Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berkembangnya industri tekstil yang menggunakan zat warna untuk
pewarna kain, menyebabkan kebutuhan akan zat warna pun meningkat. Pewarna
tekstil yang biasa digunakan adalah pewarna sintetik dan alami. Bahan pewarna
sintetik banyak digunakan karena lebih mudah diperoleh dan praktis
penggunaannya. Tetapi pewarna sintetik yang banyak digunakan dapat
mengakibatkan pencemaran lingkungan apabila tidak ditangani dengan baik.
Pewarna sintetik pada umumnya tidak dapat terdegradasi karena mengandung
logam-logam berat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian guna
mendapatkan sumber pewarna yang mudah terdegradasi.
Zat pewarna yang dapat terdegradasi bersumber dari alami, yaitu yang
terkandung dalam tumbuhan. Pencarian sumber-sumber pewarna alami sangat
diperlukan mengingat kebutuhan bahan pewarna seperti batik dan kain tenun
sangat bergantung pada bahan pewarna impor. Salah satu tumbuhan yang
mengandung zat warna alami adalah pandan wangi. Daun pandan (Pandanus
amaryllifolius) bisa dipakai sebagai pewarna alami karena menghasilkan warna
hijau yang dihasilkan oleh pigmen yang bernama klorofil. Selain itu juga biasa
digunakan sebagai pewangi makanan karena aroma yang dihasilkannya.
Pemanfaatan daun pandan wangi sebagai sumber pigmen dapat meningkatkan
nilai ekonomis dan nilai guna daun tersebut.
Pigmen sering dijumpai di pasaran dalam bentuk serbuk atau larutan,
namun pigmen dalam bentuk serbuk memiliki kelebihan jika dibandingkan
dengan larutan, yaitu lebih awet, ringan, volumenya lebih kecil sehingga
dapat mempermudah dalam pengemasan dan pengangkutan atau distribusi.
Pada produksi bahan yang berbentuk serbuk sering ditambahkan bahan pengisi
(filler). Penambahan bahan pengisi perlu dilakukan untuk menurunkan
kecenderungan bubuk melekat pada dinding pengering pada alat
pengering(spray drying). Bahan yang dapat digunakan sebagai filler salah
satunya adalah maltodekstrin. Maltodekstrin merupakan gula tidak manis dan
berbentuk tepung berwarna putih dengan sifat larut dalam air. Maltodekstrin
biasa digunakan sebagai filler dalam sediaan farmasi atau pangan (Hayati,
2

et.al 2011). Perbedaan persentase filler yang digunakan dapat mempengaruhi


karakteristik dari serbuk pigmen tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan nano pigmen dari pucuk
daun pandan wangi dalam bentuk serbuk dengan menggunakan persentase filler
maltodekstrin yang berbeda dan melakukan karakterisasi serbuk pigmen
tersebut. Manfaat penelitian ini adalah untuk memproduksi nano pigmen alami
dan mengetahui karakteristik pigmen yang terdapat dalam daun pandan wangi
sehingga dapat digunakan sebagai sumber pigmen alami. Ukuran nanometer
dari suatu partikel menyebabkan mampu melewati biological barrier,
memperbaiki tingkat penerimaan jaringan tubuh dan meningkatkan penyerapan
dan transportasi seluler (Sozer dan Kokini, 2009).

1.2 Tujuan Program


a. Menghasilkan nano pigmen dari daun pandan wangi dalam
bentuk serbuk dengan menggunakan persentase filler yang berbeda
dan melakukan karakterisasi serbuk nano pigmen tersebut.
b. Meningkatkan nilai ekonomis dan nilai guna daun pandan wangi.
c. Mengembangkan peluang usaha bagi mahasiswa untuk menjadi
enterpreneur muda.

1.3 Luaran yang Diharapkan


Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah terciptanya sebuah
produk pewarna alami berbahan dasar daun pandan wangi yang ramah lingkungan
dan tidak menimbulkan efek buruk terhadap lingkungan. Dari penelitian
eksperimental murni ini di harapkan dapat memberikan sebuah solusi atas
pewarnaan tekstil dari bahan alam di Indonesia yang di jadikan artikel pubilkasi
dan paten penelitian.
3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kandungan Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb)


Pandan wangi (atau biasa disebut pandan saja) adalah jenis tumbuhan
monokotil dari famili Pandanaceae yang memiliki daun beraroma wangi yang
khas. Daun pandan merupakan daun yang sudah terkenal dari jaman dahulu,
daun tersebut merupakan daun yang di gunakan oleh ibu rumah tangga untuk
memasak sebagai penyedap makanan. Daun pandan selalu hijau (hijau abadi,
evergreen), sehingga beberapa di antaranya dijadikan tanaman hias tapi di balik
semua itu, ternyata daun pandan juga memiliki manfaat sebagai zat perwarna.

