LANDASAN TEORI
A. Depresi
1. Pengertian
Depresi adalah suatu kondisi umum yang terjadi pada lansia dan terjadinya alasan
kondisi ini dilihat pada saat mengkaji kondisi sosial, kejadian hidup, dan masalah
fisik pada lansia (Roger & Watson, 2003). Depresi dapat juga diartikan sebagai
suatu kesedihan atau perasaan berduka berkepanjangan. Dapat digunakan untuk
menunjukan tanda, gejala, sindrom, keadaan emosional, reaksi penyakit klinik
(Stuart & Sudden, 1998). Sedangkan menurut Keliat (1996), depresi merupakan
gangguan alam perasaan yang ditandai oleh kesedihan, harga diri rendah, rasa
bersalah, putus asa, dan perasaan kosong.
Depresi dibagi menjadi dua tipe, yaitu eksogenatau depresi reaktif dan
endogen.Individu dengan depresi endogenbenar-benar dapat mengalami
gangguan mental bahkan mengalami delusi,dan sering kali bunuh diri. Sedangkan
individu dengan depresi eksogen biasanya mendapat dukungan yang cukup pada
situasi depresi seperti setelah berduka karena kehilangan atau selama tinggal di
rumah sakit (Roger & Watson, 2003).
2. Etiologi
Kebanyakan depresi dipacu karena pengalaman eksternal.Menurut (Lahaye,
2005), penyebab-penyebab depresi sesuai dalam urutan kepentingan dan
frekuensinya antara lain adalah :
a. Kekecewaan
Hampir semua penderita depresi mengeluh adanya kekecewaan dalam hidupnya.
Kekecewaan disebabkan oleh faktor intrinsikdari dalam dirinya sendiri dan
ekstrinsikyang berasal dari fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungannya.
Hal ini nampak pada kepribadian tertentu yang tidak pernah puas dengan
keadaannya, diperberat lagi dengan rasa kecewa yang berlebihan.
b. Kurang Harga Diri
Hal ini khususnya pada individu yang perfectionis,yang tidak pernah puas dengan
apa yang telah dicapainya. Hampir semua penderita depresi merasa kurang harga
diri sebagai penyebabnya.
c. Terperangkap
Seseorang yang melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hati nuraninya
sering dengan depresi, terutama bila terperangkap dan tidak bisa lepas dari hal
tersebut.
d. Perbandingan yang Pincang
Sebenarnya setiap perbandingan selalu pincang. Akan tetapi jika seseorang selalu
membandingkan dirinya dengan orang lain dan terjadi ketidakpasan dengan apa
yang dia punyai, hal tersebut dapat menimbulkan depresi.
e. Ambivalensi
Ambivalensi adalah rasa terjebak, yaitu tidak dapat memperbaiki suatu keadaan
yang tidak dapat diterima. Misalnya disatu pihak merasa benci tetapi juga cinta,
dan berat.
Menurut Pedoman dan Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III
(2001). Gangguan depresi ditandai oleh beberapa gejala yaitu :
Gejala utama (pada tidak depresi, sedang, dan berat), diantaranya
gangguan pada afek depresif,kehilangan minat dan kegembiraan,
berkurangnya energi yang menuju meningkatkan keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya seperti : konsentrasi dan perhatiannya berkurang, harga diri
dan kepercayaan diri berkurang, gagasan rasa bersalah dan tidak bermakna,
pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan yang
membahayakan diri atau bunuh diri, keadaan tidur terganggu, dan nafsu
makan berkurang.
