Anda di halaman 1dari 21

A.

Kolitis Infeksi

Kolitis Tuberkulosa

Definisi
Infeksi kolon oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Epidemiologi
Lebih sering ditemukan di negara berkembang dengan penyakit TBC yang
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Patofisiologi
Mycobacterium tuberculosis biasanya tertelan bersama sputum, sehingga
menimbulkan 3 bentuk kelainan: 1) ulseratif pada 60% kasus, lesi aktif
berupa tukak superfisial; 2) hipertropik pada 10% kasus, bentuk lesinya
berupa parut fibrosis, dan massa menonjol seperti karsinoma; 3)
ulserohipertropik pada 30% kasus, terdapat ulserasi dengan fibrosis yang
merupakan bentuk penyembuhan. Lokasi tersering (85 90% kasus) di
daerah ileosekal.
Gejala Klinis
Keluhan paling sering adalah nyeri perut kronik tidak khas. Dapat terjadi
diare ringan bercampur darah, kadang konstipasi, anoreksia, demam
ringan, berat badan turun, atau teraba massa abdomen kanan bawah.
Diagnosis
Pada diagnosis pasti, ditemukannya bakteri tuberculosis di jaringan,
dengan peneriksaan mikrospik langsung atau kultur biopsi jaringan. Pada
diagnosis dugaan, bila didapatkan tuberculosis paru aktif dengan penyakit
ileosekal.Pada pemeriksaan barium enema ditemukan penebalan dinding,

distorsi

lekuk

mukosa,

ulserasi,

stenosis,

pseudopolip.

Dengan

kolonoskopi ditemukan penyempitan lumen, dinding kolon kaku, ulserasi


dengan tepi irregular dan edematous.
Diagnosis banding
Penyakit Crohn, amebiasis, diverticulitis, dan karsinoma kolon.
Kompilkasi
Perdarahan, perforasi, obstruksi intestinal parsial yang selanjutnya
berkembang menjadi obstruksi total, terbentuk fistula, dan sindrom
malabsorbsi
Tata laksana
Menggunakan kombinasi 3 macam atau lebih obat anti tuberculosis.
Kadang-kadang perlu tindakan bedah untuk menghindari komplikasi.
Obat tuberculosis yang dipakai:
o

INH 5-10 mg/KgBB atau 400 mg sekali sehari

Etambutol 15-25 mg/KgBB atau 900-1200 mg sekali sehari

Rimfampisin 10 mg/KgBB atau 450-600 mg sekali sehari

Pirazinamid 25-35 mg/KgBB atau 1,5-2 g sekali sehari

KOLITIS PSEUDOMEMBRAN
Adalah peradangan kolon akibat toksin yang ditandai dengan terbentuknya lapisan eksudatif
(pseudomembran) yang lekat di permukaan mukosa.
ETIOLOGI
Kuman penyebab adalah Clostridium diffiile, toksin-toksin yang dikeluarkan mengakibatkan
kolitis.

EPIDEMIOLOGI
Bisa mengenai semua tingkatan umur.
Penularan bisa secara kontak langsung lewat tangan atau perantaraan makanan
minuman yang tercemar.

Semua jenis antibiotik, kecuali aminoglikosida intra-vena, potensial menimbulkan


kolitis pseudomembran, namun yang paling sering adalah ampisillin, klindamisin dan
sefalosporin.

Pathogenesis
C.difficile menimbulkan kolitis dengan cara toxin-mediated. Kuman mengeluarkan 2
toksin utama, toksin A dan toksin B.
Toksin A merupakan enterotoksin yang sangat berpengaruh terhadap semua
kelainan yang terjadi
Toksin B adalah sitotoksin dan tidak melekat pada mukosa yang masih utuh.
Gejala klinis
Yang paling sering dikeluhkan adalah diare cair disertai kram perut.
Sebagian besar pasien mengalami demam, walaupun dapat terjadi hiperpireksia, tetapi
umumnya suhu tidak melampaui 38oC.
Terdapat leukositosis, sering sampai 50.000/mm3.
Nyeri tekan abdomen bawah, hipoalbuminemia dan edema.
Pada kasus yang berat dapat terjadi komplikasi berupa dehidrasi, edema anasarka,
gangguan elektrolit, megakolon toksik atau perforasi kolon.

DIAGNOSIS
Jika ditemukan pasien diare selama atau setelah menggunakan antibiotik perlu
dipikirkan terjadinya kolitis pseudomembran.
Diagnosis dapat cepat dibuat dan akurat dengan melakukan kolonoskopi.
C.difficile tumbuh pada 95% biakan tinja pasien yang terdiagnosis secara
kolonoskopi.
Sebagai gold standart adalah ditemukannya toksin B di tinja, sehubungan dengan efek
sitopatik toksin B pada kultur jaringan. Karena memakan waktu dan mahal biasanya
cukup memeriksa terdapatnya toksin A dengan metode ELISA.

