Anda di halaman 1dari 16

CASE REPORT SESSION (CRS)

OBSTRUKTIF JAUNDICE ec ATRESIA BILLIER


Diajukan untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D)
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Disusun oleh:
Lulu Nurul Ula

12100114061

Preseptor
Hana Sofia Rahman, dr., Sp.A

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER (P3D)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISBA
RSUD AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT
2015
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Usia

: An. L
: Laki-laki
: 19/08/2015
: 40 hari

Tanggal Masuk RS
: 28/09/2015
Tanggal Pemeriksaan : 29/09/2015
Pulang dari RS
: 02/10/2015

IDENTITAS ORANG TUA PASIEN


Ayah
Nama
: Tn. W
Umur
: 26 tahun
Pekerjaan
: buruh
Pendidikan
: SMA
Alamat
: Ciparay
Ibu
Nama
: Ny. K
Umur
: 25 tahun
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Pendidikan
: SMA
Alamat
: Ciparay

ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
: Kuning
Pasien datang di bawa orang tuanya ke rumah sakit dengan keluhan
kuning yang terlihat di matanya. Menurut ibu pasien kuning terlihat sejak 2
minggu setelah lahir, namun orang tua pasien tidak menganggapnya hal yang
harus datang berobat ke rumah sakit. Orang tua pasien tidak memperhatikan
adanya kuning pada bagian tubuh lainnya pada pasien. Ibunya mengatakan bahwa
kuning pada mata terjadi secara bertahap dan semakin lama semakin jelas terlihat
kuning.

Orang tua pasien juga mengeluhkan adanya buang air besar yang

berwarna putih sejak usia pasien 2 hari setelah lahir. Menurut keluarga pasien,
saat lahir kotorannya tersebut masih berwarna kuning pucat, kemudian 2 hari
selanjutnya kotorannya menjadi warna putih dempul dan lembek pada setiap kali
buang air besar hingga sampai saat ini. Namun orang tua pasien juga masih
menyangka hal ini tidak apa-apa sehingga pasien tidak memeriksakannya ke
rumah sakit. Orang tua pasien juga mengatakan bahwa warna air kencingnya
menjadi lebih kuning pekat. Selain itu orang tua pasien juga mengeluhkan adanya
panas badan sejak 5 jam SMRS. Panas badan dirasakan mendadak dan tinggi,
namun orang tua pasien tidak mengukur suhu tubuh anaknya. Panas badan
dirasakan terus-menerus. Ketika pertama kali mengalami keluhan panasnya ini,
orang tua pasien langsung membawanya berobat ke bidan, bidan merujuknya ke
dokter SpA, dan dokter tersebut merujuknya untuk dirawat karena menurut
keterangan dokter SpA tersebut pasien juga terlihat adanya kuning pada badan
pasien yang tidak disadari oleh keluarga yang harus diketahui dari penyebabnya.
Orang tua pasien menyangkal adanya bercak-bercak hitam pada kulit,
penurunan kesadaran, panas badan yang naik turun, bayi tidak mau minum, bayi
terlihat lemah, muntah, mencret, sulit buang air besar, dan bayi terlihat pucat.
Panas badan tidak disertai menggigil, dan timbul ruam. Ibu pasien menyangkal
adanya batuk, sesak nafas, keluar cairan dari telinga, pilek, dan terlihat rewel atau
menangis saat kencing. Pasien juga tidak pernah dilakukan transfusi darah.
Sejak lahir pasien selalu di beri ASI oleh ibunya. Ibunya selalu menyusui
anaknya setiap 1-2 jam sekali selama 5-10 menit setiap menyusu. Menurut
ibunya ASI nya selalu lancar tidak pernah sulit keluar. Hari pertama dan kedua
setelah lahir menurut ibu pasien sang bayi sedikit lemah untuk menyedot ASI,

