1.1LATAR BELAKANG
Segalah yang telah diciptakan oleh sang pencipta (Allah) memiliki pasangannya masingmasing, begitupun juga dengan manusia. Manusia telah ditakdirkan untuk hidup
saling berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan yang disatukan dalam satu
ikatan yang disebut dengan pernikahan. Dalam hubungan pernikahan keinginan
terbesar oleh sepasang suami-istri adalah mempunyai keturunan (anak). Sebagai mana
diketahui bahwa anak bagi orang tua merupakan harta yang sangat berharga. Karena
anak dapat diibaratkan sebagai penenang, penyemangat, pelengkap hidup dan dapat
mengantikan orang tuanya sebagai pencari nafka bagi keluarganya ketika dewasa
kelak. Oleh karena itu bagi pasangan yang belum dikaruniahi anak akan berupaya
untuk dapat mempunyai keturunan (anak).
Pasangan suami-istri yang sudah bertahun-tahun menikah tetapi belum dapat
dikaruniai anak. Mereka pun gelisah. Usia sudah semakin tua, tetapi belum
mempunyai anak. Ajaran syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus
asa dan menganjurkan untuk senantiasa berikhtiar (usaha) serta bertawakkal dalam
menggapai karunia Allah SWT. Allah telah menjanjikan setiap kesulitan ada solusi.
Termasuk kesulitan dalam mempunyai keturunan (anak).
Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi dalam rahim melalui cara yang alami
pula (hubungan seksual), sesuai dengan fitrah yang telah ditetapkan Allah untuk
manusia. Akan tetapi pembuahan alami ini terkadang sulit terwujud, misalnya karena
rusaknya atau tertutupnya saluran indung telur (tuba Fallopii) yang membawa sel telur
ke rahim, serta tidak dapat diatasi dengan cara membukanya atau mengobatinya. Atau
karena sel sperma suami lemah atau tidak mampu menjangkau rahim isteri untuk
bertemu dengan sel telur, serta tidak dapat diatasi dengan cara memperkuat sel
sperma tersebut, atau mengupayakan sampainya sel sperma ke rahim isteri agar
bertemu dengan sel telur di sana. Semua ini akan meniadakan kelahiran dan
menghambat suami isteri untuk mempunyai anak. Padahal Islam telah menganjurkan
dan
mendorong
hal
tersebut
dan
kaum
muslimin
pun
telah
disunnahkan
melakukannya.
Namun dengan teknologi Sekarang ini sudah muncul berbagai kecanggihan yang dapat
di gunakan untuk mengatasi kendala-kendala kehidupan terkhusus pada kesulitan
mempunyai anak dengan berbagai faktor penyebab, baik penyebab yang telah
dipaparkan sebelumnya ataupun yang dipengaru oleh faktor usia ataupun faktor-faktor
penyebab lainnya. Dengan kemajuan teknologi yang telah diciptakan oleh manusia itu
sendiri pada bidang kedokteran dan ilmu biologi moderen yang telah berhasil
menciptakan teknologi yang disebut bayi tabung/inseminasi buatan. Dengan cara
inseminasi butan inilah pasangan yang telah menikah bertahun-tahun dapat
menggunakan inseminasi sebagai solusi untuk mendapatkan keturunan (anak).
Pada dasarnya orang-orang memuji pada bidang teknologi tersebut. Namum mereka
belum tahu pasti apakah produk-produk teknologi yang dipergunakan tersebut dapat
dibenarkan menurut pandangan islam. Oleh karena hal tersebut diatas, untuk
mengetahui lebih banyak mengenai bayi tabung/inseminasi menurut pandangan islam.
Maka akan disajikan pembahasan bayi tabung tersebut dalam bentuk karya tulis
ilmiah (makalah) yang di beri judul Pandangan Islam terhadap Bayi Tabung.
Makalah tentang bayi tabung ini di maksudkan agar masyarakat terutama dari
kalangan agama islam member tanggapan dan masukan tentang proyek pengembangan
bayi tabung di Indonesia yang mulai terbuka untuk peminat bayi tabung. Sebagai akibat
dari kemajuan ilmu pengetahuan modern dan teknologi kedokteran dan biologi canggih,
maka teknilogi bayi tabung juga maju dengan pesat, sehingga kalau teknologi bayi tabung
ini di tangani oleh orang-orang yang kurang beriman dan bertaqwa, dikhawatirkan dapat
merusak peradaban umat manusia, bias merusak ilai-nilai agama, moral, dan budaya
bangsa.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
Bayi tabung atau pembuahan in vitro (bahasa Inggris: in vitro fertilisation) adalah sebuah
teknik pembuahan dimana sel telur (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita. Bayi tabung
adalah salah satu metode untuk mengatasi masalah kesuburan ketika metode lainnya
tidak berhasil. Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara hormonal,
pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium
cair. (Teknologi ini dirintis oleh P.C Steptoe dan R.G Edwards pada tahun 1977).
Bayi tabung atau dalam bahasa kedokteran disebut In Vitro Fertilization (IVF) adalah suatu
upaya memperoleh kehamilan dengan jalan mempertemukan sel sperma dan sel telur
dalam suatu wadah khusus. Pada kondisi normal, pertemuan ini berlangsung di dalam
saluran tuba. Pembuahan sel telur (ovum) yang dilakukan di luar tubuh calon ibu.
Awalnya tekhnik reproduksi ini ditunjukkan untuk pasangan infertile, yang mengalami
kerusakan saluran telur. Namun saat ini indikasinya telah diperluas, antara lain jika calon
ibu mempunyai lender mulut rahim yang abnormal, mutu calon ayah kurang baik, adanya
antibody pada atau terhadap sperma, tidah kunjung hamil walaupun endometriosis telah
diobati, serta pada gangguan kesuburan yang tidak diketahui penyebabnya maka program
bayi tabung ini bias dilakukan.
Bayi tabung merupakan pilihan untuk memperoleh keturunan bagi ibu ibu yang memiliki
gangguan pada saluran tubanya. Pada kondisi normal, sel telur yang telah matang akan
dilepaskan oleh indung telur (ovarium) menuju saluran tuba (tuba fallopi) untuk
selanjutnya menunggu sel sperma yang akan membuahi. Jika terdapat gangguan pada
saluran tuba maka proses ini tidak akan berlangsung sebagaimana mestinya. Proses yang
berlangsung di laboratorium ini dilaksanakan sampai menghasilkan suatu embrio yang
akan ditempatkan pada rahim ibu. Embrio ini juga dapat disimpan dalam bentuk beku
(cryopreserved) dan dapat digunakan kelak jika dibutuhkan.
Cacat bawaan adalah cacat yang kelihatan maupun yang tidak, seperti kelainan pada
jantung, ginjal dan organ tubuh lainnya. Kekhawatiran lainnya adalah, sel sperma dan sel
telur mengalami kerusakan akibat panas atau manipulasi. Karena itu ditakutkan semakin
banyak kasus cacat bawaan dari metode pembuahan menggunakan pipet yang disuntikan
ke sel telur, ketimbang pembuahan dalam tabung reaksi. Berlandaskan dugaan semacam
itu, Prof. Bertelsmann mengimbau komisi kedokteran federal di Jerman, yang merupakan
lembaga tertinggi administrasi kedokteran dengan anggota para dokter, rumah sakit dan
asuransi kesehatan, untuk melakukan penelitian terpadu serta penelitian data secara
sistematis. Tujuannya untuk meneliti risiko munculnya cacat bawaan pada berbagai
metode pembuahan buatan. Sejauh ini memang belum diketahui secara pasti apa
penyebab meningkatnya kasus cacat bawaan pada bayi tabung itu. Dalam 10 kasus yang
diamati, menyangkut perbedaan metode in-vitro dan intra-cytoplasma, sejauh ini tidak
ditemukan hasil yang signifikan. Artinya, kemungkinan besar metode intra-cytoplasma
juga tidak meningkatkan risiko munculnya cacat bawaan.