Pemeriksaan endoskopi pada daerah sigmoid penderita kolitis pseudomembran


menunjukkan adanya lapisan pseudomembran yang berwarna putih kekuningan.
Dinding kolon hiperemis, edematus dan distensibilitasnya menurun. Bila
pseudomembran tersebut dilepaskan maka mukosa dibawahnya menjadi berdarah dan
tampak ulserasi.

DIAGNOSIS BANDING

Kolitis pseudomembran perlu dibedakan dengan kasus diare akibat kuman patogen
lain, efek samping penggunaan obat yang bukan antibiotik, kolitis non-infeksi dan
sepsis intraabdominal.
PENATALAKSANAAN
Tindakan awal terpenting adalah menghentikan antibiotik yang diduga menjadi
penyebab, juga obat yang mengganggu peristaltik dan mencegah penyebaran
nosokomial.

Pada kasus dengan gejala-gejala yang lebih berat seyogyanya dilakukan pemeriksaan
deteksi toksin C.difficile dan terapi spesifik per oral menggunakan metronidazol atau
vankomisin.
Pada kolitis ringan smpai sedang digunakan metronidazol dengan dosis per oral 250500 mg 4 kali sehari selama 7-10 hari.

Pada kolitis berat menggunakan vankomisin per oral, dosisnya 125-500 mg 4 kali
sehari selama 7-14 hari.
Alternatif pengobatan lainnya menggunakan kolestiramin untuk mengikat toksin yang
dihasilkan C.difficile, tetapi obat ini juga mengikat vankomisin, diberikan per oral
dengan dosis 4 gram 3 kali sehari selama 5-10 hari.
Dianjurkan setelah pengobatan spesifik diusahakan kembalinya flora normal usus
dengan memberikan kuman laktobasilus atau ragi (Saccharomyces boulardii) selama
beberapa minggu.

Kolitis Amebik (Amebiasis Kolon)


Definisi
Peradangan kolon yang disebabkan oleh protozoa Entamoeba histolytica.
Epidemiologi.
Prevalensi amebiasis diberbagai tempat sangat bervariasi,
diperkirakan 10% populasi terinfeksi. Prevalensi tertinggi di daerah tropis
(50-80%).

Manusia

merupakan

host

sekaligus

reservoir

utama.

Penularannya lewat kontaminasi tinja ke makanan dan minuman, dengan


perantara lalat, kecoak, kontak interpersonal atau lewat hubungan seksual
anal-oral. Sanitasi lingkungan yang jelek. Penduduk yang padat dan
kurangnya sanitasi individual mempermudah penularannya.
Pasien yang asimtomatik tanpa adanya invasi jaringan, hanya
mengeluarkan kista pada tinjanya. Kista tersebut dapat bertahan hidup di
luar tubuh manusia. Sedangkan pada pasien dengan infeksi amuba
akut/kronik yang invasif selain kista juga mengeluarkan trofozoit, namun
bentuk trofozoit tersebut tidak dapat bertahan lama diluar tubuh manusia.
Gejala klinis.
Gejala klinis pasien amebiasis sangat bervariasi, mulai dan
asimtomatik sampai berat dengan gejala klinis menyerupai kolitis ulseratif.
Beberapa jenis keadaan klinis pasien amebiasis adalah sebagai berikut :

1. Carrier: ameba tidak mengadakan invasi ke dinding usus, tanpa gejala atau
hanya keluhan ringan seperti kembung, flatulensi, obstipasi, kadangkadang diare. Sembilan puluh persen pasien sembuh sendiri dalam waktu
satu tahun, sisanya (10 %) berkembang menjadi kolitis ameba.
2. Disentri ameba ringan : kembung, nyeri perut ringan, demam ringan, diare
ringan dengan tinja berbau busuk serta bercampur darah dan lendir,
keadaan umum pasien baik.
3. Disentri ameba sedang : kram perut, demam, badan lemah, hepatomegali
dengan nyeri spontan.
4. Disenti ameba berat : diare disertai banyak darah, demam tinggi, mual,
anemia.
5. Disentri ameba kronik : gejala menyerupai disentri ameba ringan diselingi
dengan periode normal tanpa gejala, berlangsung berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun, neurasthenia, serangan diare biasanya timbul karena
kelelahan, demam atau makanan yang sukar dicerna.
Penatalaksanaan.
1. Karier

asimtomatik

diberi

obat

yang

bekerja

di

lumen

usus

(luminalagents) antara lain: Iodoquinol (diiodohidroxyquin) 650 mg tiga


kali per hari selama 20 hari atau Paromomycine 500 mg 3 kali sehari
selama 10 hari.
2. Kolitis ameba akut diberi metronidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5
10 hari, ditambah dengan obat luminal tersebut di atas.
3. Amebiasis ekstraintestinal (misalnya : abses hati ameba) diberi
metronidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5-10 hari ditambah dengan
obat luminal tersebut diatas. Penggunaan 2 macam atau lebih amebisidal
ekstra intestinal tidak terbukti lebih efektif dari satu macam obat.

