Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stres merupakan satu istilah yang sering diucapkan orang
ketika mengalami suatu tekanan atau masalah. Tingginya tuntutan
hidup dan terbatasnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan tersebut akibat dari krisis yang terjadi di masyarakat
sehingga

menyebabkan

daya

beli

masyarakat

menurun

mengakibatkan dampak yang cukup signfikan terhadap psikologi


masyarakat. Susahnya mencari pekerjaan, kebangkrutan yang
berujung pada PHK, harga kebutuhan pokok yang terus melambung,
selalu menjadi beban dalam pikiran setiap individu terutama bagi
kepala keluarga. Hal ini yang memicu terjadinya stres yang
disebabkan ketidakmampuan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari
keluarganya.
Stres disini bisa memberikan dampak yang baik ataupun buruk,
tergantung dari bagaimana individu tersebut menyikapi faktor
pencetus stres tersebut dan sejauh apa pandangannya mengenai
masalah yang sedang dihadapinya, beratkah atau ringankah. Tidak
selamanya stress membuat orang menjadi sakit ataupun tidak waras.
Justru stres mampu memberikan dorongan atau motivasi bagi
seseorang untuk bergerak mencapai tujuannya. Dalam suatu
pekerjaan, stres yang terlalu rendah atau stress yang terlalu tinggi
dapat menurunkan kinerja karyawan karena stres yang terlalu
rendah tidak memberikan motivasibagi karyawan untuk bergerak dan
berusaha sedangkan stres yang terlalu tinggi menyebabkan
karyawan sulit untuk mencari jalan keluar. Jika stres yang terjadi
dalam keadaan sedang atau dalam batas-bata yang mampu
dihadapi oeh seseorang, motivasi-motivasi akan muncul agar

Page 1

melakukan

upaya-upaya

yang

terarah

untuk

mencapai

kinerja/prestasi/tujuan yang optimal sesuai dengan potensinya.


Individu memliki cara pandang tersendiri terhadap masalahnya.
Dalam berespon terhadap stres yang muncul, seseorang akan
mengalami

proses

perubahan

pada

dimensi

fisiologis

dan

psikososial. Hal ini yang disebut dengan adaptasi. Individu akan


melakukan adaptasi guna untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik
somato, psiko, maupun sosial. Secara umum, tujuan adaptasi adalah
untuk

menghadapi

tuntutan

secara

sadar

dan

tidak

sadar,

menghadapi tuntutan kebutuhan secara realistik, rasional, dan


objektif. Seseorang yang memiliki adaptasi yang baik akan mampu
memandang segala permasalahan dari sisi yang positif dan pada
akhirnya mampu menyelesaikan masalah tersebut. Orang semacam
ini disebut sehat secara psikologi.
Permasalahan yang sering ditemui saat ini adalah tingginya
angka penderita penyakit kronis yang salah satu pemicunya akibat
kurangnya daya adaptasi masyarakat terhadap faktor pemicu stres.
Semua orang rentan terkena stres, namun pada individu yang
mampu selalu berpikir positif, stres yang muncul akan menjadi
motivasi, sedangkan individu yang selalu berpikir negatif stres akan
menjadi penghambat. Menyikapi hal ini, pada makalah ini akan
dibahas mengenai stres dan adaptasi.

Page 2

Page 3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Stres
Dalam praktiknya stres memiliki dua kategori umum yaitu stres
yang menyusahkan dan stres yang menyenangkan. Stres yang
menyenangkan adalah suatu dinamika yang terjadi pada diri
seseorang yang membuat dirinya mengalami ketegangan tetapi
peristiwa

itu

menyenangka,

kelahiran

anak,

contohnya

naik pangkat/jabatan

pernikahan,menunggu

sedangkan

stres

yang

menyusahkan adalah suatu dinamika yang terjadi dalam diri


seseorang sehingga mengalami suatu ketegangan dan membuat
dirinya

mengalami

kesusahan

termasuk

didalamnya

kehilangan,bencana,konflik dan kegagalan dalam mencapai tujuan.


Pada hakekatnya stres memiliki berbagai variasi karakteristik
atau batasan-baatasan tertentu tergantung dari sudut pandang
seseorang. Berikut ini merupakan definisi stres dari beberapa ahli :
1. Clonninger (1996) menyatakan bahwa stres adalah
keadaan yang membuat tegang yang terjadi ketika
seseorang mendapatkan masalah atau tantangan dan
belum mempunyai jalan keluarnya atau banyaknya pikiran
yang mengganggu seseorang terhadap sesuatu yang akan
dilakukannya.
2. Kendall dan Hammen (1998) mengemukakan stres terjadi
pada individu ketika terdapat ketidakseimbangan antara
situasi yang menuntut dengan perasaan individu atas
kemampuannya untuk bertemu dengan tuntutan-tuntutan
tersebut. Situasi yang menuntut tersebut dipandang
sebagai beban atau melebihi kemampuan individu untuk
untuk mengatasinya.
3. Maramis (2005) Stres adalah segala masalah atau
tuntutan

penyesuaian

diri

yang

dapat

mengganggu

Page 4

keseimbangan seseorang. Dari pernyataan ini faktor


penting

yang

ditekankan

adalah

adaptasi

agar

keseimbangan selalu terjaga di dalam kita.


4. Selye (1946,1976) mengemukakan stres adalah respon
tubuh yang bersifat non spesifik terhadap setiap tuntutan
kebutuhan. Ini berarti setiap pemenuhan kebutuhan
biasanya dibarengi dengan adanya ketegangan atau stres.
5. Kartono dan Gulo (2000) mengemukakan empat definisi
stres sebagai berikut : (1) sebagai suatu stimulus yang
menegangkan daya psikologis dan fisiologis organisme (2)
sejenis frustasi dengan aktivitas terarah pada pencapaian
tujuan telah terganggu, tapi tidak terhalangi, yang disertai
perasaan khawatir dalam pencapaian tujuan tersebut (3)
kekuatan yang diterapkan pada suatu sistem berupa
tekanan fisik dan psikologis yang dikenakan pada diri dan
pribadi. (4) suatu kondisi ketegangan fisik atau psikologis
yang disebabkan oleh adanya persepsi ketakutan dan
kecemasan.
Dari berbagai definisi diatas dapat dinyatakan bahwa
stres itu adalah ketegangan, setiap ketegangan yang
dirasakan oleh seseorang akan mengganggu dan dapat
menimbulkan

reaksi

fisiologis,emosi,kognitif

maupun

perilaku.
B. Stres Dan Stresor
Stres merupakan dinamika psikologis setiap orang dalam
kesehariannya. Stres adalah segala situasi berupa adanya tuntutan
non spesifik yang mengharuskan individu berespon atau melakukan
suatu tindakan (Selye, 1976). Respon ini termasuk dalam respon
fisiologis dan psikologis. Stres dapat menjadi ancaman bagi setiap
orang yang dapat menyebabkan perasaan negatif atau dapat

Page 5

mengancam ksejahteraan emosional seseorang. Keadaan stres


yang dialami dapat mengganggu cara

ia menilai kenyataan,

menyelesaikan masalah,berpikir pada umumnya, hubungan dengan


orang lain dan rasa memiliki. Stres yang terjadi dapat juga
mengganggu pandangan umum seseorang terhadap kehidupan,
sikap pada orang yang disayangi dan status kesehatan ( Kline-Leidy
dalam Sheridan dan Radmaacher 1992). Suatu persepsi atau
pengalaman

seseorang

terhadap

suatu

perubahan

terutama

perubahan berskala besar yang terjadi dapat menimbulkan stres


C. Stresor
Stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan disebut
dengan stresor. Secara umum stresor dapat diklasifkasikan menjadi
stresor internal dan stresor eksternal. Stresor internal adalah suatu
penyebab stres yang berasal dari dalam diri seorang individu seperti
rasa bersalah, demam,hamil, dan menopause. Stresor eksternal
adalah penyebab stres yang berasal dari luar diri seseorang dapat
berupa perubahan dalam keluarga, perubahan suhu lingkungan dan
tekanan dari pasangan. Hawari (2002) adalah mengemukakan dari
berbagai pakar yang dirangkum ada berbagai peristiwa yang sering
menimbulkan stres.
1. Masalah orang tua
Menjadi orang tua pada zaman sekarang (era 2000-an)
tidak semudah seperti zaman dahulu sekitar tahun 60-an,
ini terjadi karena tatanan ekonomi dewasa ini telah
semakin berkembang dan merata. Para orang tua dizaman
dahulu memiliki banyak anak-anak tidak ada masalah,
tidak demikian halnya dengan sekarang banyak anak
dianggap merepotkan. Masalah yang ada pada orang tua
di zaman sekarang adalah bukan persoalan jumlah anak
melainkan kualitas pola asuh yang diberikan. Akibat pola
asuhyang tidak tepat orang tua sering mengalami masalah

Page 6

ketika anaknya terlibat kenakalan remaja,pergaulan bebas,


kehamilan diluar nikah, aborsi atau penyalahgunaan
NAPZA.
2. Perkawinan
Di era ini sering terjadi krisis perkawinan salah satunya
adalah perceraian. Perceraian tersebut didasarkan oleh
terjadinya perselingdengan kuhan dalam sebuah rumah
tangga
3. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal yang terjalin dengan orang lain
yang tidak baik dapat menjadi penyebab stres. Hubungan
yang tidak setara, selalu menekan orang lain,maunya
menang sendiri ,ikut campur urusan orang lainyang
berlebihan,penghianatan

adalah

merupakan

contoh

penyebab stres atau sering disebut dengan strsor.