namun mulai hari ke 3 kemampuan menyedot ASI nya meningkat, bayi mulai
menyedot ASI dengan kuat. Sejak lahir hingga usianya 39 hari, ibunya tidak
pernah mengeluhkan apa-apa tentang bayinya, ketika usia 40 hari ibu nya datang
berobat untuk keluhan yang saat ini. Selama menyusui ibunya juga makan yang
beragam, bergizi, dan juga meminum susu untuk ibu menyusui. Diketahui bahwa
golongan darah ibu B dan ayahnya AB.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada riwayat keluhan yang sama pada ibu, ayah dan keluarga pasien
yang lainnya. Tidak terdapat riwayat alergi makanan, alergi obat, sering gatal
disertai ruam kemerahan pada kulit, asma dan sering meler saat pagi hari atau
cuaca dingin.
RIWAYAT MAKANAN
o
0 hari sekarang : ASI
RIWAYAT IMUNISASI
Pasien baru menjalani imunisasi 1 x di bidan untuk imunisasi hepatitis B0.
RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN
Usia ibu saat hamil adalah 25 tahun. Saat mengandung, ibu pasien
menyatakan tidak pernah mengalami kejang, dan tekanan darah tinggi. Ibu pasien
mengaku pernah terjadi demam pada usia kehamilan 4 bulan namun hanya
sebentar, panas hilang saat setelah minum obat penurun panas. Ibu pasien tidak
pernah menderita penyakit kuning baik sebelum atau saat hamil. Ibu tidak
menggunakan tato atau obat-obatan yang disuntikan. Ibu pasien rutin
memeriksakan kandungannya ke bidan 4 kali selama kehamilan. Selama hamil
tidak pernah terjadi keputihan yang banyak, berbau dan gatal. Ibu mengatakan
tidak pernah mengonsumsi obat atau jamu, ibu hanya mengonsumsi obat yang
diberikan oleh bidan untuk kehamilannya. Dirumahnya tidak ada yang
memelihara kucing, namun kadang-kadang suka ada kucing dan tikus yang
berkeliaran di sekitar rumah. Selama hamil tidak ada riwayat perdarahan atau
keluar air-air dari jalan lahir.
Pasien lahir dari Ibu P1A0 pada tanggal 19 Agustus 2015 dengan usia
kehamilan 9 bulan, letak kepala, lahir secara normal di bidan. Persalinan berjalan
cepat dan lancar, tidak ada kesulitan saat persalinan. Pasien langsung menangis
saat lahir, air ketuban jernih, BBL= 3800 gram , panjang badan dan lingkar kepala

bayi tidak ingat. Menurut ibu bayi diberikan obat tetes mata dan disuntikan
vitamin K segera setelah lahir.
RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Menurut ibu pasien, pada saat ini pasien dapat mengangkat kepala ketika
telungkup tetapi hanya sebentar, menggerakkan kepala, terkejut bila mendengar
suara keras, dan dapat menatap dengan ibunya walau hanya sebentar.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum: tampak sakit ringan, tenang
Kesadaran : composmentis
Tanda vital
HR : 130 x/menit, regular
R : 42 x/menit, abdominothoracal
S : 36,5 0C
PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI
BB : 4,4 kg
PB : 53 cm
LK : 37,3 cm
BMI : 15,5 Kg/m2
Kesimpulan WHO-IDAI 2007 Z Score
BB/U : 0 s/d -1 SD (normal)
PB/U : -1 s/d -2 SD (normal)
BB/PB : 1 s/d 0 SD (normal)
BMI/U : 1 s/d 0 SD (normal)
LK/U : 0 s/d -1 SD (normal)
Kesimpulan status gizi : baik
Kepala
Bentuk
: simetris, normochepal
Rambut
: halus, tidak mudah rontok
Fontanel anterior
: terbuka, datar
Fontanel posterior
: terbuka
Mata
: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+/+),
injeksi siliaris (-), cekung (-/-), air mata (+/+)
Telinga: bentuk dan letak normal, sekret (-/-), eritema (-)
Hidung
: bentuk normal, mukosa hiperemis (-/-) deviasi (-),
sekret (-/-), epistaksis (-/-)
Mulut
: mukosa lembab, hiperemis (-)
Faring
: sulit dinilai
Tonsil
: sulit dinilai
Leher

JVP tidak ada peningkatan


limfadenopati (-)
Retraksi suprasternal (-)
Toraks :
Bentuk & gerak simetris
Retraksi intercostal (-)
Ptekie (-)
Cor :
I : ictus kordis tampak di ICS 5 linea midclavicular sinistra
P : ictus kordis teraba di ICS 5 linea midclavicula sinistra,
kuat angkat, thrill (-)
P : tidak dilakukan
A : S1 dan S2 , murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo :
Anterior
I
: bentuk normal, simetris
P
: pergerakan simetris
P
: tidak dilakukan
A
: VBS kanan=kiri, ronchi -/-, wheezing -/-, slam -/ Posterior
I
: bentuk normal, simetris
P
: pergerakan simetris
P
: tidak dilakukan
A
: VBS kanan=kiri, ronchi -/-, wheezing -/-, slam -/Abdomen
I : datar, retraksi epigastrium (-), ptekie (-)
P : lembut, massa (-), NT (+), skin turgor kembali cepat
P : timpani,
A : bising usus (+) normal
Hepar : hepar tidak teraba pembesaran
Limfa : limfa tidak teraba pembesaran

