebagai turunnya atau melemahnya nilai mata uang akibat
banyaknya jumlah uang yang beredar dimasyarakat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia,
kata inflasi memiliki arti kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya dan cepatnya
uang (kertas) beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang (Depdiknas,
2005:423).
Menurut Jaka (2007:113) menyatakan,
Inflasi adalah suatu gejala ekonomi dimana terjadi kemerosotan nilai uang karena
banyaknya uang yang beredar atau suatu keadaan yang menyatakan terjadinya kenaikan
harga-harga secara umum dan menunjukan suatu proses turunnya nilai uang secara continue.
Pendapat lain menyatakan bahwa inflasi adalah proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar
yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang (Samuelson, 1986:292). Inflasi terjadi apabila tingkat harga
dan biaya umum naik; harga bahan pokok, harga bahan bakar, tingkat upah, harga tanah,
sewa barang-barang modal juga naik (Samuelson, 1986:293).
Ada beberapa pengertian inflasi yang disampaikan para ahli. Menurut A.P. Lehner, inflasi
adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan (Excess Demand) terhadap barangbarang dalam perekonomian secara keseluruhan. Ahli yang lain, yaitu Ackley memberi
pengertian inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang dan jasa
secara umum (bukan satu macam barang saja dan sesaat). Sedangkan menurut Boediono,
inflasi sebagai kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila
kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barangbarang lain.
Dalam definisi lain, inflasi merupakan proses dimana terjadinya kenaikan harga barangbarang dan jasa-jasa secara menyeluruh dalam satu periode tertentu, biasanya dalam satu
tahun. Inflasi terjadi ketika harga mengalami kenaikan, sementara nilai uang mengalami
penurunan. Inflasi juga dapat diartikan sebagai proses menurunnya nilai mata uang yang
diakibatkan karena jumlah uang yang beredar di masyarakat lebih banyak dibandingkan
jumlah barang dan jasa yang tersedia. Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan
di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum inflasi adalah suatu gejala

2.

B.

1.
a.
1.
2.
3.
4.
b.
1.

naiknya harga secara terus-menerus (berkelanjutan) terhadap sejumlah barang. Kenaikan


yang sifatnya sementara tidak dikatakan inflasi dan kenaikan harga terhadap satu jenis
komoditi juga tidak dikatakan inflasi.
Pengertian Perekonomian
Sebelum membahas perekonomian, perlu dibahas mengenai ilmu ekonomi. Menurut
Samuelson (1986:5) mengatakan,
Ilmu ekonomi merupakan suatu studi tentang perilaku orang dan masyarakat dalam
memilih dan menggunakan sumberdaya yang langka dan yang memiliki beberapa alternatif
penggunaan, dalam rangka memproduksi berbagai komoditi, untuk kemudian
menyalurkannya - baik saat ini maupun dimasa depan kepada berbagai individu dan
kelompok yang ada dalam suatu masyarakat.
Sementara secara etimologi, kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaituOikos, yang
berarti rumah tangga, dan Nomos, yang berarti aturan. Jadi ekonomi secara bahasa adalah
aturan rumah tangga (Jaka, 2007:96). Secara istilah ilmu ekonomi adalah ilmu yang
mempelajari berbagai tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak
terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, ekonomi diartikan sebagai ilmu mengenai asasasas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti keuangan,
perindustrian dan perdagangan) (Depdiknas, 2005:287). Sementara perekonomian diartikan
sebagai tindakan (aturan atau cara) berekonomi (Depdiknas, 2005:287). Dalam suatu Negara,
ekonomi merupakan suatu tata kehidupan yang sangat penting. Perekonomian di suatu
Negara merupakan suatu system yang digunakan oleh pemerintah untuk mengalokasikan
sumber daya yang dimilikinya, baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusia.
Pembahasan
Pada bagian pembahasan ini, penulis membahas mengenai permasalahan-permasalahan
yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah. Masalah-masalah ini dibahas dan
disesuaikan dengan teori-teori yang sesuai dengan permasalahan.
Jenis-Jenis Inflasi
Berdasarkan Tingkat Keparahan
Inflasi ringan (creeping inflation)
Besarnya inflasi ini di bawah 10% dalam setahun.
Inflasi sedang
Besarnya inflasi antara 10% - 30% setahun.
Inflasi berat
Besarnya inflasi antara 30% - 100%.
Hiperinflasi
Besarnya inflasi ini diatas 100% dalam setahun.
Berdasarkan Sumbernya
Importer Inflation

2.

c.
1.