4. Lingkungan kehidupan
Kondisi lingkungan yang tidak bersih, kurang nyaman,
penuh dengan kriminalitas juga dapat menjadi stresor bagi
seseorang.
5. Pekerjaan
Stres yang berhubungan dengan pekerjaan dapat menjadi
depresi yang mengakibatkan bunuh diri. Akibat tekanan
pekerjaan yang banyak dan persaingan yang ketat maka
stres tidak dapat dihindarkan diantara eksekutif muda.
6. Perkembangan
Tahap perkembangan manusia dalam siklus kehidupannya
pada masa remaja, dewasa,lanjut usia,terutama pada
wanita peristiwa menopause yang terjadi secara alamiah
pada setiap wanita menyebabkan stres. Terjadinya stres
pada

tahapan

maladaptif(salah

perkembangan
sesuai).

terjadi

Keadaan

akibat
maladaptif

perkembangan yang bisa menjadi stresor bagi yang

Page 7

bersangkutan dapat disebabkan kurangnya dukungan dari


pasangan, keluarga dan orang terdekat lainnya.
Stresor Khusus Pada Setiap Tahap Perkembangan
Tahap Perkembangan
Anak

Stresor
1. Mulai sekolah
2. Membina
hubungan
penyesuaiaan

diri

teman sebaya
3. Menghadapi
Remaja

dan
dengan

kompetisi

dengan teman sebaya


1. Menerima perubahan fisik
2. Mengembangkan hubungan
yang melibatkan ketertarikan
seksual
3. Mencapai kemandirian
4. Memilih karir

Dewasa Muda

Dewasa Menengah

1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.

Menikah
Meninggalkan rumah
Mengatur rumah
Mulai bekerja
Melanjutkan pendidikan
Membesarkan anak
Menerima perubahan fisik

akibat penuaan
2. Mempertahankan

status

sosialdan standar hidup


3. Membantu
anak
rremaja
menjadi mandiri
4. Menyesuaikan diri dengan
Lansia

orang tua yang bertambah tua


1. Menerima
penurunan
kemampuan

fisik

kesehatan

Page 8

dan

2. Menerima

perubahan

tempat tinggal
3. Menyesuaikan
pensiun

dan

pemasukan
4. Menyesuaikan
kematian

diri

dengan

penurunan
diri

dengan

pasangan

teman-teman
7. Keuangan
Pengelolaan keuangan dalam aktivitas kehidupan seharihari dapat menjadi stresor seperti gagalnya usaha karena
bangkrut, hutang dan warisan.
8. Hukum
Keterlibatan seseorang dalam masalaah hukum dapat
menjadi sumber stres terhadap dirinya. Tuntutan hukum,
urusan kepolisian, pengadila, pejara, merupakan stresor
yang

dapat menimpa seseorang. Kegagalan dalam

menegakkan

supremasi

hukum

berdampak

pada

ketidakadilan dapat pula menjadi penyebab stres.


9. Keluarga
Anggota keluarga terutama mereka yang masih anak-anak
dan remaja sering mengalami stres yang disebabkan oleh
kondisi keluarga yang tidak harmonis, sehingga keluarga
menjadi stresor bagi anggota keluarga lainnya. Perilaku
orang tua terhadap anggota keluarga lainnya terutama
terhadap anak dan remaja yang dapat menimbulkan stres
adalah : hubungan kedua orang tua yang kurang
harmonis,perceraian, kurang komunikasi,mendidik anak
terlalu keras ataau otoriter.
10. Trauma
Peristiwa bencana alam,

kecelakaan

pada

transportasi,

kebakaran,kerusuhan, peperangan ,kekrasan,perkosaan,

Page 9

dan

perampokan,hamil

diluar

nikah

merupakan

suatu

pengalaman yang membuat orang mengalami traumatis.


Pengalaman

trauatis

dapat

menjadi

stresor

yang

mengakibatkan seseorang mengalami stres yang lazim


disebut dengan stres pasca trauma.
11. Penyakit fisik :
Berbagai penyakit fisik terutama yang kronis dan cidera
yang mengakibatkan invaliditas dapat menyebabkan trjadinya stres.
Berbagai

penyakit

fisik

tersubut

diantaranya

penyakit

paru-

paru,jantung,hati,stroke,CA, chirosis hepatis, DM HIV/AIDS. Cidera


karena luka bakar atau kecelakaan yang mengganggu stabilitas
pikirannya.
Davis dkk (1995) mengemukakan pengalaman yang
menyebabkan strees berasal dari tiga sumber yaitu :
a. Lingkungan
Lingkungan yang bersahabat menuntut kita untuk
menyesuaikan diri dengan cuaca, suara, kepadatan,
tuntutan

interpersonal,

tekanan

waktu,standar

penampilan dan berbagai ancaman rasa aman dan


harga diri seperti konflik dan permusuhan. Hal inilah
yang dapat menjadi stresor.
b. Tubuh (fisiologis)
Pertumbuhan yang cepat pada remaja, menopause
pada wanita, proses menua, penyakit,kecelakaan,
nutrisi

yang

buruk,gangguan

tidur,semua

ini

membebani tubuh kita. Reaksi pada ancaman dan


perubahan lingkungan juga menyebabkan perubahan
dalam tubuh yang menyebabkan stres.
c. Pikiran
Otak kita menafsirkan dan menerjemahkan perubahan
yang kompleks pada lingkungan dan menetapkan
waktu menekan tombol panik.Cara kita menafsirkan,
mempersiapkan dan melebel pengalaman pada saat ini

Page 10

dan yang diprakirakan pada masa yaang akan datang


dapt menyebabkan stres atau rileks.
D. Kategori Stresor
Lazaru dan Cohen (1977) mengidentifikasikan kategori stresor
sebagai berikut :
1.
Stressors Cataclysmic
Stressors Cataclysmic adalah semua peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada beberapa orang atau keseluruhan komunitas pada
saat bersamaan. Stressors Cataclysmic biasanya tidak dapat
diprediksi, mempunyai pengaruh sangat kuat dan memerlukan
usaha-usaha penanggulangan yang besar, contohnya bencana
alam, perang, pemberhentian kerja besar-besaran dan bencana
teknologi. Oleh karena itulah stressors ini pengelolaannya
berhubungan dengan masyarakat atau pemerintah.
2.
Stressors Personal
Peristiwa-peristiwa seperti gagal dalam ujian, menganggur, atau
bercerai merupakan stressor personal yang mempengaruhi
individu. Stressor personal kadang-kadang lebih sulit untuk
ditangani

daripada

stressor

cataclysmic

jika

kekurangan

dukungan. Untuk mengenali kenyataan ini berbagai kelompok


pendukung telah dibentuk untuk memenuhi kebutuhan individu
yang mengalami stressor personal. Para peneliti sering kali
menggunakan skala peristiwa kehidupan untuk mengukur stressor
personal. Skala Penelitian Pengaturan sosial kembali ( The Social
Readjusment Rating Scale) atau disingkat SRRS adalah induk
dari skala stressor (Holmes dan Rahe, 1976). SRRS adalah daftar
isian 43 soal tentang berbagai peristiwa potensial. Di dalam soal
tersebut termasuk peristiwa positif maupun peristiwa negatif, yang
berkisar dari kematian suami/istri hingga liburan.
3.
Background Stressors
Sheridan dan Radmacher (1992) mengemukakan background
stressor adalah berupa pertengkaran dalam kehidupan seari-