DISENTRI BASILER (SHIGELLOSIS)


Definisi
Infeksi akut ileum terminalis dan kolon yang disebabkan oleh bakteri genus Shigella
Epidemiologi.
Infeksi Shigella mudah terjadi di tempat pemukiman padat , sanitasi jelek,
kurang air dan tingkat kebersihan perorangan yang rendah. Di daerah endemik infeksi
Shigella merupakan 10 15 % penyebab diare pada anak. Sumber kuman Shigella
yang alamiah adalah manusia walaupun kera dan simpanse yang telah dipelihara dapat
juga tertular. Jumlah kuman untuk menimbulkan penyakit relative sedikit, yaitu
berkisar antara 10-100 kuman. Oleh karena itu sangat mudah terjadi penularan secara
fecal oral, baik secara kontak langsung maupun akibat makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
Di daerah tropis termasuk Indonesia. Disentri biasanya meningkat pada musim
kemarau di mana S.flexnerii merupakan penyebab infeksi terbanyak. Sedangkan di
negera-negara Eropa dan Amerika Serikat prevalensinya meningkat di musim dingin.
Prevalensi infeksi oleh S.flexnerii di negera tersebut telah menurun sehingga saat ini
S.Sonnei adalah yang terbanyak
Gejala Klinis
Masa tunas berkisar antara 7 jam sampai 7 hari. Pada dasarnya gejala klinis
Shigeleosis bervariasi. Lama gejala rerata 7 hari pada orang dewasa, namun dapat
berlangsung sampai 4 minggu. Disentri basiler yang tidak diobati dengan baik dan
berlangsung lama gejalanya menyerupai kolitis ulserosa. Pada fase awal pasien
mengeluh nyeri perut bawah, rasa panas rektal, diare disertai demam yang bisa
mencapai 40o C. selanjutnya diare berkurang tetapi tinja masih mengandung darah dan
lendir, tenesmus, dan nafsu makan menurun. Pada anak-anak mungkin didapatkan
demam tinggi dengan atau tanpa kejang, delirium, nyeri kepala, kaku kuduk dan
letargi.
Pengidap pasca infeksi pada umumnya berlangsung kurang dari 4 minggu.
Walaupun jarang terjadi telah dilaporkan adanya pengidap Shigella yang
mengeluarkan kuman bersama feses selama bertahun. Pengidap kronik tersebut
biasanya sembuh sendiri dan dapat mengalami gejala shifellosis yang intermiten.

Penatalaksanaan
1.

Mengatasi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Sebagian

besar pasien disentri dapat diatasi dengan rehidrasi oral. Pada pasien dengan diare
berat, disertai dehidrasi dan pasien yang muntah berlebihan sehingga tidak dapat
dilakukan rehidrasi oral harus dilakukan rehidrasi intravena.
2.

Antibiotik. Keputusan penggunaan antibiotik sepenuhnya berdasarkan

beratnya penyakit yaitu pasien dengan gejala disentri sedang sampai berat, diare
persisten serta perlu diperhatikan pola sensitivitas kuman di daerah tersebut. Beberapa
jenis antibiotik yang dianjurkan adalah:

Ampisilin 4 kali 500 mg per hari, atau

Kontrimoksazol 2 kali 2 tablet per hari, atau

Tetrasiklin 4 kali 500 mg per hari selama 5 hari

Dilaporkan bahwa pada daerah tertentu di Indonesia kuman Shigella telah banyak
yang resisten dengan antibiotik tersebut diatas sehingga diperlukan antibiotik lain
seperti golongan kuinolon dan sefalosporin generasi III terutama pada pasien dengan
gejala klinik yang berat
3.

Pengobatan simtomatik. Hindari obat yang dapat menghambat

motilitas usus seperti narkotika dan derivatnya, karena dapat mengurangi eliminasi
bakteri dan memprovokasi terjadinya megakolon toksik. Obat simtomatik yang lain
diberikan sesuai dengan keadaan pasien antara lain analgetik-antipiretik dan
antikonvulasi.

5. Kolitis Escherichia coli (pathogen)


Definisi
Infeksi kolon oleh serotieEscherichia coli tertentu (O157:H7) yang
menyebabkan diare berdahak/tidak.
Epidemiologi.
Karena pemeriksaan laboratorium untuk E.Coli patogen jarang
dilakukan, maka angka kejadiannya tidak diketahui dengan pasti.

