Dokumentasi akurat, benar, komplit jelas, dapat dibaca dan ditulis dengan tinta.
Tidak dibenarkan menghapus tulisan pada catatan menggunakan tip-ex. penghapus tinta
atau bahan lainnya
Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat berguna untuk:
1. Membantu koordinasi asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan oleh tim kesehatan.
2. Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim kesehatan atau
mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk mengurangi
Sebagai upaya untuk melindungi pasen terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang diterima
dan perlindungan terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan tugasnya, maka
perawat/bidan diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap pasen. Hal ini
penting berkaitan dengan langkah antisipasi terhadap ketidakpuasan pasen terhadap pelayanan
yang diberikan dan kaitannya dengan aspek hukum yang dapat dijadikan settle concern, artinya
dokumentasi dapat digunakan untuk menjawab ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diterima
secara hukum.
Dokumentasi asuhan keperawatan/kebidanan yang dilaksanakan secara baik dan benar akan
membantu para siswa keperawatan/kebidanan maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses
belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun
praktek lapangan.
C. MANFAAT DAN PENTINGNYA DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Manfaat Dokumentasi Keperawatan.
Mencegah pengabaian dan penanggulangan yang tidak perlu.
Mempermudak komunikasi.
Memberi fleksibilitas dalam memberi askep.
Mendorong partisipasi klien.
Memberi kepuasaan kepada perawat.
Tersedia metode yang terorganisir dalam askep.
PENGANTAR DOKUMENTASI
KEPERAWATAN
April 15, 2014 by dian galih pratiwi https://dgpratiwi.wordpress.com/2014/04/15/pengantardokumentasi-keperawatan/
PENGANTAR DOKUMENTASI KEPERAWATAN
A. Area Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi di area ini mencakup sistem dokumentasi pada perawatan perioperatif, perawatan
gawat darurat, dan perawatan kritis.
Dokumentasi di perawatan perioperatif
Dokumentasi ini meliputi dokumentasi preoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif.
a. Dokumentasi perawatan preoperatif
Dokumentasi perawatan preoperatif merupakan dokumentasi yang dilaksanakan pada catatan
proses keperawatan sebelum operasi. Hal-hal yang didokumentasikan antara lain: pengkajian
fisiologis, pengkajian psikososial, pendidikan kesehatan preoperatif, lokasi operasi, tingkat
respons, efek medikasi, dan tes diagnostic. Selain itu didokumentasikan pula tanda vital,
pengkajian dan persiapan kulit, alat yang digunakan, pernyataan atau perilaku pasien,dan obatobatan yang diberikan.
b. Dokumentasi perawatan intraoperatif
Dokumentasi pada perawatan intraoperatif meliputi: jenis prosedur operasi, waktu masuk, waktu
anestesi, jenis anestesi dan insisi. Selain itu dicatat pula restrain yang digunakan, alat pengontrol
suhu dan alat pemantauan, adanya alergi, serta medikasi yang diberikan. Dokumentasi ini juga
meliputi lokasi drain, kateter, balutan, total masukan dan keluaran, graft, prostesa (tipe dan
ukuran), jaringan yang diangkat, status isolasi, dan klasifikasi luka. Dokumentasi ini juga
meliputi kondisi pasien ketika akan keluar dari kamar operasi, keadaan sirkulasi, keadaan insisi,
nama anggota tim pembedahan dan lain-lain.
c. Dokumentasi pascaoperatif
Dokumentasi pascaoperasi meliputi pengkajian tentang fungsi respirasi, status kardiovaskuler,
pengembalian kesadaran, memantau tanda komplikasi, respons psikososial, pengkajian lanjutan,
dan diagnosa keperawatan.Selain itu dicatat pula rencana keperawatan, intervensi, dan evaluasi
serta tindakan untuk mencegah bahaya pascaoperasi, rasa aman dan nyaman, keseimbangan
cairan, serta pencegahan infeksi dan tingkat aktivitas.
Dokumentasi di perawatan gawat darurat
Dokumentasi di perawatan gawat darurat merupakan dokumentasi dalam keadaan
kritis.Pencatatan dokumentasi ini dilaksanakan secara akurat, singkat, dan komprehensif.