Gambar 1. Daun Pandan Wangi


Daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius, Roxb.) mengandung
alkaloida, saponin, flavonoida dan zat warna (Dalimartha, 2009). Sumber
penghasil warna pada daun pandan yang digunakan sebagai pewarna alami adalah
klorofil. Klorofil merupakan zat warna hijau pada daun. Klorofil adalah pigmen
hijau yang ditemukan dalam banyak tanaman, alagae dan cyanobacteria (Ritariata,
2010)

2.2 Klorofil
Klorofil adalah pigmen berwarna hijau yang terdapat dalam kloroplas bersama-
sama dengan karoten dan xantofil pada semua makhluk hidup yang mampu melakukan
fotosintetis. Klorofil merupakan suatu pigmen hijau yang ditemukan di kebanyakan
tanaman, alga, dan cianobakteria (Shakhashiri, 2008). Pada semua tanaman hijau,
sebagian besar klorofil berada dalam dua bentuk yaitu klorofil a dan klorofil b. Klorofil a
bersifat kurang polar dan berwarna biru hijau, sedangkan klorofil b bersifat polar dan
4

berwarna kuning hijau. Klorofil berwarna hijau karena menyerap secara kuat daerah
merah dan biru dari spektrum cahaya visible (Devlin, 1975).
Rumus empiris klorofil a adalah C55H72O5N4Mg, sedangkan klorofil b adalah
C55H70O6N4Mg. Pigmen tersebut merupakan suatu porfirin yang mengandung cincin
dasar tetrapirol. Keempat cincinnya berikatan dengan ion Mg2+. Cincin isosiklik yang
kelima berada dekat dengan cincin pirol ketiga. Subtituen asam propionat diesterifikasi
oleh diterpen alkohol fitol (C20H39OH) yang bersifat hidrofobik dalam cincin keempat
(Baggott, 2008).
Menurut Elva (2010) klorofil pada jaringan sayuran dipengaruhi oleh PH.
Pada media basa (PH 9) klorofil sangat stabil terhadap panas, sedangkan pada
media asam (PH 3) tidak stabil.

Gambar 2. Struktur klorofil a dan b

2.3 Teknik Pewarnaan Mordanting


Penggunaan pewarna alam untuk tekstil memerlukan mordan yang
berfungsi sebagai pembangkit warna, memperbesar daya serap kain terhadap zat
warna alam dan sebagai penguat warna agar tahan luntur. Mordan disebut juga zat
khusus yang dapat meningkatkan lekatnya berbagai pewarna pada kain
(Hasanudin, 2001). Ada dua macam mordan, yaitu mordan kimia seperti
krom,timah,tembaga,seng dan besi dan mordan alam seperti jeruk nipis,gula
batu,pisang klutuk dan daun jambu klutuk (Susanto,1980).
5

Menurut Rasyid Djufri (2008: 22) pencelupan dengan mordan dapat


dilakukan dengan 3 cara,yaitu:

a. Mordan Pendahulu (pre mordanting), pencelupan bahan yang


dilakukan dengan mencelup bahan dengan senyawa logam terlebih dahulu
kemudian setelah dicuci bersih bahan dicelup dengan zat warna.

b. Mordan simultan (metachrom, monochrom), pencelupan bahan yang


dilakukan dengan larutan celup harus terdiri dari zat warna dan zat
mordan.

c. Mordan akhir (post mordanting), pencelupan bahan dalam larutan zat


warna terlebih dahulu kemudian setelah zat warna terserap semula
kedalam bahan dilanjutkan dengan pengerjaan mordan dengan senyawa
logam.
6

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Penelitian ini akan dilakukan selama 5 bulan dan pada dua tempat yaitu :
1. Laboratorium Kimia Organik, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas
Diponegoro.
2. Labortorium Terpadu, Universitas Diponegoro.

3.2 Variabel Penelitian


Variabel tetap yang digunakan pada penelitian ini:
1. Komposisi ekstrak daun pandan wangi sebagai bahan dasar pewarna alami
Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini:
1. Komposisi bahan mordanting.
2. Konsentrasi maltodekstrin.
Variabel yang dinilai pada penelitian ini:
1. Ukuran partikel serbuk hasil ekstraksi daun pandan wangi.
2. Tingkat kestabilan warna pada kain.