Diperkirakan di Amerika Serikat sekitar 21.000 orang terinfeksi setiap


tahunnya. Di Canada dan Amerika Serikat, E.Coli (O157:H7) lebih sering
diisolasi pada pasien diare dibandingkan dengan Shigella demikian juga
pada pasien diare kronik di Jakarta.
E.Coli patogen tersebut didapatkan pada usus ternak sehat
(sekitar 1%), penularan ke manusia sehingga menyebabkan KLB (kejadian
luar biasa/outbreak) adalah lewat daging yang terkontaminasi pada saat
penyembelihan, daging tersebut kemudian digiling dan kurang baik dalam
proses pemanasannya. Cara penularan lain adalah lewat air minum yang
tercemar, tempat berenang yang tercemar dan antar manusia.
Masa inkubasi rerata 3-4 hari, namun dapat terjadi antara 1 8
hari. E.Coli patogen dapat ditemukan pada pasien sampai 3 minggu setelah
sembuh namun tidak pernah ditemukan pada orang sehat (bukan flora
normal pada manusia).
Gejala klinis.
Manifestasi klinis enfeksi E.Coli patogen sangat bervariasi,
dapat berupa : infeksi asimtomatik, diare tanpa darah, diare berdarah
(hemorrhagic colitis), SHU, purpuratrombositopenik sampai kematian.
Gejala klinis adalah nyeri abdomen yang sangat (severe
abdominal cramp), diare yang kemudian diikuti diare berdarah dan
sebagian dari pasien disertai nausea (mual) dan vomiting (muntah). Pada
umumnya suhu tubuh pasien sedikit meningkat atau normal, sehingga
dapat dikelirukan sebagai kolitis non infeksi.
Pemeriksaan tinja pasien biasanya penuh dengan darah, namun sebagian
pasien tindak mengandung darah sama sekali.
Gejala biasanya membaik dalam seminggu, namun dapat pula
terjadi SHU (sekitar 6 % dari pasien) antara 2-12 hari dari onset diare.
SHU ditandai dengan anemia hemolitik mikroangiopatik, trombositopenia,
gagal ginjal dan gejala saraf sentral. Komplikasi neurologik berupa
kejang , koma, hemiparesis terjadi pada sekitar seperempat dari pasien
SHU. Prediktor keparahan SHU antara lain meningkatnya jumlah lekosit,
gejala gastrointestinal yang berat, cepat timbul anuria, usia di bawah 2
tahun. Mortalitas antara 3-5 %.

Penatalaksanaan.
Pengobatan infeksi E.Coli patogen tidak spesifik, terutama
pengobatan suportif dan simtomatik. Komplikasi SHU dilaporkan lebih
banyak terjadi pada pasien yang mendapat antibiotik dan obat yang
menghambat motilitas. Di samping itu pemberian kontrimoksazol
dilaporkan tidak mempunyai efek yang signifikan terhadap perjalanan
gejala gastrointestinal, ekskresi organisme dan komplikasi SHU.
B. Kolitis Non Infeksi

Kolitis Ulserosa
Epidemiologi
Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, akan tetapi lebih
seringdi negara-negara Barat. Di Indonesia aseperti di Negara-negaraAsiaAfrika, kolitis ulserosa agak jarang.Akan tetapi akhir-akhirini lebihbanyak
kasus ditemukan.Mungkin hal ini disebabkankarena lebih banyak orang
yang pergi berobat ke dokter danfasilitas diagnostik sekarang sudah lebih
baik.Insidens kira-kira 3 - 6 per 100.000 tiap tahun pada orangBarat. Lebih
banyak ditemukan pada wanita daripada laki-laki.Dapat ditemukan pada
semua usia, akan tetapi lebih sering padausia dewasa muda. Di Indonesia
belum didapat angka-angka yangpasti.
Etiologi
Belum diketahui dengan pasti penyebab dari radang kolon ini.
-

Faktor psikis :Sering didapat faktor-faktor psikis padakolitis ulserosa. Akan tetapi
banyak yang berpendapat bahwafaktor psikis lebih merupakan akibat daripada sebab
penyakit ini.

Faktor Imunologi ;Terdapat kelainan-kelainan imunologik pada penderita kolitis


ulserosa. Akan tetapi para penyelidikbelum dapat membuktikan bahwa kelainan reaksi
immun merupakan peranan yang utama pada kolitis ulserosa.

Patofisiologi
Proses radang mulai di rektum sebagai radang yang difus, naik
ke bagian proksimal dan seluruh kolon dapat terkena. Ada infiltrasi sel-sel
polimorf, sel plasma dan eosinofil ke lamina propria, ada edema dan
pelebaran vaskuler, kelenjar-kelanjar ikut meradang dan terjadi abses-abses
di kripta-kripta Lieberkuhn.Kemudian terdapat destruksi kelenjar-kelenjar
dan ulserasi padaepitel.
Makroskopis

mukosa

kelihatan

hiperemis

secara

difus

padakeadaan yang ringan dan kelihatan ulserasi pada keadaan yangsedang


dan berat.Dinding usus bisa menjadi tipis dan tidak jarang ini menyebabkan
perforasi.Pada waktu penyembuhan terjadi proses granulasi yang sering
berlebihan sehingga menyerupai suatu polip sehingga disebut pseudopolip.
Pada kasus yang menahun, usus akan menjadi lebih pendekdari
sering timbul penyempitan lumen, walaupun strikturajarang terjadi. Pada
sebagian kecil dari penderita, proses radanghanya terdapat pada rektum.
Gambaran Klinis
Secara klinis, keadaan penderita dapat berbeda-beda mulaiyang
ringan sampai yang berat.Biasanya serangan yang per-tama timbul secara
pelan-pelan dengan adanya diare dengantinja yang bercampur lendir dan
darah.Bila radang hanya direktum, penderita mengeluh mengenai obstipasi
dan perdarahan rektal.Sering ada nyeri di perut bagian kiri dan hilangsetelah
defekasi dan penderita mengeluh karena tenesmus.Nafsu makan berkurang,
berat badan menurun dan merasa lemah.
Pada beberapa penderita diare akut yang berdarah dapatdisertai
suatu kolitis yang berat dengan panas badan, anoreksia,mual dan
vomitus.Biasanya nyeri tekan pada tempat yang sakit.Pada penderita yang
sudah lama sakit, ada anemia.Pada penderita yangsakit berat, perutnya
membesar, meteoristis, nadi cepat danbadan panas.Berat badan biasanya
menurun.Selain kelainan-kelainan tersebut, terdapat pula kelainan pada
sendi-sendi