Prof.Hilke Bertelsmann lebih lanjut mengatakan, Walaupun begitu kami harus
mengatakan, kami tidak tahu, apakah hal itu disebabkan metode kedokteran dari
pembuahan buatan, atau dari meningkatnya risiko pada orang tua. Karena pada dasarnya
akibat risiko itulah mengapa mereka tidak bisa mendapatkan anak dengan cara alami.
Yang sudah pasti, kasus cacat bawaan lebih banyak terjadi pada anak-anak yang
dilahirkan dengan cara pembuahan buatan, baik itu dengan metode in-vitro maupun intracytoplasma, ketimbang pada anak-anak yang dilahirkan dari pembuahan secara alami.
Selain itu, tingkat keberhasilan pembuahan buatan juga relatif rendah. Hanya 40 persen
pembuahan buatan yang sukses menimbulkan kehamilan. Sementara jumlah sukses
kehamilan hingga melahirkan anak jauh lebih rendah lagi, yakni hanya 15 persen dari
seluruh kehamilan melalui metode pembuahan buatan. Karena itulah, cukup banyak
pasangan suami istri yang memutuskan, melakukan pembuahan buatan beberapa sel
telur sekaligus dan mencangkokan sel embryo tersebut dalam rahim. Dengan begitu
diharapkan salah satu embryo akan berhasil berkembang menjadi janin di dalam rahim.
Akan tetapi, juga muncul masalah lainnya. Kadang-kadang beberapa sel telur yang sudah
dibuahi secara buatan, berkembang bersamaan di dalam rahim. Terjadi kehamilan kembar
lebih dari dua bayi. Dampaknya adalah berkurangnya peluang janin untuk terus
berkembang dalam rahim.
Masalah lainnya yang dihadapi di Jerman adalah kendala hukum. Aturan yang berlaku
untuk pembuahan buatan, tidak mengizinkan orang tua menggugurkan salah satu bayi
kembar lebih dari dua, hasil dari pembuahan buatan. Atau secara bahasa kedokterannya,
memberikan peluang kepada janin yang memiliki kemungkinan paling baik untuk terus
berkembang dalam rahim, dengan menyingkirkan saingannya yang kemungkinan cacat.
Terlepas dari aturan yang berlaku, teknologi pembuahan buatan atau program bayi
tabung, walaupun sudah berumur 30 tahun, tetap mengandung banyak misteri dan
pertanyaan yang belum terjawab tuntas secara ilmu kedokteran, menyangkut
kemungkinan risiko cacat bawaan.
Bayi tabung adalah suatu istilah teknis. Istilah ini tidak berarti bayi yang terbentuk
di dalam tabung, melainkan dimaksudkan sebagai metode untuk membantu pasangan
subur yang mengalami kesulitan di bidang pembuahan sel telur wanita oleh sel sperma
pria. Secara teknis, dokter mengambil sel telur dari indung telur wanita dengan alat yang
disebut laparoscop ( temuan dr. Patrick C. Steptoe dari Inggris ). Sel telur itu kemudian
diletakkan dalam suatu mangkuk kecil dari kaca dan dipertemukan dengan sperma dari
suami wanita tadi. Setelah terjadi pembuahan di dalam mangkuk kaca itu tersebut,
kemudian hasil pembuahan itu dimasukkan lagi ke dalam rahim sang ibu untuk
kemudian mengalami masa kehamilan dan melahirkan anak seperti biasa. Bayi tabung
pertama lahir ke dunia ialah Louise Brown. Ia lahir di Manchester, Inggris, 25 Juli 1978
atas pertolongan Dr. Robert G. Edwards dan Patrick C. Steptoe. Sejak itu, klinik untuk bayi
tabung berkembang pesat. Teknik bayi tabung ini telah menjadi metode yang membantu
pasangan subur yang tidak mempunyai anak akibat kelainan pada organ reproduksi anak
pada wanita.
2.2
Banyak faktor yang menjadi penyebab infertilitas sehingga pasangan suami istri tidak
mempunyai anak, antara lain:
Faktor hubungan seksual, yaitu frekuensi yang tidak teratur (mungkin terlalu
sering atau terlalu jarang), gangguan fungsi seksual pria yaitu disfungsi ereksi,
ejakulasi dini yang berat, ejakulasi terhambat, ejakulasi retrograde (ejakulasi ke arah
kandung kencing), dan gangguan fungsi seksual wanita yaitu dispareunia (sakit saat
hubungan seksual) dan vaginismus.
Faktor infeksi, berupa infeksi pada sistem seksual dan reproduksi pria maupun
wanita, misalnva infeksi pada buah pelir dan infeksi pada rahim.
Faktor hormon, berupa gangguan fungsi hormon pada pria maupun wanita
sehingga pembentukan sel spermatozoa dan sel telur terganggu.
Faktor fisik, berupa benturan atau temperatur atau tekanan pada buah pelir
sehingga proses produksi spermatozoa terganggu.
Fakror psikis, misalnya stress yang berat sehingga mengganggu pembentukan set
spermatozoa dan sel telur.
Untuk menghindari terjadinya gangguan kesuburan pada pria maupun wanita, maka
faktor-faktor penyebab tersebut tersebut harus dihindari. Tetapi kalau gangguan
kesuburan telah terjadi, diperlukan pemeriksaan yang baik sebelum dapat ditentukan
langkah pengobatannya.
Berbagai cara dan pengobatan telah tersedia untuk mengatasi gangguan kesuburan, tetapi
tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan. Sebagai contoh, infertilitas yang
disebabkan karena penyumbatan saluran telur. Cara yang ada untuk membuka kembali
saluran telur yang tersumbat ternyata tidak memberikan hasil yang baik. Contoh lain,
pengobatan gangguan sperma, mungkin memberikan hasil yang baik, mungkin juga tidak.
Pengobatan gangguan sperma yang disebabkan karena infeksi pada buah pelir, pada
umumnya tidak memuaskan.Itu berarti tidak semua pasangan infertil dapat mengatasi
masalahnya dan dapat mempunyai anak. Karena itu, pada keadaan di mana gangguan
kesuburan tidak dapat diatasi, dilakukan cara lain yang merupakan cara pintas. Cara
pintas ini tidak lagi bertujuan memperbaiki gangguan kesuburan, melainkan langsung ke
tujuan akhir, yaitu menghasilkan kehamilan.Cara pintas yang tersedia ialah inseminasi
buatan dengan menggunakan sperma suami dan tehnik bayi tabung. Inseminasi buatan
dengan sperma suami dilakukan bila terjadi gangguan kualitas dan kuantitas sperma,
gangguan dalam melakukan hubungan seksual sehingga sperma tidak dapat masuk ke
vagina, dan gangguan mulut rahim sehingga sel spermatozoa gagal masuk ke dalam rahim.
Di masyarakat muncul anggapan salah, seolah-olah tehnik bayi tabung adalah segalanya.
