Anda di halaman 1dari 14

VI.

PEMBAHASAN
Percobaan Kemampuan Koagulasi Garam-garam Sulfat dan Klorida

bertujuan untuk mempelajari daya koagulasi dari berbagai macam garam-garam


sulfat dan klorida. Prinsip percobaan ini adalah destabilisasi koloid dengan
menambahkan koagulan kationik untuk mengurangi muatan negatif pada koloid.
Metode yang digunakan adalah koagulasi dan flokulasi. Koagulasi merupakan
destabilisasi koloid dengan penetralan gaya-gaya pemisah dimana koagulan
kationik akan menguangi muatan negatif pada sistem koloid dengan membentuk
agregat-agregat Sedangkan flokulasi merupakan penggumpalan agregat agregat
menjadi agregat agregat yang lebih besar (flok). Sampel air yang digunakan
berasal dari air waduk. Air waduk digunakan supaya terlihat prbedaan sebelum
dan sesudah ditambahakan koagulan karena air waduk mengandung banyak
pengotor.
Air waduk yang digunakan bertindak sebagai sistem koloidnya, sedangkan
yang bertindak sebagai koagulan adalah tawas (KAl(SO4)2), ZnSO4, MgSO4, PAC
(Poli Aluminium Klorida), dan FeCl3. Penambahan koagulan dalam sistem koloid
bertujuan untuk mengendapkan partikel koloid dalam air waduk, sehingga
menyebabkan kekeruhan pada air waduk tersebut berkurang. Pengadukan
bertujuan untuk mempercepat kontak dan meningkatkan frekuensi singgungan
antara partikel koloid dengan koagulan yang ditambahkan. Pendiaman bertujuan
untuk pembentukan flok dan mengendapkan flok-flok yang terbentuk dari proses
koagulasi dan flokulasi, sehingga koloid dapat terpisah dari larutannya.
Penyaringan bertujuan untuk memisahkan flok-flok yang telah mengendap dari
larutannya, sehingga diperoleh larutan yang lebih jernih.
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel-partikel koloid. Proses
koagulasi pada koloid terjadi karena tidak stabilnya sistem koloid. Sistem koloid
disebut stabil (koloid stabil) jika sistem koloid bermuatan negatif dan positif. Jika
sistem koloid dinetralkan muatannya maka sistem koloid tersebut tidak stabil
sehingga terkoagulasi (menggumpal). Koagulasi dan flokulasi merupakan dua
proses yang terangkai menjadi proses tak terpisahkan. Pada proses koagulasi

terjadi destabilisasi koloid dan partikel dalam air sebagai akibat dari pengadukan
dan pembubuhan bahan kimia (disebut koagulan). Akibat pengadukan, koloid dan
partikel yang stabil berubah menjadi tidak stabil karena terurai menjadi partikel
yang bermuatan positif dan negatif. Pembentukan ion positif dan negatif juga
dihasilkan dari proses penguraian koagulan. Proses ini berlanjut dengan
pembentukan ikatan antara ion positif dari koagulan dengan ion negatif dari
partikel dan antara ion positif dari partikel dengan ion negatif dari yang
menyebabkan pembentukan inti flok (presipitat). Segera setelah terbentuk inti
flok, diikuti oleh proses flokulasi, yaitu penggabungan inti flok menjadi flok
berukuran lebih besar yang memungkinkan partikel mengendap. penggabungan
flok kecil menjadi flok besar terjadi karena adanya tumbukan antar flok.
Tumbukan ini terjadi akibat adanya pengadukan.
Koagulan akan terionisasi menjadi kation dan anionnya ketika dilarutkan
dalam air. Kation dari koagulan tersebut akan mendestabilisasi sistem koloid
dengan mengikat anion dari sistem koloid dan mengendap membentuk agregat.
Agregat-agregat yang terbentuk akan mengalami flokulasi membentuk agregat
yang berukuran lebih besar.
Ion-ion bermuatan positif dan negatif dalam air waduk akan membentuk
suatu sistem koloid. Ion-ion tersebut berada dalam jumlah yang ekuivalen dan
bersifat stabil, sehingga sulit diendapkan dan dipisahkan dengan sendirinya. Agar
dapat terjadi suatu proses koagulasi, maka pada air waduk tersebut perlu
ditambahkan suatu koagulan. Anion-anion dalam air waduk membentuk suatu
lapisan primer dan kationnya membentuk lapisan sekunder. Kation dalam air
waduk akan mengagregasi ion positif koagulan dalam lapisan sekunder, lalu
menetralkan muatan negatif yang disumbangkan oleh lapisan primer. Air waduk
bertindak sebagai lapisan primer, sedangkan lapisan sekundernya adalah setelah
ditambahkan koagulan. Penetralan muatan negatif pada lapisan primer oleh kation
pada lapisan sekunder menyebabkan pembentukan gumpalan atau koagulasi.
Gumpalan-gumpalan dalam ukuran kecil akan berkumpul membentuk gumpalan
yang lebih besar (flok).