Anogenital
Tidak ada kelainan
Ekstremitas
Atas kanan dan kiri
Simetris
Tidak sianosis
Akral hangat
CRT <2 detik
Spastik (-)
Nyeri sendi (-)
Bawah kanan dan kiri
Simetris
Tidak sianosis

Akral hangat
CRT <2 detik
Spastik (-)
Nyeri sendi (-)

Kulit : Bayi tampak ikterus pada wajah, badan, tangan dan kaki.
Otot : tidak ada atrofi, tidak ada hipertrofi
Tulang : tidak ada deformitas
Sendi : tidak ada bengkak, tidak kemerahan, tidak ada nyeri tekan
Rangsang meningeal
kaku kuduk (-)
Brudzinki I/II/III (-)
Kernig sign (-)
Saraf Cranial:
CN II
: pupil bulat, isokor, refleks cahaya (+/+)
CN 3,4,6 : sulit dinilai
Refleks fisiologis :
Bicep : +/+
Patella : +/+
Refleks primitive:
Babinski
: +/+
Moro
: +/+
Pamar dan plantar grasp : +/+
Rooting sucking : +

RESUME
Bayi berusia 40 hari dengan status gizi baik datang di bawa orang tuanya
ke rumah sakit dengan keluhan kuning yang terlihat di matanya. Kuning terlihat
sejak 2 minggu setelah lahir, namun orang tua pasien tidak menganggapnya hal
yang harus datang berobat ke rumah sakit. Ibunya mengatakan bahwa kuning pada
mata terjadi secara bertahap dan semakin lama semakin jelas terlihat kuning.
Orang tua pasien juga mengeluhkan adanya buang air besar yang berwarna putih
(akolik) sejak usia pasien 2 hari setelah lahir. Warna urine menjadi kuning pekat.
Pasien juga mengeluhkan adanya panas badan sejak 5 jam SMRS. Panas badan
dirasakan mendadak dan tinggi. Panas badan dirasakan terus-menerus. Pasien
datang karena rujukan dokter SpA karena pasien terlihat adanya kuning pada
tubuh pasien yang tidak disadari oleh keluarga yang harus diketahui dari
penyebabnya. BBL = 3800 gr.
Keadaan umum : tampak sakit ringan, tenang, kesadaran : composmentis,
tanda vital : normal, pemeriksaan fisik : skelra ikterik +/+, NT abdomen (-),

hepatomegaly (-), tampak ikterus pada wajah, badan, tangan dan kaki.
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Pemeriksan neurologis : dalam batas
normal
DIAGNOSA BANDING
Obstruksi jaundice ec ekstrahepatik kolestasis (atresia Billie)
Obstruksi jaundice ec intrahepatik kolestasis
USULAN PEMERIKSAAN
Darah rutin (Hb, Ht, eritrosit, Leukosit, Trombosit)
Kimia klinik (bilirubin total, bilirubi direk, SGOT, SGPT, Alkalin

phospatase, Gamma GT)


USG hepatobillier
Periksa feses 3 porsi
o BAB 1 = 1 botol
o BAB 2 = 1 botol
o BAB 3 = 1 botol

DIAGNOSA KERJA
Obstruksi jaundice ec atresia billier
PENATALAKSANAAN
Terapi umum
Edukasi pada keluarga tentang penyakit yang dialami pasien
Diet ASI lanjutkan
Terapi khusus

Infus Kaen4B 15 gtt/menit mikro


Cefotaxim 3x150 mg iv
Urdafalk 20 mg pulv 2x1 pulv
Curliv syr 2x1 ml
Konsul SpBA

PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam

: ad bonam
: dubia ad malam
: dubia ad malam

FOLLOW UP
Tanggal,
hari
28/09/2015,
Senin

Observasi
S/ mata tampak kuning, BAB putih dempul,
demam (-), kencing teh pubpch
O/ Ku : tampak sakit sedang, tenang,

Terapi
P/ infus KA-EN
3B 15 gtt
Cefotaxime

composmentis
TTV
N : 120 x/menit
R : 34 x/menit
S : 36,6oC
Mata : sklera ikterik +/+
Kulit : ikterus pada wajah, badan, kaki dan
tangan
Abd :BU(+) normal, NT(-), hepatomegaly (-)