4. Tingkatan Depresi
Depresi menurut PPDGJ-III (2001) dibagi dalam tiga tingkatan depresi, yaitu
tidak depresi, tingkat sedang, dan tingkat berat. Untuk dapat membedakannya,
terletak pada penilaian klinis yang komplek meliputi jumlah, bentuk, dan
keparahan gejala yang ditemukan.
a. Tidak Depresi
Penilaian klinis yang menentukannya adalah : sekurang-kurangnya harus ada dua
dari tiga gejala utama depresif seperti yang tersebut diatas dan ditambah
sekurang-kurangnya dua dari gejala lainnya serta tidak ada gejala berat yang
menyertai diantaranya, lamanya berlangsung sekurang-kurangnya dua minggu
dan hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang bisa
dikerjakan.
b. Depresi Sedang
Penilaian klinis yang menentukan, yaitu : sekurang-kurangnya ada dua dari tiga
gejala utama depresif seperti pada tidak depresi dan ditambah tiga sampai empat
dari gejala lain. Berlangsung minimum sekitar dua minggu, menghadapi kesulitan
yang nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan rumah
tangga.
c. Depresi Berat
Penilaian klinis yang menentukan, yaitu : minimal tiga gejala utama harus ada
ditambah sekurang-kurangnya empat dari gejala lainnya, beberapa diantaranya
harus berintensitas berat. Selain itu, ada gejala penting yang menyertai, misalnya
agitasi,atau retardasipsikomotor yang mencolok, berlangsung sekurangkurangnya dua minggu, kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga
sangat tidak mungkin dilakukan kecuali pada taraf yang sangat terbatas. Jika
gejala tersebut sangat berat dan ber-onsetcepat, maka dibenarkan menegakan
diagnosis dalam waktu kurang dari dua minggu.
B. Terapi Musik
dengan tujuan terapi yang spesifik. Sasaran yang hendak dicapai termasuk
komunikasi, intelektual, motorik, emosi, dan keterampilan sosial.
Lebih lanjut (Djohan, 2006), menambahkan tiga konsep utama mengenai
pengaruh musik, yaitu :
Musik penting karena merupakan sesuatu hal yang baik.
Musik merupakan bagian dari kehidupan serta salah satu keindahan
budaya manusia, selain terdapat nilai-nilai positif yang sangat berguna.
Dengan mengembangkan kemampuan musik, maka akan dimiliki
keunggulan-keunggulan yang menyertainya. Kegiatan latihan, mendengarkan,
dan menghargai musik akan meningkatkan perkembangan kognitif,fisik,
emosi, dan sosial.
Menurut berbagai sumber kepustakaan, jenis musik tertentu memiliki pengaruh
terhadap fisik dan psikologis. Tabel 1 berikut menggambarkan pengaruh jenis
musik yang didengar oleh manusia.
Tabel 1
Musik dan Pengaruhnya
No. Jenis Musik
Pengaruh
Sumber
1.
Musik Rock
Pemicu kecenderungan Merrit (2003)
merusak diri dan
keinginan bunuh diri
pada kaum remaja dan
dewasa muda
2.
Musik yang berirama
Merusak sistem tubuh, Merrit (2003)
anapestic(tekanan diakhir) bertentangan dengan
ritme tubuh
3.
Musik hangar bingar,
Memisahkan tubuh dan Merrit (2003)
sumbang
jiwa serta pemicu sifat
agresif dan menentang
4.
Musik yang bising (berasal Kegelisahan merupakan Khan (2002)
dari kegelisahan)
ritmeyang merusak
tubuh
5.
Tangga nada lydis(c-c)
Ditolak plato karena
Plato (Prier, 2002)
dianggap terlalu lunak
dan kurang jantan
6.
Musik Ricard Wagner
Agresif (serdadu Hitler) Merrit (2003)
7.
Komposisi klasik Rite of Melemahkan otot
Merrit (2003)
Springkarya Stravinsky,dan
La Valse karya Ravel
8.
Musik yang mengumbar Melemahkan jiwa,
Khan (2002)
hawa nafsu dan syahwat, agresif, perilaku tidak
syair ratapan dan
terkendali, liar, budi
menyesali nasib (rendah pekerti rendah
moral)
9.
10.
Musik Waltz(teratur,
penekanan pada irama
pertama)
Tangga nada Doris(e-e)
tangga nada mulia
11.
