Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Indonesia Sebagai Penghasil Bahan Mentah dan Upaya Memberikan Nilai


Tambah
Mata Kuliah Teknologi Management Kewirausahaan

Disusun Oleh :
Yudha Pratama Nugraha Irianto Situmorang
270110130102
GEOLOGI B
PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2014

Kata Pengantar

Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Indonesia
Sebagai Penghasil Bahan Mentah dan Upaya Memberikan Nilai Tambah
dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Dr.
Nana Sulaksana. Makalah ini menjelaskan tentang apa itu dan bagaimana
Indonesia Sebagai Penghasil Bahan Mentah dan Upaya apa yang dialakuan untuk
Memberikan Nilai Tambah.
Melalui Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan pembaca mengenai posisi Indonesia sebagai penghasil bahan mentah.
Dalam penulisan makalah ini, tidak luput dari berbagai macam kesalahan dan
kekurangan. Kritik dan Saran yang membangun penulis terima dengan lapang
dada. Demi menambah pengetahuan Penulis dan demi kesempurnaan makalah
ini.

Jatinangor, 5 Oktober 2014

Penulis
Yudha Pratama Nugraha Irianto Situmorang

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..... ii
DAFTAR ISI...iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..1
1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan...2
ii

BAB II

BAB III

PEMBAHASAN
2.1

Sumber Daya Alam Indonesia........3

2.2

Indoneisa penghasil barang mentah.......5

2.3

Dampak negatif ekspor bahan mentah......7

2.4

Peningkatan nilai tambah.........8

2.5

Peningkatan nilai tambah logam indonesia..10

2.6

Peran pemerintah..13

PENUTUP
Kesimpulan........15

DAFTAR PUSTAKA ...........16

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya alam adalah segala potensi yang dihasilkan oleh alam yang dapat
dikembangkan untuk proses produksi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan manusia dan meningkatkan kesejahteraannya. Banyak negara berkembang yang
mempunyai ketergantungan pembangunan ekonomi pada keberadaan sumber daya alamnya
dan sejarah mencatat kemakmuran masyarakat dapat dicapai karena keberhasilan
memanfaatkan sumber daya alam yang dimilikinya. Bahkan masih ada yang beranggapan
salah satu faktor suatu negara mengalami kemiskinan karenatidak cukup tersedianya sumber
daya alam (Sutikno dan Maryunani, 2006).
Sumber daya alam mutlak diperlukan untuk menunjang kebutuhan manusia, tetapi
sayangnya keberadaannya tidak tersebar merata dan beberapa negara seperti Indonesia,
Brazil, Kongo, Sierra Leone, Maroko, dan berbagai negara di Timur Tengah memiliki
kekayaan alam hayati atau nonhayati yang sangat berlimpah. Sebagai contoh, negara di
kawasan Timur Tengah memiliki persediaan gas alam sebesar sepertiga dari yang ada di
dunia dan Maroko sendiri memiliki persediaan senyawa fosfat sebesar setengah dari yang ada
di bumi. Akan tetapi, kekayaan sumber daya alam ini seringkali tidak sejalan dengan
perkembangan ekonomi di negara-negara tersebut.
Tidak dapat dipungkiri, sumberdaya mineral sebagai salah satu sumberdaya alam,
merupakan sumber yang sangat penting dalam menopang perekonomian Indonesia. Bahkan
beberapa jenis mineral, yakni minyak dan gas bumi, pernah menjadi soko guru perekonomian
Pemerintah. Tetapi pada dasarnya, Indonesia merupakan penghasil bahan mentah bukan
barang jadi. Dalam beberapa kasus indonesia belum dapat mengolah kekayaan alam yang
didapatkan untuk menjadi barang yang jadi. Untuk mempercepat dan mengoptimalkan
pembangunan perekonomian berbasis sumber daya alam sebagai penggerak kemajuan dan
kemakmuran bangsa, diperlukan pendekatan berbasis inovasi teknologi yang dipadukan
dengan karakter yang spesifik bangsa Indonesia yang dikenal dengan kearifan lokal. Pada
makalah ini akan dibahas bagaimana posisi kekayaan mineral dan gas serta minyak di
Indonesia, dan bagaimana kekayaan itu dikirim dalam bentuk mentah, serta upaya apa yang
dilakukan untuk memperoleh nilai tambah terhadap barang mentah tersebut.
1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan
Adapun maksud dan tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
Memenuhi tugas mata kuliah teknologi manajemen kewirausahaan
Mengetahui kekayaan sumberdaya alam Indonesia
1

Mengetahui bagaimana posisi sumberdaya alam sebagai motor perekonomian


Indonesia
Mengetahui bagaimana Indonesia memberikan nilai tambah terhadap barang mentah

