Kolitis Infeksi
Kolitis Tuberkulosa
Definisi
Infeksi kolon oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Epidemiologi
Lebih sering ditemukan di negara berkembang dengan penyakit TBC yang
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Patofisiologi
Mycobacterium tuberculosis biasanya tertelan bersama sputum, sehingga
menimbulkan 3 bentuk kelainan: 1) ulseratif pada 60% kasus, lesi aktif
berupa tukak superfisial; 2) hipertropik pada 10% kasus, bentuk lesinya
berupa parut fibrosis, dan massa menonjol seperti karsinoma; 3)
ulserohipertropik pada 30% kasus, terdapat ulserasi dengan fibrosis yang
merupakan bentuk penyembuhan. Lokasi tersering (85 90% kasus) di
daerah ileosekal.
Gejala Klinis
Keluhan paling sering adalah nyeri perut kronik tidak khas. Dapat terjadi
diare ringan bercampur darah, kadang konstipasi, anoreksia, demam
ringan, berat badan turun, atau teraba massa abdomen kanan bawah.
Diagnosis
Pada diagnosis pasti, ditemukannya bakteri tuberculosis di jaringan,
dengan peneriksaan mikrospik langsung atau kultur biopsi jaringan. Pada
diagnosis dugaan, bila didapatkan tuberculosis paru aktif dengan penyakit
ileosekal.Pada pemeriksaan barium enema ditemukan penebalan dinding,
distorsi
lekuk
mukosa,
ulserasi,
stenosis,
pseudopolip.
Dengan
KOLITIS PSEUDOMEMBRAN
Adalah peradangan kolon akibat toksin yang ditandai dengan terbentuknya lapisan eksudatif
(pseudomembran) yang lekat di permukaan mukosa.
ETIOLOGI
Kuman penyebab adalah Clostridium diffiile, toksin-toksin yang dikeluarkan mengakibatkan
kolitis.
EPIDEMIOLOGI
Bisa mengenai semua tingkatan umur.
Penularan bisa secara kontak langsung lewat tangan atau perantaraan makanan
minuman yang tercemar.
Pathogenesis
C.difficile menimbulkan kolitis dengan cara toxin-mediated. Kuman mengeluarkan 2
toksin utama, toksin A dan toksin B.
Toksin A merupakan enterotoksin yang sangat berpengaruh terhadap semua
kelainan yang terjadi
Toksin B adalah sitotoksin dan tidak melekat pada mukosa yang masih utuh.
Gejala klinis
Yang paling sering dikeluhkan adalah diare cair disertai kram perut.
Sebagian besar pasien mengalami demam, walaupun dapat terjadi hiperpireksia, tetapi
umumnya suhu tidak melampaui 38oC.
Terdapat leukositosis, sering sampai 50.000/mm3.
Nyeri tekan abdomen bawah, hipoalbuminemia dan edema.
Pada kasus yang berat dapat terjadi komplikasi berupa dehidrasi, edema anasarka,
gangguan elektrolit, megakolon toksik atau perforasi kolon.
DIAGNOSIS
Jika ditemukan pasien diare selama atau setelah menggunakan antibiotik perlu
dipikirkan terjadinya kolitis pseudomembran.
Diagnosis dapat cepat dibuat dan akurat dengan melakukan kolonoskopi.
C.difficile tumbuh pada 95% biakan tinja pasien yang terdiagnosis secara
kolonoskopi.
Sebagai gold standart adalah ditemukannya toksin B di tinja, sehubungan dengan efek
sitopatik toksin B pada kultur jaringan. Karena memakan waktu dan mahal biasanya
cukup memeriksa terdapatnya toksin A dengan metode ELISA.
DIAGNOSIS BANDING
Kolitis pseudomembran perlu dibedakan dengan kasus diare akibat kuman patogen
lain, efek samping penggunaan obat yang bukan antibiotik, kolitis non-infeksi dan
sepsis intraabdominal.
PENATALAKSANAAN
Tindakan awal terpenting adalah menghentikan antibiotik yang diduga menjadi
penyebab, juga obat yang mengganggu peristaltik dan mencegah penyebaran
nosokomial.
Pada kasus dengan gejala-gejala yang lebih berat seyogyanya dilakukan pemeriksaan
deteksi toksin C.difficile dan terapi spesifik per oral menggunakan metronidazol atau
vankomisin.
Pada kolitis ringan smpai sedang digunakan metronidazol dengan dosis per oral 250500 mg 4 kali sehari selama 7-10 hari.
Pada kolitis berat menggunakan vankomisin per oral, dosisnya 125-500 mg 4 kali
sehari selama 7-14 hari.
Alternatif pengobatan lainnya menggunakan kolestiramin untuk mengikat toksin yang
dihasilkan C.difficile, tetapi obat ini juga mengikat vankomisin, diberikan per oral
dengan dosis 4 gram 3 kali sehari selama 5-10 hari.
Dianjurkan setelah pengobatan spesifik diusahakan kembalinya flora normal usus
dengan memberikan kuman laktobasilus atau ragi (Saccharomyces boulardii) selama
beberapa minggu.