3.3 Spesifikasi Alat dan Bahan Penelitian


3.4.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mortar, gelas kaca, kain
saring, gelas ukur, spray drying, tabung reaksi, aluminium foil, dan pipet tetes,
corong, nampan, sendok, timbangan.
3.4.2 Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun pandan wangi,
aquadest, asam asetat 5 % pa, maltodekstrin, silika gel, tawas, kain putih,
kertas saring, sabun cuci, kertas pH, CaO dan tunjung.
7

3.4 Prosedur Penelitian


Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1
dibawah ini.

star

Ekstraksi daun pandan


wangi
ekstra
k

Pembuatan bahan Maltodeks Maltodeks Maltodeks


trin trin 5% trin 10%
3%
tawa kapu tunj
pengeringan
s r

Proses Serbuk nano pigmen


mordanting

Kain pelaruta
tanpa n

pencelu
pan
sto

e
8

3.5 Prosedur Kerja


3.5.1 Pembuatan Ekstrak Daun Pandan Wangi
Daun pandan wangi dicuci, ditimbang kemudian digerus hingga halus.
Hasl gerusan diperas dan disaring kemudian ditampung dalam gelas beker. Cairan
atau larutan hasil gerusan yang telah dikumpulkan dibungkus dengan aluminum
dan disimpan dalam freezer. Larutan hasil perasan dikeringkan menggunakan alat
pengering spray drying. Pada pengeringan tersebut dilakukan penambahan filler
maltodekstrin dengan persentase 3%, 5% dan 10% ke dalam larutan tersebut.
Suhu inlet yang digunakan 180C, suhu exhaust 109C dengan kecepatan pompa
3.5 liter/menit. Serbuk yang dihasilkan dengan penambahan filler maltodekstrin
3%, 5% dan 10% diamati warna yang dihasilkan. Serbuk tersebut kemudian
disimpan dalam wadah yang mengandung butiran silika.

3.5.2 Pengukuran diameter ukuran partikel


Setelah proses pengeringan dengan alat pengering spray drying, serbuk diukur
ukuran diameter partikelnya dengan instrumen PSA.

3.5.3 Pengukuran kecepatan larut serbuk


Serbuk yang diperoleh dari pengeringan dengan penambahan maltodekstrin 3%,
5% dan 10% dilarutkan dalam media air, lalu dihitung waktu yang dibutuhkan
oleh serbuk untuk larut sempurna.

3.5.4 Proses Mordanting


Kain yang akan diwarnai sebelumnya harus di Mordanting terlebih dahulu,
yaitu dilakukan dengan cara membuat larutan CaO, tunjung dan tawas masing-
masing dalam 1 liter air, dan mengaduknya hingga larut. Larutan direbus hingga
mendidih kemudian kain dimasukkan dan direbus selama 1 jam. Setelah itu kain
dibiarkan terendam dalam larutan selama semalam. Selanjutnya kain diangkat dan
di bilas (jangan diperas) lalu mengeringkan dan menyetrikanya. Kain siap untuk
proses pencelupan kedalam ZPA(Zat Pewarna Alami).
9

3.6 Tahapan Analisis dan Pengujian


1. Analisis Kadar Ekstrak Klorofil
Analisa hasil dari proses ekstraksi daun pandan wangi adalah dengan
menggunakan spektofotometer UV-Vis untuk mengetahui besarnya Antosianin
yang terekstrak.

2. Uji kelunturan
Uji kelunturan warna dilakukan dengan cara kain dicuci menggunakan sabun
cuci sambil dikucek. Kain dibilas menggunakan air.Selanjutnya kain diangin-
anginkan hingga kering.Warna kain diamati.
10

BAB IV PENUTUP

4.1 Anggaran Biaya


No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1 Peralatan penunjang 2.690.000,00
2 Bahan habis pakai 2.760.000,00
3 Biaya analisis 2.200.000,00
4 Perjalanan 1.800.000,00
5 Lain-lain 2.000.000,00
Jumlah Rp 11.450.000,00

4.2 Jadwal Kegiatan


Bulan
No. Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5
1 Studi pustaka
2 Persiapan alat dan bahan
3 Pembuatan zat warna alami dan
proses pewarnaan

4 Analisa laboratorium
5 Analisa data
6 Penyusunan laporan
7 Presentasi hasil
11

DAFTAR PUSTAKA

Nashirudin, Muh Yahya. 2011. Uji Stabilitas Zat Warna dari Daun Pandan
(Pandanus amaryllifolius) Mengunakan Spektrofotometer. Laporan Tugas
Akhir. Universitas Diponegoro, Semarang.
Riahna, br Kembaren, et. all. 2014. Ekstraksi dan Karakterisasi Serbuk Nano
Pigmen dari Daun Tanaman Jati (Tectona grandis Linn.F). Jurnal Kimia
Kemasan, Vol. 36 No. 1 : 191-196
Palupi, A. Inti, et all. 2009. Identifikasi Pigmen Daun Pandan Wangi (Pandanus
amaryllifolius) dengan Spektrofotometer Sederhana. Tesis Magister
Biologi, Universitas Kristen Satya Kencana, Jawa Tengah.

Anda mungkin juga menyukai