Page 11

hariyang

sering

terjadi

dalam

keluarga

atau

hubungan

interpersonal. Background stressor merupakan masalah-masalah


kecil namun terus menerus mengganggu dan menyusahkan
(Lazarus dan Folkman,1984). Tempat kerja yang gaduh, lampu
yang kurang terang merupakan background stressor yang
biasanya ada. Untuk mengatasi hal demikian diperlukan bantuan
atau dukungan, jika gagal untuk memperoleh dukungan, stressor
demikian dapat menyebabkan gangguan dalam jangka panjang
dibanding stressor cataclysmic atau personal stressor. Skala
Hassles sering kali digunakan untuk mengukur background
stressor (Kanner,Coyne,Schaefer, dan Lazarus, (1981). Skala
tersebut meliputi peristiwa kehidupan sehari-hari yang relatif kecil
seperti : perokok yang tidak permisi, terlalu banyak pertanggung
jawaban. Dibandingkan dengan skala peristiwa yang lain, skala
hassles bisa menjadi prediktor lebih baik bagi gejala-gejala fisik
dan psikologis (Branks and Gannon dalam Sheridan dan
Radmacher, 1992).
E. Sifat Stres
Sheridan dan Radmacher
berdasarkan

respon

(1992)

seseorang

mengemukakan
terhadap

bahwa

stressor

yang

mengenainya atau yang menimpanya ada tiga sifat stres yaitu


:eustress (stres yang baik), distress (stres yang menyusahkan),
dan neutral effects (efeknya netral).
1.
Eustress
Mengalami stres sebenarnya dapat memiliki efek positif yang lazim
disebut sebagai eustress atau stres yang baik. Mengikuti ujian,
test dan menyelesaikan tugas dalam waktu terbatasmerupakan
stresor yang serius tetapi memiliki dampak positif bagi yang
bersangkutan. Menyelesaikan tugas dalam waktu yang terbatas
merupakan stresor yang bermakna bagi kebanyakan mahasiswa,
karena

dapat

mengembangkan

kemampuan

menulis

dan

Page 12

mengumpulkan informasi dari referensi yang ada. Dalam latihan


kebugaran pelatih angkat berat harus menekan otot-otot mereka
seandainya mereka ingin memperoleh kekuatan, dan berlari di
tempat adalah stresor bagi sistem cardiovaskuler hingga membuat
sistem tersebut lebih kuat. Pernikahan, menunggu kelahiran anak,
naik jabatan, dapat hadiah adalah contoh lain dari eustress.
2.
Distress
Istilah distress digunakan untuk menjelaskan respon pengaruh
negatif yang dapat diakibatkan dari stresor yang menimpanya.
Kata

distress

atau

menyusahkan

yang

digunakan

disini

mempunyai makna yang sama dengan sebutan "stres bagi


banyak orang". Dalam pergaulan berinteraksi dengan masyarakat
ketika mereka mengalami kesusahan maka istilah yang lazim
digunakan adalah dengan meyebutnya sebagai stres. Antonovsky
(1979) menyatakan pengertian stres sebagai ketegangan yang
tetap tegang ketika ketegangan tidak berhasil ditanggulangi.
Ketegangan

adalah

istilah

yang

jauh

lebih

baik

untuuk

menjelaskan pengaruh negatif yang terjadi, akan tetapi sekarang


digunakan secara luas di masyarakat sehingga sulit untuk diubah,
walaupun

telah

dijelaskan

bahwa

tidak

setiap

stresor

mengakibatkan kesusahan. Stres adalah istilah lazim yang


digunakan sebagian besar oleh individu di masyarakat tentang
kesusahan

yang

dialaminya

seperti

kehilangan,

konflik,

kemarahan, dan penolakan. Banyak mahasiswa menyebutkan


ujian akhir sebagai stresor yang signifikan dan mengetahui diri
mereka bereaksi terhadap stresor ujian akhir tersebut. Detak
jantung dan tekanan darahnya meningkat, mulutnya kering,
tangan-tangan mereka dingin dan berkeringat. Tubuh mereka siap
menghadapi (fight) atau melarikan diri (flight), akan tetapi satu
diantaranya dari dua reaksi akan dapat menimbulkan banyak

Page 13

masalah. Mereka tidak dapat memukul dosennya atau berlari ke


luar ruangan, justru mereka harus duduk tenang dibangkunya.
Kesusahan

yang

berkepanjangan

gangguan

psikofisiologis

atau

dapat
sering

berakibat

adanya

disebut

sebagai

psychosomatic. Gangguan ini menunjuk pada gejala-gejala fisik


yang mempunyai asal mula psikologis. Para peneliti stres
mendefinisikan gangguan psiko-fisiologis sebagai gangguan yang
disebabkan oleh atau diperburuk oleh stres. Gangguan psikofisiologis ini tidak semuanya dalam pikiran, gangguan ini meliputi
gejala fisik dengan kerusakan jaringan yang nyata. Orang-orang
yang mengalami gangguan psychosomatic bukanlah penderita
hypochondriac atau orang yang menginginkan dirinya sakit.
3.
Neutral effects
Banyak stresor yang dihadapi setiap hari ditangani dengan satu
cara atau cara lain tanpa mempengaruhi dirinya atau efeknya
netral. Dohrenwed ( dalam Sheridan dan Radmacher (1992)
menyatakan ada berbagai peristiwa yang menekan dapat
ditanggulangi tanpa pengaruh apapun yang dirasakan oleh
individu yang bersangkutan. Hal demikian bisa terjadi karena
tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh stresor adalah demikian kecil
atau sumberdayayang dimiliki untuk memenuhi tuntutan-tuntutan
tersebut adalah sedemikian besar sehingga stresor itu jarang
dapat dirasakan.
F. Model Stres
Model stres digunakan untuk mengidentifikasi stresor bagi
individu dan memprediksi respon individu tersebut terhadap
stresor (Potter dan Perry, 1992). Setiap model stres yang
disajikan berikut ini memiliki sudut pandang yang berbeda, hal
ini berkenaan dengan respons stres dari setiap orang yang
sangat individual.
1. Model Stres berdasarkan Respon

Page 14

Model stres dari Selye (1976) merupakan model stres


berdasarkan respon yang mendefinisikan stres sebagai
respon nom spesifik dari tubuh terhadap setiap tuntunan
yang di timpakan padanya. Stres ditunjukkan oleh reaksi
fisiologis spesifik, dan GAS (General Adaptation Syndrom),
sehingga respon sesorang terhadap stres benar-benar
fisiologis

dan

tidak

pernah

dimodifikasi

untuk

memungkinkan pengaruh dari kognitif (McNett, 1989).


Berdasarkan model ini tidak memungkinkan melihat
perbedaan individu dalam berespons, sehingga hal ini
hanya bermanfaat untuk menentukan respons fisiologis
seseorang.
2. Model berdasarkan stimulus
Fokus pada keadaan karakteristik yang mengganggu
dalam lingkungan. Riset klasik yang mengidentifikasi stres
sebgai stimulis telah menghasilkan perkembangan dalam
skala penyesuaian sosial, yang mengukur efek peristiwa
besar dalam kehidupan terhadapa penyakit (Holmes dan
Rahe, 1976). Menurut McNett (1989) bahwa model stres
berdasarkan stimulus ini memfokuskan pada asumsi
sebagai berikut:
a. Peristiwa perubahan dalam kehidupan adalah normal,
dan

perubahan

itu

memiliki

tipe

dan

durasi

penyesuaian yang sama.


b. Individu adalah resipien pasif dari stres, dan persepsi
mereka terhadap peristiwa adalah tidak relevan.
c. Setiap orang mempunyai ambang stimulus yang sama,
dan penyakit dapat terjadi pada setiap titik setelah
ambang tersebut
Model berdasarkan stimulus juga tidak memungkinkan
untuk melihat adanya perbedaan individu dalam persepsi
dan berespon terhadap stresor seperti halnya model

Page 15

berdasakan respon. Ternyata hal ini kurang dapat


memberikan keleluasaan adaptasi bagi individu.
3. Model Stres berdasarkan Transaksi
Model ini memandang individu dan lingkungan dalam
suatu hubungan yang dinamis, resiprokal dan interaktif
(Lazarus dan Falkman, 1984). Model yang dikembangkan
ini memandang stresor sebagai respons perseptual
individu yang berakar dari proses psikologis dan kognitif.
Stres muncul karena adanya hubungan antara individu dan
lingkungan sehingga muncul berbagai stimulus respons
dalam suatu transaksi. Menurut, Floyd dan Brookman,
(1992) model ini berfokus pada proses yang berkaitan
dengan stres seperti pada penilaian kognitif dan coping.
4. Model Adaptasi
Mechanic (1962) menyatakan model ini menunjukkan
bahwa ada empat faktor yang menentukan seseorang
mengalami suatu stres atau ketegangan. Empat faktor
tersebut adalah:
a. Kemampuan untuk menghadapi stres yang bergantung
pada pengalaman seseorang dengan stresor serupa,
sistem dukungan, dan persepsi keseluruhan.
b. Praktik dan norma kelompok individu sebaya, jika
kelompok sebaya memandang sebagai suatu yang
normal untuk membicarakan tentang stresor tertentu,
seorang individu mungkin akan mengeluhkannya dan
mendiskusikan stresor tersebut. Respon ini dapat
membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap
stres atau meresponnya dengan cara yang sederhana
untuk menyesuaikan diri dengan perilaku kelompok
sebaya.
c. Dampak dari lingkungan sosial dalam membantu
seorang individu untuk beradaptasi terhadap stresor.