Hasil yang diperoleh dari percobaan adalah air waduk menjadi jernih
dengan urutan kejernihan (daya koagulasi dari koagulan) : tawas (KAl(SO 4)2) >
MgSO4 > ZnSO4 > FeCl3>PAC. Semakin besar muatan positif dari koagulan, maka
kemampuan destabilisasi terhadap muatan negatif pada koloid semakin besar.
Koagulan terbaik adalah tawas (KAl(SO4)2). Hal ini disebabkan tawas mempunyai
muatan 3+ yang berasal dari ion Al3+, dimana muatan positif ini paling besar
dibandingkan koagulan yang lain sehingga semakin mudah mendestabilisasi
muatan negatif koloid dengan gaya-gaya pemisah.
Bila tawas dimasukkan ke dalam air reaksi yang terjadi :
KAl(SO4)2 + 3H2O K+ + 2SO42- + Al(OH)3
Al3+ + 3H2O Al(OH)3 + 3H+
(Sudarmo,2004)
Sedangkan PAC (poli alumunium klorida) menjadi koagulan paling buruk
karena PAC merupakan suatu polimer yang terdiri dari monomer-monomer
gabungan aluminium dan klorida yang memiliki ikatan yang tidak mudah putus
sehingga sulit untuk terionisasi dan bereaksi dengan muatan dalam koloid
sehingga daya koagulasinya kecil.
Bila PAC dimasukkan ke dalam air reaksi yang terjadi :
[Al2(OH)5]+ + H2O Al(OH)3 + H+
(Sudarmo,2004)
Untuk ZnSO4 dan MgSO4 anionnya sama yaitu SO42- dan muatan kation
yang dimiliki juga sama yaitu 2+. Untuk muatan yang sama di dalam satu periode,
semakin besar nomor atomnya, maka jari-jarinya semakin kecil, semakin kecil
jari-jarinya maka semakin besar daya koagulasinya. Nomor atom Zn lebih besar
dari Mg sehingga jari-jari atom Zn lebih kecil dari Mg sehingga daya koagulasi
ZnSO4 lebih besar dibandingkan dengan MgSO4.
Bila MgSO4 dimasukkan ke dalam air reaksi yang terjadi :
MgSO4 + 2H2O Mg(OH)2 + SO42- + 2H+
Mg2+ + H2O Mg(OH)2 + 2H+
(Sudarmo,2004)
Bila ZnSO4 dimasukkan ke dalam air reaksi yang terjadi :

ZnSO4 + 2H2O Zn(OH)2 + SO42- + 2H+


Zn2+ + H2O Zn(OH)2 + 2H+
(Sudarmo,2004)

Untuk koagulan FeCl3 meskipun mempunyai muatan positif 3+ (Fe 3+)


menghasilkan larutan yang berwarna orange kecoklatan. Hal ini dipengaruhi
karena sifat higroskopis dari FeCl3 sehingga mudah berikatan dengan air
membentuk larutan berwarna kuning coklat, selain itu FeCl3 dapat membentuk
larutan dengan daya hantar listrik yang rendah (Daintith, 1994). Oleh karena itu,
sistem koloid yang ditambahkan FeCl3 tidak dapat menghasilkan larutan jernih.
Bila FeCl3 dimasukkan ke dalam air reaksi yang terjadi :
FeCl3 + 3H2O Fe(OH)3 + 3Cl- + 3H+
Fe3+ + 3H2O Fe(OH)3 + 3H+
(Sudarmo,2004)
Koagulan garam-garam sulfat lebih baik dibandingkan koagulan garam
klorida karena adanya perbedaan muatan negatif dan elektronegatifitas dari ion Cl dan SO42-. Ion SO42- memiliki muatan negatif lebih tinggi dibandingkan dengan
ion Cl- sedangkan elektronegatifitas Cl- lebih besar daripada SO42-. Hal ini
menyebabkan ion SO42- lebih mudah berikatan dengan partikel koloid yang
bermuatan positif pada lapisan sekunder dalam sistem koloid. Sehingga koagulan
dengan garam sulfat lebih mudah mendestabilkan sistem koloid dengan
membentuk partikel yang lebih besar.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi daya koagulasi antara lain :
1. Efek pengadukan
Pengadukan bertujuan untuk mempercepat kontak dan meningkatkan
frekuensi singgungan antara partikel koloid dengan koagulan yang
ditambahkan. Pengadukan cepat berperan penting dalam pencampuran
koagulan dan destabilisasi partikel. Pengadukan lambat berperan dalam uapya
penggabungan flok.
2. pH Lingkungan