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Sumber Daya Alam Indonesia


Indonesia adalah negara yang kaya raya. Potensi kekayaan alamnya sangat luar biasa,

baik sumber daya alam hayati maupun non hayati. Bisa dibayangkan, kekayaan alamnya
mulai dari kekayaan laut, darat, bumi dan kekayaan lainnya yang terkandung di dalam bumi
Indonesia tercinta ini mungkin tidak bisa dihitung. Apabila dilihat secara geografis,dari
sabang sampai merauke, terbentang tidak sedikit pulau yang ada di Indonesia. Dengan pulau
besar, mulai pulau jawa, sumatra, kalimantan, sulawesi serta Irian Jaya. Namun disamping
itu, terdapat pula ribuan pulau yang mengelilingi alam Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia
merupakan negara kepulauan yang mempunyai kekayaan alam yang sangat besar.
2

Sepengetahuan saya, apabila dipandang dari kacamata geologi, negara Indonesia berada pada
lempeng tektonik. Tidak sedikit pegunungan baik gunung yang masih aktif maupun yang
sudah tidak aktif mengisi kekayaan alam Indonesia. Pasalnya, banyak kekayaan mineral yang
terkandung didalamnya. Pegunungan tersebut melintang dari kota yang terkenal dengan
sebutan serambi mekah, Aceh sampai dengan merauke. Mulai dari pegunungan barisan di
sumatera hingga pegunungan merauke di pulau Irian. Oleh sebab itu, tekstur bumi Indonesia
dengan banyak pegunungan berkontribusi akan kekayaan alam yang sangat melimpah,
khususnya kekayaan mineral.
Indonesia umumnya mempunyai dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Khususnya, pada musim hujan, Indonesia merupakan negara yang memiliki curah hujan yang
cukup tinggi. Maka, secara astronomi, ini memberikan banyak keuntungan bagi bumi
Indonesia. Salah satunya tanaman dapat tumbuh dengan subur dan berkembang biak secara
cepat. Maka dari itu, Indonesia mempunyai berbagai jenis tanaman yang juga memberikan
peran serta yang besar akan kekayaan alam.
Samudra hindia dan samudra pasifik merupakan dua samudra besar yang mengelilingi
kepulauan Indonesia. Wilayah Indonesia yang mayoritas adalah daerah perairan juga
memberikan andil yang besar pula terhadap kekayaan alam Indonesia. Tentunya, kita tidak
bisa menghitung banyaknya kekayaan yang melimpah tersebut. Selain itu, laut juga
menghiasi alam Indonesia. Berbagai sumber daya alam terkandung di dalamnya.
Diantaranya, sumberdaya alam hewani dan nabati serta mineral. Aneka biota laut, khususnya
ikan dengan berbagai macam jenis maupun ukuran menghiasi kekayaan laut. Rumput laut
merupakan salah satu contoh sumber daya alam nabati.
Lain dari pada itu, kekayaan Indonesia tidak sekadar terbatas pada kekayaan hayatinya, tetapi
juga non hayatinya. Aneka bahan tambang terkandung di dalam perut bumi Indonesia.
Diantaranya, minyak bumi, batubara, gas alam, dan sebagainya. Akan tetapi, aneka bahan
tambang tersebut merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.
Kekayaan alam tersebut diperuntukkan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam kegiatan eksplorasi kekayaan alam baik sumber daya alam hayati maupun non hayati
tidak boleh mengakibatkan kerusakan lingkungan. Sebagai contoh dalam menangkap ikan di
laut tidak boleh menggunakan bom peledak karena tidak hanya merusak lingkungannya,
namun juga akan merusak biota laut lainnya. Oleh karena itu, dalam mengeksplorasi harus
menjaga lingkungan demi kelestarian sumber daya alam.

Selanjutnya, kekayaan alam Indonesia yang utama, seperti halnya emas, minyak bumi, dll,
jangan sampai dikuasai oleh bangsa asing. Pasalnya, ini sangat merugikan bangsa Indonesia.
Umumnya, bangsa asing tersebut mengeksplorasi dengan tujuan bisnis karena mereka
mempunyai modal yang besar dan teknologi yang canggih. Pertama mereka mengambil
kekayaan alam dan setelah itu diproses menggunnakan teknologi tinggi oleh bangsa asing
tersebut. Sayangnya, pada akhirnyapun seluruh kekayaan alam yang berasal dari bumi
Indonesia di jual lagi ke pemerintah dengan harga yang relatif lebih mahal.
Namun demikian yang terpenting adalah mengelola kekayaan alam untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pasalnya, kekayaan alam tersebut merupakan hak
seluruh rakyat Indonesia. Sehinnggga jangan sampai bangsa asing yang menikmati kekayaan
alam Indonesia, namun rakyat Indonesia tidak sejahtera. Apabila kesejahteraan rakyat
meningkat maka perekonomian Indonesia pun juga akan meningkat. Selain itu, kekayaan
alam tersebut ditujukan pula untuk kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, memberdayakan
potensi kekayaan alam yang sangat melimpah bagi kesejahteraan rakyat Indonesia sangat
penting sekali demi mewujudkan kemakmuran dan meningkatkan perekonomian Indonesia.

