Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Di dalam Undang-Undang Dasar tentang Kesehatan pasal 23 tahun 1992,

menjelaskan bahwa penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan


dan sumber daya, dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan guna mencapai hasil
yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada upaya penyembuhan
penderita berangsur-angsur berkembang ke arah keterpaduan upaya kesehatan yang
menyeluruh, dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif).
Visi dan misi Indonesia Sehat menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia dimasa
depan yang ingin dicapai melalui pembangunan adalah bangsa dan negara yang ditandai
oleh penduduk yang hidup dalam lingkungan dan prilaku hidup sehat, memiliki
kemampuan untuk

menjangkau pelayanan kesehatan yang setinginya-tingginya di

seluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, 2002).


Dalam mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010 tersebut, pemerintah menetapkan
empat misi pembangunan di bidang kesehatan, yaitu menggerakan pembangunan
nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat,
memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkungan.
Serta memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau

dengan menitikberatkan kepada lima program pokok kesehatan, diantaranya adalah


penanggulangan diare (Depkes RI, 2002).
Diare adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh dampak lingkungan dan
prilaku hidup tidak sehat. Di Indonesia diare masih merupakan masalah utama di
masyarakat dan penyakit yang dapat menyebabkan kematian (Berita Kedokteran
Masyarakat, 2004).
Diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi
dan lebih dari tiga kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau
atau bercampur lendir dan darah. Penyebab penyakit diare diantaranya adalah infeksi
usus, mal absorbsi karbohidrat (kepekaan anak / bayi terhadap laktosa atau lemak dalam
susu formula ), makanan yang tercemar, basi, beracun atau kurang matang, serta karena
kekurangan gizi. Selain itu terdapat juga faktor resiko, diantaranya adalah kurangnya
pengetahuan orang tua, pemberian makanan yang salah, sosial ekonomi dan budaya,
kebersihan lingkungan dan personal hygiene (Ngastiyah, 1997 ).
Penyakit diare dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah terjadinya dehidrasi
akibat diare, peran ibu sangatlah dibutuhkan, karena ibu merupakan individu terdekat
dengan balita. Berbagai upaya ibu dalam pencegahan dehidrasi, dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan ibu tersebut mengenai diare. Pernyataan ini didukung oleh pendapat bahwa
prilaku sangatlah dipengaruhi oleh tingkat-tingkat pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan yang baik akan membentuk motivasi ibu untuk berprilaku baik yaitu
dengan memanfaatkan lingkungan dan fasilitas yang ada, untuk menunjang kesehatan
serta menghindarkan diri dari penyakit diare dan dapat menurunkan angka resiko
kesakitan diare (Makara, 2000).

Menurut WHO, penyakit diare merupakan penyakit kedua terbanyak di seluruh


dunia, setelah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Tidak kurang dari satu milyar
episode diare terjadi setiap tahun di seluruh dunia, 25-35 juta diantaranya terjadi di
Indonesia, setiap anak mengalami diare 2-8 kali tiap tahunnya, dengan rata-rata 3,3 kali
(Berita Kedokteran masyarakat, 2004).
Insiden penderita diare setiap tahunnya di Indonesia, diantara 1000 penduduk, 40%
menderita diare. Sedangkan pada anak-anak dibawah 5 tahun, menderita diare lebih dari
tiga kali setiap tahunnya (Depkes RI, 2002).
Dari hasil penelitian dan laporan Joko Irianto menyimpulkan bahwa dari tahun ke
tahun diare termasuk dalam sepuluh besar penyakit yang dilaporkan masyarakat. Hal ini
menunjukan diare tetap ada di masyarakat dengan kejadian yang hampir sama setiap
tahunnya (Joko_@litbang.Depkes.Go.id, 2000).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sudarti Kresno mengenai persepsi ibu
anak balita tentang diare dan upaya pencarian pertolongan pengobatan di kelurahan
Kalibaru, Jakarta Utara tahun 1996, daerah ini dikenal dengan insiden diare tertinggi,
didapatkan sebagian besar ibu anak balita berpendidikan tidak tamat SD, bahkan ada
yang buta huruf. Sisanya berpendidikan tamat SLTP dan SLTA. Jika dilihat dari
latarbelakang pendidikan ibu balita, nampaknya ibu balita yang berpendidikan tamat
SLTP dan SLTA lebih cepat mencari pertolongan bagi anaknya yang sakit diare.
Sebaliknya hampir semua ibu balita yang berpendidikan tidak tamat SD yang tidak
mencari pertolongan ke pelayanan kesehatan (Makara, 2000).
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik, di Sumatera Barat tahun 2006 terdapat
kasus diare sebanyak 79.513 jiwa. Di kota Padang pada tahun 2006 terdapat penderita

diare sebanyak 10.764 kasus, 5.595 diantaranya adalah anak balita (Dinas Kesehatan
Kota Padang, 2006).
Dilihat dari 19 puskesmas yang ada, puskesmas Kuranji merupakan urutan kedua
tertinggi menurut jumlah penderita diare. Dengan insiden penderita diare pada balita
tahun 2006 sebanyak 598 kasus diare (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2006).
Kecamatan Kuranji merupakan kecamatan yang terletak di perbukitan dan dilalui
oleh sungai-sungai besar dan kecil. Sebagian besar penduduk masih memiliki sistem
MCK (mandi, cuci, kakus) dari sungai yang ada disekitarnya.
Menurut pemegang program penyakit diare di Puskesmas Kuranji, anak balita yang
berkunjung di Puskesmas tersebut, sebagian besar berasal dari keluarga kurang mampu,
dengan pendidikan orang tua rata-rata SD, SLTP, SMA. Dilanjutkan dengan observasi
lingkungan di Kecamatan Kuranji, ditemukan kebiasaan masyarakat yang kurang baik
seperti : personal hygiene, mandi dan jamban di sungai serta sebagian penduduk
merupakan masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah.
Berdasarkan studi pendahuluan terhadap sepuluh Ibu yang mempunyai balita di
Puskesmas Kuranji, 4 orang Ibu mengetahui tentang diare, gejala dan perawatannya. Dan
6 orang Ibu menganggap diare adalah penyakit yang wajar dan ibu membawa balita ke
puskesmas bila belum juga sembuh dalam beberapa hari. Berdasarkan data diatas penulis
tertarik untuk meneliti Gambaran tingkat pengetahuan Ibu balita tentang diare di
Puskesmas Kuranji.