Seolah-olah dengan cara ini pasangan infertil pasti dapat menjadi hamil dan mempunyai
anak. Padahal ternyata tidak demikian. Keberhasilan tehnik bayi tabung dengan cara
yang paling mutakhir dan di negara maju sekalipun, masih tergolong rendah sementara
biaya yang diperlukan sangat tinggi.
sperma malah menyimpannya dan memperdagangkannya seolah olah benih manusia itu
suatu benda ekonomis.
Tahun 1980 di Amerika sudah ada 9 bank sperma non komersial. Sementara itu bank
bank sperma yang komersil bertumbuh dengan cepat. Wanita yang menginginkan
pembuahan artifisial bisa memilih sperma itu dari banyak kemungkinan yang tersedia
lengkap dengan data mutu intelektual dari pemiliknya. Identitas donor dirahasiakan
dengan rapi dan tidak diberitahukan kepada wanita yang mengambilnya, kepada penguasa
atau siapapun.
Hukum serta Pandangan Islam mengenai Bayi Tabung
kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya secara spesifik di dalam AlQuran dan As-sunnah bahkan dalam kajian Fiqih klasik sekalipun.
Kalau kita hendak mengkaji masalah bayi tabung dari segi hukum Islam,
maka harus dikaji dengan memakai metode ijtihad lajim dipakai oleh para ahli
ijtihad,agar ijtihadnya sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa Al-Quran dan Sunah yang
menjadi pegangan umat Islam. Sudah tentu ulama yang melaksanakan ijtihad
tentang masalah ini, memerlukan informasi yang cukup tentang teknik dan proses
terjadinya bayi tabung dari cendekiawan Muslim yang ahli dalam bidang studi yang
relevan dengan masalah ini, misalnya ahli kedokteran dan ahli biologi. Dengan
pengkajian secara multidisipliner ini, dapat ditemukan hukumnya yang proporsional dan
mendasar.
Bayi tabung / inseminasi buatan apabila dilakukan dengan sel sperma dan ovum
suami
i st r i
sendiri
dan
tidak
d i t r a n s fe r
embr i onya
ke
dalam
rahim
inseminasi
buatan
untuk
memperoleh
anak,
karena
dengan
cara
pembuahan alami, suami istri tidak berhasil memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan
hukum Fiqih Islam.
Dua tahun sejak ditemukannya teknologi ini, para ulama pun menetapkan fatwa
tentang bayi tabung/inseminasi buatan diantaranya:
1.
Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya
mubah (boleh), sebab ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama.
2.
sedangkan para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suamiistri yang dititipkan dirahim perempuan lain dan itu hukumnya haram, karena
dikemudian hari hal itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan
warisan.
3.
Bayi Tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia
hukumnya haram. Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah yang pelik baik kaitannya
dengan penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan.
4.
Bayi Tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang sah
hal tersebut juga hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan
kelamin antar lawan jenis diluar pernikahan yang sah alias perzinahan.
Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah dalam Forum
Munas di Kaliurang, Yogyakarta pada tahun 1981. Ada 3 keputusan yang ditetapkan
ulama NU terkait masalah Bayi Tabung, diantaranya :
1.
Apabila mani yang ditabung atau dimasukkan kedalam rahim wanita tersebut ternyata
bukan mani suami-isntri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram. Hal itu
didasarkan pada sebuah hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rosulallah SAW
bersabda Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT,
dibandingkan dengan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina)
didalam rahim perempuan yang tidak halal baginya..
2.
Apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara mengeluarkannya
tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram. Mani Muhtaram adalah mani yang
keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak dilarang oleh syara. Terkait mani yang
dikeluarkan secara muhtaram, para ulama NU mengutip dasar hukum dari Kifayatul
Akhyar II/113. "Seandainya seorang lelaki berusaha mengeluarkan spermanya (dengan
beronani) dengan tangan istrinya, maka hal tersebut diperbolehkan, karena istri memang
tempat atau wahana yang diperbolehkan untuk bersenang-senang."
3.
Apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri yang sah dan cara mengeluarkannya
termasuk muhtaram, serta dimasukkan ke dalam rahim istri sendiri, maka hukum bayi
tabung menjadi mubah (boleh).
1.
Lima perkara berikut ini diharamkan dan terlarang sama sekali, karena dapat
mengakibatkan percampuran nasab dan hilangnya hak orang tua serta perkara-perkara
lain yang dikecam oleh syariat.
a.
Sperma yang diambil dari pihak lelaki disemaikan kepada indung telur pihak wanita yang
Dua perkara berikut ini boleh dilakukan jika memang sangat dibutuhkan dan setelah
b.
Sperma si suami diambil kemudian di suntikkan ke dalam saluran rahim istrinya atau
langsung ke dalam rahim istrinya untuk disemaikan.
Ulama di Malaysia yang tergabung dalam Jabatan Kemajuan Islam Malaysia memberi
Dari beberapa pernyataan mengenai pandangan bayi tabung yang dikelontarkan oleh
beberapa ulama-ulama diatas dapa di katakan bahwa. Islam membenarkan bayi tabung /
inseminasi buatan apabila dilakukan antara sel sperma dan ovum suami istri yang sah
dan tidak ditransfer embrionya ke dalam rahim wanita lain termasuk istrinya sendiri yang
lain (bagi suami yang berpoligami), baik dengan cara mengambil sperma suami kemudian
disuntikkan ke dalam vagina atau uterus istri, maupun dengan cara pembuahan
dilakukan diluar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri,
asal keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara
inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami suami
istri tidak berhasil memperoleh anak. Sebagai ajaran yang sempurna, Islam selalu mampu
menjawab berbagai masalah yang terjadi di dunia modern saat ini.
2.4 Pandangan Islam Terhadap Bayi Tabung
Apabila mengkaji tentang bayi tabung dari hukum islam,maka harus dikaji dengan
memakai metode ijtihad yang lazim dipakai oleh para ahli ijtihad agar hukum ijtihadnya
sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa al-Quran dan sunnah menjadi pasanagan umat.
Untuk mengkaji masalah bayi tabung ini digunakan metode ijtihad yang lazim dipakai oleh
para ahli ijtihad agar ijtihadnya sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa Al-Quran dan
Sunah yang menjadi pegangan umat Islam. Selain itu, ulama yang akan melaksanakan
pengkajian ijtihad tentang bayi tabung ini memerlukan informasi yang cukup tentang
teknik dan proses terjadinya bayi tabung dari cendekiawan Muslim yang ahli dalam bidang
studi yang bersangkutan dengan masalah ini, misalnya ahli kedokteran dan ahli biologi.
Kalau kita hendak mengkaji masalah bayi tabung dari segi hukum Islam,
maka harus dikaji dengan memakai metode ijtihad lajim dipakai oleh para ahli
ijtihad,agar ijtihadnya sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa Al-Quran dan Sunah yang
menjadi pegangan umat Islam. Sudah tentu ulama yang melaksanakan ijtihad
tentang masalah ini, memerlukan informasi yang cukup tentang teknik dan proses
terjadinya bayi tabung dari cendekiawan Muslim yang ahli dalam bidang studi yang
relevan dengan masalah ini, misalnya ahli kedokteran dan ahli biologi. Dengan
pengkajian secara multidisipliner ini, dapat ditemukan hukumnya yang proporsional dan
mendasar.