2.2

Indonesia penghasil bahan mentah


Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya mineralnya, dan merupakan

Negara dengancadangan sumber daya mineral terbanyak ke empat, di bawah chili yang
merupakan negara dengancadangan mineral terbanyak pertama, rusia kedua dan kongo
ketiga. Oleh karena itu, sebenarnya kitamerupakan negara yang berpotensi besar, akan tetapi
masih harus memiliki cara untuk mengoptimalkancadangan tersebut. Salah satu caranya
dengan memaksimalkan produksi, dengan menggunakan proseseksplorasi yang lebih baik.
Semua itu bergantung pada para ahli geologi yang melakukan proseseksplorasi
tersebut.Menurut data ESDM, cadangan mineral Indonesia terdiri atas, timah sebanyak 462
ribu ton, nikelsebanyak 627,8 juta ton tembaga 41,4 juta ton, emas 3,15 ribu ton, perak 11,
417 juta ton dan bauksitsebanyak 24 juta Wmt.Akhir-akhir ini, produksi bahan mentah
mineral di indonesia baru mencapai beberapa persen saja daritotal cadangan yang ada. Salah
satu contohnya pada produksi mineral tembaga, yang baru mencapaisekitar seperempat dari
total jumlah cadangan sebesar 41,4juta ton. Dan pada tahun 2005, indonesiamenduduki
urutan ke tiga dalam produksi mineral tembaga di dunia (7%), dari total produksi
tembagadunia pada tahun 2005 mencapai 14,9 juta metrik ton. Pada peringkat pertama chili
4

(36%) dan AmerikaSerikat (8%).Peningkatan produksi pertambangan di indonesia,


merupakan tugas para geologist. mereka bertugasdalam proses eksplorasi dalam kata lain,
mencari sumber daya mineral yang akan di tambang diindonesia. Akan tetapi dengan
minimnya tenaga geologi yang ahli dalam bidang ini, terutama yangtenaga ahli dari
indonesia,

mengakibatkan

peningkatan

produksi

ini

sangat

sulit

untuk

dapat

terwujud.Sebagian besar ahli geologi yang berasal dari indonesia, bekerja di luar negeri
hanya untuk pendapatanindividu yang lebih besar. sehingga indonesia hanya dapat
memproduksi hasil tambang mineral yangmasih relatif sedikit.Dibutuhkan ide-ide baru dalam
hal eksplorasi, sehingga bisa di dapat hasil produksi mineral yangmaksimal, dan ide-ide baru
itu harusnya berasal dari para ahli geologi.
Oleh karena itu, sangat diharapkan para ahli geologi senior untuk dapat
menyumbangkan ilmunya dalam rangka menaikanpendapatan negara ini.Selain dari
kurangnya tenaga ahli di indonesia, teknologi yang ada masih belum mampu
menyaingiteknologi negara-negara lain yang telah maju. Indonesia yang masih merupakan
negara berkembang,harus mampu bersaing dengan teknologi negara-negara maju, mungkin
untuk dapat memiliki teknologiyang baru, indonesia masih agak sulit. Minimal indonesia
sudah harus memiliki teknologi yang samadengan negara-negara lain. Teknologi yang di
maksud di sini, mencakup teknologi dalam proseseksplorasi, eksploitasi dan pengolahan
bahan mentah mineral.
Dalam proses eksplorasi, teknologi yang di gunakan salah satu contohnya yaitu
pembuatan sumur uji,dan analisis kualitas dan kuantitas bahan galian yang sedang di teliti.
Teknologi yang paling efisien dapatdi gunakan agar bisa didapat perkiraan besarnya cadangan
dengan di bantu oleh ilmu geologi dangeofisika. Analisis kualitas dan kuantitas mencakup
pada sifat fisik, sifat kimia, besarnya cadangan(berdasarkan sumur uji dan ilmu geologi
geofisika), dan kadar mineral (Ppm).Dengan teknologi terbaru tersebut, dapat meningkatkan
efisiensi dalam proses produksi, akan tetapiteknologi yang memiliki efisiensi yang lebih baik,
pasti membutuhkan biaya yang lebih besar. Olehkarena itu, diperlukan perhitungan nilai
ekonomis sebelum dilakukan proses eksploitasi. Jangan sampaibiaya produksi lebih besar
dari hasil produksinya. Dengan adanya teknologi yang lebih baik dan denganilmu yang
dimiliki oleh para ahli geologi, bisa di perkirakan besarnya cadangan pada daerah yang
diteliti,sehingga dapat di perhitungkan dengan metode apa sumber daya mineral itu akan di
ambil, sehinggabisa di dapat keuntungan terbesar dan di dapat peningkatan hasi produksi. jika
nilai ekonomis cadangan pada suatu daerah relatif kecil, dan biaya produksi yang di perlukan
lebih besar, maka cadangan di daerah tersebut tidak akan di eksploitasi. Mungkin menunggu
5