Dokumentasi ini mencatat aktivitas triage dan evaluasi awal, melengkapi dan mencatat survei
primer dan sekunder, merumuskan dan mencatat diagnosa keperawatan, dan menyertakan
informasi yang diperlukan dalam situasi resiko tinggi. Perawat mendokumentasikan status
mental pasien dan waktu kedatangan.Selain itu perawat juga mendokumentasikan pendidikan
kesehatan yang diberikan pada pasien.
Dokumentasi di perawatan kritis
Dokumentasi di perawatan kritis merupakan kegiatan pencatatan pada kondisi pasien yang
kritis.Dokumentasi ini berhubungan dengan masalah kompleks yang harus dicatat secara
adekuat, konsisten, dan komprehensif.
Kondisi kritis merupakan kondisi yang mengakhawatirkan dan mengancam kehidupan.Kondisi
ini memerlukan pengkajian secara kontinu, intensif, dan multidisiplin. Keadaan kritis memiliki
beberapa ciri diantaranya: memerlukan perawatan lokal, hemodinamikanya tidak stabil,
memerlukan pemantauan yang terus menerus, restriksi intake dan output, sakit yang berlebihan,
dan status neurologi yang tidak stabil.
Dalam mengatasi masalah pasien kritis, rencana keperawatan mempunyai dua tujuan yaitu
menyelamatkan kehidupan dan mempertahankan kehidupan.Untuk mencapai tujuan tersebut
perawat harus memiliki pengetahuan dasar tentang system tubuh manusia, mampu
mengimplementasikan tindakan keperawatan secara cepat, serta mampu berkomunikasi secara
efektif dan efesien dengan staf kesehatan yang berkepentingan.Sedangkan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dalam keadaan kritis, perawat menggunakan standar yang
sesuai dalam pelayanan keperawatan yaitu standar komprehensif dan standar pendukung.
Standar komprehensif: pertama, data dikumpulkan secara terus menerus yang menyangkut
tentang keadaan pasien yang kritis. Kedua, masalah atau kebutuhan yang teridentifikasi dan
prioritasnya berdasarkan data yang terkumpul.Ketiga, rencana asuhan keperawatan dirumuskan
dengan tepat.Keempat, rencana asuhan keperawatan diimplementasikan menurut masalah yang
diprioritaskan.Kelima, hasil asuhan keperawatan dievaluasi secara terus menerus.
Standar pendukung: pertama, mendokumentasikan semua data yang diperlukan pada catatan
pasien. Kedua, mencatat masalah yang aktual atau potensial dan menentukan prioritasnya dalam
catatan pasien.Ketiga, mencatat rencana asuhan keperawatan di catatan pasien.Keempat,
mendokumentasikan intervensi dalam catatan pasien.Kelima, mencatat hasil evaluasi dalam
catatan pasien.
B. Sejarah Dokumentasi Keperawatan
Sejak zaman Florence Nightingale, perawat telah menganggap dokumentasi sebagai bagian yang
vital dari praktik professional. Pada tulisan awalnya Nightingale menggambarkan tentang
perlunya perawat untuk mencatat penggunaan yang tepat dari udara segar, cahaya, kehangatan,
kebersihan, serta pemilihan dan pemberian diet yang tepat, dengan tujuan mengumpulkan,
menyimpan, da mendapatkan kembali data untuk menatalaksanakan pasien secara cerdas
(Seymour, 1954).
Tahun 1930-an Virginia Henderson mencetuskan ide tentang penggunaan rencana keperawatan
tertulis untuk mengkomunikasikan informasi perawatan pasien. Dengan dibentuknya Joint
Commision for Accreditation of Healthcare Organizations (JCAHO) pada tahun 1951,
dokumentasi menjadi cara untuk mengevaluasi asuhan keperawatan. Meskipun saat ini kita
menganggap dokumentasi keperawatan sebagai hal yang esensial bagi keperawatan, tetapi tidak
demikian halnya menurut petugas rekam medis. Akibatnya, dokumentasi keperawatan akan
dibuang setelah pemulangan pasien.