Bayi tabung / inseminasi buatan apabila dilakukan dengan sel sperma dan ovum
s u a m i i st r i s e n d i r i d a n t i d a k d i t r a n s fe r e m b r i o n y a ke d a l a m r a h i m
w a n i t a l a i n termasuk istrinya sendiri yang lain (bagi suami yang berpoligami),
maka Islam membenarkan, baik dengan cara mengambil sperma suami, kemudian
disuntikkan ke dalam vagina atau uterus istri, maupun dengan cara pembuahan
dilakukan diluar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri,
asal keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan
cara inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena dengan cara
pembuahan alami, suami istri tidak berhasil memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan
hukum Fiqih Islam
Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlukan seperti dalam
keadaant e r p a k s a ( e m e r g e n c y ) . P a d a h a l ke a d a a n d a r u r a t / t e r p a k s a i t u
m e m b o l e h k a n melakukan hal-hal terlarang
Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor spermadan
atau ovum, maka diharamkan, dan hukumnya sama dengan zina (prostitusi).D a n
s e b a g a i a k i b a t h u k u m ny a , a n a k h a s i l i n s e m i n a s i t e r s e b u t t i d a k s a h d a n
nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya. Menurut hemat penulis, dalil-dalil
syari yang dapat menjadi landasan hukum untukmengharamkan inseminasi buatan
dengan donor, ialah sebagai berikut :
1) A l - Q u r a n
Surat Al-Isra ayat 70 :
D a n s e s u n g g u h n ya t e l a h K a m i m e l i a k a n a n a k- a n a k Ad a m , K a m i
a n g k a t mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.
Surat At-Tin ayat 4 :
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
diperbolehkan, karena istri memang tempat atau wahana yang diperbolehkan untuk
bersenang-senang." Ketiga, apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri dan cara
mengeluarkannya termasuk muhtaram, serta dimasukan ke dalam rahim istri sendiri,
maka hukum bayi tabung menjadi mubah (boleh).
3) Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah juga telah menetapkan fatwa terkait
boleh tidak nya menitipkan sperma suami-istri di rahim istri kedua. Dalam fatwanya,
Majelis Tarjih dan Tajdid mengungkapkan, berdasarkan ijitihad jama'i yang dilakukan para
ahli fikih dari berbagai pelosok dunia Islam, termasuk dari Indonesia yang diwakili
Muhammadiyah, hukum inseminasi buatan seperti itu termasuk yang dilarang. "Hal itu
disebut dalam ketetapan yang keempat dari sidang periode ke tiga dari Majmaul Fiqhil
Islamy dengan judul Athfaalul Anaabib (Bayi Tabung)," papar fatwa Majelis Tarjih PP
Muhammadiyah. Rumusannya, "cara kelima inseminasi itu dilakukan di luar kandungan
antara dua biji suami-istri, kemudian ditanamkan pada rahim istri yang lain (dari suami
itu) ... hal itu dilarang menurut hukum Syara'.
4) Lembaga Fiqh Islam OKI(Organisasi Konferensi Islam) mengadakan sidang di
Amman pada tahun 1986 u n t u k m e m b a h a s b e b e r a p a t e k n i k i n s e m i n a s i
b u a t a n / b a y i t a b u n g , d a n mengharamkan bayi tabung dengan sperma dan/atau
ovum donor.
2.3.
yang ditemukan oleh pakar kedokteran Barat yg notabene mereka adalah kaum kafir .
Bayi tabung adalah proses pembuahan sperma dengan ovum dipertemukan di luar
kandungan pada satu tabung yang dirancang secara khusus. Setelah terjadi pembuahan
lalu menjadi zygot kemudian dimasukkan ke dalam rahim sampai dilahirkan. Jadi proses
tanpa melalui jima .
Tidak boleh karena proses pengambilan mani tersebut berkonsekuensi minimal sang
dokter akan melihat aurat wanita lain. Dan melihat aurat wanita lain hukumnya adalah
haram menurut pandangan syariat sehingga tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan
darurat.
Sementara tidak terbayangkan sama sekali keadaan darurat yang mengharuskan seorang
lelaki memindahkan mani ke istri dengan cara yang haram ini. Bahkan terkadang
berkonsekuensi sang dokter melihat aurat suami wanita tersebut dan ini pun tidak boleh.
Seseorang yang menempuh cara ini untuk mendapatkan keturunan dikarenakan tidak
diberi rizki oleh Allah berupa anak dengan cara alami berarti dia tidak ridha dengan takdir
dan ketetapan Allah Subhanahu wa Taala atasnya. Jikalau saja Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam menganjurkan dan membimbing kaum muslimin untuk mencari rizki
berupa usaha dan harta dengan cara yang halal maka lebih lagi tentu Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam menganjurkan dan membimbing mereka untuk menempuh
cara yang sesuai dengan syariat dalam mendapatkan anak.
Bayi tabung ini mencuat ke permukaan karena adanya keinginan dari banyak pasangan
suami istri karena satu hal dan yang lainnya yang tidak bisa mempunyai keturunan,
sedang mereka sangat merindukannya, dan bayi tabung ini adalah salah satu alternatif
yang bisa ditempuh untuk mewujdkan impian mereka tersebut.
Inseminasi
buatan
adalah:
proses
yang
dilakukan
oleh
para
dokter
untuk
menggabungkan antara sperma dengan sel telur, seperti dengan cara menaruh keduanya
di dalam sebuah tabung, karena rahim yang dimiliki seorang perempuan tidak bisa
berfungsi sebagaimana biasanya. Yang perlu diperhatikan terlebih dahulu bagi yang ingin
mempunyai anak lewat bayi tabung, bahwa cara ini tidak boleh ditempuh kecuali dalam
keadaan darurat, yaitu ketika salah satu atau kedua suami istri telah divonis tidak bisa
mempunyai keturunan secara normal.
Perlu menjadi catatan di sini bahwa bayi tabung telah berkembang pesat di Barat,
tetapi bukan untuk mencari jalan keluar bagi pasangan suami istri yang tidak bisa
mempunyai anak secara normal, tetapi mereka mengembangkannya untuk proyek-proyek
maksiat
yang
diharamkan
di
dalam
Islam,
bahkan
mereka
benar-benar
telah
D. Dalil-dalil syari yang dapat dijadikan landasan menetapkan hukum haram inseminasi
buatan, antara lain :
1.
Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami
ciptakan. (QS Al-Israa:70).
2.
3.
Hadist Nabi SAW yang mengatakan : tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada
Allah dan Hari Akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (istri orang
lain). (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan dipandang shahih oleh Ibnu Hibban).
2.2.1
dizaman modern, sehingga terjadi masalah fiqh kontemporer yang pembahasannya tidak
dijumpai dalam buku-buku fiqh klasik. Karena itu pembahasan bayi tabung pada manusia
dikalangan para ahli fiqh kontemporer lebih banyak mengacu kepada pertimbangan
kemaslahatan umat manusia, khususnya kemaslahatan suami istri.
Disamping harus dikaji secara multidisipliner karena persoalan ini hanya bisa
dipahami secara komprehensif jika dikaji berdasarkan ilmu kedokteran, biologi-khususnya
genetika dan embriologi serta sosiologi.
Aspek hukum penggunaan bayi tabung didasarkan kepada sumber sperma dan
ovum, serta rahim. Dalam hal ini hukum bayi tabung ada tiga macam, yaitu:
a.