2.

Inflasi ini berasal atau bersumber dari luar negeri, yang terjadi karena adanya kecenderungan
kenaikan barang-barang di luar negeri.
Domestic Inflation
Inflasi ini berasal atau bersumber dari dalam negeri sendiri, yang akan memengaruhi
pertumbuhan perekonomian dalam negeri. Domestic inflationterjadi akibat terjadinya defisit
anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang
berakibat harga mengalami kenaikan.
Berdasarkan Penyebabnya
Demand Full Inflation
Adalah inflasi yang timbul karena adanya kenaikan yang sangat tinggi terhadap permintaan
barang dan jasa.
Cost Push Inflation
Adalah inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi barang-barang dan jasajasa, bukan karena adanya ketidak seimbangan antara permintaan dan penawaran.
Selain demand full inflation dan cost push inflation, ada beberapa jenis inflasi jika dilihat
dari faktor penyebabnya, yaitu:
1. Inflasi Tarikan Permintaan
Inflasi tarikan permintaan terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan permintaan agregat
(AD) yang terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat.
2. Inflasi Dorongan Biaya
Inflasi dorongan biaya terjadi sebagai akibat adanya kenaikan biaya produksi yang pesat
dibandingkan dengan produktivitas dan efisiensi proses produksi dari suatu perusahaan.
3. Inflasi Struktural
Inflasi struktural terjadi akibat dari berbagai kendala atau kekakuan struktural yang
menyebabkan penawaran menjadi tidak responsif terhadap permintaan yang meningkat.

2. Penyebab Terjadinya Inflasi


Inflasi terjadi apabila tingkat harga dan biaya umum naik; harga bahan pokok, harga
bahan bakar, tingkat upah, harga tanah, sewa barang-barang modal juga naik. Selain itu,
inflasi juga diakibatkan oleh:
a. Pengeluaran pemerintah lebih banyak dari permintaan,
b. Adanya tuntutan upah yang tinggi,
c. Adanya lonjakan permintaan barang-barang dan jasa-jasa,
d. Adanya kenaikan dalam biaya produksi.
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan
likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan distribusi
(kurangnya produksi (product or service) juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab
pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral),

sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor
yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti kebijakan fiskal
(perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur danregulasi.
Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total
yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga
terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya
volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa
mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut.
Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor
produksimeningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total
sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment, dimanana biasanya
lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya
likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya
kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank
sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan
juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, meskipun permintaan secara umum tidak ada
perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini
atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu
kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan dan penawaran, atau juga
karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola
atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal
seperti adanya masalah teknis di sumber produksi, bencana alam, cuaca, atau kelangkaan
bahan baku untuk menghasilkan produksi, aksi spekulasi (penimbunan), sehingga memicu
kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi
pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat
penting.
Jika dihubungkan dengan kenaikan harga BBM, inflasi yang terjadi disebabkan oleh
adanya tekanan dalam proses produksi dan distribusi. Para produsen akan mengurangi jumlah
barang yang akan diproduksi atas pertimbangan biaya produksi yang melonjak. Kalaupun
proses produksi tetap lancar, proses distribusi lah yang akan menghambatnya. Akibat dari
kenaikan harga BBM biaya atau ongkos untuk mendistribusikan barang hasil produksi akan
mengalami kenaikan.
3. Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
Dalam situasi ekonomi masyarakat yang sulit, maka kenaikan BBM bisa kontraproduktif.
Kenaikan harga BBM akan menimbulkan kemarahan masal, sehingga ketidakstabilan
dimasyarakat akan meluas (Hamid, 2000:144). Sebagian masyarakat merasa tidak siap untuk

a.
1)