Page 16

Hal ini terkait dengan keberadaan dukungan dari


lingkungannya.
d. Sumber yang dapat digunakan untuk mengatasi
stressor, hal ini berhubungan dengan sumber-sumber
ketahanan terhadap stressor baik berkenaan dengan
aspek psikologis dan sarana, uang atau barang lainya.
Model adaptasi didasarkan pada pemahaman bahwa
individu mengalami khawatir dan peningkatkan stres ketika
ia tidak siap mengahadapi situasi yang menegangkan.
Dengan menggunakan model ini kita dapat membantu
seseorang untuk meningkatkan keadaan kesehatanya
dalam berbagai dimensi kehidupan yang ada.
G. Tahapan Stres
Dalam prosesnya stres memiliki beberapa tahapan sampai
stres itu dirasakan menganggu fungsi kehidupan individu.
Biasanya perjalanan stres sampai menimbulkan reaksi yang
dirasakan oleh seseorang timbul secara [erlahan yang sering
kali tidak disadari pada awalnya dan kemudian baru dirasakan
mengganggu jika sudah terjadi lebih lanjut. Amberg (1979)
mengemukakan tahapan stres adalah:
1. Tahap Satu
Merupakan tahapan stres yang paling ringan dan
kelihatanya menyenangkan yang umumnya disertai oleh
gejala-gejala tertentu.
a. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebig dari
biasanya, tetapi tanpa disadari cadangan energi
dalam tubuhnya telah dihabiskan yang disertai rasa
gugup yang berlebihan.
b. Semangat kerjanya berlebihan
c. Pengelihatannya tajam tidak seperti biasanya
d. Merasa senang dengan pekerjaanya itu dan semakin
bertambah semangat
2. Tahap Dua

Page 17

Pada

tahap

ini

muncul

keluhan-keluhan

yang

sebenarnya akibat kehabisan energi yang telah digunakan


secara berlebihan pada tahap pertama. Cadangan energi
tidak lagi cukup untuk digunakan sepanjang hari karena
tidak memiliki cukup waktu untuk beristirahat. Gejala yang
biasanya muncul adalah:
a. Merasa lelah sewaktu bangun pagi
b. Mudah lelah sesudah makan siang
c. Cepat merasa capai menjelang sore
d. Sering mengeluhkan perut atau lambungnya tidak
nyaman
e. Denyut jantung lebih keras dari biasanya
f. Otot- otot punggung dan tengkuk terasa tegang
g. Tampak gelisah, tidak dapat santai
3. Tahap Ketiga
Seseorang yang telah mengalami stres maka keluhankeluhannya semakin nyata dan dirasakan mengganggu
pada tahap ini. Munculah gejala-gejala:
a. Gangguan lambung dan usus

seperti

maag

(gastritis), gangguan buang air besar seperti diare.


b. Ketegangan otot-otot semakin dirasakan mengganggu.
c. Merasa tidak tenanf dan ketegangan emosional
semakin meningkat.
d. Gangguan pola tidur (insomnia) seperti susah untuk
mulai tidur (early insomnia), terbangun tengah mala
dan susah kembali tidur (middle insomnia), atau
bangun terlalu pagi/ dini hari dan tidak dapat kembali
tidur ( late insomnia).
e. Koordinasi tubuh terganggu, sempoyongan seperti
mau pingsan
4. Tahap Empat
Gejala-gejala yang muncul dirasakan pada tahap ini
semakin berat dan biasanya membutuhkan berbagai
bantuan profesional yang lebih luas untuk mengatasi
stresnya.

Page 18

a. Takut dan cemas yang tidak diketahui penyebabnya


b. Daya ingat dan konsentrasi menurun
c. Seringkali menolak ajakan (negativism) karenan tidak
ada semangat dan kegairahan
d. Gangguan pola tidur yang disertai dengan mimpimimpi buruk.
e. Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin
sehari-hari
f. Kehilangan kemampuan untuk merespon dengan
memadai yang tadinya tanggap terhadap suatu situasi.
g. Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan
mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa
lebih sulit
h. Sulit bertahan dalam aktivitas sepanjang hari.
5. Tahap Lima
Setelah mengalami stres tahap empat, jika keadaan
berlanjut maka seseorang akan sampai pada tahapan
stres pada tahap lima yang sering mengalami hal-hal
berikut:
a. Takut dan cemas yang semakin meningkat
b. Mudah bingung dan panik
c. Kelelahan fisik dan mental semakin berat
d. Ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan sehari-hari
yang ringan dan sederhana.
e. Gangguan sistem pencernaan semakin berat.
6. Tahap Enam
Merupakan tahapan puncak dari keseluruhan tahapan
stres, yang biasanya mengalami seranagn panik dan
perasaan takut mati. Fenomena yang terjadi pada tahap ini
sebagai berikut.
a. Sekujur tubuh terasa gemetar, dingin dan keringat
bercucuran
b. Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan
c. Susah bernafas
d. Debaran jantung sangat keras
e. Pingsan atau kolaps
H. Respon Stres Fisiologis

Page 19

Pada hakikatnya setiap orang memiliki respon stress yang


berbeda-beda sesuai dengan persepsinya, penilaiannya terhadap
stressor yang dihadapi dan sesuai pula dengan sumber-sumber
ketahanan terhadap stress yang dimiliki. Umumnya, respon stress
yang ada atau perubahan-perubahan yang terjadi akibat dari respon
stress terhadap stressor meliputi berbagai aspek yang ada dalam diri
seseorang. Hawari (2002) mengemukakan respon tubuh terhadap
stress meliputi :
1) Rambut
Warna rambut yang

semula

hitam pekat, lambat laun

mengalami perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan dan


kusam. Rambut memutih sebelum waktunya dan rambut
2)

mengalami kerontokan.
Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu sehingga tidak jelas jika
membaca dan seringkali kabur, hal ini diakibatkan oleh otot-otot
bola mata mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga

3)

dapat mempengaruhi focus lensa mata.


Telinga
Pendengaran seringkali menjadi terganggu dengan suara

4)

berdenging (tinnitus)
Daya Pikir
Kemampuan berpikir, mengingat dan konsentrasi menjadi
menurun. Orang menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit

5)

kepala atau pusing.


Ekspresi Wajah
Wajahnya nampak tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius,
tidak santai, bicara berat, sukar untuk tersenyum atau tertawa,

6)

dan kulit muka kedutan.


Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga ia sering minum, pada
tenggorokan dirasakan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia
sukar menelan, hal ini bisa terjadi akibat otot-otot lingkar
ditenggorokan mengalami spasme sehingga terasa tercekik.

Page 20

7)

Kulit
Reaksi orang yang mengalami stress pada kulitnya beraneka
jenis bisa merasakan panas pada sebagian kulit tubuhnya,
dingin atau keluar keringat yang berlebihan. Kelembaban kulit
berubah, kulit menjadi lebih kering. Perubahan kulit lainnya
merupakan penyakit kulit seperti munculnya eksim, urtikaria,
gatal-gatal dan berjerawat berlebihan pada kulit muka, sering
juga dijumpai berkeringat atau basah pada telapak tangan dan

8)

kaki.
Sistem Pernafasan
Nafas terasa berat dan sesak akibat adanya penyempitan
saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otototot rongga dada yang mengalami spasme. Stress juga dapat
menjadi pemicu timbulnya penyakit asma karena otot-otot pada

9)

saluran nafas paru-paru juga mengalami spasme.


Sistem Kardiovaskular
Jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau dapat
menyempit sehingga yang bersangkutan nampak mukanya
pucat atau mukanya merah. Pembuluh darah tepi terutama
dibagian ujung jari-jari tangan dan kaki juga menyempit
sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain itu sebagian atau

seluruh tubuh terasa panas atau sebaliknya terasa dingin.


10) Sistem Pencernaan
Orang yang mengalami stress seringkali mengalami gangguan
pada sistem pencernaannya. Lambung terasa kembung, mual,
dan pedih akibatnya terjadi produksi asam lambung yang
berlebihan. Dalam istilah medis disebut sebagai keadaan
gastritis dan dalam istilah awam dikenal dengan penyakit maag.
Dapat juga terjadi gangguan pada usus sehingga yang
bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air
besar atau sebaliknya sering diare.
11) Sistem Perkemihan

Page 21

Paling sering ditemukan gangguan pada sistem perkemihan


adalah frekuensi buang air kecil lebih sering dari biasanya
walaupun ia bukan menderita kencing manis.
12) Sistem Muskuloskeletal
Orang yang mengalami stress sering mengeluhkan ototnya
terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Merasa
ngilu pada persendiannya dan merasa kaku bila menggerakkan
anggota tubuhnya.
13) Sistem Endokrin
Kadar gula darah seseorang yang terkena stress bisa
meningkat dan bila berkepanjangan yang bersangkutan bisa
mengalami

penyakit

kencing

manis.

Pada

wanita

bisa

mengalami gangguan menstruasi berupa menstruasi tidak


teratur dan adanya rasa sakit saat menstruasi.
14) Libido
Libido merupakan energy psikis dalam diri seseorang yang
menggerakkan seseorang untuk beraktivitas termasuk aktivitas
seksual. Stress dapat pula mempengaruhi gairah seksual
seseorang, sehingga seseorang yang terkena stress bisa
mengeluh libidonya menurun atau meningkat yang tidak seperti
biasanya.
Sedangkan menurut riset klasik yang dilakukan oleh Hans
Selye (1946,1976) terdapat dua respon fisiologis tubuh terhadap
stress yaitu : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General
Adaptation Syndrome (GAS). LAS adalah respon dari jaringan, organ
atau bagian tubuh terhadap stress karena trauma, penyakit, atau
perubahan fisiologis lainnya. GAS adalah respon pertahanan dari
keseluruhan tubuh terhadap stress.
Karakteristik Respons Stres:
Respons stres adalah alamiah, protektif, dan adaktif.