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah penelitian yaitu Bagaimana

tingkat pengetahuan ibu balita tentang diare di Puskesmas Kuranji Padang tahun 2010.

1.3
1.3.1

Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan Ibu balita tentang diare di
Puskesmas Kuranji padang tahun 2010.

1.3.2

Tujuan Khusus

1.3.2.1 Diketahuinya tingkat pengetahuan Ibu balita tentang definisi diare.


1.3.2.2 Diketahuinya tingkat pengetahuan ibu balita tentang penyebab diare.
1.3.2.3 Diketahuinya tingkat pengetahuan ibu balita tentang gejala diare.
1.3.2.4 Diketahuinya tingkat pengetahuan ibu balita tentang akibat diare.
1.3.2.5 Diketahuinya tingkat pengetahuan ibu balita tentang pencegahan diare.
1.3.2.6 Diketahuinya tingkat pengetahuan ibu balita tentang penatalaksanaan diare.

1.4
1.4.1

Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti
Sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang telah di dapat selama mengikuti

pendidikan dan juga merupakan syarat dalam menyelesaikan studi di Politeknik


Kesehatan Padang, program studi keperawatan serta menambah wawasan dan
pengetahuan penulis tentang diare.

1.4.2

Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan bagi tenaga Puskesmas Kuranji dalam menjalankan

kegiatan program dan acuan dalam memberikan bimbingan serta penyuluhan pada ibuibu yang mempunyai balita tentang penyakit diare.

1.4.3

Bagi Peneliti Selanjutnya


Sebagai gambaran atau acuan serta perbandingan bagi peneliti selanjutnya, di masa

yang akan datang dalam bidang diare.

1.5

Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup penelitian adalah variabel independen yaitu pengetahuan ibu

yang mempunyai balita tentang diare yang meliputi: defenisi, penyebab, gejala, akibat,
pencegahan, penatalaksanaan diare di Puskesmas Kuranji tahun 2010.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
2.1.1

Pengertian
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
2.1.2

Tingkat Pengetahuan
Tingkat ini bertujuan untuk mengelompokan tingkah laku suatu masyarakat atau

individu yang diinginkan, bagaimana individu berpikir, berbuat sebagai hasil untuk
pengetahuan yang telah diberikan. Adapun tingkat pengetahuan itu adalah:
2.1.2.1 Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima, oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja yang paling dapat mendukung bahwa orang tahu tentang apa yang
pernah

dipelajarinya

antara

menyatakan dan sebagainya.

lain

menyebutkan,

menguraikan,

mendefenisikan,

2.1.2.2 Memahami (Comprehension)


Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelasakan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap suatu objek atau materi, harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya sebagai
objek yang dipelajari.
2.1.2.3 Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi yang telah
dipelajari pada kondisi dan situasi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan dalam
pengunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks
atau situasi yang lain.
2.1.2.4 Analisa (Analisys)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau struktur suatu objek kedalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih
ada kaitan satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari pengunaan kata-kata
seperti: mengambarkan (membuat bangun), membedakan, memisahkan, mengelompokan
dan sebagainya.
2.1.2.5 Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru, dengan kata lain
sintesis ini adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi yang

ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merumuskan, dapat meringkaskan dan dapat
menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

2.1.2.6 Evaluasi (Evaluation)


Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau mengunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran
kemampuan dapat dilakukan dengan wawancara atau tingkat yang menanyakan tentang
isi materi yang diukur dari subjek penelitian responden, kedalam pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.
( Sumber: Notoatmodjo, 2003)

2.2
2.2.1

Konsep Diare
Pengertian
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan

lebih 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat bewarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 1997). Diare adalah buang air
besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari
biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari (Depkes RI, 1994). Sedangkan menurut WHO
(1980), diare adalah buang air besar encer atau lebih 3 kali sehari. Pada neonatus
dikatakan diare apabila frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali dan bayi yang usianya
lebih dari satu bulan dikatakan diare, bila frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali
(FKUI, 1999). Diare adalah buang air besar encer lebih dari 4 kali sehari, baik disertai
lendir atau darah maupun tidak (Widjaya, 2002).

2.2.2

Penyebab

2.2.2.1 Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu;


a. Faktor Infeksi
a)

Infeksi enternal yaitu infeksi disaluran pencernaan yang

merupakan

penyebab utama diare pada anak.


Infeksi internal ini meliputi :
1. Infeksi

bakteri

Vibrio,

E.

Coli,

Salmonella,

shigela,

compylobacter yestinea dan sebagainya.