Bayi tabung yang dilakukan dengan sel sperma dan ovum suami istri sendiri serta tidak
ditrannsfer kedalam rahim wanita lain walau istrinnya sendiri selain pemilik ovum (bagi
suami istri yang berpoligami) baik dengan tehnik FIV maupun GIFT, hukumnya adalah
mubah, asalkan kondisi suami istri itu benar-benar membutuhkan bayi tabung
(inseminasi buatan) untuk memperoleh anak, lantaran dengan cara pembuahan alami,
suami istri itu sulit memperoleh anak. Padahal anak merupakan suatu kebutuhan dan
dambaan setiap keluarga. Disamping itu, salah satu tujuan dari perkawinan adalah untuk
memperoleh anak dan keturunan yang sah serta bersih nasabnya. Jadi, bayi tabung
merupakan suatu hajat (kebutuhan yang sangat penting) bagi suami istri yang gagal
memperoleh anak secara alami. Dalam hal ini kaidah fiqih menentukan bahwa Hajat
(kebutuhan yang sangat penting itu) diperlakukan seperti dalam keadaan terpaksa
(emergency) padahal keadaan darurat/terpaksa membolehkan melakukan hal-hal yang
terlarang.
b.
Bayi tabung yang dilakukan dengan menggunakan sperma dan atau ovum dari donor,
haram hukumnya karena hukumnya sama dengan zina, sehingga anak yang dilahirkan
melalui proses bayi tabung tersebut tidak sah dan nasabnya hanya dihubungkan dengan
ibu (yang melahirkan)-Nya. Termasuk juga haram system bayi tabung yang menggunakan
sperma mantan suami yang telah meninggal dunia, sebab antara keduanya tidak terikat
perkawinan lagi sejak suami meninggal dunia.
c.
Haram hukumnya bayi tabung yang diperoleh dari sperma dan ovum dari suami istri
yang terikat perkawinan yang sah tetapi embrio yang terjadi dalam proses bayi tabung
ditransfer kedalam rahim wanita lain atau bukan ibu genetic (bukan istri atau istri lain
bagi suami yang berpoligami), haram hukumnya. Jelasnya, bahwa bayi tabung yang
menggunakan rahim rental, adalah haram hukumnya. Ini berarti bahwa kondisi darurat
tidak mentolerir perbuatan zina atau bernuansa zina. Zina tetap haram walaupun darurat
sekalipun.
Dalam kaitan ini yusuf qardawi mengemukakan bahwa keharaman bayi tabung
dengan menggunakan sperma yang berasal dari laki-laki lain, baik diketahui maupun
tidak, atau sel telur yang berasal dari wanita lain. Karena akan menimbulkan problem
tentang siapa sebenarnya ibu dari bayi tersebut, apakah si pemilik sel telur itu yang
membawa karakteristik keturunan, apakah wanita yang menderita dan menanggung rasa
sakit karena hamil dan melahirkannya? Begitu pula jika wanita yang mengandungnya
adalah istri lain dari suaminya sendiri, haram karena dengan cara ini tidak diketahui siapa
sebenarnya dari kedua istri itu yang menjadi ibu dari bayi yang akan dilahirkan nanti.
Juga kepada siapa nasab (keturunan) sang bayi disandarkan, apakah kepada pemilik sel
telur atau sipemilk rahim?
Dalam kasus ini para ahli fiqih mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Pendapat
pertama (yang dipilih Yusuf Qardawi), bahwa ibu bayi itu adalah sipemilik sel telur.
Sedangkan pendapat kedua, bahwa ibunya adalah wanita yang mengandung dan
melahirkannya. Pendapat ini sejalan dengan zahir QS.al-mujadilah:2 yang artinya ibuibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka..
Sedangkan pedapat pertama diatas selaras dengan genetika, bahwa anak akan
mewarisi karakter (sifat-sifat) dari wanita pemilik sel telur dan laki-laki pemilik sel sperma.
Karena dalam sel telur dan sperma itu terdapat kromosom dan didalam kromosom itulah
terdapat gen. Gen inilah yang memberikan sifat menurun (hereditas) kepada anak.
Menurut Muhammad Syuhudi Ismail, sewa rahim sebagai salah satu bentuk
rekayasa genetika adalah haram hukumnya. Alasannya, pada zaman jahiliah telah dikenal
4 jenis perkawinan dan hanya satu yang sesuai dengan perkawinan menurut islam. Jenis
perkawinan lain adalah bibit unggul, poliandri sampai 9 orang suami, dan perkawinan
massal (sejumlah laki-laki mengawini sejumlah wanita). Perkawinan bibit unggul memiliki
persamaan dengan perkawinan unggul yang terjadi pada zaman modern ini melalui jasa
bank sperma. Perbedaannya perkawinan bibit unggul pada zaman jahiliah berjalan secara
alamiah sedangkan sekarang ini berjalan secara ilmiah.
Disamping itu, praktek sewa rahim bertentangan dengan tujuan perkawinan. Karena
salah satu tujuan perkawinan adalah untuk mendapatkan keturunan dengan jalan halal
dan terhindar dari perbuatan yang dilarang agama, sedangkan dalam sewa rahim akan
melahirkan banyak masalah bagi anak yang lahir, pemilik bibit, pemilik rahim dan
sebagainya.
Menurut Umar Shihab, keharaman sewa rahim disebabkan oleh (1) akan menambah
masalah lain yang akan muncul, seperti defenisi anak berbeda dengan anak yang lahir dari
bibit dan rahim yang sama; dan siapakah ibu yang sebenarnya, apakah ibu genetiknya
atau ibu yang mengandungnya; (2) dapat diqiaskan dengan jual beli yang diharamkan, jual
beli yang mengandung najis (darah).
Sewa rahim dapat disamakan dengan jual beli dari segi syarat dan rukunnya. Salah
satu syaratnya barangnya harus halal. Barang najis dilarang diperjual belikan dan salah
satu barang najis yang diperjual belikan adalah darah. Memang sperma dan ovum tidak
termasuk najis, namun antara keduanya kelak berubah menjadi segumpal darah yang
melekat pada dinding rahim yang kelak menjadi najis. Dalam hal ini juga terdapat
hubungan timbal balik sebab pemilik rahim (ibu penghamil) dibayar sesuai dengan
perjanjian dengan pemilik ovum (ibu genetik), yang berarti hukum keduanya adalah sama.
Selain itu, praktek sewa menyewa rahim tidak dapat digolongkan dalam keadaan darurat,
melainkan termasuk kebutuhan (hajat). Maksudnya, sewa rahim tidak dapat dibenarkan.
Jika seorang ingin punya anak maka harus berusaha sedemikian rupa dengan cara yang
dibenarkan agama.
Tidak punya anak memang identik dengan terputusnya nasab, namun jika nasab
tersambung dengan cara yang mengarah kepada zina justru mengancam eksistensi nasab
itu sendiri.
Alasan-alasan haramnya bayi tabung dengan menggunakan sperma dan atau ovum
dari donor atau ditransfer kedalam rahim wanita lain, adalah:
1.
Firman Allah dalam QS.Al-Isra:70 mengatakan bahwa; yang artinya sesungguhnya kami
telah memuliakan manusia
Dalam hal ini bayi tabung dengan menggunakan sperma dan atau ovum dari
donor itu pada hakekatnya merendahkan harkat manusia sejajar dengan hewan yang
diinseminasi, padahal tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia.
2.
tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menyiramkan air
(sperma)-Nya kedalam tanaman (vagina istri) orang lain.(HR Abu Daud dari Ruwaifa bin
Sabit).
Kaidah Fiqih
Dalam hal ini masalah bayi tabung dengan menggunakan donor adalah
membantu pasangan suami istri dalam mendapatkan anak, yang yang secara alamiah
kesulitan memperoleh anak karena adanya hambatan alami menghalangi bertemunya sel
sperma dengan sel telur (misalnya saluran telurnya terlalu sempit atau ejakulasi (pancaran
sperma)-Nya terlalu lemah.