(artritis),

conjunctivitis,

uveitis,

stomatitis

aphtosa,

eritemanodosum dan kadang-kadang pyoderma gangrenosum.Sebabdari

kelainan-kelainan sistemik ini yang terdapat di luarsaluran cerna, sampai


sekarang tidak diketahui.
Komplikasi
Komplikasi yang tidak jarang terjadi ialah suatu dilatasi akutdari
kolon

pada

penderita

yang

sakit

berat,

perdarahan

banyakatau

perforasi.Komplikasi-komplikasi tersebut sangat membahayakan dan bisa


fatal bila tidak diambil tindakan yang tepat.
Penyakit yang menahun dapat menimbulkan tanda-tanda
obstruksi karena terjadinya striktura.Karsinoma kolon merupakan suatu
keganasan yang tidak jarang terdapat pada penderita kolitis ulserosa,
terutama pada mereka yang telah menderita lebih dari 10 tahun.Tumor
ganas tersebut dapat tumbuh disemua bagian dari kolon, terutama di
rektum.Displasia berat dianggap sebagai "carcinoma in-situ".
Diagnosa
Disampaing pemeriksaan anamnesa, pemeriksaan jasmani dan
laboratorium rutin, perlu diadakan pemeriksaan lain untuk membenarkan
diagnosa.
- Pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan dengan barium dapat membantu. Pada
dilatasi akut diperbolehkan pemeriksaan rontgen, akan tetapi tanpa
dipersiapkan dengan garam inggris atau castor oil. Dalam keadaan ini,
foto rontgen dibuat tanpa barium. Pada keadaan yang berat, para ahli
menyatakan bahwa pemeriksaan dengan barium masih dapat dilakukan
asal saja ahli radiologi mengetahui benar keadaan penderita dan zat
barium dimasukkan ke dalam usus dengan sangat hati-hati.
- Sigmoido-kolonoskopi.
Pemeriksaan endokopis diperlukan untuk menegakkan
diagnosa, terutama di Indonsia untuk membedakan dengan kolitis yang
disebabkan Shigella atau ameba. Selain dari itu endoskopi sangat
diperlukan untuk mengetahui adanya keganasan, terutama jika ada
kelainan polipoid. Biopsi pada endoskopi sangat menguntungkan.
Pernah saya membuat biopsi pada tepi ulkus dan pada pemeriksaan

PAditemukan adanya ameba histolitika, walaupun pemeriksaan tinja


selalu negatif. Biopsi juga dapat menemukan adanya displasia atau selsel karsinoma.
Diagnosa Banding
Di Indonesia, pada penderita dengan feses yang dicampuri ingus
dan darah harus selalu difikirkan kemungkinan adanya kolitis yang
disebabkan ameba atau Shigella. Karena itu perlu diperiksa tinja secara teliti
dan berulangkali. Pemeriksaan rontgen dan endoskopi dapat membantu,
terutama endoskopi. Kolitis ulserosa juga harus dibedakan dengan kolitis
Crohn. Pada penyakit Crohn, kelainan juga terdapat pada ileum, malahan
juga pada saluran cerna bagian atas. Selain itu sering menimbulkan fistelfistel. Pada karsinoma kolon juga sering ada darah, kadang-kadang disertai
sedikit lendir pada feses.
Terapi
- Diit
Makanan sebaiknya mengandung banyak serat, akan tetapi tidak pedas
atau banyak mengandung lemak.
- Obat-obat
Obat antibiotik hanya diperlukan jika ada infeksi sekunder
dengan kuman-kuman. Kortikosteroid diperlukan pada serangan akut
tetapi untuk pengobatan jangka panjang untuk mencegah supaya tidak
kambuh tidak digunakan karena diperlukan dosis tinggi dan akan
menimbulkan efek sampingan. Pada penyakit yang ringan atau
sedang, kortikosteroid diberikan per os 20 mg - 40 mg sehari. Pada
kasus yang dengan cara per os tidak menunjukkan perbaikan, tidak
jarang ada perbaikan dengan kortikosteroid per enema, biasanya
diberikan tiap malam 150 mg hydrocortisone selama 10 hari dan
kemudian dilanjutkan dengan per os. Pada keadaan yang berat,
kortikosteroid harus diberikan secara intravena, selain itu keadaan
anemia, dehidrasi dan kehilangan elektrolit harus diperbaiki.
Salazopirin juga baik untuk kolitis ulserosa. Biasanya diberikan 2
gram sehari. Pada pengobatan jangka panjang perlu diperiksa