2. Infeksi virus : Enterovirus (virus Eco, Caxakie, paliemylis),
andaenovirus, astronirus, dan lain-lain).
3. Infeksi parasit : Cacing (ascaris, esiduiris, oxyuris, stoigolides)
protozoa (entamuba hystolityka, Giardia lamblia, trichomonas
haminis) jamur (candida albicaris).
b)

Infeksi parental yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat

pencernaan

OMA, tonsiloparingitis, bronchopneumonia, ensefalitis dan sebagainya,


keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2
tahun.
b. Faktor Malabsorsi
1. Malabsorsi karbohidrat :
Desbrida (mederansi laktosa, maltosa dan sukrosa). Pada bayi dan anakanak, penyebab diare yang terpenting adalah intoleransi laktosa. Pada bayi
kepekaan terhadap lactoclobulis dalam suatu formula menyebabkan diare,
jika sering terserang diare ini maka pertumbuhan anak terganggu.

2. Malabsorbsi lemak :
Dalam makanan terdapat lemak yang disebut trigyserida dan dengan
bantuan kelenjer lipase dapat mengubah lemak, menjadi micelles yang
siap diabsorsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa
usus, lemak tidak diserap dengan baik, maka terjadilah diare.
3. Malabsorbsi protein:
a. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
b. Faktor psikologis : Rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat
menimbulkan diare, terutama pada anak yang lebih besar.
2.2.2.2 Epidemiologi
a. Penyebaran kuman penyebab diare:
a) Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain
melalui makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung
dengan tinja penderita.
b) Masa inkubasi atau berkembang biasanya kuman ini sekitar 8-48 jam
c) Biasanya menyerang keluarga yang sanitasinya buruk, tidak memiliki
persedian air bersih dan lingkungan yang kotor.
d) Vibrio cholerae masuk kedalam usus halus, menyerang dinding usus halus
dan bahkan dapat masuk pula ke pembuluh darah yang terdapat di dinding
usus halus.
b. Faktor penjamu dapat meningkatkan kerentanan terhadap diare, meningkatkan
insiden dan lamanya diare.

Faktor-faktor tersebut adalah:


a. Tidak memberikan ASI sampai 2 tahun. ASI mengandung anti bodi yang
melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti: shigella
dan V.cholerae
b. Kurang gizi. Beratnya penyakit, lama dan risiko kematian karena diare
meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi, terutama pada
penderita gizi buruk.
c. Campak. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anakanak yang sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini
sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.
d. Imunodefisiensi/imunosupresi.
Keadaan ini mungkin hanya berlangsung sementara, misalnya sesudah
infeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang berlangsung lama
seperti penderita AIDS (Automune Deficiensy Syndrome). Pada anak
imunosupresi berat, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak patogen
dan mungkin juga berlangsung lama.
e. Secara proporsional, diare lebih banyak terjadi pada golongan Balita
(55%)
c. Faktor lingkungan dan perilaku;
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua
faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua
faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor
lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi

dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan
minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.
2.2.3

Jenis-jenis diare

2.2.3.1 Diare akut


Adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu tetapi gejalanya dapat berat,
penyebabnya antara lain gangguan jasad renik/bakteri yang masuk kedalam usus halus
dan racun yang dikeluarkan oleh bakteri. Diare akut ini terjadi secara mendadak pada
anak yang sebelumnya sehat dan berlangsung selama kurang dari dua minggu.
2.2.3.1

Diare kronis
Diare kronis disebabkan oleh beberapa faktor yaitu ganguan bakteri, jamur dan

parasit. Faktor lain seperti malabsorbsi kalori dan lemak, biasanya berlangsung lebih dari
dua minggu.
2.2.4
2.2.4.1

Gejala diare
Mula-mula anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meninggi, nafsu makan
berkurang atau tidak ada.

2.2.4.2

BAB lebih dari 4 kali sehari, tinja encer, berlendir, berdarah.

2.2.4.3

Kadang-kadang warna BAB hijau, akibat bercampur dengan cairan empedu.

2.2.4.4

Gejala muntah terjadi sebelum atau sesudah diare.

2.2.4.5

Anus dan daerah sekitar bisa lecet.

2.2.4.6

Makin lama bisa dehidrasi ditandai dengan rasa haus, selaput lendir kering,
kelopak mata cekung dan mata cekung, pada bayi biasanya ubun-ubun cekung,
turgor kulit berkurang, nadi lemah dan cepat.

2.2.5

Akibat diare
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi :

2.2.5.1 Kehilangan cairan tubuh dan elektrolik (dehidrasi) tergantung jumlah cairan yang
keluar : dehidrasi ringan, sedang dan berat.
2.2.5.2 Asidosis metabolik akibat kehilangan bikarbonat melalui metosis, kelaparan
diagnosa anuria dan pembinaan asam laktat karena hipotesa jaringan tubuh.
2.2.5.3 Defisiensi kalium.
2.2.5.4 Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan ( masukan makanan kurang, keluaran
bertambah ) atau akibat muntah dan BAB.
2.2.5.5 Gangguan pertumbuhan.
Ganguan ini terjadi karena asupan makanan terhenti, sementara pengeluaran zat
gizi terus berjalan. Jika tidak ditangani dengan benar, diare akan menjadi kronis
akibatnya anak akan kehilangan gizi dan menghambat pertumbuhan fisik dan
jaringan anak.
2.2.5.6 Gangguan sirkulasi darah akibat cairan banyak keluar melalui muntah dan BAB
sehingga terjadi shock.