sampaiditemukan teknologi yang bisa menekan biaya produksi, atau menunggu sampai biaya
produksi denganmetode tersebut lebih murah dari pada sekarang-sekarang ini.Selain
teknologi, sarana dan prasarana harus memadai agar dapat meningkatkan hasil produksi.
Salahsatunya adalah sarana transportasi untuk membawa hasil produksi ke konsumen. Jika
tidak adanyasarana jalan yang memadai, maka proses peningkatan hasil produksi akan
terhambat, ini dikarenakanadanya kenaikan biaya produksi untuk proses transportasi. Seperti
contohnya jalur transportasi yangsempit yang tidak dapat di lalui kendaraan pengangkut
berukuran besar, sehingga harus menggunakan kendaraan yang lebih kecil, dan berdampak
pada kenaikan biaya produksi dan terbuangnya waktu untuktransportasi hasil produksi
tambang.Selain itu, diperlukan juga adanya hubungan baik antara perusahaan tambang
dengan masyarakatsekitar. Masyarakat harus ikut berperan dari sejak awal, sehingga
mendapat respek dan dukungan darimasyarakat sekitar. Dengan di dapatnya respek dan
dukungan dari masyarakat, proses-proses dalampertambangan dapat berjalan dengan lancar
tanpa ada hambatan dari masyarakat. Contohnya daritahapan pembebasan lahan.Respek dari
masyarakat didapat dari mempekerjakan masyarakat dalam kegiatan pertambangan,adanya
program CSR dan Comunity Development, dan adanya reklamasi lahan setelah
prosespertambangan selesai. Dengan adanya pertambangan di wilayah milik penduduk
sekitar ini, harus dapatmemajukan kesejahteraan masyarakat, dan bukan hanya janji semata,
sehingga bisa mendapatdukungan penuh dari masyarakat. Sehingga tidak ada lagi wilayah
tambang yang terbengkalai karenaadanya masalah dengan masyarakat sekitar dan akhirnya
terjadi peningkatan hasil produksi.Semua ini sebenarnya terhubung dalam satu hal, yaitu
biaya produksi. Biaya produksi tambang (modal)didapat dari investor yang mau menanamkan
modalnya di usaha pertambangan. Para investor maumenanamkan modalnya jika di lihat
penambangan ini bisa menghasilkan keuntungan yang besar.dengan teknologi, biaya produksi
menjadi lebih efisien dan menguntungkan. Lalu, dengan adanya saranatransportasi yang baik,
biaya produksi dapat di tekan. dan dengan adanya hubungan yang baik denganmasyarakat
sekitar, maka investor mau menanamkan modalnya di sini, karena jika hubungan
antaraperusahaan tambang dengan masyarakat tidak baik, investor tidak akan mengambil
resiko kerugiankarena adanya masalah-masalah yang timbul di kemudian hari, yang
berhubungan dengan masyarakat,seperti berhentinya proses produksi karena tidak mendapat
dukungan dari masyarakat.
2.3

Dampak Bila Indonesia Terus Melakukan Eksport bahan mentah

Kutipan Rajin Ekspor Bahan Mentah, RI Bisa Jadi Negara Gagal:


Meski mendapat tentangan dari sejumlah pihak, pemerintah Indonesia akan terus melaju
dengan kebijakan pelarangan ekspor bahan mineral mentah dan kewajiban membangun
pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) mineral mulai tahun depan. Sebab Indonesia
harus menjadi negara industri yang memperoleh nilai tambah dari setiap kegiatan ekspor
minerba.
"Walaupun kontroversial, hilirisasi merupakan ide masa depan. Kalau cuma ekspor
nikel atau bahan mentah, kita cuma jadi negara tambang. Padahal kita ingin jadi negara
industri berbasis pertambangan, pertanian dan lainnya," terang Wakil Menteri Keuangan
Bambang Brodjonegoro di Subang, seperti ditulis Senin (25/11/2013).
Dia menceritakan kebijakan ini sempat mendapat serangan argumen dari dunia
internasional. Beberapa pihak, termasuk investor mempertanyakan langkah Indonesia masuk
dalam ranah bisnis yang belum dipahami.
"Ternyata dengan kebijakan ini, mereka khawatir ada pabrik-pabrik (pengolahan) yang
tutup dan ini sangat berat bagi Jepang dan China. Bisa terjadi lay off atau pengangguran
besar," tutur dia.
Hilirisasi, tambah Bambang, akan memacu perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk
melakukan inovasi tinggi supaya menciptakan produk bernilai tambah yang akan
menguntungkan bangsa ini.
"Kalau ekspor bahan mentah terus, kita hanya akan menjadi negara gagal. Sukses
jalankan inovasi produk bernilai tambah akan berdampak luar biasa bagi Indonesia, makanya
kita ingin ambil Inalum salah satunya karena kita tidak punya industri aluminium sama
sekali," paparnya.
Ekspor bahan mentah, diakuinya, hanya bisa menyelamatkan neraca perdagangan dalam
jangka pendek. Namun ketika harga komoditas anjlok seperti tahun lalu, Indonesia terkena
dampak karena penerimaan pajak mengalami penurunan.
"Makanya dari pada kita kasih nikel ke China yang kemudian diolah lagi sama negara
itu lebih baik kita olah sendiri menjadi feronikel dan mengekspornya karena nilainya bisa 10
kali lipat. China pasti mau beli juga (feronikel produksi Indonesia)," lanjut dia.
Indonesia, kata Bambang, harus mengejar produksi barang-barang turunan yang
memberi nilai tambah. Contohnya, minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang
bisa diolah menjadi biofuel dan produk turunannya seperti minyak goreng atau barang
konsumsi lainnya.
Bauksit yang dapat diproses kembali menjadi alumina, lalu aluminium dan akhirnya
bisa menjadi metal untuk industri dasar. Atau jangan lagi ekspor kakao, dan mulai
memproduksi produk coklat yang nilainya berkali-kali lipat dari bahan mentah
7

2.4

Peningkatan Nilai Tambah


Pengertian nilai tambah yang umum dikenal di kalangan yang menggunakan parameter

ekonomi sebagai acuan adalah perbedaan antara nilai output dan nilai input atau peningkatan
harga material yang dihasilkan dari proses pengolahan mineral dan logam persatuan berat
logam/mineral. Sementara itu, kalau pengertian nilai tambah juga dikaitkan dengan
kepentingan lain yang lebih luas, seperti bukan saja peningkatan GDP tetapi juga
peningkatan lapangan kerja baru,

multiplier effect

sektor lain, penguasaan IPTEK,

kemudahan dan kecepatan proses, serta peningkatan ketahanan nasional, maka setiap
manfaat ekonomi, sosial dan peradaban yang dihasilkan dari kegiatan produksi
(pengolahan mineral dan logam lebih lanjut) dikategorikan sebagai peningkatan nilai
tambah. Isu peningkatan nilai tambah hasil tambang telah lama bergaung meskipun
hanya di kalangan terbatas.
Kesadaran bahan tambang perlu diolah terlebih dahulu, agar terjadi peningkatan
nilai tambah yang setinggitingginya di dalam negeri, dan tidak diekspor begitu saja
seolah menjual tanah air, sebenarnya telah lama disadari. Namun demikian kesadaran
pentingnya peningkatan nilai tambah hasil tambang ini semakin menguat akhir-akhir ini.
Membidik peluang ini agar terjadi peningkatan pendapatan daerah maupun pusat,
peningkatan kesempatan kerja, dorongan terhadap terciptanya peluang usaha di sektor lain,
penguasaan ilmu dan teknologi, mengurangi ketergantungan luar negeri dalam penyediaan
bahan baku untuk industri hilir, yang bahan dasarnya tersedia sebagai bahan tambang di
Indonesia,

dirasakan

sangat

mendesak.

Beberapa

kalangan

telah

dengan tegas

mengatakan untuk secepatnya melarang ekspor bahan tambang secara langsung ke luar
negeri, karena ujung-ujung hanya akan memberikan manfaat yang besar di pihak
pengimpor karena mendapat kesempatan melakukan usaha peningkatan nilai tambah di
negaranya, sementara Indonesia hanya mendapatkan penghasilan dari penjualan bahan
tambang saja. Namun demikian, usaha peningkatan nilai tambah hasil tambang di
Indonesia tampaknya belum sepenuhnya dapat berjalan dengan baik karena beberapa
kendala, diantaranya yang penting menurut Edi A Basuki, dkk., 2007:
1. Belum terbangunnya kesadaran akan manfaat dan

pentingnya

usaha

peningkatan nilai tambah bahan tambang di dalam negeri di semua pemangku kepentingan.
2. Belum ada kajian yang komprehensif mengenai rantai kebutuhan dan
penyediaan bahan untuk produksi barang jadi di Indonesia.
3. Kajian mengenai peluang yang dapat dilakukan bagi bahan tambang di Indonesia
untuk ditingkatkan nilai tambahnya masih sangat minim.
8