2)

3)

4)

b.
1)

2)
3)
4)
5)
6)

menerima kenaikan harga BBM. Kenaikan BBM ini merupakan tindakan pemerintah yang
beresiko tinggi.
Meskipun demikian, kenaikan harga BBM juga dapat menimbulkan dampak yang positif.
Dampak Positif
Munculnya
bahan
bakar
dan
kendaraan
alternatif
Seiring dengan melonjaknya harga minyak dunia, muncul berbagai bahan bakar alternatif
baru. Yang sudah di kenal oleh masyarakat luas adalah BBG (Bahan Bakar Gas). Harga juga
lebih murah dibandingkan dengan harga BBM bersubsidi. Ada juga bahan bakar yang terbuat
dari kelapa sawit. Tentunya bukan hal sulit untuk menciptakan bahan bakar alternatif
mengingat Indonesia adalah Negara yang kaya akan Sumber Daya Alam. Selain itu, akan
muncul juga berbagai kendaraan pengganti yang tidak menggunakan BBM, misalnya saja
mobil listrik, mobil yang berbahan bakar gas, dan kendaraan lainnya.
Pembangunan Nasional akan lebih pesat
Pembangunan nasional akan lebih pesat karena dana APBN yang awalnya digunakan untuk
memberikan subsidi BBM, jika harga BBM naik, maka subsidi dicabut dan dialihkan untuk
digunakan dalam pembangunan di berbagai wilayah hingga ke seluruh daerah.
Hematnya APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)
Jika harga BBM mengalami kenaikan, maka jumlah subsidi yang dikeluarkan oleh
pemerintah akan berkurang. Sehingga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dapat
diminimalisasi.
Mengurangi Pencemaran Udara
Jika harga BBM mengalami kenaikan, masyarakat akan mengurangi pemakaian bahan bakar.
Sehingga hasil pembuangan dari bahan bakar tersebut dapat berkurang, dan akan berpengaruh
pada tingkat kebersihan udara.
Dampak negatif
Harga barang-barang dan jasa-jasa menjadi lebih mahal.
Harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan disebabkan oleh naiknya biaya produksi
sebagai imbas dari naiknya harga bahan bakar.
Apabila harga BBM memang dinaikkan, maka akan berdampak bagi perekonomian
khususnya UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah)
Meningkatnya biaya produksi yang diakibatkan oleh: misalnya harga bahan, beban
transportasi dll.
Kondisi keuangan UMKM menjadi rapuh, maka rantai perekonomian akan terputus.
Terjadi Peningkatan jumlah pengangguran.
Dengan meningkatnya biaya operasi perusahaan, maka kemungkinan akan terjadi PHK.
Inflasi
Inflasi akan terjadi jika harga BBM menglami kenaikan. Inflasi yang terjadi karena
meningkatnya biaya produksi suatu barang atau jasa.

4. Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Terhadap Inflasi dan
Perekonomian
Jika terjadi kenaikan harga BBM, maka akan terjadi inflasi. Terjadinya inflasi ini tidak
dapat dihindari karena bahan bakar, dalam hal ini premium, merupakan kebutuhan vital bagi
masyarakat, dan merupakan jenis barang komplementer. Meskipun ada berbagai cara untuk
mengganti penggunaan BBM, tapi BBM tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat
sehari-hari.
Inflasi akan terjadi karena apabila subsidi BBM dicabut, harga BBM akan naik.
Masyarakat mengurangi pembelian BBM. Uang tidak tersalurkan ke pemerintah tapi tetap
banyak beredar di masyarakat. Jika harga BBM naik, harga barang dan jasa akan mengalami
kenaikan pula. Terutama dalam biaya produksi. Inflasi yang terjadi dalam kasus ini adalah
Cost Push Inflation. Karena inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan dalam biaya
produksi. Ini jika inflasi dilihat berdasarkan penyebabnya. Sementara jika dilihat berdasarkan
sumbernya, yang akan terjadi adalah Domestic Inflation, sehingga akan berpengaruh
terhadap perekonomian dalam negeri.
Kenaikan harga BBM akan membawa pengaruh terhadap kehidupan iklim berinvestasi.
Biasanya kenaikan BBM akan mengakibatkan naiknya biaya produksi, naiknya biaya
distribusi dan menaikan juga inflasi. Harga barang-barang menjadi lebih mahal, daya beli
merosot, kerena penghasilan masyarakat yang tetap. Ujungnya perekonomian akan stagnan
dan tingkat kesejahteraan terganggu.
Di sisi lain, kredit macet semakin kembali meningkat, yang paling parah adalah semakin
sempitnya lapangan kerja karena dunia usaha menyesuaikan produksinya sesuai dengan
kenaikan harga serta penurunan permintaan barang.
Hal-hal di atas terjadi jika harga BBM dinaikkan, Bagaimana jika tidak? Subsidi
pemerintah terhadap BBM akan semakin meningkat juga. Meskipun negara kita merupakan
penghasil minyak, dalam kenyataannya untuk memproduksi BBM kita masih membutuhkan
impor bahan baku minyak juga.
Dengan tidak adanya kenaikan BBM, subsidi yang harus disediakan pemerintah juga
semakin besar. Untuk menutupi sumber subsidi, salah satunya adalah kenaikan pendapatan
ekspor. Karena kenaikan harga minyak dunia juga mendorong naiknya harga ekspor
komoditas tertentu. Seperti kelapa sawit, karena minyak sawit mentah (CPO) merupakan
subsidi minyak bumi. Income dari naiknya harga CPO tidak akan sebanding dengan besarnya
biaya yang harus dikeluarkan untuk subsidi minyak.
5. Dampak Inflasi Terhadap Perekonomian Nasional
Kenaikan harga BBM berdampak pada meningkatnya inflasi. Dampak dari terjadinya
inflasi terhadap perekonomian nasional adalah sebagai berikut:
1. Inflasi akan mengakibatkan perubahan output dan kesempatan kerja di masyarakat,

2. Inflasi dapat mengakibatkan ketidak merataan pendapatan dalam masyarakat,


3. Inflasi dapat menyebabkan penurunan efisiensi ekonomi.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau tidaknya
inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat
mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat
orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa
inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan
perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak
bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga
meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri
atau karyawan swasta serta kaumburuh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi
harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Sementara dampak inflasi bagi masyarakat, ada yang merasa dirugikan dan ada juga yang
diuntungkan. Golongan masyarakat yang dirugikan adalah golongan masyarakat yang
berpenghasilan tetap, masyarakat yang menyimpan hartanya dalam bentuk uang, dan para
kreditur. Sementara golongan masyarakat yang diuntungkan adalah kaum spekulan, para
pedagang dan industriawan, dan para debitur.
Inflasi dapat dikatakan sebagai salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu
wilayah negara atau daerah. Yang mana tingkat inflasi menunjukkan perkembangan harga
barang dan jasa secara umum yang dihitung dari indeks harga konsumen (IHK). Dengan
demikian angka inflasi sangat mempengaruhi daya beli masyarakat yang berpenghasilan
tetap, dan disisi lain juga mempengaruhi besarnya produksi dari suatu barang dan jasa.
6. Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Inflasi
Beberapa kebijakan yang dapat diambil pemerintah untuk mengatasi terjadinya inflasi
adalah sebagai berikut:
a. Kebijakan Moneter
1. Politik Diskonto
Untuk mengatasi terjadinya inflasi, maka bank sentral harus mengurangi jumlah uang yang
beredar dengan cara bank sentral akan menaikan tingkat suku bunga pinjaman kepada bank
umum. Kebijakan ini juga disebut denganRediscount Policy atau kebijakan suku bunga.
2. Politik Pasar Terbuka (Open Market Policy)
Dalam politik pasar terbuka, bank sentral akan menjual (jika terjadi inflasi) atau membeli
(jika terjadi deflasi) surat-surat berharga kepada masyarakat, sehingga ada arus uang yang
masuk dari masyarakat ke bank sentral.
3. Menaikan Cash Ratio (Persediaan Kas)
Cash Ratio merupakan perbandingan antara kekayaan suatu bank dengan kewajiban yang
harus dibayarkan. Untuk mengatasi inflasi, bank sentral akan menaikan cadangan kas bank-