Tanda dan gejala diare dari dehidrasi ringan sampai dehidrasi berat dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Derajat Dehidrasi Menurut WHO (World Health Organization )
No

Tanda Dan
Gejala

Dehidrasi Ringan

Dehidrasi
Dehidrasi
Sedang
Berat
gelisah, Gelisah, ngan- Ngantuk,lemas
tuk, rewel
pucat,
dapat
pingsan

Keadaan
umum

Sakit,
haus

Denyut nadi

Normal: kurang Cepat


dan Cepat, halus
dari 120/menit
lemah:
120- kadang140/menit
kadang tidak
teraba

Pernafasan

Normal

Ubun-ubun

Normal

Kelopak mata

Ada

Air mata

Ada

Elastisitas
kulit

Jika dicubit
segera kembali
normal

Selaput lendir

Lembab

Dalam
cepat

tapi Dalam, cepat


Sangat cekung

Cekung
Sangat cekung
Tidak ada
Sangat kering
Untuk kembali

Normal lambat

Untuk kembali
normal lambat
Sangat kering

Kering
berkurang
9

Air seni

Normal

Tidak kencing
Bewarna tua

(Widjaya, 2002)
2.2.6

Cara pencegahan diare


Upaya kegiatan pencegahan diare efektif yang dapat dilakukan dengan

memberikan ASI, memperbaiki pedamping ASI, mengunakan yang air bersih, mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan, mengunakan jamban yang sehat dan memberikan
imunisasi yang lengkap serta menjaga kebersihan lingkungan. Anak dan balita rentan

terkena diare di lingkungan yang tidak bersih karena anak bermain, merangkak di tanah
akibatnya anak terkena bibit penyakit dari kotoran manusia, ayam, hewan peliharaan
lainnya. Untuk itu kebersihan lingkungan harus perlu dijaga, untuk kesehatan anak agar
terhindar dari diare.
2.2.7

Prinsip tatalaksana penderita diare

2.2.7.1 Mencegah terjadinya dehidrasi.


Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan
memberikan minuman lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti
air tajin, kuah sayur, air sup.
2.2.7.2 Mengobati dehidrasi.
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita

harus segera dibawa ke

petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan
tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan
cairan intravena dengan ringer laktat sebelum diajukan terapi oral
2.2.7.3 Memberi makanan.
Berikan makanan selama serangan diare, bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya
berat badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesudah yang dianjurkan :
a) Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI.
b) Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya.
c) Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat
harus diberikan makanan yang sudah dicerna sedikit-sedikit tetapi sering.

Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama dua minggu
untuk membantu pemulihan berat badan anak.
2.2.7.4 Mengobati masalah lain.
Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka diberikan
pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan rehidrasi.
2.2.8

Prosedur tatalaksana penderita diare:

2.2.8.1 Menilai derajat dehidrasi.


2.2.8.2 Menentukan rencana pengobatan:
Berdasarkan hasil penilaian derajat dehidrasi gunakan bagan rencana pengobatan
yang sesuai:
a) Rencana terapi A untuk penderita diare tanpa dehidrasi.
Gunakan cara ini untuk mengajari ibu:
1. Teruskan mengobati anak diare dirumah.
2. Berikan terapi awal bila terkena diare lagi.

Menerangkan tiga cara terapi diare di rumah:


1. Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi:
1) Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti larutan oralit, makanan
yang cair (seperti sup, air tajin) dan kalau tidak ada air matang gunakan
larutan oralit untuk anak.
2) Berikan larutan ini sebanyak anak mau, berikan larutan oralit sesuai petunjuk
tabel.
3) Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.

2. Berikan anak makanan untuk mencegah kurang gizi:


1)

Teruskan ASI.

2)

Bila anak tidak mendapat ASI


berikan susu yang bisa diberikan. Untuk anak kurang dari 6 bulan dan belum
mendapat makanan padat, dapat diberikan susu.

3)

Bila anak 6 bulan atau lebih


atau telah mendapat makanan padat:
- Berikan bubur, bila mungkin dicampur dengan kacang-kacangan, sayur,
daging atau ikan. Tambahkan 1 atau 2 sendok teh minyak sayur tiap porsi.
- Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menambah kalium.
- Berikan makanan yang segar, masak dan haluskan atau tumbuk makanan
dengan baik.
- Bujuklah anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari.
- Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan berikan porsi
makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu.

3. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau
menderita :
- BAB cair lebih sering.
- Muntah berulang ulang.
- Rasa haus yang nyata.
- Makan atau minum sedikit.
- Demam.
- Tinja berdarah.

b) Rencana terapi B untuk penderita diare dengan dehidrasi ringan sedang:


1. Tunjukan jumlah cairan yang harus diberikan ( < 1 tahun = 300 ml ,1-4 tahun =
600 ml , > 5 tahun = 1200 ml).
2. Tunjukan cara memberikannya : sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak di bawah
2 tahun , beberapa teguk dari gelas untuk anak yang lebih tua.
3. Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah.
4. Bila anak muntah tunggu 10 menit dan kemudian teruskan pemberian oralit tetapi
lebih lambat, misalnya sesendok tiap 2-3 menit.
5. Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak
atau ASI. Beri oralit sesuai rencana terapi A bila pembengkakan telah hilang.
c) Rencana terapi C untuk penderita diare dengan dehidrasi berat:
1. Mulai diberi cairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan cairan oralit,
sewaktu cairan IV dimulai. Beri 100 ml/kg cairan Ringer Laktat.
2. Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat
tetesan intavena.
3. Juga berikan oralit (5ml/kg/jam) bila penderita bisa minum: biasanya setelah 3-4
jam (bayi) atau 1-2 jam (anak).
4. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita mengunakan tabel
penilaian. Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A,B atau C) untuk
melanjutkan terapi.
2.2.9

Cara perawatan diare


Cara perawatan diare di rumah:

2.2.9.1

Beri cairan lebih banyak dari biasanya ketika anak baru diare, cairan
yang diberikan dapat berupa:
1. Larutan oralit /larutan garam dan gula.
2. cairan dari bahan makanan berupa air tajin sup, air putih masak.
3. Bila anak < dari 4 bulan dan hanya di beri ASI, berikan oralit / air putih masak
sebagai tambahan ASI.
Cara pembuatan larutan oralit:
1. Bubuk oralit satu bungkus dilarutkan ke dalam satu gelas air masak.
2. Aduk sampai semua bubuk larut.
3. Baca petunjuk pada bungkus oralit.
Cara memberikan oralit:
1. Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak di bawah umur 2 tahun.
2. Bila anak muntah tunggulah sepuluh menit kemudian berikan cairan lebih
sedikit.
3. Bila diare berlanjut setelah satu bungkus oralit habis beri tahu ibu untuk
memberikan cairan lain atau kembali kepada petugas kesehatan untuk
mendapatkan kembali tambahan oralit.
4. Kalau tidak ada persediaan oralit di rumah, bisa diberi larutan gula garam.
Cara pembuatan LGG:
1. Ambil gula satu sendok teh.
2. Ambil garam seperempat sendok teh.
3. Air masak satu gelas.

4. Gula dan garam dimasukan kedalam gelas yang berisi air yangss telah
dimasak dan di aduk sampai larut.
Jumlah oralit yang diberikan tiap BAB, dan jumlah oralit yang harus disediakan
di rumah, yang berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Kebutuhan Oralit Perkelompok Umur


Umur
< 12 bulan
1-4 tahun
> 5 tahun
Dewasa

Jumlah Oralit Yang


Diberikan Tiap BAB
50-100 ml
100-200 ml
200-300 ml
300-400 ml

Jumlah Oralit Yang


Disedikan Dirumah
400 ml/hr ( 2 bungkus )
3-4 bungkus/hr
4-5 bungkus/hr
1200-2800 ml/hr

(Sumber : Widjaya , 2002)


2.2.9.2

Berikan anak makanan yang cukup.

2.2.9.3

Bila anak umur 4 bulan lebih atau sudah mendapatkan makanan


padat maka berikan juga : tepung padi-padian atau makanan dari tepung lainnya
dicampur dengan kacang-kacangan, sayur-sayuran.

2.2.9.4

Sari buah segar atau pisang yang dihaluskan dengan baik.

2.2.9.5

Pemberian makanan ekstra setiap hari selama 2 minggu setelah diare


berhenti.

2.2.9.6

Pemberian makanan sedikit demi sedikit tapi sering (paling kurang 6


kali sehari ).

2.2.9.7

Ibu harus segera membawa anaknya pada petugas kesehatan bila:


1. Tidak membaik dalam tiga hari.
2. Mengeluarkan tinja cairan beberapa kali.
3. Muntah berulang-ulang.

4. Sangat haus.
5. Makan dan minum sedikit.
6. Demam.
7. Ada darah dalam telinga.
Penderita harus dirujuk ke rumah sakit bila:
1. Diare telah berlangsung lebih dari 14 hari, dimana anak berumur dibawah 6 bulan
dan ada dehidrasi.
2. Anak kurang gizi berat.
3. Beri larutan oralit dan tunjukan cara memberikan 5 ml/kg/jam selama dalam
perjalanan.
4. Anak < 2 bulan dengan panas 38 derajat celcius atau lebih, berikan cairan sesuai
dengan yang dibutuhkan dan jangan mengandung parasetamol atau obat anti
malaria.

2.3

Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka hubungan antara konsep

konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan
(Notoadmojo, 2005). Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah seperti terlihat pada
bagan di bawah ini :

Pengetahuan ibu balita tentang:


Definisi diare
Penyebab diare
Gejala diare
Akibat diare
Pencegahan diare
Penatalaksanaan diare

Penyakit diare

Keterangan :

Variabel yang diteliti


Variabel tidak diteliti

2.4
N
o

Defenisi Operasional
Variabel

Skala

Kuesioner

Angket

Tinggi :bila
skor 76100%
Sedang:
bila skor
56-75%
Rendah:
bila skor <
55%.

Ordinal.

Pengetahuan
ibu tentang
pengertian
diare.

Segala sesuatu yang


diketahui ibu tentang
pegertian diare yaitu
buang air besar yang
lebih sering dari biasanya
dengan bentuk tinja
encer, berlendir atau
berdarah.

Kuesioner

Angket

Tinggi :bila
skor76100%
Sedang:
bila skor
56-75%
Rendah:
bila skor <
55%.

Ordinal.

Pengetahuan
ibu tentang
penyebab
diare.

Segala sesuatu yang


diketahui oleh ibu
tentang penyebab diare
yaitu faktor infeksi oleh
kuman atau bakteri atau
karena penyakit lain .

Kuesioner

Angket

Tinggi :bila
skor76100%
Sedang:
bila skor
56-75%
Rendah:
bila skor <
55%.

Ordinal.

Pengetahuan
ibu tentang
gejala diare.

Segala sesuatu yang


diketahui ibu tentang
gejala diare meliputi
anak cengeng, gelisah,
suhu badan naik, BAB

Kuesioner

Angket

Tinggi :bila
skor76100%
Sedang:
bila skor

Ordinal.

ibu tentang
diare.

Pengukuran
Hasil
Alat
Cara
Ukur
Ukur
Ukur

Segala sesuatu yang


diketahui ibu yang
mempunyai balita yang
berobat ke Puskesmas
kuranji tentang diare,
meliputi : pengertian,
penyebab, gejala diare,
akibat diare, pencegahan
dan penatalaksanaan
diare

A Pengetahuan

Defenisi Operasional

lebih dari 4 kali sehari,


tinja encer, gejala
muntah, anus dan daerah
sekitar bisa lecet, makin
lama bisa dehidrasi .