Page 22

Terdapat respons normal terhadap stresor: stresor yang dihadapi


dalam kehidupan sehari-hari meningkatkan ekskresi katekolamin,
yang menyebabkan peningkatan dalam frekuensi jantung dan
tekanan darah.
Stresor fisik dan emosional mencatuskan respons serupa
(spesifisitas versus nonspesifisitas). Kebesaran dan polanya
mungkin berbeda.
Terdapat
keterbatasan

dalam

kemampuan

untuk

mengompensasi.
Besar dan durasi stresor mungkin sedemikian besarnya sehingga
mekanisme

homeostasis

untuk

penyesuaian

gagal,

yang

menyebabkan kematian.
Pemajanan berulang terhadap stimuli mengakibatkan perubahan
adaptif: yaitu, kadar enzim tirosin hidrolase jaringan meningkat,
yang mengakibatkan peningkatan kapasitas bagi tubuh untuk
menghasilkan nonepinefrin dan epinefrin.
Terdapat perbedaan individual dalam merespon terhadap stresor
yang sama.
1.

Local Adaptation Syndrom (LAS)


Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap

stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan


penyembuhan

luka,

akomodasi

mata

terhadap

cahaya,

dll.

Responnya berjangka pendek.


Karakteristik dari LAS :
Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua
system.
Respon

bersifat

adaptif

diperlukan

stressor

untuk

menstimulasikannya.
Respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
Respon bersifat restorative.

Page 23

Sebenarnya respon LAS ini banyak kita temui dalam kehidupan


kita sehari hari seperti yang diuraikan dibawah ini :
a.

Respon inflamasi.
Respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini

memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga


penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan
dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam 3 fase :

Fase pertama :
Adanya perubahan sel dan system sirkulasi, dimulai dengan
penyempitan

pembuluh

darah

ditempat

cedera

dan

secara

bersamaan teraktifasinya kinin, histamin, sel darah putih. Kinin


berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein,
leucosit dan cairan yang lain dapat masuk ketempat yang cedera
tersebut.

Fase kedua :
Pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang
telah mati dan bahan lain yang dihasilkan ditempat cedera.

Fase ketiga :
Regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan parut.
b.

Respon refleks nyeri.


Respon reflek nyeri adalah respon setempat dari sistem saraf

pusat terhadap nyeri. Respon ini merupakan respon adaptif yang


bertujuan melindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya
mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam. Respon
ini melibatkan reseptor sensori, saraf sensoris yang menjalar ke
medulla spinalis, saraf motorik yang menjalar dari medulla spinalis,
dan otot efekif.
2.

General Adaptation Syndrom (GAS)

Page 24

Gas adalah respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres.


Respon ini melibatkan beberapa sistem tubuh, terutama sistem saraf
otonom dan sistem endokrim. Beberapa buku ajaran menyebut GAS
sebagai sistem neuroendokrim. GAS terdiri atas reaksi peringatan,
terhadap resistens, dan terhadap kehabisan tenaga.
a. Reaksi Alarm ( Waspada).
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh
dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis fight or
flight dan reaksi fisiologis.
Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat,
darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan
ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress
memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh
menurun.
Reaksi

alarm

melibatkan

pengerahan

mekanisme

pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat


meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk
bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula
darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan
adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan
denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot.
Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk
melakukan respons melawan atau menghindar. Respon ini bisa
berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap
maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
b. Reaksi Resistance (Melawan)

Page 25

Individu

mencoba

berbagai

macam

mekanisme

penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur


strategi.

Tubuh

berusaha

menyeimbangkan

kondisi

fisiologis

sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi


faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi gejala stress menurun
atau normal tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung,
tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya
beradaptasi

terhadap

stressor, jika

ini

berhasil

tubuh

akan

memperbaiki sel sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut
akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan
tenaga.
c. Reaksi Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat
tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras.
Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit
kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha
melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat
mengakibatkan kematian. Tahap ini cadangan energi telah menipis
atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres.
Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor
inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersebut.
I. Stres Kronik dan Penyakit
Dalam menghadapi suatu stressor langkah yang terbaik
adalah beradaptasi dengan kenyataan yang kita hadapi, sehingga
respon kita menjadi adaptif dan rileks. Pada kenyataannya, kita
sering terjebak pada stress yang lama sehingga respon stress
menjadi berkepanjangan dan cenderung menetap. Respon stress
yang

berkepanjangan

dan

menetap

ini

dapat

meningkatkan

Page 26

kemungkinan terjadinya penyakit yang berhubungan dengan stress.


David, dkk (1988) mengemukakan bahwa para peneliti telah
mempelajari dan ilmuan telah melakukan observasi terhadap
seseorang yang mengalami gangguan berkenaan dengan stress
yang cenderung menunjukkan hiperaktivitas pada sistem tubuh
tertentu seperti pada sistem musculoskeletal, kardiovaskuler dan
pencernaan.
Fakta menunjukkan orang yang mengalami stress kronis
dapat menyebabkan kelemahan otot (miopati) pada beberapa orang,
yang lainnya lagi orang yang menderita stress kronik dapat
mengakibatkan tukak lambung, colitis dan diare yang kronis.
Penelitian Subagiastra (2009) mengemukakan bahwa pada pasien
gastritis umumnya diawali oleh adanya stress pada diri yang
bersangkutan. Dewi (2010) dalam penelitianya terhadap pasien
gastritis juga menemukan bahwa pasien gastritis juga dicetuskan
oleh karena adanya stress yang dialami sebelumnya.
Hampir semua sistem tubuh dapat dirusak oleh stress.
Tekanan pada sistem reproduksi dapat menyebabkan amenore dan
kegagalan ovulasi pada wanita, impoten pada pria dan kehilangan
birahi baik pada wanita maupun pria. Stress sebagai pencetus
perubahan

pada

paru-paru

bronchitis.

Kehilangan

memungkinkan

insulin

selama

terjadinya

respon

asma,

stress

dapat

menambah kemungkinan terjadinya diabetes mellitus.


Stress menghambat pembentukan dan perbaikan sel yang
menyebabkan

gangguan

proses

pengapuran

pada

tulang,

osteoporosis sehingga mudah terjadi patah tulang. Hambatan pada


sistem kekebalan memudahkan terserang penyakit. Stress juga telah
diketahui berhubungan dengan penyakit lain seperti sakit kepala,
ketegangan

otot,

kelelahan

dan

arthritis.

Fakta

lain

juga

mengungkapkan bahwa pengeluara dan penurunan norepinefrin


selama stress kronis dapat memperbesar kemungkinan terjadinya

Page 27

depresi berat. Semua gangguan tadi merupakan penyakit yang


sensitive terhadap stress dan ditemukan pada usia pertengahan
sampai usia lanjut.
J. Pengertian Adaptasi
Adaptasi adalah proses perubahan dimensi fisiologis dan
psikososial dalam berespon terhadap stress. Gerungan (1996)
mengemukan penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai dengan
keadaan lingkungan , tetapi juga mengubah lingkungan sesuai
dengan keadaan diri (keinginan diri). Adaptasi merupakan pertahan
yang didapat sejak lahir atau diperoleh karena belajar dari
pengalaman untuk mengatasi stres. Folkman dan Lazarus (1984)
mengemukakan adaptasi adalah usaha kognitif dan usaha prilaku
untuk menangani permintaan eksternal atau internal yang dinilai
melampaui/ mengganggu sumber sumber daya yang dimiliki orang
tersebut. Pada hakekatnya adaptasi adalah suatu proses perubahan
yang terjadi dalam aktivitas individu terhadap aspek fisiologis dan
psikososial dalam berespon terhadap suatu stressor.
K. Tujuan Adaptasi
Adaptasi yang dilakukan oleh individu dalam menghadapi suatu
masalah situasi tertentu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya baik somato, psiko maupun sosial. Adler percaya bahwa
manusia menciptakan pola perilaku untuk melindungi perasaan
berlebihan

akan harga diri mereka terhadap rasa malu di muka

umum, sehingga membuat seorang mampu menyembunyikan citra


diri mereka yang rendah dan mempertahankan gaya hidup yang
merka jalani saat ini (Feist dan Feist, 2009). Freud menjelaskan
tujuan dari adaptasi khususnya mekanisme pertahanan diri adalah :
menghadapi ledakan ledakan seksual dan agresif secara langsung
dan untuk mempertahankan atau melindungi ego (diri sendiri) dari

Page 28

kecemasan (dala Feist dan Feist, 2009) secara umum adaptasi


bertujuan : untuk menghadapi tuntutan secara sadar dan tidak
sadar , menghadapi tuntutan kebutuhan secara realistik, rasional dan
obyektif.
L. Dimensi Adaptasi
adda banyak dimensi addaptasi diantaranya dimensi fisologis
yang memungkinkan homeostasis fisiologis dan terjadi juga proses
serupa pada dimensi psikososial dan dimensi lainnya. (Potter and
Perry, 1997). Adaptasi melibatkan reflek, mekanisme otomatis untuk
perlindungan, mekanisme coping dan idealnya dapat mengarah pada
penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976; Monsen, Floyd
dan Brookman, 1992). Potter and Perry (1997) lebih lanjut
mengemukakan stressor yang menstimulasi adaptasi bisa berjangka
pendek sepeeti kejadian demam, atau dapat berjangka panjang
seperti adanya paralisis dari ekstrimitas tubuh. Agar dapat berfungsi
secara optimal seseorang hendaknya dapat berespon positif
terhadap stressor dan beradaptasi terhdapa tuntutan maupun
perubahan

yang

menimpa

individu

bersangkutan.