29/09/2015,
Selasa

Hematologi Darah Rutin


Hemoglobin
: 12,2 g/dL (9,5-13,5)
Leukosit
: 15.800 sel/uL (6000-14000)
Eritrosit
: 4,00 x 106 /uL (4,08-6,05 x
106)
Hematokrit
: 33,9 % (29-41)
Trombosit
: 501.000 sel/uL (150000440000)
Kimia Klinik
Bilirubin Total : 13,40 mg/dL (<12)
Bilirubin Direk : 12,02 mg/dL (0,05-0,3)
AST (SGOT) : 70 U/L (10-34)
ALT (SGPT) : 110 U/L (9-43)
Alkali phospat : 465 U/L 37oC (110-360)
Gamma GT
: 252 U/L 37oC (11-50)
S/ mata masih tampak kuning, BAB putih
dempul, demam (-)
O/ Ku : tampak sakit sedang, tenang,
composmentis
TTV
N : 130x/menit
R : 35 x/menit
S : 36,2oC
Mata : sklera ikterik +/+
Kulit : ikterus pada wajah, badan, kaki dan
tangan
Abd : BU(+) normal, NT(-), hepatomegaly (-)

3x150 mg
Urdafalk 20mg
2x1 pulv
Curliv syr 2x1 ml
ASI dilanjutkan
USG
hepatobillier

Kesan USG :
Hepar dan
kandung empedu
tak tampak
kelainan
P/ terapi
dilanjutkan

A/Cholestasis jaundice ec atresia billier


30/09/2015,
Rabu

S/ mata kuning tampak berkurang, BAB


berwarna kuning pucat, demam (-)
O/ Ku : tampak sakit sedang, tenang,
composmentis
TTV
N : 110x/menit
R : 34 x/menit
S : 36,4oC
Mata : sklera ikterik +/+
Kulit : ikterus pada wajah, badan, tungkai dan
lengan atas
Abd : BU(+) normal, NT(-), hepatomegaly (-)

P/ terapi
dilanjutkan
cek darah rutin

A/Cholestasis jaundice ec atresia billier


01/10/2015,
Kamis

S/ mata kuning tampak berkurang, BAB


berwarna kuning pucat, demam (-)
O/ Ku : tampak sakit sedang, tenang,
composmentis
TTV
N : 120x/menit
R : 36 x/menit
S : 35,9oC
Mata : sklera ikterik +/+
Kulit : ikterus pada wajah, badan, tungkai dan
lengan atas
Abd : BU(+) normal, NT(-), hepatomegaly (-)
A/Cholestasis jaundice ec atresia billier

02/10/2015,
Jumat

03/10/2015,
Sabtu

S/ mata kuning tampak berkurang, BAB


berwarna kuning, demam (-)
O/ Ku : tampak sakit sedang, tenang,
composmentis
TTV
N : 120x/menit
R : 34 x/menit
S : 36,0oC
Mata : sklera ikterik +/+
Kulit : ikterus pada wajah dan badan
Abd : BU(+) normal, NT(-), hepatomegaly (-)

Hasil Lab 01-102015


Hematologi Rutin
Hb : 11,4
L : 15.700
Er : 3,81 x 106
Ht : 33,8
Tr : 542.000
P/ Cefotaxime
stop, ganti
Ceftazidim 3 x
150 mg
Terapi lain
dilanjutkan
P/ pasien boleh
berobat jalan

A/Cholestasis jaundice ec atresia billier


/ mata kuning tampak berkurang, BAB
berwarna kuning kehijauan, demam (-)
O/ Ku : tampak sakit sedang, tenang,
composmentis
TTV
N : 130x/menit
R : 32 x/menit
S : 36,4oC
Mata : sklera ikterik +/+
Kulit : ikterus pada wajah dan badan
Abd : BU(+) normal, NT(-), hepatomegaly (-)
A/Cholestasis jaundice ec atresia billier

10

ANALISIS KASUS
DIAGNOSIS
Pasien seorang bayi usia 40 hari datang dengan keluhan kuning pada mata sejak
2 minggu setelah lahir Pasien seorang bayi usia 40 hari datang dengan keluhan
kuning pada mata sejak 2 minggu setelah lahir

DD IKTERUS
Ikterus (jaundice) adalah menguningnya kulit, sklera, dan membran
mukosa oleh deposit bilirubin yang berlebih pada jaringan

Muncul saat lahir


atau 24 jam bayi
lahir

Muncul
hari ke 23

Muncul
setelah hari
ke 3

Eritroblastosis
fetalis

Fisiologis

Bacterial
seppsis

concealed

crigelarnajjar
syndrome

UTI

Setelah 1 minggu
Breast milk jaundice
Septicemia
Congenital atresia or
paucity of the bile
ducts
Hepatitis

Pre-hepatik : Hemolytic anemia (red blood cell morphology dan defisiensi


enzim)
Intra-hepatik : Breast Milk Jaundice, Septicemia, Hepatitis, galactocemia,
hypothyroidism, cystic fibrosis
Post-Hepatik : Congenital atresia bor paucity of the Ike ducts.