Nilai ekstrim baik tinggi maupun rendah, dapat berpengaruh terhadap


koagulasi/flokulasi, pH optimum bervariasi tergantung jenis koagulan yang
digunakan. Koagulasi optimum bagaimanapun juga akan berlangsung pada
nilai pH tertentu (pH optimum). Misalnya alumunium sulfat menghasilkan
koagulasi yang baik pada suasana basa.
3.
Kemampuan koagulan dalam proses

koagulasi

bergantung

pada

kemampuan koagulan untuk menetralkan partikel koloid. Dimana dengan


konsentrasi koagulan yang tinggi maka makin banyak partikel yang
dinetralkan, namun tidak selalu demikian dimana bertambahnya konsentrasi
koagulan sebanding dengan banyaknya partikel yang berkoagulasi (Hardjadi,
1993).

VII.

PENUTUP
VII.1 Kesimpulan

1. Urutan koagulasi yang diperoleh pada percobaan adalah tawas


(KAl(SO4)2) > MgSO4 ZnSO4 > FeCl3>PAC
2. Daya koagulasi garam-garam sulfat lebih baik dibandingkan garamgaram klorida.
VII.2 Saran
1. Semakin lama waktu pendiaman, semakin banyak hasil koagulasi
yang diperoleh.
2. Sebaiknya penambahan koagulan dan pengadukan harus dilakukan
dalam waktu yang bersamaan untuk masing-masing koagulan agar
diperoleh hasil yang optimal.
3. Sebaiknya pengadukan dilakukan dari kecepatan tinggi menjadi
rendah supaya flok yang terbentuk semakin banyak.
4. Sebaiknya hasil penyaringan dari air waduk dengan tiap-tiap
koagulan dibandingkan terlebih dahulu

DAFTAR PUSTAKA

Daintith, J. 1994. Kamus Kimia Oxford. Jakarta: Erlangga


Harjadi,W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia. Pustaka
Utama.
Sudarmo. 2004. Kimia. Jakarta: Erlangga

LEMBAR PENGESAHAN
Semarang, 16 November 2016
Mengetahui,
Asisten

Praktikan

Dyah Fauziah Aziz

Farikhatul Maftukhah

24030113120052

24030115140109

ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan Kemampuan Koagulasi Garam-garam Sulfat
dan Klorida yang bertujuan untuk mempelajari daya koagulasi dari berbagai
macam garam-garam sulfat dan klorida. Prinsip percobaan ini adalah destabilisasi
koloid dengan menambahkan koagulan kationik untuk mengurangi muatan negatif
pada koloid. Metode yang digunakan adalah koagulasi dan flokulasi. Koagulasi
merupakan destabilisasi koloid dengan penetralan gaya-gaya pemisah dimana
koagulan kationik akan mengurangi muatan negatif pada sistem koloid dengan
membentuk agregat-agregat Sedangkan flokulasi merupakan penggumpalan
agregat agregat menjadi agregat agregat yang lebih besar (flok). Sampel yang
digunakan berasal dari air waduk. Hasil yang diperoleh dari percobaan adalah air
waduk menjadi jernih dengan urutan kejernihan (daya koagulasi dari koagulan) :
tawas (KAl(SO4)2) > MgSO4 >ZnSO4 > FeCl3> PAC sehingga dari hasil percobaan
diketahui bahwa daya koagulasi garam sulfat lebih baik dari garam klorida.
Kata kunci : koagulasi, flokulasi, garam sulfat, garam klorida

ABSTRACT
The experiment of Coagulation Ability of Sulfate Salts and Chloride Salts has
done. The objective of this experiment was to study coagulation power of various
salts of sulfate and chloride. The principle of this experiment was the
destabilization of colloids by adding a cationic coagulant to reduce the negative
charge on the colloids. The method of this experiment were coagulation and
flocculation. Coagulation is the destabilization of colloids by neutralizing the
forces of separation in which cationic coagulant will reduce the negative charge
on the colloidal system by forming aggregates, while flocculation is the clotting
aggregate - aggregate to form larger aggregate (floc). Samples were taken from
the water reservoir. The results obtained from the experiments was water reservoir
becomes clear with the order of clarity (coagulation power): alum (KAI (SO4) 2)>
MgSO4> ZnSO4> FeCl3> PAC so that the results of the experiment known that
coagulation power of sulfate salt better than salt chloride.
Keywords: coagulation, flocculation, sulfate salts, chloride salts