56-75%
Rendah:
bila skor <
55%

Pengetahuan
ibu tentang
akibat diare.

Segala sesuatu yang


diketahui ibu tentang
akibat diare, meliputi;
kehilangan cairan tubuh
dan elektrolit, asidosis
metabolik, defisiensi
kalium, gangguan gizi,
gangguan pertumbuhan ,
dan gangguan sirkulasi
darah.

Kuesioner

Angket

Tinggi :bila
skor76100%
Sedang:
bila skor
56-75%
Rendah:
bila skor <
55%.

Ordinal.

Pengetahuan
ibu tentang
pencegahan
diare.

Segala sesuatu yang


diketahui ibu tentang
pencegahan diare
diantaranya: pemberian
ASI pada bayi selama 46 bulan , menjaga
kebersihan lingkungan ,
sumber air minum yang
memenuhi syarat
kesehatan.

Kuesioner

Angket

Tinggi :bila
skor76100%
Sedang:
bila skor
56-75%
Rendah:
bila skor <
55%.

Ordinal.

Pengetahuan
ibu tentang
penataksanaa
n diare.

Segala sesuatu yang


diketahui ibu tentang
penatalaksanaan diare
meliputi : cara mencegah
terjadinya kekurangan
cairan , mengobati
kekurangan cairan,
memberi makanan.

Kuesioner

Angket

Tinggi :bila
skor76100%
Sedang:
bila skor
56-75%
Rendah:
bila skor <
55%.

Ordinal.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Disain Penelitian


Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif

yang bertujuan untuk mengetahui

gambaran tingkat pengetahuan ibu balita tentang diare di Puskesmas Kuranji Padang
tahun 2010.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-pebruaridi Puskesmas Kuranji
Padang tahun 2010.

3.3 Populasi dan Sampel.


3.3.1

Populasi.
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti (Notoadmodjo, 2005). Pada

penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu membawa balita yang datang
berobat ke Puskesmas kuranji padang tahun 2010, dilihat dari data kunjungan 6 bulan
terakhir yaitu sebanyak 736 orang, dengan rata-rata kunjungan perbulan 123 orang.

3.3.2

Sampel

Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili
populasi (Notoadmodjo, 2005). Sampel dalam penelitian ini diambil dari

ibu yang

membawa balita untuk berobat dengan cara accidental sampling.


Sehubungan dengan keterbatasan waktu dan biaya yang dimiliki oleh peneliti, maka
26
peneliti mengambil sampel sebanyak 94 orang dengan menggunakan rumus :
n

N
2
1 Nd

123
2
1 123 0,05
n 94,07 sampel
n

Keterangan:
n = besar sample
N = populasi
d = tingkat kepercayaan (0,05)
(Sumber: Notoadmojo, 2005)
Pada sampling ini setiap responden yang memenuhi syarat dimasukkan ke dalam
penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah responden terpenuhi. Kriteria
sampel:
1.

Bersedia menjadi responden.

2.

Semua ibu yang mempunyai balita yang pernah mengalami diare dalam 3
bulan terakhir.

3.

Responden dapat menulis dan membaca serta mengerti Bahasa Indonesia.

4.

Berada di tempat saat penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu: data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari kuesioner yang dibagikan pada responden.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Padang, puskesmas
Kuranji dan studi kepustakaan.

3.5 Pengumpulan Data


Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, kuesioner disebarkan kepada
responden, dan setiap responden diminta mengisi sendiri angket yang telah diberikan.

3.6 Pengolahan Data


Data yang telah dikumpulkan pada penelitian ini akan dianalisa melalui tahap
berikutnya.:
3.6.1. Pemeriksaan data (editing)
Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan terhadap jawaban kuesioner,
kelengkapan pada setiap instrumen yang telah di isi.

3.6.2.Pengkodean data (Coding).


Pada tahap ini peneliti melakukan pemberian tanda, simbol, kode bagi tiap-tiap
data.

3.6.3.Pemindahan data (entry).


Pada tahap ini peneliti memberikan nilai pada pengetahuan ibu tentang diare
dimana setiap jawaban yang benar diberi nilai 1 dan yang salah 0.Kemudian dimasukan
ke dalam master tabel.

3.6.4 Pembersihan Data (cleaning)


Pada tahap ini dilakukan kegiatan pengecekan kembali data yang telah dimasukan
ke dalam komputer, apakah ada kesalahan atau tidak.

3.6.5 Pentabulasian data (tabulation)


Semua data diisi dengan baik, kemudian data ditabulasi dan disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi, data yang diolah akan di analisis secara univariat.

3.7 Analisa Data


Analisa Univariat.
Dilakukan dengan mengunakan analisa distribusi frekuensi dan persentase dengan
cara statistik deskriptif, untuk melihat gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang diare.
Data diolah dan dianalisa dengan cara mengklasifikasikan data tersebut sesuai dengan
sub variabel penelitian.

Untuk menentukan persentase nya digunakan rumus:


P

F
x 100%
N

Keterangan:
P : Persentase.
F : Jumlah
N: jumlah responden
( Budiarto, 2002).
Pengelompokan nilai sesuai pendapat Nursalam (2003) dengan kategori pengolahan
sebagai berikut:
Tinggi : bila skor 76-100%.
Sedang : bila skor 56-75%.
Rendah : bila skor < 55% .

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.