Adaptasi

membutuhkan respon aktif dari seluruh individu, kelompok dan


keluarga.

Adaptasi

mempertahankan

keluarga

keseimbangan

adalah

proses

keluarga

eksistensi

keluarga

sehingga

keluarga dapat melaksanakan tugasnya dalam mengatasi stres


untuk mencapai tujuan dan meningkatkan pertumbuhan dari anggota
individual keluarga. Haber (1990) dan Fox (1991) mengemukakan
keberhasilan adaptasi keluarga sangat ditentukan oleh ketrampilan
berkomunikasi, penghormatan antar individu anggota keluarga,
sumber adaptasi yang adekuat, dan pengalaman dalam menangani
stressor.

Page 29

Potter

dan

Perry

(1997)

mengemukakan

stres

dapat

mempengaruhi dimensi adaptasi fisik, perkembangan, emosional,


intelektual,sosial, dan spiritual.
1. Fisik
Dimensi adaptif fisik meliputi sindrom adaptasi lokal dan
sindrom adaptasi umum. Contoh sakit tenggorokan, kemudian
demam, jika tidak berhasil diatasi maka akan menyebabkan
kematian, dan sebaliknya jika berhasil maka infeksi teratasi dan pulih
kembali.
2. Perkembangan
Dimensi adaptif perkembangan meliputi koping yang berhasil
dalam tugas/tahap perkembangan sebelumnya dan adaptasi yang
berhasil terhadap stresor sebelumnya. Contoh stressornya pensiun,
jika tidak berhasil beradaptasi dengan perubahan yang terjadi akan
mengakibatkan depresi, sebaliknya jika dapat beradaptasi maka
peran fungsi berubah dengan suatu aktivitas lain yang lebih
bermakna.
3. Emosional
Dimensi adaptif emosional merupakan mekanisme pertahan
psikologis dan kekuatan kepribadian individu. Contoh stresor
perkosaan, jika tidak berhasil beradaptasi maka ia akan mengalami
ketakutan yang tidak rasional terhadap seorang pria, manakala
berhasil beradaptasi maka mengalami integrasi dari ingatan
traumatik dan dapat berfungsi sebagai penasihat untuk orang lain di
pusat krisis pemerkosaan
4. Intelektual
Dimensi adaptif intelektual diantaranya pendidikan formal,
kemempuan

untuk

menyelesaikan

masalah,

ketrampilan

berkomunikasi, persepsi realistik, mobilisasi kesadaran terhadap

Page 30

strategi koping positif masa lalu. Contoh stresor seseorang


didiagnosis

menderita

kanker,

adaptasi

yang

gagal

adalah

menyangkal adanya kanker dan mengabaikan semua pengobatan,


sebaliknya adaptasi yang berhasil adalah menggunakan pendekatan
penyelesaian masalah yang aktif untuk mengambil keputusan
tentang pengobatan dan perawatannya.
5. Sosial
Dimensi

adaptif

sosial

meliputi

jaringan

sosial

yang

memberikan dukungan dan orang lain yang dapat mengarahkan


individu kepada sumber yang dibutuhkan. Pecandu alkohol dalam
keluarga merupakan contok stresor, jika gagal beradaptasi maka
individu menarik diri dari keluarga dan kontak sosial lainnya,
sebaliknya adaptasi yang berhasil adalah partisipasiaktif dari semua
anggota

keluarga

dalam

kelompok

pendukung

(Alchoholic

Anonymous).
6. Spiritual
Kelompok pendoa dan dukungan dari rohaniawan merupakan
dimensi adaptif spiritual. Contoh stresor anggota keluarga yang sakit
merasa Tuhan telah meninggalkannya, adaptasi yang gagal adalah
menarik diri dan tidak pergi ke tempat ibadah, tidak berbicara dengan
pimpinan agama/rohaniawan, sebaliknya adaptasi yang berhasil
meulai mencari teman di tempat ibadah, menjadi tenaga sukarela
untuk aktivitas yang berkaitan dengan tempat ibadah.
N. Fungsi Koping.
Flokman dan Lazarus (1984) secara umum membedakan bentuk dan
fungsi coping dalam dua klasifikasi yaitu
a Problem Focused Coping (PFC) adalah merupakan bentuk
coping yang lebih diarahkan kepada upaya untuk mengurangi
tuntutan dari situasi yang penuh tekanan, artinya coping yang

Page 31

muncul terfokus pada masalah individu yang akan mengatasi


stres dengan mempelajari cara-cara ketrampilan yang baru.
Individu cenderung menggunakan strategi ini ketika mereka
percaya bahwa tuntutan dari situasi dapat diubah. Strategi ini
melibatkan usaha untuk melakukan sesuatu hal terhadap
kondisi stres yang mengancam individu.
b Emotion Focused Coping (EFC) merupakan bentuk coping
yang diarahkan untuk mengatur respon emosionak terhadap
situasi yang menekan. Individu dapat mengatur respon
emosionalnya dengan pendekatan behavioral dan kognitif.
Contoh dari pendekatan behavioral adalah penggunaan
alkohol, narkoba, mencari dukungan emosional dari temanteman dan mengikuti berbagai aktivitas seperti berolahraga
atau menonton televisi yang dapat mengalihkan perhatian
individu dari masalahnya. Sementara pendekatan kognitif
melibatkan bagaimana individu berfikir tentang situasi dalam
menekan. Dalam pendekatan kognitif, individu melakukan
redefine terhadap situasi yang menekan seperti membuat
perbandingan dengan individu lain yang mengalami situasi
lebih buruk dan melihat sesuatu yang baik diluar dari
masalah. Individu cenderung untuk menggunakan strategi ini
ketika mereka percaya mereka dapat melakukan sedikit
perubahan untuk mengubah kondisi yang menekan.
O. Sumber Ketahanan Terhadap Stres.
Antonovsky (1979) telah mencatat bahwa sebagian besar dari kita
telah bertahan hidup dan bahkan berkembang cepat dalam dunia
yang terisi dengan pathogen-pathogen fisik, psikologis, sosial, dan
pathogem budaya atau dengan kata lain terisi dengan stresor. Untuk
menangani atau beradaptasi dengan stresor ini dapat berorientasi

Page 32

pada sumber-sumber ketahanan terhadap stres (Stres Resistance


Resource). Inilah yang harus dimiliki dalam penyelesaian yang
memungkinkan

bagi

setiap

orang

untuk

mengatasi

stresor

kehidupan. Menurut Sheridan dan Radmacher (1992) sumbersumber ketahanan terhadap stres meliputi:
1. sumber daya material
Sumber daya material diantaranya adalah uang dan semua hal-hal
yang dapat dibeli: makanan, minuman, akaian, rumah, dan
perawatan kesehatan. Ini adalah sumber daya material yang paling
bermanfaat yang dimiliki, tetapi kesemua sumber daya ini tidak
mendapat perhatian yang memadai dalam literatur.
2. sumber daya fisik.
Adalah atribut-atribut fisik positif dari seseorang seperti kekuatan,
kesehatan dan daya tarik dapat berguna dalam menanggulangi
stresor. Pada umumnya diasumsikan bahwa keadaan fisik yang
paling

menarik

adalah

sumber

daya

yang

baik

untuk

membangunjaringan dukungan sosial (Walster,Aronson,Abrahams,


dan Rottman, 1966)
3. sumber daya intrapersonal
Sumber daya intra personal adalah keseluruhan kekuatan-kekuatan
dalam diri yang membantu dalam menghadapi peristiwa kehidupan.
Satu diantaranya sumber daya yang paing penting dari tipe ini
adalah harga diri. Keberadaan harga diri ini berkaitankuat dengan
integritas ego. Antonovsky (1979) indentitas ego merujuk kepada
keseluruhan perasaan tentang diri yang stabil dan terpadu yang
masih dinamis dan fleksibel. Semua orang memiliki identitas ego
yang kuat mempertahankan kebebasannya dalam berhubungan
dengan realitas sosial dan budaya, tanpa menghiraukan apa
namanya dan bagaimana definisinya perasaan yang kuat tentang diri

Page 33

dapat merupakan hal yang penting dalam menghadapi banyak


stresor.
4. sumber daya pendidikan informal
Ilmu pengetahuan aldah sumber daya paling berharga untuk dimiliki.
Mengetahui tentang gizi, olahraga, faktor risiko, keselamatan dan
cara pertolongan pertama pada kecelakaam dapat merupakan
sumber

daya

penting

dalam

menanggulangi

stresor

yang

mempengaruhi kesehatan, dan dalam zaman informasi ilmu


pengetahuan

merupakan

sumber

pendapatan.

Pendidikan

membantu seseorang untuk mendapatkan sumber-sumber material.