Untuk dapat menjadi barang jadi, bahan tambang memerlukan rantai proses yang
cukup panjang dengan masing-masing tahap proses merupakan proses peningkatan nilai
tambah, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Proses added-value mineral tidak terlepas dari alur proses pengolahan dan
ekstraksi bahan galian bijih yang telah cukup lama dikenal dalam kegiatan industri
metalurgi. Secara skematis jalur utama proses pengolahan bahan galian bijih ditunjukkan
dalam Gambar 2, dimana pada pandangan konvensional semua jalur proses diarahkan
menjadi hasil akhir logam murni atau paduannya. Masing-masing tahap pemrosesan
tersebut memiliki tingkat pertambahan kualitas dari produk yang dihasilkan. Meskipun
hanya pengolahan mineral seperti pencucian dan pengayakan (screening) pada mineral
aluvial, bisa dimungkinkan terjadi peningkatan nilai tambahnya karena pengurangan
kandungan clay-nya dan mineral berharga terkonsentrasi pada fraksi ukuran tertentu.
Peran sampling dan analisisnya sangat menentukan dalam merancang langkah-langkah
pengolahan yang tepat. Proses ekstraksi lebih lanjut yang melibatkan proses kimia dan/atau
suhu tinggi pada umumnya

memerlukan

investasi

yang

tinggi

sehingga

perlu

dipertimbangkan keekonomiannya apabila skala produksinya tidak cukup tinggi.

2.5 Peningkatan Nilai Tambah Mineral Logam di Indonesia


Berikut akan ditelaah mengenai kondisi peningkatan nilai tambah yang ada pada
masing-masing komoditi hasil tambang mineral logam di Indonesia.
9

Tembaga
Tembaga di kerak bumi umumnya dalam mineral-mineral tembaga-besi-sulfida
dan tembaga sulfida, sepertikalkopirit (CuFeS2), bornit (Cu5FeS4), kalkosit (Cu2S), dan
kovelit (CuS). Kandungan tembaga di dalam bijih tembaga umumnya kurang dari 2%. Untuk
mendapatkan tembaga murni bijih tersebut akan mengalami proses konsentrasi, smelting
dan refining. Selain dalam mineral sulfida, dalam jumlah kecil tembaga juga d itemukan
berada dalam mineral-mineral jenis karbonat, oksida, hidroksisilikat dan sulfat. Proses
untuk

mendapatkan tembaga

menggunakan

prinsip

dari

mineral-mineral

hidrometalurgi.

ini

dapat

Namun demikian, jalur

dilakukan

dengan

hidrometalurgi

juga

diterapkan untuk mendapatkan tembaga dari kalkosit setelah melalui pemanggangan


oksidasi.

Sekitar 80% bijih tembaga dunia, tembaganya dalam mineral jenis Cu-Fe-S.
Karena mineral jenis ini tidak mudah larut dalam larutan aqueous, maka untuk
mengekstraksi tembaganya dilakukan dengan prosespirometalurgi. Namun demikian
sebelum tahap peleburan, bijih perlu dikonsentrasi untuk mendapatkankonsentrat yang
kaya akan mineral tembaga menggunakan flotasi. Proses liberasi perlu dilakukan terhadap
bijih ini sebelum flotasi untuk memisahkan secara fisik antara mineral berharga dengan
mineral pengotornya.
Dengan prinsip flotasi mineral tembaga sulfida akan mengapung dan terkumpul
karena menempel pada gelembung udara. Selanjutnya konsentrat tembaga diproses secara
10

smelting untuk menghasilkan lelehan Cu -Fe dan

kemudian

dikonverting

untuk

memisahkan Fe dari lelehan dan yang dibutuhkan oleh industri kabel menghasilkan
lelehan tembaga wantah. Untuk mendapatkan tembaga dengan kemurnian tinggi dapat
dilakukan dengan fire refining atau electrorefining, seperti pada gambar 3 berikut

Emas dan Perak


Kedua mineral logam ini merupakan logam berharga atau precious metals,
yang dalam umumnya digunakan sebagai bahan perhiasan atau asesoris.
Emas dan perak sering terdapat bersama (berasosiasi) di alam, baik dalam
bentuk logam primer maupun sekunder. Pengolahan kedua mineral ini umumnya
dapat dilakukan dengan cara amalgamasi dan sianidasi untuk logam primer
(logam sulfida). Proses amalgamasi me nggunakan merkuri (Hg) dan proses
sianidasi dapat menggunakan campuran asam sianida (HCN), Natrium
sianida (NaCN) atau Kalium Sianida (KCN), hal ini dilakukan untuk
memisahkan logam berharga dan mineral pengotornya.
Sementara untuk logam-logam sekunder dari emas dan perak dari
tambang-tambang rakyat, dapat langsung dijual ataupun diolah dengan
teknologi sederhana yang ramah lingkungan misalnya dengan alat mercury
retort.
Nikel
Bijih nikel secara garis besar dikelompokkan menjadi dua, yaitu bijih
nikel oksida dan bijih nikel sulfida. Awalnya, bijih nikel oksida merupakan
sumber utama produksi nikel akhir abad 19 yang mengolah deposit laterit
kadar tinggi di New Caledonia, Pasifik Selatan. Saat itu sudah ada peleburan bijih
sulfida skala kecil di
Norwegia. Kemudian dengan penemuan dan pengembangan deposit
nikel sulfida di Ontario, Kanada, fokus ekstraksi nikel bergeser dari bahan
baku bijih nikel oksida ke bijih nikel sulfida. Beberapa puluh tahun
kemudian, dengan semakin meningkatnya permintaan nikel dan semakin
fahamnya orang mengenai seluk beluk nikel, orang mulai melakukan evaluasi
ulang mengenai formasi geologi di berbagai belahan dunia,
dimanakemudian dijumpai bijih nikel laterit dalam jumlah yang banyak di dekat
permukaan terutama di daerah tropis.
11