------------------------. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik, 2006. Sumatera Barat Dalam Angka.
-------------------------, 2006. Kecamatan Kuranji Dalam Angka.
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Dinas Kesehatan Kota Padang, 2006. Laporan P2 Diare Kota Padang.
Depkes RI. 2003. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Depkes RI.
http: www. Google. Com
Isselbacher, Kurt J. 1999. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit
Kedokteran EGC.

Dalam. Jakarta: Buku

Kresno, Sudarti. 2000. Persepsi Ibu Anak Balita Tentang Diare dan Upaya Pencarian
Pertolongan Pengobatan di Kelurahan kalibaru Jakarta Utara. Jakarta: Makara.
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Nelson. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Nursalam. 2003. konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.
Surabaya: Salemba Medika.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: FKUI.
Notoatmojo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
-------------------------. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharyono. 1996. Diare Akut. Jakarta: Rineka Cipta.

Schwartz, M Wiiliam. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Thunkey, Donald, dkk. 1991.


Kedokteran EGC.

Nyeri Abdomen Diare dan Muntah. Jakarta: Buku

Wibowo, Agung, dkk. 2004. Berita Kedokteran Masyarakat. Yogyakarta: UGM.


Widjaya. 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan Balita. Jakarta: Kawan Pustaka.

Lampiran 4
KUESIONER PENELITIAN
KUESIONER PENGUMPULAN DATA MENGENAI GAMBARAN
PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG DIARE DI PUSKESMAS KURANJI
KOTA PADANG TAHUN 2010
Petunjuk pengisian
Bacalah dan pahami stiap pertanyaan yang telah tersedia
Lingkarilah salah satu a,b,atau c yang dianggap benar
Jawablah semua pertanyaan sesuai pengetahuaan sendiri
Tulis nama, alamat dan pendidikan terakhir pada kolom yang telah disediakan
Jumlah pertanyaan sebanyak
Terima kasih partisipasinya atas pengisian kuesioner ini
Identitas responden
Nama ibu

Alamat

Pendidikan terakhir : 01= tidak sekolah, 02 = tidak tamat SD, 03 = tamat SD, 04 = tidak
tamat SLTP, 05 = tamat SLTP, 06 = tidak tamat SMA, 07 = tamat
SMA, 08 = tidak tamat AK/PT, 09 = tamat AK/PT.
Kode responden

Tanggal pengisian

Pertanyaan
Pengetahuan Ibu Tentang Definisi Diare
1. Menurut ibu apa yang dimaksud diare ?
a. Buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan bentuk tinja lebih encer
kadang berlendir dan berdarah
(1)
b. Penyakit karena lingkungan kotor
(1)
c. Penyakit muntah bocor
(0)
Pengetahuan Ibu Tentang Penyebab Diare
2. Menurut ibu apakah penyebab diare pada anak balita?
a. Karena infeksi saluran pencernaan, menderita penyakit lain seperti radang telinga
,faktor malabsorsi,faktor makanan, faktor psikologis, bakteri dan kuman yamg
masuk ke dalam tubuh melalui makanan
(1)
b. Karena lingkungan kotor dan memakan makanan kotor (basi) (1)
c. Bukan karena apa-apa
(0)
3. Menurut ibu , faktor infeksi diare di sebabkan oleh apa?
a. Bakteri dan virus
b. Kuman dan parasit
c. Jamur

(1)
(1)
(0)

4. Menurut ibu cemas dan takut pada anak dapat juga menyebabkan diare?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

(1)
(0)
(0)

5. Makanan yang bagaimana yang dapat menyebabkan diare?


a. Makanan basi, beracun, tidak matang
b. Alergi makanan
c. Makanan yang tidak enak

(1)
(1)
(0)

6. Menurut ibu anak yang terserang diare karena susu formula disebabkan oleh apa?
a. Laktosa, sukrosa, maltosa dalam susu formula
(1)
b. Susu formula kadarluarsa
(0)
c. Anak tidak cocok minum susu formula
(0)

7. Menurut ibu , apa faktor lingkungan yang harus lebih di perhatikan supaya tidak
terjadi diare ?
a. Sarana air bersih
(1)
b. Pembuangan tinja
(1)
c. Tidak tahu
(0)

8. Apakah ibu tahu nama bakteri penyebab dire?


a. Vibrio dan E.coli
b. Salmonella dan Shigela
c. Diarrhea
9. Apakah ibu tahu parasit penyebab diare?
a. Cacing Ascaris
b. Protozoa (entamuba histolityka)
c. Diarrhea

(1)
(1)
(0)
(1)
(1)
(0)

Pengetahuan Ibu Tentang Gejala Diare


10. Menurut ibu apakah gejala diare itu ?
a. BAB lebih dari 4 kali sehari,tinja encer,berlendir berdarah anus dan sekitarnya
lecet,makin lama bisa dehidrasi
(1)
b. Frekuensi BAB lebih dari biasanya
(1)
c. Tidak tahu
(0)
11. Apakah gejala diare yang lainnya menurut ibu ?
a. Anak cengeng, gelisah, rewel
b. Nafsu makan berkurang
c. Tidak tahu

(1)
(1)
(0)

12. Menurut ibu , anak dengan tinja encer dan BAB berwarna hujau termasuk gejala
diare?
a. Ya
(1)
b. Tidak
(0)
c. Ragu
(0)
Pengetahuan Ibu Tentang Akibat Diare
13. Menurut ibu apa akibat dari diare ?
a. Kehilangan cairan tubuh dan elektrolit, asidosis metabolik defisiensi kalium,
gangguan gizi, gangguan pertunbuhan, gangguan sirkulasi darah
(1)
b. Anak akan kelihatan lemah dan pucat
(1)
c. Tidak tahu
(0)