Awal tahun 70-an dokumentasi keperawatan menjadi lebih penting, dokumentasi keperawatan
semakin maju dan menjadi mekanisme yang digunakan untuk menentukan penggantian uang
terhadap perawatan yang diberikan. Dokumentasi keperawatan juga berkembang menjadi
penghubung yang esensial antara pemberian dan evaluasi perawatan.Hampir semua aspek dari
dokumentasi keperawatan saat ini menjadi bagian permanen dari rekam medis.
5. Peralatan medis
6. Kontrol akreditasi
7. Asuransi kesehatan
http://www.powershow.com/view4/5a269dMDI5O/MODEL_DOKUMENTASI_KEPERAWATAN_powerpoint_ppt_presentation
Intervensi: Berikan cairan infus ringer laktat 4 tetes per menit karena di sarankan oleh
dokter bedah yaitu dr. AA Sp.D. yang jaga sihf pagi.( tidak brevity).
Dengan menuliskan catatatan yang ringkas dan mengenai inti masalah maka catatan dokumentasi
akan mudah di pahami dan tidak memakan ruang dalam lembar yang tersedia.
1. Legidibility
Legidibility yaitu dimana dalam penulisan/pencatatan dokumentasi keperawatan harus mudah
dibaca dan di pahami oleh perawat lain atau profesi lain yang ikut dalam proses
pendokumentasian.
Misal :
Perawat harus menuliskan catatan yang jelas yang bisa dibaca dan di mengerti oleh perawat
lain, dan tidak menuliskan istilah-istilah yang tidak di pahami oleh orang lain. Semisal ada istilah
baru maka harus segera di diskusikan ke semua tim untuk menggunakan istilah tersebut.
1. Accuracy
Accuracy adalah sesuai dengan data yang ada pada klien. Jadi kita harus memasukan data pada
dokementasi keperawatan harus benar dan sesuai dengan data baik identitas, laboratorium dan
radiologi pada setiap klien. Ini adalah aspek yang sangat vital dan tidak boleh salah atau tertukar
dengan klien lain.
Misal :
Dalam memasukan data pemberian obat perawat harus teliti dan tidak boleh salah, obat yang
resepkan untuk Tn. A tidak boleh di berikan kepada Tn. C.
1. Dokumentasi mencakup semua respon klien/ keluarga terhadap kesehatannya yang ditulis
secara benar dan obyektif (bukan penafsiran), yang diperoleh mulai dari pengkajian
sampai evaluasi. Dokumentasi dimulai dengan data dasar kemudian diikuti dengan
perkembangan klien.
2. Semua data harus dicatat dalam format yang telah ditentukan secara sistematis, sah
(dengan tinta bukan dengan pensil) menggunakan istilah yang baku.
3. Hindari dokumentasi yang bersifat baku karena setiap proses mempunyai masalah yang
berbeda sesuai dengan keunikannya.
4. Tidak dibenarkan merekayasa dokumentasi untuk keperluan kelompok tertentu/ individu
tertentu. Apabila terjadi salah tulis, dokumentasi tersebut dicoret dengan rapi dan diganti
dengan yang benar serta diberi tanda tangan yang memperbaiki tersebut.
5. Dokumentasi yang baik dilakukan apabila terjadi perubahan kondisi klien, muncul
masalah baru atau adanya respon klien terhadap bimbingan perawat
6. Dokumentasi dilakukan pada setiap langkah proses keperawatan (pengkajian, diagnosis,
perencanaan, implementasi dan evaluasi)
7. Setiap dokumentasi harus mencantumkan identitas (nama, waktu, tanda tangan)
TAHAPAN PROSES
KEPERAWATAN
KOMPONEN
PENGKAJIAN
mengumpulkan dan
mengorganisasikan data.
Pengumpulan data dari hasil
wawancara, inspeksi dan
observasi langsung
diagnosis keperawatan:
menggambarkan masalah
klien, baik aktual maupun
potensial berdasarkan hasil
pengkajian data
rencana keperawatan:
menentukan prioritas tujuan,
kemungkinan pemecahan,
metode pendekatan pemecahan
masalah
intervensi
dokumentasikan tindakan
berfokus pada pencapaian
perawat, termasuk tindakan
tujuan, intervensi dengan batas
mencegah komplikasi dan
waktu yang telah ditetapkan.
meningkatkan status kesehatan. Waktu merupakan bagian dari
Dokumentasikan penyuluhan, dokumentasi intervensi.
pengobatan, prosedur khusus Intervensi melibatkan klien dan
dan pemeriksaan diagnostik
keluarganya. Dokumentasikan
secara sistematis tahap demi
tahap dari intervensi yang
diberikan.
melakukan tindakan
keperawatan, aktivitas
perawatan
evaluasi
modifikasi tujuan
memeriksa kembalihasil
pengkajian awal dan intervensi
awal untuk mengidentifikasi
masalah dan rencana
evaluasi menghasilkan
informasi/ data yang baru.