Lulusan perguruan tinggi dapat berharap memperoleh gajiu lebih
besar daripada lulusan sekolah menengah.
5. sumber daya budaya.
Antonovsky (1979) mengemukakan bahwa bdaya memberi kita
perasaan mengenai hal-hal yang berhubungan secara koheren.
Sumber daya budaya memberi seseorang kepercayaan yang kuat
untuk

memberi

makna

pada

kehidupannya,

walaupun

tidak

selamanya terbukti. Perasaan koheren memainkan peranan besar


bagi kemampuan seseorang untuk mengatasi stres. Tradisi, adat
istiadat dan ritual tertentu dari suatu budaya memberi kontribusi
perasaan koheren. Contoh: upacar potong gigi di Bali sebenarnya
dimaksudkan sebagai suatu sumber daya budaya bagi remaja dalam
menghadapi stres. Dewasa ini kebanyakan dilakukan berbarengan
dengan upacar tertentu seperti perkawinan,ngaben untuk efekyif dan
efisien dan kebanyakan dilakukan tidak tepat pada saat seseorang
menginjak remaja. Upacara potong gigi ini nilai awalnya adalah suatu
ritual untuk meneguhkan kepercayaan diri remaja yang terganggu
akibat pola perkembangan yang terjadi dan semestinya dilakukan
manakala seseorang menginjak remaja.

Page 34

P. Manajemen Stress
Dalam kehidupan sehari-hari adakalanya kita melihat
beberapa orang Nampak bahagia dalam berbagai situasi yang
dihdapi. Mereka Nampak rileks dan tenang menghadapi situasi
tersebut dalam membuat sesuatu keputusan berharga dalam
hidupnya. Segala situasi nyata dihadapi dengan penuh percaya diri,
optimis dan dapat mengatasi segala bentuk keraguan dan rasa takut.
Beberapa orang lagi merasa resah dan gelisah tetapi sudah terlatih
untuk tetap rileks dan tenang tidak terlena pada ketakutan dan
kegelisahan dala menghadapi situasi yang paling menegangkan
sekalipun. Mereka melihat hidup dan kehdupan ini sebagai suatu
kesempatan untuk mencapai sukses dan kebahagiaan. Hidup
dirasakan sebagai suatu tantangan yang besar untuk dapat dinikmati
apa adanya dengn penuh keikhlasan. Beberapa orang lainnya terus
menerus merasakan ketegangan, ketakutan, dan kecemasan dalam
menghadapi peristiwa yang menimpa dirinya dan peristiwa yang
terjadi disekitarnya. Kelompok individu yang demikian nampaknya
berespon dengan respon stress bukan respon rileks. Respon stress
menyebabkan seseorang untuk terus menggunakan energinya
dalam menghadapi ketegangan tersebut sehingga lama kelamaan
mengalami kelelahan baik fisik maupun pikirannya. Cara yang
terbaik untuk mengelola respon kita terhadap stressor yang menimpa
kita adalah dengan melatih diri untuk menggunakan respon rileks.
Dengan melatih diri menggunakan respon rileks berarti telah
memberikan kesempatan kepada otak untuk memelihara kesehatan
tubuh kita terutama belahan otak kanan. Belahan otak kanan
berhubungan dengan bawah sadar dan bawah sadarlah yang
mengendalikan sistem vital kita. Jadi dengan respon rileks bawah
sadar kita dapat bekerja dengan optimal sehingga sistem vitaltubuh

Page 35

kita dapat berfungsi secara adekuat untuk memelihara keadaan


kesehatan kita.
A. Perubahan cara berespons
Pada hakekatnya jumlah stressor semakin hari semakin
bertambah, kemungkinan stressor berkurang sesuatu yang
tidak mungkin, mengingat perkembangan kehidupan berbagai
aspek mengalami perubahan menuju semakin kompleks dan
bervariasinya kebutuhan manusia. Tuntutan pemenuhan
kebutuhan manusia menjadi semakin beragam, bertambah
dan cepat berubah. Aktivitas lingkungan kehidupan juga
mengalami perubahan dengan cepat, tuntutan kebutuhan
semakin memberikan tekanan, baik tekanan pemenuhan
maupun tekanan waktu. Generasi yang mampu bertahan
hidup adalah individu yang belajar menyesuaikan dan
menikmati future shock dari perubahan dunia. Generasi yang
bisa menyesuaikan diri terhadap perubahan zaman adalah
generasi yang menyadari bahwa kita tidak dapat engubah
sepenuhnya semua sumber stress yang ada didalam diri kita
dan lingkungan sekitar kita, mengingat ada berbagai peristiwa
atau kejadian yang ada disekitar kita yang tidak dapt kita
kendalikan. Contoh : jika ada orang yang mau membicarakan
kelemhan kita, orang yang menghina kita, sesungguhnya
hal yang demikian tidak dapat kita kendalikan. Cara yang
terbaik adalah adanya perubahan dalm diri kita cara berespon
terhadap stressor. Pada umumnya ada sebagian orang
berespon terhadap peristiwa atau kejadian yang menimpanya
dengan respon stress dan masih jarang yang kita jumpai
seseorang yang mampu berespon terhadap stressor dengan
respon rileks. Respon rileks member kesempatan pada diri
kita untuk mengumpulkan energy positif, mengurangi tekanan

Page 36

pada alam bawah sadar dan menemukan berbagai alternatif


untuk berespon secara tepat dan efektif.
B. Pentingnya latihan
Agar dapat mengelola stress terutama stressor dengan optimal
dan memperoleh hasil seusia harapan perlu latihan secara teratur,
terus menerus, perlahan, namun pasti. Dengan latihan secara
teratur diharapkan dapt terbentuk kebiasaan yang baru yang
bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup. Untuk memulai
penggunaan stressor dengan upaya latihan diperlukan waktu dan
pengambilan keputusan untuk muali melakukannya. Berkenaan
dengan pengambilan keputusan tersebut carilah alasan yang
tepat sehingga keputusan yang diambi sesuai kondisi yang ada.
Keputusan untuk latihan harus diambil tanpa memperhitungkan
berhasil atau gagal. Inilah cara yang terbaik untuk melatih diri
berespon dengan respon rileks. Dalam hukum pendidikan dari
Thorndike satu diantranya adalah Trial and Error yaitu mencoba
dan gagal. Mungkin mengawali latihan muncul berbagai respon
yang tidak mengenakkan seperti pusing, mual dan rasa tak enak.
Adakalanya seseorang menyebutnya sebagai kegagalan, padahal
itu adalah reaksi normal menuju perubahan yang diinginkn.
Perlulah bagi siapa pun juga untuk memahami hukum mencoba
dan gagal, mencoba dan gagal lagi suatu ketika jika kita tabah
dengan terus mencobanya pasti berhasil. Orang yang berhasil
adalah orang yang tiada henti- hentinya berusaha., sebaliknya
orang yang gagal adalah orang yang berhenti untuk berusaha.
Hambatan pribadi untuk mulai mengelola stress adalah takut akan
mengambil banyak waktu sehingga mengganggu produktivitas
kerja. Padahal ketakutan atau rintangan apapun bentuknya dapat
menjadi pupuk bagi kreativitas seseorang, termasuk kreatifitas
dalam mengelola stress yang ada. Mengubah kebiasaan hidup

Page 37

yang menimbulkan stress menjadi kemampuan manajemen


stress, pengendalian diri yang positif merupakan keahlian untuk
mengontrol hidup. Tidak mengelola stress juga merupakan
kebiasaan, namun risikonya hidup jadi tidak nyaman. Hamper
segala sesuatu yang dilakukan merupakan kebiasaan. Satu
diantaranya cara terbaik untuk mengubah kebiasaan buruk adalah
menggantinya

dengan

kebiasaan

yang

bermanfaat

untuk

mengelola stress. Jangan berkonsentrasi pada kebiasaan buruk


yang sedang dan akan dilakukan, tetapi mulailah berkonsentrasi
pada kebiasaan manajemen stress yang akan dilatih dan
dikembangkan. Latihan adalah awal untuk mencapai suatu
keterampilan, demikian juga halnya untuk mencapai hasil yang
diinginkan teruslah berlatih sampai merasakan ada perubahan
yang bermakna dalam diri. Waitley mengemukakan sepuluh sifat
orang sukses yang diawali sebelumnya oleh kegagalan. Beliau
meneliti orang yang berhasil mengelola stress dan hidup dengan
1.
2.
3.
4.

nyaman. Sepuluh sifat tersebut adalah :


Kesadaran diri yang positif : mengerti asal mula kita
Penghargaan diri yang positif : menyukai diri sendiri
Pengendalian diri yang positif ; mewujudkannya untuk diri sendiri
Motivasi yang positif : mengingikan dan memutuskan sesuatu

yang didapat
5. Harapan yang positif : memutuskan akan melalukan sesuatu lebih
baik diwaktu mendatang
6. Imajinasi tentang diri sendiri yang positif : melihat pada diri sendiri
berubah dan berkembang
7. Bimbingan diri yang positif ; mempunyai rencana kegiatan
8. Disiplin diri yang positif : mempraktikkan secara mental
9. Penilaian diri yang positif : menilai diri sendiri sebagai manusia
10.
Proyeksi diri yang positif : merefleksikan berjalan, berbicara,
dan mendengar
Semua sifat diatas penting untuk mencapai kesuksesan dalam hidup.
Orang yang berhasil dala hidup ini akan berkata : saya membuat

Page 38

itu terjadi pada saya. Sebaliknya orang yang gagal akan berkata :
itu selalu terjadi pada saya.
C. Latihan relaksasi
Dalam manajemen stress ada berbagai cara atau kegiatan yang dapt
dilakukan untuk mengurangi bahkan menghilangkan pengaruh
negatif dan stress. Dari berbagai cara yang ada satu diantaranya
yang penting adalah teknik relaksasi. Latihan dalam melakukan
upaya relaksasi merupakan elemen yang paling vital dalam
manajemen

stress

untuk

mencapai

kemampuan

relaksasi.