(0)
14. Menurut ibu gangguan gizi karena diare di sebabkan oleh apa ?
a. Masukan makanan ke dalam tubuh kurang
b. Pengeluaran zat gizi melalui muntah dan diare
c. Karena penyakit

(1)
(1)
(0)

15. Menurut ibu apakah diare dapat mengganggu sirkulasi darah ?


a. Ya
b. Tidak
( lanjut ke pertanyaan 17)
c. Tidak tahu ( lanjut ke pertanyaan 17)

(1)
(0)
(0)

16. Kalau iya, apakah itu berbahaya?


a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

(1)
(0)
(0)

17. Apakah ibu tahu tentang kekurangan cairan pada anak ?


a. Tahu
b. Kurang tahu
c. Tidak tahu
( lanjut ke pertanyaan 23 )

(1)
(0)
(0)

18. Menurut ibu apa yang di maksud kekurangan cairan pada anak tersebut ?
a. Akibat lanjut dari diare
b. Tanda bahaya anak yang menderita diare
c. Penyakit pada balita

(1)
(1)
(0)

19. Menurut ibu apa tanda kekurangan cairan tingkat ringan ?


a. Anak masih sadar, mata tidak cekung, anak mau minum
b. Anak gelisah ,kadan sering menangis,mata cekung, anak tidak mau
(0)
c. Anak tidak sadar,mata sangat cekung
20. Menurut ibu apa tanda kekurangan cairan tingkat sedang ?
a. Anak gelisah, mata cekung,mulut kering, anak sering minta minum
b. Anak sering menangis, mata sedikit cekung
c. Anak tidak sadar

(1)
minum
(0)
(1)
(0)
(0)

21. Menurut ibu apa tanda kekurangan cairan tingkat berat ?


a. Anak tampak lunglai,ngantuk,mata sangat cekung, anak tidak mau minum (1)
b. Mata cekung, anak sering minta minum
(0)
c. Anak tidak sadar sama sekali
(0)
22. Apakah kekurangan cairan itu menurut ibu berbahaya bagi anak ?

a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

(1)
(0)
(0)

Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan Diare


23. Apakah ibu tahu cara pencegahan diare ?
a. Tahu (1)
b. Tidak tahu ( lanjut ke pertanyaan no 28)

(1)
(0)

24. Menurut ibu bagaimana cara pencegahan diare tersebut ?


a. Memberikan ASI sampai usia 4 bulan, menggunakan air yang bersih, mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan, menggunakan jamban, imunisasi yang
lengkap
(1)
b. Menjaga kebersihan lingkungan
(1)
c. Menggunakan botol dalam memberikan susu pada anak
(0)
25. Apa cara lain untuk mencegah diare pada anak ?
a. Imunisasi anak harus lengkap terutama campak, makanan dan minuman harus
dimasak sampai matang ,tidak BAB sembarangan
(1)
b. Mencuci botol dan merebus botol tempat minum susu bayi
(1)
c. Tidak tahu
(0)
(0)
26. Mengapa imunisasi lengkap terutama campak dapat mencegah penyakit
a. Imunisasi dapat meningkatkan kekebalan tubuh anak
b. Dalam tubuh anak sudah ada antibodi
c. Tidak tahu

diare?
(1)
(1)
(0)

27. Menurut ibu bagaimana keadaan sumber air minum yang dapat mencegah terjadinya
diare ?
a. Kalau menggunakan sumur sebagai sumber air minum, jarak dengan WC + 10 m
(1)
(1)
b. Jauh dari tempat pembuangan tinja
(1)
c. Harus menggunakan air PDAM untuk minum
Pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan diare

(1)
(0)

28. Jika terjadi penyakit diare bagaimana seharusnya cara ibu untuk mengatasinya di
rumah agar tidak menjadi parah ?
a. Beri minum oralit/LGG setiap sudah BAB
(1)
b. Beri minum yang banyak
(1)
c. Tidak tahu
(0)
29. Uraikan cara membuat larutan gula garam ?
a. Sendok teh gula + sendok the garam + 1 gelas air
b. Selain komposisi di atas

(1)
(0)

30. Uraikan cara membuat oralit ?


a. Bubuk oralit satu bumgkus dilarutkan ke dalam satu gelas air masak
b. Selain cara di atas

(1)
(0)

31. Menurut ibu apa cara lain yang dapat dilakukan dalam menanggulangi diare di
rumah?
a. Memberi air tajin setiap anak mencret
(1)
b. Memberi air sup,air putih masak
(1)
c. Tidak tahu
(0)
32. Apabila anak mencret, apakah ASI harus di hentikan ?
a. Tidak
b. Ya, dihentikan (lanjut ke pertanyaan 34 )

(1)
(0)

33. Mengapa tidak dihentikan ?


a. Agar anak tidak kurang gizi
(1)
b. Agar anak tidak lemas
(1)
c. Tidak tahu
(0)
34. Menurut ibu makanan apa yang dapat menanggulangi keadaan anak diare ?
a. Sari buah segar atau pisang yang di haluskan untuk anak usia lebih dari 6 bulan,
makanan dari tepung padi-padian di campur dengan kacang-kacangan,sayursayuran dan daging ikan apa bila anak sudah di beri makanan padat
(1)
b. Makan nasi seperti biasa
(1)
c. Tidak tahu
(0)
35. Menurut ibu kapan sebaiknya anak yamg menderita diare di bawa ke puskesmas?
a. Apabila anak BAB cairnya lebih sering, muntah berulang, disertai demam,makan
dan minum sedikit,tinja berdarah
(1)
b. Tidak membaik dalam 3 hari
(1)
Bila anak kelihatan lemas

Anda mungkin juga menyukai