Sejumlah deposit nikel laterit selanjutnya dimasukkan ke dalam kategori


bijih, sementara yang lain menyusul kemudian. Dengan demikian terjadi
beberapa pemikiran baru mengenai ekstraksi bijih nikel oksida pada saat itu.
Beberapa metoda baru ekstraksi nikel telah dikembangkan dalam skala industri,
sementara teknologi lama mengalami perbaikan.
Perlu dicatat disini bahwa umumnya oksida-oksida logam berharga,
terutama kobalt dan khromium berada di dalam bijih laterit tersebut sebagai
mineral yang terpisah. Pada umumnya proses ekstraksi nikel dilakukan
untuk mengambil nikel, baik sebagai logam maupun paduan, seperti
ferronickel, tanpa pengambilan logamlogam berharga lainnya. Namun
demikian, prosedur untuk pengambilan logam -logam lain di dalam bijih laterit
secara menguntungkan telah diteliti di beberapa lembaga penelitian.
Proses metalurgi bijih nikel oksida umumnya relatif lebih sulit
dibanding dengan untuk bijih sulfida. Untuk bijih sulfida, metoda benefisiasi
seperti flotasi dan magnetic separation telah terbukti efektif. Dengan benefiasi
ini memungkinkan diperolehnya mineral berharga dengan kandungan tinggi
dan memisahkan sebanyak mungkin mineral pengganggu. Dengan metoda
benefiasi standar sulit untuk melakukan benefiasi bijih oksida, terutama karena
nikelnya secara kimiawi terdiseminasi. Akan tetapi dengan penyaringan
(screening) dapat dilakukan pemisahan ukuran, yaitu untuk mengeluarkan bijih
berukuran besar yang relatif belum lapuk yang mengandung nikel relatif
rendah, dan mengambil material yang relatif halus yang mengandung nikel
relatif tinggi. Oleh sebab itu, dibandingkan dengan proses metalurgi untuk
bijih nikel sulfida yang memungkinkan diolahnya material dalam jumlah
relatif sedikit dan kandungan nikel relatif tinggi setelah mengalami proses
benefiasi, maka pengolahan metalurgi untuk bijih nikel oksida yang
mengharuskan pengolahan bijih dalam jumlah yang besar dengan kandungan
nikel relatif kecil tentu saja secara ekonomis relatif lebih mahal. Dengan
pemilihan pengolahan berkapasitas tinggi akan menurunkan ongkos
produksi dan membuat proses metalurgi bijih nikel oksida menjadi ekonomis.
Menyadari bahwa desiminasi kimiawi nikel di dalam bijih nikel oksida
menghalangi orang dapat melakukan pemisahan secara fisik atau konsentrasi,
menyebabkan munculnya beberapa metoda ekstraksi nikel untuk bijih nikel
oksida. Secara garis besar metoda ini dibagi menjadi dua, pirometalurgi dan
hidrometalurgi.
Teknik pirometalurgi yang komersial pada prinsipnya melibatkan peleburan
reduksi atau peleburan pengkayaan (pembentukan nikel sulfida) untuk
mendapatkan pemisahan fasa nickel matte dari fasa yang merupakan
12

kumpulan mineral atau logam pengganggu, atau melibatkan peleburan dan


reduksi menjadi ferro-nickel yang terpisah dari kumpulan pengotor (slag).
Karena umumnya bijih laterit nikel dalam kondisi basah secara alamiah,
bisa mencapai 40% air, dan unsur-unsur logam yang diekstraksi maupun slagnya
memiliki titik leleh yang tinggi, maka ekstraksi bijih nikel oksida secara
pirometalurgi seperti ini memerlukan energi yang besar . Dengan kenyataan
seperti itu, ekstraksi secara langsung dengan cara pelarutan
(hidrometalurgi) akan memberikan keuntungan, selain konsumsi energi yang
rendah juga memungkinkan diterapkannya untuk bijih