hemoglobin dan darah perifer. Salazopirin di dalam usus dipecah oleh


kuman-kuman menjadi asam 5-aminosalisilat dan sulfapyridine. Yang
mempunyai khasiat anti radang adalah komponen salicylat dan efek
sampingannya seperti rasa mual, muntah, kelainan kulit dan darah,
disebabkan oleh sulfapyridin. Akan tetapi Salazopyrin hanya dapat
dipakai untuk kasus yang ringan dan sedang saja dan untuk mencegah
kambuhnya serangan. Azathioprine merupakan suatu obat immunosuppressive, dan hasilnya dikatakan baik, akan tetapi sekarang banyak
laporan menunjukkan bahwa hasilnya mengecewakan, dianjurkan
pemakainya hanya untuk mereka yang tidak menunjukkan perbaikan
dengan pengobatan lain.
Metronidazole

juga

dicoba untuk

pengobatankolitis

ulserosa dan ada yang melaporkan bahwa hasilnya mengembirakan


akan tetapi ini masih dalam taraf penyelidikan.
- Pembedahan.
Indikasi untuk operasi ialah:
o dilatasi toksik
o perforasi
o striktura
o perdarahan yang banyak bila tidak berhenti dengan tindakan konservatif.
o serangan akut yang tidak membaik dengan pengobatan intensif.
o kasus yang menahun di mana seluruh kolon terkena dan tidak menunjukkan kemajuan.
o carcinoma in-situ atau displasia berat
o karsinoma kolon
Jenis operasi yang paling baik ialah proktokolektomi total
dengan ileostomi. Jika kolektomi total saja yang dilakukan, di
kemudian hari penyakitnya pada rektum akan kambuh kembali.
Prognosa
Dengan adanya obat-obat yangdiuraikan di atas, perbaikan
hidrasi dan elektrolit, kemajuan dalam teknik operasi serta perawatan pascabedah, prognosa kolitis ulserosa cukup baik. Walaupun sebagian kecil akan
mengalami serangan yang berulang-ulang.

Kolitis Crohn
Epidemiologi
Penyebaran penyakit ini sama dengan kolitis ulserosa. Banyak
ditemukan di Negara Barat dan sedikit di Negara Asia dan Afrika. Akan
tetapi akhir-akhir ini lebih banyak kasus Crohn ditemukan di Indonesia,
mungkin juga karena lebih banyak orang berobat ke dokter dan adanya
kemajuan di bidang teknik untuk diagnosa. Penyakit Crohn biasanya
terdapat pada dewasa muda dan lebih banyak pada wanita daripada lakilaki.
Etiologi
Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Terdapat faktorfaktor auto-imun. Mungkin juga disebabkan oleh suatu RNA Virus kecil,
tetapi mengenai ini belum ada kepastian. Tidak jelas apakah faktor genetik
mempunyai peranan. Makanan yang tidak atau kurang mengandung serat
yang biasanya digemari di Negara Barat mempunyai peranan yang penting.
Mungkin ini pula yang menyebabkan bahwa penyakit Crohn tidak begitu
banyak ditemukan di Negara Asia dan Afrika di mana makanan lebih
banyak mengandung serat seperti sayur-mayur dan buah-buahan dan lainlain.
Patologi
Kolitis Crohn sebenarnya merupakan sebagian dari penyakit
Crohn yang lebih luas, yang biasanya terdapat pada ileum, malahan saluran
cerna bagian atas. Yang paling sering terkena ialah bagian ileum terminalis
dan caecum. Biasanya yang terkena pada beberapa segmen-segmen yang
terpisah-pisah (skip lesions).
Bagian-bagian diantaranya yang terkena penyakit, secara
makroskopis kelihatan normal, akan tetapi secara histologi dan biokemis
kelainan-kelainan terdapat di seluruh usus. Pada permulaan timbul luka-