Namun demikian, mafsadsah (bahaya) bayi tabung dengan donor jauh lebih besar
dari manfaatnya antara lain:
a)
b)
c)
Statusnya sama dengan zina, karena percampuran sperma dan ovum tanpa perkawinan
yang sah;
d)
Anak yang dilahirkan bisa menjadi sumber konflik dalam rumah tangga, terutama bayi
tabung dengan bantuan donor akan berbeda sifat-sifat fisik, dan karakter/mental dengan
ibu/ bapaknya;
e)
Anak yang dilahirkan melalui bayi tabung yang percampuran nasabnya terselubung dan
dirahasiakan donornya, lebih jelek daripada anak adopsi yang umumnya diketahui asal
atau nasabnya;
f)
Bayi tabung dengan menggunakan rahim rental (sewaan) akan lahir tanpa proses kasih
sayang yang alami (tidak terjalin hubungan keibuan antara anak dan ibunya secara alami).
Sehingga akan menimbulkan masalah dikemudian hari. Ini berdasarkan kaidah fiqih yang
artinya menolak kerusakan harus didahulukan dari pada menarik kemaslahatan
1. 1.
Islam membenarkan bayi tabung / inseminasi buatan apabila dilakukan
antara sel sperma dan ovum suami istri yang sah dan tidak ditransfer embrionya ke
dalam rahim wanita lain termasuk istrinya sendiri yang lain (bagi suami yang
berpoligami), baik dengan cara mengambil sperma suami kemudian disuntikkan ke
dalam vagina atau uterus istri, maupun dengan cara pembuahan dilakukan diluar
rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri, asal
keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara
inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami
suami istri tidak berhasil memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan hukum Fiqih
Islam :Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlukan seperti dalam keadaan
terpaksa (emergency). Padahal keadaan darurat/terpaksa itu membolehkan
melakukan hal-hal terlarang.
2. Islam mengharamkan kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor
sperma dan atau ovum, maka hukumnya sama dengan zina (prostitusi). Sebagai
akibat hukumnya, anak hasil inseminasi tersebut tidak sah dan nasabnya hanya
berhubungan dengan ibu yang melahirkannya. Oleh karena itu pemerintah harus
melarang adanya bank sperma atau donor spema karena itu melanggar hukum
islam.
Menurut sumber yang saya dapatkan, dalil-dalil syari yang dapat menjadi landasan
hukum untuk mengharamkan inseminasi buatan dengan donor, ialah sebagai berikut
Menurut Al-Quran Surat Al-Isra ayat 70 Yaitu :
s)s9ur $oYBx. _t/ tPy#u NgoY=uHxqur hy99$# st79$#ur
NgoY%yuur iB Mt7h9$# OguZ=sur 4n?t 9V2 `JiB
$oY)n=yz Wxs?
Artinya: Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam,Kami angkut mereka
didaratan dan lautan,Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.
Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutan-pengangkutan di daratan
dan di lautan untuk memperoleh penghidupan. Inseminasi buatan endahngan donor itu
pada hakikatnya merendahkan harkat manusia sejajar dengan hewan yang di inseminasi.
1. Jika inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri yang sah tetapi
embrionya ditransfer ke rahim wanita lain (ibu titipan), diperbolehkan islam dengan
catatan keadaan / kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar
memerlukannya (ada hajat, jadi bukan untuk kelinci percobaan atau main-main).
Status anak hasil inseminasi seperti ini sah menurut Islam.
v Pendapat Para Ulama
Menurut MUI
Menurut Fatwa MUI (hasil komisi fatwa tanggal 13 Juni 1979), Dewan Pimpinan Majelis
Ulama Indonesia memfatwakan sebagai berikut :
1. Bayi tabung dengan sperma clan ovum dari pasangan suami isteri yang sah
hukumnya mubah (boleh), sebab hak ini termasuk ikhiar berdasarkan kaidahkaidah
agama.
2. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain
(misalnya dari isteri kedua dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram
berdasarkan kaidah Sadd az-zariah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang
rumit dalam kaitannya dengan masalah warisan (khususnya antara anak yang
dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang mengandung kemudian
melahirkannya, dan sebaliknya).
3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia
hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd a z-zariah , sebab hal ini akan
menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab
maupun dalam kaitannya dengan hal kewarisan.
4. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangna suami isteri
yang sah hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin
antar lawan jenis di luar pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan kaidah Sadd
az-zariah , yaitu untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina sesungguhnya.
Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah ini dalam forum
Munas Alim Ulama di Kaliurang, Yogyakarta pada 1981. Ada tiga keputusan yang
ditetapkan ulama NU terkait masalah bayi tabung yaitu :
1. apabila mani yang ditabung dan dimasukan ke dalam rahim wanita tersebut
ternyata bukan mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram. Hal
itu didasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah
SAW bersabda, Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan
Majelis Mujamma Fiqih Islami ini menetapkan Lima perkara berikut ini diharamkan dan
terlarang sama sekali, karena dapat mengakibatkan percampuran nasab dan hilangnya
hak orang tua serta perkara-perkara lain yang dikecam oleh syariat yaitu :
1. Sperma yang diambil dari pihak lelaki disemaikan kepada indung telur pihak wanita
yang bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.
2. Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada sperma yang
diambil dari pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian dicangkokkan ke dalam
rahim si wanita.
3. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang suami
istri, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita lain yang bersedia
mengandung persemaian benih mereka tersebut.
4. Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan wanita lain
kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si istri.
5. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari seorang suami dan
istrinya, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya yang lain.
Syaikh Nashiruddin Al-Albani sebagai tokoh ahli sunnah wal jamaah berpendapat lain,
beliau berpendapat sebagai berikut : Tidak boleh, karena proses pengambilan mani (sel
telur wanita) tersebut berkonsekuensi minimalnya sang dokter (laki-laki) akan melihat
aurat wanita lain. Dan melihat aurat wanita lain (bukan istri sendiri) hukumnya adalah
haram menurut pandangan syariat, sehingga tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan
darurat.
Sementara tidak terbayangkan sama sekali keadaan darurat yang mengharuskan seorang
lelaki memindahkan maninya ke istrinya dengan cara yang haram ini. Bahkan terkadang
berkonsekuensi sang dokter melihat aurat suami wanita tersebut, dan ini pun tidak boleh.
Lebih dari itu, menempuh cara ini merupakan sikap taklid terhadap peradaban orangorang Barat (kaum kuffar) dalam perkara yang mereka minati atau (sebaliknya) mereka
hindari. Seseorang yang menempuh cara ini untuk mendapatkan keturunan dikarenakan
tidak diberi rizki oleh Allah berupa anak dengan cara alami (yang dianjurkan syariat),
berarti dia tidak ridha dengan takdir dan ketetapan Allah Subhanahu wa Taala atasnya.
Jikalau saja Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menganjurkan dan membimbing
kaum muslimin untuk mencari rizki berupa usaha dan harta dengan cara yang halal,
maka lebih-lebih lagi tentunya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menganjurkan dan
membimbing mereka untuk menempuh cara yang sesuai dengan syariat (halal) dalam
mendapatkan anak. (Fatawa Al-Mar`ah Al-Muslimah hal. 288).
Hadist Nabi:
Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari Akhir menyiramkan airnya
(sperma) pada tanaman orang lain(vagina istri orang lain).Hadist Riwayat Abu Daud,AlTirmizi dan hadist ini dipandang sahih oleh Ibnu Hibban.