1. Apa yg di maksud garam sulfat dan garam klorida menurut anda ?


Garam sulfat adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan
ion negatif (anion) SO42-.
Garam klorida adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan
ion negatif (anion) Cl-.
2. Bagaimana proses terjadinya koagulasi dan flokulasi dalam proses
penjernihan air ?
Koagulan akan terionisasi menjadi kation dan anionnya ketika dilarutkan
dalam air. Kation dari koagulan tersebut akan mendestabilisasi sistem koloid
dengan mengikat anion dari sistem koloid dan mengendap membentuk
agregat.

Agregat-agregat

yang

terbentuk

akan

mengalami

flokulasi

membentuk agregat yang berukuran lebih besar.


Pada proses koagulasi terjadi destabilisasi koloid dan partikel dalam air
sebagai akibat dari pengadukan dan pembubuhan bahan kimia (disebut
koagulan). Akibat pengadukan, koloid dan partikel yang stabil berubah
menjadi tidak stabil karena terurai menjadi partikel yang bermuatan positif
dan negatif. Pembentukan ion positif dan negatif juga dihasilkan dari proses
penguraian koagulan. Proses ini berlanjut dengan pembentukan ikatan antara
ion positif dari koagulan dengan ion negatif dari partikel dan antara ion positif
dari partikel dengan ion negatif dari yang menyebabkan pembentukan inti flok
(presipitat). Segera setelah terbentuk inti flok, diikuti oleh proses flokulasi,
yaitu penggabungan inti flok menjadi flok berukuran lebih besar yang
memungkinkan partikel mengendap. penggabungan flok kecil menjadi flok
besar terjadi karena adanya tumbukan antar flok. Tumbukan ini terjadi akibat
adanya pengadukan.

3. Bagaimana mekanisme reaksi koagulan yg di gunakan dalam percobaan


ini bila ditambahkan H2O ?

Bila PAC dimasukkan ke dalam air reaksi yang terjadi :


[Al2(OH)5]+ + H2O Al(OH)3 + H+
Bila MgSO4 dimasukkan ke dalam air reaksi yang terjadi :
MgSO4 + 2H2O Mg(OH)2 + SO42- + 2H+
Mg2+ + H2O Mg(OH)2 + 2H+
Bila ZnSO4 dimasukkan ke dalam air reaksi yang terjadi :
ZnSO4 + 2H2O Zn(OH)2 + SO42- + 2H+
Zn2+ + H2O Zn(OH)2 + 2H+
Bila FeCl3 dimasukkan ke dalam air reaksi yang terjadi :
FeCl3 + 3H2O Fe(OH)3 + 3Cl- + 3H+
Fe3+ + 3H2O Fe(OH)3 + 3H+
(Sudarmo,2004)

IV. DATA PENGAMATAN


4.1 Data Pengamatan
NO
.
1.

2.

3.

4.

5.

PERLAKUAN

HASIL

Air waduk + tawas

tetap keruh

Pendiaman

keruh, ada endapan putih coklat

Penyaringan

filtrat jernih, residu coklat

Air waduk + PAC

tetap keruh

Pendiaman

tetap keruh, ada endapan

Penyaringan

filtrat keruh, residu putih

Air waduk + FeCl3

larutan berwarna orange kecoklatan

Pendiaman

larutan coklat pekat, ada endapan

Penyaringan
Air waduk+ ZnSO4

filtrat coklat tua, residu coklat


tetap keruh

Pendiaman

keruh kekuningan, ada endapan coklat

Penyaringan
Air waduk+ MgSO4

filtrat jernih, endapan coklat


tetap keruh

Pendiaman

keruh, ada endapan coklat

Penyaringan

filtrat jernih, endapan agak coklat

Urutan
Kejernihan

Tawas

ZnSO4

PAC

FeCl3

Air Waduk
Koagulan

MgSO4

LAMPIRAN

Air waduk + Tawas (Kal(SO4)2)


Kiri : Setelah penyaringan
Urutan kejernihan : 1

Air waduk + ZnSO4


Kiri : Setelah penyaringan
Urutan kejernihan : 2

Air waduk + MgSO4


Kanan: Setelah penyaringan
Urutan kejernihan : 3

Air waduk + FeCl3


Kanan: Setelah penyaringan
Urutan kejernihan : 4

Air waduk + PAC


Kiri: Setelah penyaringan
Urutan kejernihan : 5

Anda mungkin juga menyukai