Pada pasien mengeluhkan adanya feses warna putih dempul dan urin kuning
gelap.

11

Pada pasien terdapat Berat badan lahir : 3800 gr


Feses akolik
Kimia Klinik
Bilirubin Total : 13,40 mg/dL (<12)
Bilirubin Direk
: 12,02 mg/dL (0,05-0,3)
AST (SGOT) : 70 U/L (10-34)
ALT (SGPT) : 110 U/L (9-43)
Alkali phospat : 465 U/L 37oC (110-360)

12

Gamma GT

: 252 U/L 37oC (11-50)

DIAGNOSIS KERJA
OBSTRUKTIF JAUDICE es ATRESIA BILLIER
TERAPI
Pasien mendapatkan pengobatan :
Infus Kaen4B 15 gtt/menit mikro
Cefotaxim 3x150 mg iv
Urdafalk 20 mg pulv 2x1 pulv
Curliv syr 2x1 ml
1. Infus Kaen4B 15 gtt/menit mikro
Indikasi :
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko
hipokalemia
Berat pasien 4,4 kg x 100 ml/kgBB/hari = 440 ml/hari = 18 gtt/menit mikro
dibulatkan 15 gtt/menit mikro.
2. Urdafalk 20 mg pulv 2x1 pulv

Isi ursodeoxycholic acid (UDCA) diberikan 10-16 mg/kgBB/hari dibagi 2-

3 dosis.
Berat pasien 4,4 x 10-16 mg/hari = 44-70,4 mg/hari = 15-23 mg/x
Agar sediaan mudah dibuat puyer, setiap puyer isi dengan 20 mg UDCA

dimakan 2 kali perhari.


UDCA berfungsi memperbaiki aliran bahan yang dihasilkan hati ke dalam
usus dan melindungi hati dari zat toksik.

3. Curliv sirup 2x1 ml

Isinya :
o Silymarin phytosome extr 35 mg
o schizadrae fructus extr 135 mg
o curcuma xanthorrhizae extr 150 mg
o liquiritiae radix extr 135 mg
o Choline bitartrate 150 mg
o Vit B6 2 mg
Efek yang diharapkan adalah melindungi dan memperbaiki fungsi hati,
meningkatkan efek detoksifikasi pada hati.

13

4. Cefotaxim 3x150 mg iv

Pada kolestasis jaundice sebenernya tidak memerlukan antibiotik bila


penyebabnya mengarah atresia bilier, namun pada pasien ditemukan panas
badan walaupun hanya sehari dan pada pemeriksaan darah rutin ditemukan

leukositosis (15.800 sel/uL).


Diberikan obat golongan sefalosporin broad spectrum karena untuk jenis

dan lokasi infeksi belum diketahui.


Evaluasi antibiotik dinilai pada hari ke 3 pemberian untuk melihat
keefektivitasannya menekan infeksi, setelah di evaluasi ternyata pada
pasien masih terjadi leukositosis (15.700 sel/uL) maka antibiotik diganti
ceftazidim 3x150 mg iv obat golongan sefalosforin generasi 3 yang lebih
tinggi dari pada cefotaxim.

PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam karena saat ini kesadaran, tanda-tanda vital dan

ikterus pada pasien menunjukkan perbaikan, dan tidak mengancam nyawa


Quo ad functionam : dubia ad malam, karena walau karena pengobatan
ikterus pada pasien berkurang dan feses mulai kuning kehijauan, bila
kelainan anatominya tidak segera diperbaiki makan akan menimbulkan

kerusakan pada organ hepatobillier.


Quo ad sanantionam : dubia ad malam. Jika pasien tidak dilakukan operasi
dan hanya tergantung pada obat, maka tingkat kekambuhannya tinggi bila
pasien lupa mengonsumsi obatnya atau lama kelamaan butuh dosis yang
lebih besar lagi.
.

DAFTAR PUSTAKA
1. Berhman. Nelson textbook of Pediatrics. 19th Edition. Philadelphia : WB
Saunders; 2011.
2. Herry Garna, Heda Melina Nataprawira. Pedoman Diagnosis dan Terapi.
Ilmu Kesehatan Anak.Edisi ke-5. Bandung: SMF Ilmu Kesehatan Anak
RSUP Dr. Hasan Sadikin; 2014; 847-860
3. Antonius H Purdjadi, Badriul Hegar, Setyo Handryastuti,dkk.Pedoman
Pelayanan Medis.Ikatan Dokter Anak Indonesia.Jilid I. 2010;

14

15

Anda mungkin juga menyukai