Charlesworth dan Nathan (1997) mengemukaka bahwa untuk


mencapai kemampuan relaksasi dengan cepat dalam berbagai
situasi memiliki berbagai tujuan. Dengan mulai menggunakan
kemampuan rileks bertujuan membantu mengurangi keletihan dan
keraguan yang ada dan denga kemampuan itu member
keleluasaan

untuk

memutuskan

penanganan

situasi

yang

membuat stress sehingga mampu mengurangi kecemasan, marah


atau memberikan reaksi bertempur atau lari dan menikmati
pengalaman yang demikian. Dengan tetap berusaha dengan
tenang, terkendali dan rileks adalah suatu kemampuan yang
dapat merubah situasi stress menjadi situasi yang dapat dinikmati
dan mini8mal efeknya menjadi netral. Dewasa ini ada banyak pita
kaset yang dijual berisi program relaksasi, bahkan berbagai
tenaga terlatih dan tenaga profesinal termasuk perawat kesehatan
yang merekam program atau teknik relaksasi untuk digunakan
kliennya.
1. Pentingnya belajar relaksasi
Charlesworth dan Nathan (1997) mengemukakan bahwa ada yang
berpendapat ketegangan otot tanda kekuatan. Pendapat lain
menyatakan ketegangan adalah kebugaran bukan merupakan
suatu

kelemahan.

Dalam

kehidupan

sehari-hari

manusia

membutuhkan suatu kebebasan tanpa gangguan yang tidak perlu

Page 39

dan ketegangn otot tidak mesti tanda suatu kekuatan, karena bisa
jadi sebagai suatu tanda bahwa energi sedang dibuang. Otot Yng
tegang

secara

konstan

ketika

kita

mengerutkan

dahi,

mengedipkan mata dan menegangkan jari bukanlah tanda dari


suatu kekuatan, justru dengan belajar relaksasi dapat menjadi
tanda kekuatan dengan secara selektif menegangkan otot ketika
harus

melakukan

tugas

tertentu

dan

belajar

menghindari

penghamburan tenaga yang tidak perlu dengan menyimpannya


untuk hal-hal yang pnting. Penting diketahuai bahwa orang yang
mempelajari rileks tidak kehilangan motivasi, belajar rileks tidak
berarti menjadi pemalas dan bosan. Seorang pekerja yang
mengeluh nyeri di leher dan bahu bersikeras bahwa ia tidak
tegang sehingga tidak perlu lebih rileks. Ia seorang yang sukses di
suatu perusahaan besar dan takut jika mempelajari cara rileks
akan membuatnya menjadi kurang produktif.
Sesudah berlatih beberapa minggu ia kaget karena dengan berlati
relaksasi mampu membuat otot-otonya rileks tanpa mengurangi
prestasi kerjany, bahkan ia menjadi lebih energik dan produktif.
Energinya hanya digunakan untuk pekerjaan yang lebih produktif
dan digunakan untuk kegiatan kegiatan yang rasional.
2. Tempat memperoleh ketegangan otot
Dalam upaya meregangkan otot secaera progresif dimulai dengan
menegangkan dan merenggangkan kumpyulan otot utama tubuh.
Dengan cara ini kita dapat mengetahui keberadaan otot itu, hal ii
dapat meningkatkan kesadaran terhadap respon otot tubuh
terhadap stress. Mengetahui lokasi dan merasakan otot yang
tegang seseorang dapat merasakan ketiadaan ketegangan
dengan lebih jelas. Dengan dapat mengenali ketegangan otot
akhirnya seseorang dapat membedakan antara tegang dan rileks.

Page 40

Daerah utama stress berkenaan dengan ketegangan otot adalah


kumpulan otot disekitar kepala, wajah, leher dan bahu. Biasanya
kondisi sangat tegang berkumpul di otot ini. Kelompok otot lainnya
seperti lengan, tangan, dada, punggung, perut,pinggul, dan kaki
juga

harus

diperhatikan.

Pada

kenyataannya

selalu

ada

perbedaan antara individu yang satu dengan individu yang


lainnya. Setiap orang berespons sesuai dengan keadaan dirinya
sehingga respons yang ada sangat bervariasi dalam menanggapi
stress.
3. Membangun kebiasaan relaksasi
Melihat jam sering diasosiasikan dengan kecemasan dan
ketegangan yang berlebihan. Mengubah kebiasaan tegang jam
berapa?

ke

kebiasaan

berespons

relaksasi

yang

kreatif

membantu mengontrol diri terhadap ketegangan tubuh. Kreatiflah


dengan isyarat relaksasi dan gunakan waktu luang untuk berlatih
relaksasi. Selalu ada kesempatan untuk berlatih jika ada niat
untuk melakukan sesuatu yang telah dirasakan sebagai suatu
kebutuhan. Latihan setiap hari akan membantu untuk mengetahui
lokasi otot-otot yang tegang dan mengganggu.
D. Tehnik manajemen stress
Dalam upaya mengatasi stress yang dialami termasuk
mencegah agar stress tidak berlanjut menjadi distress dapat
dilakukan berbagai upaya yang bermakna. Dapat pula terjadi
setelah mencoba menghadapi stress masih saja ada gejalagejala sisa tau hal-hal yang tidak mengenakkan maka dapat
dilakukan suatu upaya untuk mengeliminir gejala sisa tersebut
misalnya dengan visualisasi atau meditasi. Dalam mengelola
stress sifatnya individual. Upaya yang dilakukan oleh setiap
orang berbeda-beda sesuai dengan jenis dan berat ringannya

Page 41

stress yang dihadapinya, minat dan kesesuaiannya dengan


cara yang ada, sehingga teknik yang digunakannya pun
berbeda termasuk kombinasi yang dipilih dari teknik yang ada.
Strobel (1983) telah mengombinasikan beberapa metode ke
dalam prosedur yang ia namakan refleks yang tenang.
Prosedur ni dirancang untuk mengondisikan subyek agar
bereaksi terhadap stressor dengan menggunakan relaksasi
bukan dengan ketegangan. Pada dasarnya refleks yang
tenang memerlukan berbagai langkah-langkah nyata dalam
bereaksi terhadap stressor yang meliputi ( 1 ) tersenyumlah,
senyumlah kedalam diri dengan mulut dan mata sambil
berkata siapkan pikiran tenangkan diri, ( 2 ) tarik nafas, tarik
nafas dengan ringan, nafas alami, dan ( 3 ) hembuskan nafas,
sewaktu menghembuskan nafas biarkan rahang lidah, dan
bahu kendur dan rasaka gelombang udara dari perut dan
rasakan perasaan hangat mengalir ke semua arah turun
sampai jari-jari kaki. Demikianlah upaya singkat yang dapat
dilakukan dalam menghadapi stress agar tetap eksis dalam
menjalani aktivitas kehidupan sehri-hari yang semkin hari
semakin beragam tuntutan kebutuhan hidup sesuai dengan
perkembangan zaman. Refleks tenang tersebut bisa menjadi
kebiasaan hidup sehari-hari dan memperoleh manfaat nyata
jika dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dan dilakukan
secara terus menerus tanpa kenal menyerah. Upaya-upaya
selengkapnya yang dapat dilakukan dalam mengelola stress
yang dihadapi, agar memperoleh relaksasi yang maksismal
dan kelegaan yang mendalam, meliputi: berpikir positif dan
optimis,

berpikirlah

tersenyum

dan

hal-hal

tertawalah,

yang

indah

lakukan

dan

pernafasan

menarik,
dalam,

autosugesti, ubahlahcara pandang, bentuklah kebiasaan

Page 42

bertoleransi,

agama,

dan

spriritual,

bicarakan,

asertif

pengaturan makanan dan minuman, olah raga, istirahat-tidur,


rekreasi, pengaturan berat badan, dukungan, pengaturan
waktu dan keuangan, keharmonisan keluarga, yoga, relaksasi
termasuk meditsi.
Dapus :
Candra, I Wayan. 2015. Psikologi Landasan Keilmuan Praktik
Keperawatan

Jiwa.

Denpasar

Politeknik

Kesehatan

Denpasar Jurusan Keperawatan


Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4
Vol.1. Jakarta : EGC

Drs. Sunaryo, M.Kes (2004). Psikologi untuk Keperawatan..Jakarta :


EGC
Suliswati, Yenni Sianturi, dkk (2005). Konsep Dasar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
DAFTAR PUSTAKA
Kozier. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Candra,I Wayan. 2015. Psikologi Landasan Keilmuan Praktik dan
Keperawatan Jiwa . Denpasar: Politeknik Kesehatan Denpasar.

Page 43

Anda mungkin juga menyukai