luka aftoid dan kemudian menjadi luka-luka yang dalam, lambat laun
terdapat fisura, fibrosis dengan penebalan dinding usus. Dan sering terdapat
striktura dan fistulasi. Pada pemeriksaan histologis ditemukan peradangan
transmural, terutama di sub mukosa dan terdapat sel-sel limfosit, makrofag
dan sel plasma. Granulom-granulom tanpa perkijuan ditemukan pada lebih
dari 50% penderita-penderita penyakit ini.
Gambaran klinis
Para penderita mengeluh mengenai sakit perut yang berulangulang, sering mendapat serangan diare, atau sebaliknya susah buang air
besar, kadang-kadang panas dan berat badan sering menurun. Perdarahan
per anum sering disebabkan radang pada kolon.
Komplikasi
Pada kasus yang menahun, timbul striktura yang menyebabkan
obstruksi, fistel-fistel antara usus dan usus kecil atau antara usus dan
kandung kemih atau fistel antara usus dan kulit. Di sekitar anus terdapat
fistel-fistel, fisur-fisur dan absesabses. Perdarahan yang banyak atau
perforasi jarang terjadi. Begitu pula jarang terjadi dilatasi akut. Karsinoma
kolon dulu diduga tidak begitu sering akan tetapi sekarang kasus. karsinoma
lebih sering ditemukan pada colitis Crohn.
Kadang-kadang timbul hiperoxaluria dan batu oxalat. Proses
radang dapat menjalar ke ureter yang menyebabkan pyelonefritis yang
berulang, stenosis pada ureter dan hidronefrosis.
Diagnosa
Pemeriksaan jasmani dan anamnesa perlu dilakukan dengan
teliti. Pemeriksaan laboratorium rutin perlu. LED dan C-reactive protein
biasanya meninggi dan kadar albumin dan kalium dalam darah rendah.
Tinja harus diperiksa untuk mengetahui adanya darah atau penyebab lain
dari radang usus. Temtama di Indonsia di mana ameba dan Shigella masih
sering ditemukan.

Pemeriksaan radiologis jangan hanya terbatas pada kolon saja


bila kemungkinan penyakit Crohn ada. Foto rontgen dari esofagus,
lambung, duodenum dan ileum perlu dibuat pula.
Pada ileitis terminalis sering terlihat "String sign of Cantor",
suatu gambar seperti benang pada foto dengan barium. Ini disebabkan
karena penebalan dinding ileum terminale, ehingga lumen menyempit.
Fistel-fistel juga akan nampak pada foto rontgen. Endoskopi dan biopsi
sangat membantu.
Diagnosa banding
Seperti pada kolitis ulserosa, di sinipun kemungkinan ameba
dan Shigella perlu disingkirkan dulu.Tuberkulosis pada kolon perlu
dipikirkan, karena tuberkulosis masih banyak terdapat di Indonesia.
Karsinoma

kolon

di

Indonsia

sekarang

juga

lebih

banyak

ditemukanLimfoma malignum kadang-kadang terdapat di kolon. Kolitis


Crohn perlu dibedakan dengan kolitis ulserosa. Diagnosa "irritable colon"
hanya dapat dibuat bila penyakit penyakit lain sudah dapat disingkirkan.
Terapi
Pada dasarnya pengobatan medis-konservatif dengan diit dan obat-obat
lebih baik daripada pembedahan.
- Diit
:makanan sebaiknya lunak, tidak merangsang, rendah lemak dan tinggi
serat. Dahulu dianjurkan rendah serat, akan tetapi kemudian ternyata
bahwa tinggi serat lebih baik. Rendah serat hanya diberikan bila ada
steatorea atau ada striktura.
- Obat-obat
Kortikosteroid baik pada penyakit yang aktif. Dosis sama dengan
kolitis ulserosa. Salazopyrin juga baik untuk penyakit yang aktif akan
tetapi

kurang

memuaskan

untuk

pengobatan"maintenance".

Azathioprine dapat dicoba pada mereka yang tidak menunjukkan


perbaikan atau kambuh lagi dengan obat-obat lain. Metronidazole
dapat memberikan hasil yang baik bila ada sepsis. Laporan-laporan
yang terakhir menyebutkan hasil yang memuaskan pada kasus dengan

fistula.

Fistula

tersebut

menutup

setelah

pengobatan

dengan

metronidazole. Dahulu, adanya fistel merupakan indikasi untuk operasi


akan tetapi sekarang metronidazole merupakan alternatif yang lebih
baik.
-

Pembedahan. Indikasi untuk pembedahan adalah :


kelainan-kelainan perianal
obstruksi.
bila ada perdarahan yang banyak.
adanya keganasan.
Bila pengobatan dengan obat-obat dan diit tidak memberikan

hasil yang baik.Pada pembedahan selalu dikerjakan suatu end-to-end


anastomosis dan reseksi harus dibatasi pada bagian yang perlu diangkat
saja. Tindakan bypass harus dihindari karena sering menimbulkan residif
dan disertai dengan timbulnya banyak kuman-kuman dan malabsorpsi. Tiap
tindakan pembedahan harus dilindungi oleh kortikosteroid.
Prognosa
Biasanya cukup baik dengan diit dan pengobatan. Akan tetapi
penyakitnya dapat sering kambuh kembali, sehingga sering diperlukan pembedahan.
Dan kira-kira separoh dari mereka yang dibedah, memerlukan bedah ulangan di ke

Kolitis Radiasi
Definisi
Peradangan dan kerusakan pada bagian bawah usus besar setelah terpapar xsinar atau radiasi pengion sebagai bagian dari terapi radiasi . Radiasi proctitis paling

sering terjadi setelah perawatan untuk kanker seperti kanker leher rahim , kanker prostat ,
dan kanker usus besar . Radiasi proctitis melibatkan lebih rendah usus , terutama kolon
sigmoid dan rektum .