Dengan hadist ini para ulama sepakat mengharamkan seseorang mengawini/melakukan
hubungan seksual dengan wanita hamil dari orang lain yang mempunyai ikatan
perkawinan yang sah. Pada zaman dulu masalah bayi tabung/inseminasi buatan belum
timbul,sehingga kita tidak memperoleh fatwa hukumnya dari mereka.Kita dapat menyadari
bahwa inseminasi buatan / bayi tabung dengan donor sperma atau ovum lebih
mendatangkan madaratnya daripada maslahahnya.
2.4.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwanya pada tanggal 13 Juni 1979 menetapkan 4
keputusan terkait masalah bayi tabung, diantaranya :
1.
Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya
mubah (boleh), sebab ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama. Asal
keadaan suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan
untuk memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri tidak berhasil
memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqih
Hajat (kebutuhan yang sangat penting) diperlakukan seperti dalam keadaan terpaksa.
Padahal keadaan darurat/terpaksa itu membolehklan melakukan hal-hal yang terlarang.
Sedangkan para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suamiistri yang dititipkan di rahim perempuan lain dan itu hukumnya haram, karena
dikemudian hari hal itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan
warisan (khususnya antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan
ibu yang mengandung kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).
2. Bayi Tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia
hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zariah. Sebab, hal ini akan menimbulkan
masalah yang pelik baik kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam hal
kewarisan.
3.
Bayi Tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang sah
hal tersebut juga hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan
kelamin antar lawan jenis diluar pernikahan yang sah alias perzinahan.
Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah dalam Forum Munas
di Kaliurang, Yogyakarta pada tahun 1981. Ada 3 keputusan yang ditetapkan ulama NU
terkait masalah Bayi Tabung, diantaranya :
1.
Apabila mani yang ditabung atau dimasukkan kedalam rahim wanita tersebut ternyata
bukan mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram. Hal itu didasarkan
pada sebuah hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, Tidak
ada
dosa
yang
lebih
besar
setelah
syirik
dalam
pandangan
Allah
SWT,
Berikut ini dalil-dalil syari yang dapat menjadi landasan hukum untuk mengharamkan
inseminasi buatan dengan donor, ialah sebagai berikut:
Surat Al-Isra ayat 70 :
Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.
Surat At-Tin ayat 4 :
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai
makhluk yang mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk
Tuhan lainnya. Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia, maka sudah
seharusnya manusia bisa menghormati martabatnya sendiri dan juga menghormati
martabat sesama manusia. Sebaliknya inseminasi buatan dengan donor itu pada
hakikatnya merendahkan harkat manusia (human dignity) sejajar dengan hewan yang
diinseminasi.
Ulama di Malaysia
Ulama di Malaysia yang tergabung dalam Jabatan Kemajuan Islam Malaysia memberi
fatwa tentang bayi tabung yang menghasilkan keputusan sebagai berikut:
Keputusan 1
a. . Bayi Tabung Uji dari benih suami isteri yang dicantumkan secara terhormat adalah
sah di sisi Islam. Sebaliknya benih yang diambil dari bukan suami isteri yang sah bayi
tabung itu adalah tidak sah.
b. .Bayi yang dilahirkan melalui tabung uji itu boleh menjadi wali dan berhak menerima
harta pesaka dari keluarga yang berhak.
c. .Sekiranya benih dari suami atau isteri yang dikeluarkan dengan cara yang tidak
bertentangan dengan Islam, maka ianya dikira sebagai cara terhormat.
Keputusan 2
a. Bayi Tabung Uji dari benih suami isteri yang dicantumkan secara terhormat adalah
sah di sisi Islam. Sebaliknya benih yang diambil dari bukan suami isteri yang sah bayi
tabung itu adalah tidak sah.
b. .Bayi yang dilahirkan melalui tabung uji itu boleh menjadi wali dan berhak menerima
harta pesaka dari keluarga yang berhak.
c. .Sekiranya benih dari suami atau isteri yang dikeluarkan dengan cara yang tidak
bertentangan dengan Islam, maka ianya dikira sebagai cara terhormat.
2.5.
2.5.1. Mutharat
1.
2.
Kehamilan kembar, bukan merupakan rahasia lagi kalau proses bayi tabung bisa
menghasilkan lebih dari satu bayi. Kelihatannya enak punya anak kembar, tapi katanya
resiko melahirkannya lebih tinggi dari kalau hanya satu bayi. Tidak jarang bayinya
bisa masuk ICU karena prematur. Tak terbayang rasanya kalau mengandung bayi lebih
dari satu, kalau kembar dua sih umum coba kalau tiga atau lebih aduh perut bisa
kaya apa yah?
3.
Keguguran. Ini memang bisa juga terjadi pada kehamilan normal. Tingkat keguguran
kehamilan bayi tabung sekitar 20%.
4.
5.
Kehamilan diluar kandungan atau kehamilan ektopik, kemungkinan terjadi sekitar 5%.
Resiko pendarahan pada saat pengambilan sel telur (Ovum Pick Up), sangat jarang
terjadi. Karena prosedurnya menggunakan jarum khusus yang dimasukkan ke dalam
rahim, resiko pendarahan bisa terjadi yang tentunya membutuhkan perawatan lebih
lanjut.
6.
7.
8.
Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi, karena terjadi percampuran sperma
pria dengan ovum wanita tanpa perkawinan yang sah.
9.
Kehadiran anak hasil inseminasi bisa menjadi sumber konflik dalam rumah tanggal.
5.
Anak hasil inseminasi lebih banyak unsur negatifnya daripada anak adopsi.
10. Bayi tabung lahir tanpa melalui proses kasih sayang yang alami, terutama bagi bayi
tabung lewat ibu titipan yang menyerahkan bayinya kepada pasangan suami-isteri yang
punya benihnya sesuai dengan kontrak, tidak terjalin hubungan keibuan secara alami.
(QS. Luqman:14 dan Al-Ahqaf:14).
11. Munculnya persewaan rahim dan permasalahannya.
12. Bertentangan dengan kodrat dan fitrah manusia sebagai mahluk tuhan.
13. Kemajuan teknologi telah memperbudak manusia.
14. Memerlukan biaya yang besar sehingga hanya dapat dijangkau oleh kalangan tertentu.
2.5.2. Maslahah
Adapun maslahah dari teknik bayi tabung, antara lain :
1.
2.
Memberi harapan kepada pasangan suami istri yang lambat punya anak atau mandul.
Memberikan harapan bagi kesejahteraan umat manusia.
3.
2.6.
Status anak hasil inseminasi dengan donor sperma atau ovum menurut hukum islam
adalah tidak sah dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi. UU Perkawinan pasal
42 No.1/1974: Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat
perkawinan yang sah. maka memberikan pengertian bahwa bayi tabung dengan bantuan
donor dapat dipandang sah karena ia terlahir dari perkawinan yang sah. Tetapi inseminasi
buatan dengan sperma atau ovum donor tidak di izinkan karena tidak sesuai dengan
Pancasila, UUD 1945 pasal 29 ayat 1.
terlihat bagaimana peranan agama yang cukup dominan dalam pengesahan sesuatu yang
berkaitan dengan perkawinan. Misalnya pasal 2 ayat 1 (sahnya perkawinan), pasal 8 (f)
tentang larangan perkawinan antara dua orang karena agama melarangnya, dll. lagi pula
negara kita tidak mengizinkan inseminasi buatan dengan donor sperma dan/atau ovum,
karena tidak sesuai dengan konstitusi dan hukum yang berlaku.