12.
13.
Musik Gregorian
14.
15.
Melatih keteraturan,
John Diamon
sesuai dengan
(Merrit 2003)
ritmetubuh
Meniru keadaan jiwa Plato (Prier, 2002)
mereka yang penuh
kebijaksanaan bertugas
memimpin negara
Penuh sifat aktif,
Plato (Prier, 2002)
meniru semangat
perjuangan para
pahlawan
Kompleksitas tinggi, Bodner (2002),
matematis, terstruktur, A.M.S., Merrit
memiliki keseimbangan (2003), Madaule
yang tinggi, dinamis, (2002)
kreatif, meningkatkan
kecerdasan dan
kecerdasan spatial
Bersifat spiritual,
Madaule (2002),
memberi kedamaian, Prier (2002)
kesadran yang tenang
Musik yang
ATM, SS,
mengajarkan jati diri Rachmawati
individu secara umum (1998)
Melembutkan hati,
ATM, SS,
menenangkan, melatih Rachmawati
keanggunan, reduksi (1998)
stres, dan meningkatkan
produktifitas
dari klien, karena tujuannya untuk menciptakan suasana hati yang postitif bagi
klien.
3) Pendekatan Edukatif
Penerapan terapi musik dalam lingkup pendidikan yang dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan belajar. Pendidikan yang diberikan tidak memiliki
target tertentu dan tidak ditetapkan untuk mencapai suatu tingkat kemampuan
tertentu karena penerima terapi adalah anak-anak atau orang dewasa yang
mengalami gangguan atau mempunyai hambatan.
e. Analisis Music Therapydari Mary Priesley
Merupakan jenis terapi musik yang mengijinkan klien bertukar informasi
sebanyak-banyaknya dengan terapis. Dialog yang terjadi memungkinkan terapis
menggali alam bawah sadar klien. Landasan kerjanya merupakan gabungan
antara konsep-konsep Psikoanalisisdengan kebebasan ber-Improvisasipada terapi
musik Improvisasi.
C. Usia Lanjut
1. Pengertian Usia Lanjut
Menurut UU RI No.13/1998 tentang kesejahteraan usia lanjut, mendefinisikan
bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 keatas.
Dikatakan usia lanjut bila seseorang telah mencapai usia 60 tahun keatas dan
memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi biologi, psikologi, dan sosial.
Berhubungan dengan hal itu, Birren dan jannet citNugroho (2000), membedakan
usia menjadi usia biologi, usia psikologis, dan usia sosial. Usia biologis
menunjukan pada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam hidup
hingga kematiannya. Usia psikologis menunjuk pada kemampuan seseorang
untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapi.
Sedangkan usia sosial adalah usia yang menunjukan kepada peran-peran yang
diharapkan dan diberikan kepada seseorang sehubungan dengan usianya.
2. Proses Menua
Menua atau menjadi tua (aging)adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Darmojo-Martono, 2004).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah, dimulai
sejak lahir dan umumnya dialami semua makhluk hidup. Proses menua didalam
perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan dialami semua
orang yang dikaruniai umur panjang. Hanya lambat cepatnya proses tersebut
tergantung pada masing-masing individu yang bersangkutan (Nugroho, 2000).
3. Perubahan Pada Usia Lanjut
a. Perubahan Fisik
Perubahan fisik memiliki dampak perubahan pada usia lanjut dalam membatasi
hubungan sosial. Perubahan minat pada usia lanjut berhubungan dengan
menurunnya kemampuan fisik yang dipengaruhi oleh faktor sosial dan kurang
kontak dengan orang lain. Adapun perubahan fisik yang dialami oleh usia lanjut
seperti perubahan sel, persyarafan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,
pengaturan temperatur tubuh, respirasi, gastrointestinal, endokrin, kulit, dan
muskuloskeletal (Nugroho, 2000)
b. Perubahan Kognitif
Perubahan kognitif pada usia lanjut terutama dipengaruhi oleh perubahanperubahan fisik yang terjadi, tingkat pendidik, dan lingkungan. Perubahan yang
terjadi tidak sama tingkatannya pada masing-masing orang. Perubahan fungsi
kognitif yang sering muncul antara lain :
1) Lanjut usia memerlukan waktu yang lebih banyak untuk menyimak keadaan
sekelilingnya.