Terapi
Menurut Cytopath Biopsi Patologi (Patologi CBL), obat untuk terapi radiasi
mengurangi gejala termasuk: mual, perdarahan dan diare. Alternatif obat termasuk

penghilang rasa sakit dan busa steroid yang mengurangi iritasi. Lomotil, PeptoBismol dan Imodium AD semua obat cocok untuk mengobati kolitis Anda.
Diet mengurangi gejala-gejala kolitis radiasi, juga dapat mengurangi dosis
obat. Minimalkan gejala Anda dengan mengkonsumsi apel, pisang, roti putih, telur
dan sayuran matang. Jika gejala memburuk dan obat tidak membantu dokter mungkin
menyarankan operasi. Menurut CBL Patologi, sebuah reseksi kolon atau kolektomi
adalah pilihan untuk mengobati kolitis radiasi.
KOLITIS ISKEMIK
Definisi
Kolitis iskemik adalah gangguan yang mengembangkan aliran ketika darah ke
suatu bagian dari usus besar (kolon). Hal ini dapat menyebabkan daerah peradangan
usus besar dan dalam beberapa kasus, kerusakan usus permanen.
Etiologi
Pada beberapa orang, kolitis iskemik dapat disebabkan oleh atau berhubungan
dengan kondisi medis lainnya, termasuk:

Radangan pembuluh darah (vaskulitis)

Hernia, campur dengan arteri serta suplai darah vena ke usus

Diabetes

pembekuan darah (hiperkoagulasi)

Kanker usus

Aneurisma

Dehidrasi

Gejala klinis

Nyeri perut, nyeri atau kram, biasanya ke kiri bawah perut bisa tiba-tiba

atau bertahap

Darah berwarna merah dalam tinja atau mencret darah

Diare

Mual

Muntah

Komplikasi
Gangrene. kolitis iskemik bisa mengakibatkan kematian jaringan

(gangren) di usus besar. Gangren dapat berkembang setelah penurunan awal aliran
darah ke usus besar dan dapat mengakibatkan kematian jika tidak menerima
pengobatan tepat waktu.
Rupture dan bleeding. Iskemik juga dapat menyebabkan sebuah

lubang (perforasi) pada usus atau perdarahan persisten.


Nyeri dan penyumbatan,Bahkan sebagai penyembuhan terjadi

kolitis iskemik dapat menyebabkan usus jaringan parut dan penyempitan. Hal ini
dapat menyebabkan sakit perut kronis dan penyumbatan.
Diagnosa
Kolonoskopi A dianggap uji definitif untuk mendiagnosa kolitis iskemik.
Dalam prosedur ini, tabung fleksibel dimasukkan ke dalam rektum dan ke dalam usus
besar. Sebuah kamera kecil di ujung lingkup mengirimkan gambar usus ke layar
video. Dokter akan dapat melihat lapisan interior usus besar anda dan mendeteksi
adanya jaringan inflamasi dan bisul.
Kadang-kadang sebagai bagian dari kolonoskopi, dokter Anda dapat
menghapus sebuah sampel jaringan kecil (biopsi) dari usus besar anda untuk analisis
laboratorium. Pada kolitis iskemik, pembengkakan dan perdarahan dapat hadir di
bawah lapisan usus (lapisan mukosa), dan dapat dideteksi di laboratorium.
X-rays abdomen dan pelvis dapat dilakukan dalam kombinasi dengan enema
barium. Dalam proses ini, bahan kontras (barium cair) dimasukkan ke dalam usus
besar melalui dubur. Setelah usus besar dilapisi dengan barium, radiolog mengambil
gambar X-ray dari usus.. Gambar-gambar ini, yang dapat dilihat pada monitor video,
dapat mendeteksi kelainan-kelainan dalam usus besar dan membantu membedakan
kolitis iskemik dari kondisi peradangan lainnya.
USG menggunakan gelombang suara untuk menyediakan gambar usus besar.
Hal ini dapat membantu dalam mengesampingkan gangguan lain, seperti penyakit
inflamasi usus. Untuk prosedur, alat yang disebut transduser yang memancarkan

gelombang suara diperpanjang perut Informasi yang ditangkap oleh transduser


tersebut dikirim ke komputer yang menghasilkan gambar.
Abdominal computerized tomography (CT) scans menggunakan teknologi
canggih X-ray untuk menghasilkan gambar penampang rinci usus besar.Dokter
mungkin dapat mendeteksi penebalan dinding usus besar di scan.
Orang dengan kolitis iskemik mungkin memiliki peningkatan jumlah sel darah
putih (WBC) yang terjadi bila ada peradangan atau tubuh memerangi infeksi.
Penatalaksanaan
Sebagian hanya memerlukan pengobatan suportif saja, selain itu
memperbaiki kondisi kardiovaskular, hindari vasokonstriktor splanknik, dekompresi
nasogastric dan antibiotika sistemik. Indikasi opersai bila ada peritonitis, sepsis,
perdarahan dari ulkus dalam, obstruksi, dan bila penyakit bertambah berat. Opersai
yang optimal dengan melakukan reseksi segmen iskemi dan mengangkat ujung usus
yang tersisa

Anda mungkin juga menyukai