Asumsi Menteri
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Masalah ini tetap menjadi titik perbedaan pendapat dari dua kalangan yang berbeda
pandangan. Wajar terjadi perbedaan ini, karena ketiadaan nash yang secara langsung
membolehkan atau mengharamkan tekhnik bayi tabung. Nash yang ada hanya bicara
tentang hukum bayi tabung, sedangkan syarat-syaratnya masih berbeda. Dan karena
berbeda dalam menetapkan syarat itulah makanya para ulama berbeda dalam menetapkan
hukumnya.
1.
Inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri sendiri dan tidak
ditransfer embrionya kedalam rahim wanita lain(ibu titipan) diperbolehkan oleh islam, jika
keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan. Dan status anak
Kehadiran anak hasil inseminasi buatan bisa menjadi sumber konflik didalam
rumah tangga terutama bayi tabung dengan bantuan donor merupakan anak yang
sangat unik yang bisa berbeda sekali bentuk dan sifat-sifat fisik dan
karakter/mental si anak dengan bapak ibunya.
Bayi tabung lahir tanpa proses kasih sayang yang alami terutama pada bayi tabung
lewat ibu titipan yang harus menyerahkan bayinya pada pasangan suami istri yang
punya benihnya,sesuai dengan kontrak,tidak terjalin hubungan keibuan anatara
anak dengan ibunya secara alami.
Artinya : dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.
Mengenai status anak hasil inseminasi dengan donor sperma atau ovum menurut hukum
islam adalah tidak sah dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi.UU Perkawinan
pasal 42 No.1/1974:Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai
akibat perkawinan yang sahmaka memberikan pengertian bahwa bayi tabung dengan
bantuan donor dapat dipandang sah karena ia terlahir dari perkawinan yang sah.Tetapi
inseminasi buatan dengan sperma atau ovum donor tidak di izinkan karena tidak sesuai
dengan Pancasila,UUD 1945 pasal 29 ayat 1.
Asumsi Menteri Kesehatan bahwa masyarakat Indonesia termasuk kalangan agama
nantinya bias menerima bayi tabung seperti halnya KB.Namun harus diingat bahwa
kalangan agama bias menerima KB karena pemerintah tidak memaksakan alat/cara KB
yang bertentangan dengan agama.
Contohnya : Sterilisasi, Abortus.Oleh karena itu pemerintah diharapkan mengizinkan
praktek bayi tabung yang tidak bertentangan dengan agama.
4. kesiapan biaya
5. kesiapan istri untuk hamil, melahirkan, dan memelihara bayi
Persyaratan khususnya, terdiri:
1. tidak ada kontra indikasi kehamilan
2. bebas infeksi rubella, hepatitis, toxoplasma, dan HIV
3. siklus berovulasi/respon terhadap terapi (FSH basal < 12 mIU/ml)
4. pemeriksaan infertilitas dasar lengkap
5. indikasi jelas
6. upaya lain sudah maksimal
7. analisa sperma
pembuahan tersebut berhasil atau tidak. Sel telur yang telah dibuahi sperma atau disebut
zigot akan dipantau selama 22-24 jam kemudian untuk melihat perkembangannya
menjadiembrio.
Dari embrio tersebut, dokter akan memilih tiga atau empat embrio yang terbaik untuk
ditanamkan kembali ke dalam rahim. Empat embrio merupakan jumlah maksimal
mengingat risiko yang akan ditanggung oleh calon ibu dan juga janin. Embrio-embrio yang
terbaik itu kemudian diisap ke dalam sebuah kateter khusus untuk dipindahkan ke dalam
rahim. Terjadinya kehamilan dapat diketahui melalui pemeriksaan air seni 14 hari setelah
pemindahan embrio. Bila saat masturbasi tak ada sperma yang keluar, berarti ada
sumbatan. Untuk itu akan dilakukan cara lain, yaitu dengan MESA (Microsurgical
Epydidimis Sperm Aspiration);sperma diambil dari salurannya. Bisa juga dengan TESA
(Testical Sperm Extraction); sperma diambil langsung dari buah zakar.
7. Ibu dipantau beberapa waktu dengan pemeriksaan hormon kehamilan (hCG) di darah
dan pemeriksaan USG.
TINGKAT KEBERHASILAN
Di dunia, tingkat keberhasilan bayi tabung mencapai 40-45% untuk usia < 30 tahun, 3035% (usia 30-38 tahun), 10-11% (usia 38-42 tahun), dan 0% (usia >42 tahun). Sementara
kemungkinan keguguran 10-15%, kemungkinan kembar dua 25% dan kemungkinan
kembar tiga 5%. Menurut Indra, kasus kembar dalam program bayi tabung sebenarnya
adalah kasus komplikasi (tidak wajar). Saat ini teknologi bayi tabung sudah makin
berkembang. Dan diharapkan dapat memenuhi harapan banyak pasangan menikah yang
ingin memiliki anak. Teknologi juga diharapkan akan membuat proses bayi tabung menjadi
lebih mudah, lebih cepat, dan lebih murah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bayi tabung merupakan salah satu metode untuk mendapatkan keturunan bagi
pasanganyang kesulitan untuk mendapatkannya (memiliki masalah kesuburan). Metode
bayi tabungmenjadi pro-kontra dalam masyarakat jika dipandang dari segi
hukum,agama,dan sosial.Keabsahan metode ini berbeda-beda menurut sudut pandang
berbagai agama di Indonesia.Menurut agama Islam, bayi tabung dengan sperma dan ovum
dari pasangan suami isteri yangsah hukumnya mubah (boleh) sebab hal ini termasuk
ikhiar berdasarkan kaidah agama.
Kebutuhan untuk melanjutkan keturunan adalah naluri setiap insan yang normal. Oleh
karena itu, secara naluri pula setiap insan normal akan mencari pasangan yang sesuai
bagi dirinya. Sebagai satu pasangan suami istri yang normal, manakala keturunan yang
idamkan belum juga diperoleh, maka keadaan ini memunculkan keraguan akan
kesuburannya. Pada masa kini keraguan tersebut dapat dihilangkan setelah setelah semua
pemeriksaan yang diperlukan selesai dilakukan. Tekhnik rekayasa reproduksi yang
meliputi pembiakan gamet dan embrio invitro telah begitu maju dan sangat jauh
berkembang. Namun dibutuhkan tanggung jawab etik berkadar tinggi dari setiap ilmuwan
dan seoptimal mungkin baik bagi pasutri maupun embrio hasil pembuahan.
3.2 Saran
Makalah ini semoga berguna bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa namun manusia
tidaklah ada yang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan guna
memperbaiki makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Guwandi. J S.H. 2007. HUKUM dan DOKTER. Jakarta : diterbitkan oleh CV. Sagung Seto.
Ali, Muhammad Daud. 1984. Kedudukan Islam dan Sistem Hukum Islam. Jakarta: Yayasan
Risalah
Hasan, M.Ali. 1998. Masaul Fiqiyah Al-Haditsah. Jakarta: PT. Grafindo Persada
Zuhdi, Masyfuk. 1989. Masail Fiqhiyah. Jakarta: PT. Inti Idayu Press
Ibrahim, Tatang. 1994. Fiqih. Bandung: CV. ARMICO.
Rahman, Abdul H. Rofiq, Ahmad. 1988. Fiqih. Bandung: CV. ARMICO .
Abdul Rahman, Roli. Khamza H. 2007. Menjaga Akidah dan Akhlak. Solo: PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri.
Fauziyah R.A, lilis. Setyawan, Andi. 2007. Kebenaran Al-quran dan hadis. Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.