2) Kemampuan berkonsentrasi mulai berkurang.
3) Perlu waktu lama untuk menerima dan mencerna hal baru karena umumnya
usia lanjut mengalami gangguan pada proses memori jangka pendek, namun
memori jangka panjang biasanya tidak mengalami gangguan.
4) Proses berpikir menurun sehingga lambat dalam menerima informasi dan
mengembangkan ide dan gagasan.
c. Perubahan Psikososial
1) Masa Pensiun
Pekerjaan sering digunakan untuk menilai produktivitas seseorang. Kehilangan
pekerjaan dapat menimbulkan pengaruh antara lain : kehilangan finansial,
kehilangan status, kehilangan hubungan dengan teman-teman dan aktifitas yang
biasa dilakukan. Usia lanjut yang telah pensiun dapat merasa terasing dari
lingkungan dan mengalami isolasi sosial.
2) Perpisahan
Secara perlahan-lahan, usia lanjut akan kehilangan hubungan atau relasi dengan
lingkungannya karena perubahan-perubahan yang dialami. Meninggalnya
pasangan hidup dan kepergian teman-teman sejawat dapat menimbulkan rasa
kesepian dan terasing dari pergaulan.
3) Sadar akan Kematian yang Mulai Dekat
Lanjut usia sudah merasakan akan kematiannya yang sudah dekat, hal ini tampak
pada perubahan spiritual seperti baik terhadap lingkungannya dan meningkatkan
kegiatan keagamaannya.
D. Depresi Pada Usia Lanjut
Depresi adalah kondisi umum yang terjadi pada lansia yang disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain : faktror biologis, psikologis, dan faktor sosial. Faktor
biologis sebagai akibat dari hilang dan terjadinya kerusakan sel-sel syaraf
maupun neurotransmitter,risiko genetik, dan adanya penyakit fisik. Faktor
psikologis yang berperan dalam timbulnya depresi pada lansia adalah rendah diri
dan menderita penyakit kronis. Sedangkan faktor sosial adalah kurangnya
interaksi sosial, kesepian, bergabung dengan kemiskinan. Hal tersebut sering
tidak disadari dan dikenali pada usia lanjut sehingga memiliki potensi untuk
menghancurkan kualitas hidup lanjut usia itu sendiri.
Menurut (Rochmah, dkk, 2001), depresi sering terjadi pada lanjut usia
dibandingkan pada populasi umum. Depresi pada lanjut usia berhubungan dengan
status sosial ekonomi rendah, kematian pasangan, penyakit fisik yang menyertai,
dan isolasi sosial.
Menurut (Nugroho, 2000), lansia yang mengalami depresi dapat menunjukan
gejala-gejala umum, diantaranya pandangan kosong, kurang atau hilangnya
perhatian diri, orang dan lingkungan, inisiatif kurang, ketidakmampuan
berkomunikasi, aktifitas menurun, kurang nafsu makan, mengeluh tidak enak
badan, hilangnya semangat, sedih, serta cepat capai, dan susah tidur pada malam
hari.
Gambaran klinis depresi pada lanjut usia dibandingkan dengan pasien yang lebih
muda berbeda. Usia lanjut lebih cenderung memainkan alat atau meminimalkan
atau penyangkal depresinya dan lebih banyak menonjolkan gejala somatiknya,
disamping itu mengeluh tentang gangguan memorinya. Pada lanjut usia juga,
biasanya kurang mau meminta bantuan psikiatri karena kurang dapat menerima
penjelasan yang bersifat (psikologis)untuk gangguan supresi yang dialaminya.