Informasi baru ini
dibandingkan dengan informasi
awal dan keputusam yang telah
dibuat tentang tujuan yang
telah dicapai.
TAHAPAN DOKUMENTASI
KEPERAWATAN
KEMAMPUAN PERAWAT
PENGKAJIAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PERENCANAAN
keperawatan.
kemampuan untuk memprediksi kesehatan
klien pada masa yang akan datang.
IMPLEMENTASI
EVALUASI
Kadang-kadang sulit mencari informasi tanpa membaca seluruh catatan atau sebagian besar
catatan tersebut
Perlu meninjau catatan dari seluruh sumber untuk mengetahui gambaran klinis pasien secara
menyeluruh
Dapat membuang banyak waktu karena format yang polos menuntun pertimbangan hati-hati
untuk menentukan informasi yang perlu dicatat setiap pasien
Kronologis urutan peristiwa dapat mempersulit interpretasi karena informasi yang
bersangkutan mungkin tidak tercatat pada tempat yang sama
Mengikuti perkembangan pasien bisa menyita banyak waktu
Contoh: Dokumentasi secara Naratif (semua ditulis dengan tangan)
DATA PENGKAJIAN
1. DATA UMUM
2. Identitas klien
Nama : Tn. A
Gender : Laki-laki
Umur : 28 th
Alamat : Jl. Merdeka no. 21, Kajen Kab. Pekalongan
1. Alasan masuk RS : Sesak nafas
2. Dx sementara : Asma bronchial
1. POLA FUNSI KESEHATAN/GORDON
Sebelum sakit:
Sebelum sakit klien mengatakan setiap hari beraktivitas di sawah yaitu mencangkul
Selama sakit:
Selama dirawat di rumah sakit klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas karena sesak
nafas
3. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit:
Klien mengatakan biasa memulai tidur jam 09.00 malam dan bangun jam 4 untuk sholat subuh
dan rebahan lagi dan bangun jam 6 pagi dan memulai aktivitas.
Selama dirawat:
Klien mengatakan tidak dapat tidur karena sesak nafas dan banyak pasien dan pengunjung lain
yang ramai, saya dapat tidur mulai jam 11 malam dan sering terjaga karena ada perawat yang
mau melakukan perawatan.
Lembar alur yang unik, berupa kesimpulan penemuan, termasuk flowsheet instruksi
dokter/perawat, grafik, catatan pendidikan dan catatan pemulangan klien. Rangkaian informasi
dalam sistem pendekatan orientasi masalah. Catatan ini dirancang dengan format khusus
pendokumentasian informasi mengenai setiap nomor dan judul masalah yang sudah terdaftar.
Flowsheet sendiri berisi hasil observasi dan tindakan tertentu. Beragam format mungkin
digunakan dalam pencatatan walau demikian daftar masalah, flowsheet dan catatan
perkembangan adalah syarat minimal untuk dokumentasi pasien yang adekuat/memadai.
3. Checklist adalah suatu format pengkajian yang sudah dibuat dengan pertimbang-pertimbangan
dari standar dokumentasi keperawatan sehingga memudahkan perawat untuk mengisi
dokumentasi keperawatan, karena hanya tinggal mengisi item yang sesuai dengan keadaan
pasien dengan mencentang. Jika harus mengisi angka itupun sangat ringkas misal pada data vital
sign.
Keuntungan model flowsheet dan checklist :
Mudah dalam pengisian dan lebih cepat
Alur sudah ada tinggal mengisikan dan tidak terputus-putus
Mudah dalam mencari informasi per item pengkajian dan catatatan lain
Kelemahan model ini adalah:
Tidak dapat menjabarkan pengkajian sesuai yang kita inginkan
Harus mengikuti alur dalam pengisian flowsheet dan checklist.