bank umum sehingga jumlah uang yang bisa diedarkan oleh bank umum kepada masyarakat
akan berkurang.
4. Kebijakan Kredit Selektif (Selective Credit Control)
Untuk mengatasi inflasi atau mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka
diambil kebijakan memperketat kredit atau pinjaman bagi masyarakat.
5. Margin Requirements
Kebijakan ini digunakan untuk membatasi penggunaan untuk tujuan-tujuan pembelian surat
berharga.
b. Kebijakan Fiskal
Dalam kebijakan fiskal, untuk mengatasi inflasi pemerintah harus mengatur penerimaan
dan pengeluaran yang dilakukan pemerintah. Dalam hal penerimaan, pemerintah bisa
menaikan tarif pajak, sehingga jumlah penerimaan pemerintah meningkat. Kebijakan yang
kedua adalah Expenditure Reducing, yakni mengurangi pengeluaran yang konsumtif,
sehingga akan mempengaruhi terhadap permintaan (Demand Full Inflation).

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, penulis dapat mengemukakan simpulan dari
masalah yang dibahas. Inflasi merupakan melemahnya atau menurunnya nilai mata uang
karena banyaknya jumlah uang yang beredar dimasyarakat, atau suatau keadaan dimana
terjadinya kenaikan harga-harga secara umum dan terjadi secara terus-menerus (continue).
Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) akan berdampak bagi masyarakat. Baik itu
dampak positif maupun dampak negatif. Dampak yang signifikan akan terjadi pada tingkat
inflasi dan pada kondisi perekonomian nasional. Dampak kenaikan harga BBM terhadap
inflasi adalah akan terjadi kenaikan pada tingkat persentase inflasi. Jumlah uang yang beredar
di masyarakat akan bertambah, dan akan berdampak pula pada harga berbagai jenis barang
dan jasa. Kondisi perekonomian akan mengalami goncangan, ketidakstabilan akan terjadi.
Iklim investasi akan menurun, sehingga berpengaruh pada jumlah pendapatan dan
pengeluaran pemerintah. Kebijakan pemerintah untuk mengatasi inflasi adalah dengan
kebijakan moneter. Seluruh instrumen kebijakan moneter efektif dalam mengurangi dan
mengatasi inflasi.
B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
1. Pemerintah hendaknya memilih waktu yang tepat untuk mengeluarkan kebijakan menaikan
harga bahan bakar minyak (BBM).
2. Jika inflasi terjadi akibat dampak dari kebijakan pemerintah, diperlukan suatu langkah yang
tepat dalam mengatasi inflasi yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Hamid, Edi Suandi. (2000). Perekonomian Indonesia: Masalah dan Kebijakan
Kontemporer. Jogjakarta: UII Press.
Jaka, Nur dkk. (2007). Intisari Ekonomi untuk SMA. Bandung: CV Pustaka
Mandiri.
Mankiw, N. Gregory. (2006). Makroekonomi Edisi-6. Jakarta: Erlangga.
Rosyidi, Suherman. (2009). Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori
Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Rajawali Pers.
Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus. (1986). Ekonomi Edisi Ke-12.
Jakarta: Erlangga.
Wahyuningsih, Endang. (2012). Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap
Kondisi Ekonomi Indonesia. [Online]. Tersedia:http://www.wealthindonesia.com/wealthgrowth-and-accumulation/dampak-kenaikan-harga-minyak-terhadap-kondisi-ekonomiindo.html. [21 Oktober 2012]

Anda mungkin juga menyukai