2.6 Peran Pemerintah dalam Nilai Tambah


Dalam peningkatan nilai tambah, peran pemerintah sangat dibutuhkan, yaitu dengan
Pertama, mengingat kesuksesan strategi peningkatan nilai tambah tergantung seberapa cepat
Indonesia bisa sampai pada era kelangkaan tenaga kerja, strategi yang tepat adalah
mempercepat investasi yang mampu menyerap sebanyak-banyaknya tenaga kerja. Pemerintah
menciptakan iklim investasi yang baik sehingga pengusaha akan berlomba investasi tanpa
perlu diatur ke sektor mana harus berinvestasi.
Kedua, percepatan pembangunan infrastruktur dapat mendorong percepatan penyerapan
tenaga kerja mengingat infrastruktur pada umumnya sektor yang padat karya, dan pada saat
yang sama menciptakan iklim investasi yang baik. Ketiga, nilai tambah tinggi juga terkait
penyediaan sumber daya manusia yang mumpuni. Untuk itu, perlu kebijakan pendidikan dan
kesehatan yang baik. Singkat kata, pemerintah perlu kembali fokus pada kompetensi inti
menyediakan barang publik berkualitas, yaitu menciptakan iklim usaha dan investasi yang
sehat, penyediaan infrastruktur yang berkualitas, dan pembangun sumber daya manusia
melalui perbaikan kualitas pendidikan dan kesehatan. Kebijakan jenis ini yang akan
mengantar jutaan wiraswasta untuk terus-menerus meningkatkan nilai tambah produksi.

13

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya mineralnya, dan merupakan
Negara dengancadangan sumber daya mineral terbanyak ke empat, di bawah chili yang
merupakan negara dengancadangan mineral terbanyak pertama, rusia kedua dan kongo
ketiga. Oleh karena itu, sebenarnya kitamerupakan negara yang berpotensi besar, akan tetapi
masih harus memiliki cara untuk mengoptimalkancadangan tersebut. Salah satu caranya
dengan memaksimalkan produksi, dengan menggunakan proseseksplorasi yang lebih baik.
Perlu road map mengenai kebutuhan dan potensi-ketersediaan material untuk industri
hilir di Indonesia, tidak saja logam tetapi juga mineral industri. Diperlukan kerjasama yang
erat antar Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dan Departemen Perindustrian
untuk menjembatani supply dan demand di industri hulu dan di industri hilir. Pemberian
insentif bagi industri yang mendukung dan melakukan kajian dan riset peningkatan nilai
tambah. Mengharuskan perusahaan tambang untuk mengolah hasil tambang hingga
produk akhir belum tentu realistis. Peningkatan nilai tambah hasil tambang bijih
minimal

adalah

konsentrasi.

Pemberian

memproduksi hingga produk akhir


mengenai

peningkatan

nilai

insentif bagi perusahaan tambang yang

(smelting) dan yang melakukan kajian dan riset

tambah.

Faktor

yang

menghambat

adalah

adanya

ketidaksiapan bagi perusahaan-perusahaan tambang skala kecil karena kekurangan


modal, kemudian sumber energi yang masih terbatas dan menjadi kendala untuk pendirian
smelter. Pemerintah harus menyiapkan segala infrastruktur dan insentif pada setiap
usaha peningkatan nilai tambah mineral, mengingat pendirian smelter membutuhkan
biaya yang sangat besar, dan pengusaha tambang skala kecil dan menengah (investor
domestik) tidak mempunyai kecukupan modal dalam kegiatan usaha tersebut
14

DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, H., (2006), Laporan Sektor Ekonomi Pertambangan, Direktorat Statistik
Ekonomi dan Moneter,
Bank Indonesia.
Basuki, E.,A., Supriyanto, S., Puwadaria, S., & Ekawan, R., (2007), Peningkatan Nilai
Tambah Sumber Daya
Mineral di Indonesia, Peluang dan Tantangan, Prosiding Temu Profesi Tahunan TPT XVI
Perhapi. Hal
348-363
Balamualikrishnaa, R., and John, C.,D., (1998), SWOT Analysis, Journal of
Vocational and Technical
Education, 12, (1), Iowa State University.
Carlile, J.,C., & Mitchell, A.,H.,G., (1994), Magmatic Arcs and Associated Gold and
Copper Mineralization in
Indonesia, Journal of Geochemical Exploration 50. Page 91-142.
Ekawan, R., (2001), Beberapa Isu Pengelolaan Sumberdaya Mineral Dipandang dari
Ekonomi Sumberdaya
Alam, Prosiding Temu Profesi Tahunan TPT X Perhapi. Hal 75 -85.
Graedel, T.,E., (1998), Life Cycle Assessment in the Service Industries, in Journal
of Industrial Ecology,
Volume 1, Number 4, The MIT and Yale University, Cambridge, Massachusetts.

15

Anda mungkin juga menyukai