Manusia
merupakan
host
sekaligus
reservoir
utama.
1. Carrier: ameba tidak mengadakan invasi ke dinding usus, tanpa gejala atau
hanya keluhan ringan seperti kembung, flatulensi, obstipasi, kadangkadang diare. Sembilan puluh persen pasien sembuh sendiri dalam waktu
satu tahun, sisanya (10 %) berkembang menjadi kolitis ameba.
2. Disentri ameba ringan : kembung, nyeri perut ringan, demam ringan, diare
ringan dengan tinja berbau busuk serta bercampur darah dan lendir,
keadaan umum pasien baik.
3. Disentri ameba sedang : kram perut, demam, badan lemah, hepatomegali
dengan nyeri spontan.
4. Disenti ameba berat : diare disertai banyak darah, demam tinggi, mual,
anemia.
5. Disentri ameba kronik : gejala menyerupai disentri ameba ringan diselingi
dengan periode normal tanpa gejala, berlangsung berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun, neurasthenia, serangan diare biasanya timbul karena
kelelahan, demam atau makanan yang sukar dicerna.
Penatalaksanaan.
1. Karier
asimtomatik
diberi
obat
yang
bekerja
di
lumen
usus
Penatalaksanaan
1.
besar pasien disentri dapat diatasi dengan rehidrasi oral. Pada pasien dengan diare
berat, disertai dehidrasi dan pasien yang muntah berlebihan sehingga tidak dapat
dilakukan rehidrasi oral harus dilakukan rehidrasi intravena.
2.
beratnya penyakit yaitu pasien dengan gejala disentri sedang sampai berat, diare
persisten serta perlu diperhatikan pola sensitivitas kuman di daerah tersebut. Beberapa
jenis antibiotik yang dianjurkan adalah:
Dilaporkan bahwa pada daerah tertentu di Indonesia kuman Shigella telah banyak
yang resisten dengan antibiotik tersebut diatas sehingga diperlukan antibiotik lain
seperti golongan kuinolon dan sefalosporin generasi III terutama pada pasien dengan
gejala klinik yang berat
3.
motilitas usus seperti narkotika dan derivatnya, karena dapat mengurangi eliminasi
bakteri dan memprovokasi terjadinya megakolon toksik. Obat simtomatik yang lain
diberikan sesuai dengan keadaan pasien antara lain analgetik-antipiretik dan
antikonvulasi.
Penatalaksanaan.
Pengobatan infeksi E.Coli patogen tidak spesifik, terutama
pengobatan suportif dan simtomatik. Komplikasi SHU dilaporkan lebih
banyak terjadi pada pasien yang mendapat antibiotik dan obat yang
menghambat motilitas. Di samping itu pemberian kontrimoksazol
dilaporkan tidak mempunyai efek yang signifikan terhadap perjalanan
gejala gastrointestinal, ekskresi organisme dan komplikasi SHU.
B. Kolitis Non Infeksi
Kolitis Ulserosa
Epidemiologi
Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, akan tetapi lebih
seringdi negara-negara Barat. Di Indonesia aseperti di Negara-negaraAsiaAfrika, kolitis ulserosa agak jarang.Akan tetapi akhir-akhirini lebihbanyak
kasus ditemukan.Mungkin hal ini disebabkankarena lebih banyak orang
yang pergi berobat ke dokter danfasilitas diagnostik sekarang sudah lebih
baik.Insidens kira-kira 3 - 6 per 100.000 tiap tahun pada orangBarat. Lebih
banyak ditemukan pada wanita daripada laki-laki.Dapat ditemukan pada
semua usia, akan tetapi lebih sering padausia dewasa muda. Di Indonesia
belum didapat angka-angka yangpasti.
Etiologi
Belum diketahui dengan pasti penyebab dari radang kolon ini.
-
Faktor psikis :Sering didapat faktor-faktor psikis padakolitis ulserosa. Akan tetapi
banyak yang berpendapat bahwafaktor psikis lebih merupakan akibat daripada sebab
penyakit ini.
Patofisiologi
Proses radang mulai di rektum sebagai radang yang difus, naik
ke bagian proksimal dan seluruh kolon dapat terkena. Ada infiltrasi sel-sel
polimorf, sel plasma dan eosinofil ke lamina propria, ada edema dan
pelebaran vaskuler, kelenjar-kelanjar ikut meradang dan terjadi abses-abses
di kripta-kripta Lieberkuhn.Kemudian terdapat destruksi kelenjar-kelenjar
dan ulserasi padaepitel.
Makroskopis
mukosa
kelihatan
hiperemis
secara
difus
(artritis),
conjunctivitis,
uveitis,
stomatitis
aphtosa,
pada
penderita
yang
sakit
berat,
perdarahan
banyakatau
juga
dicoba untuk
pengobatankolitis
Kolitis Crohn
Epidemiologi
Penyebaran penyakit ini sama dengan kolitis ulserosa. Banyak
ditemukan di Negara Barat dan sedikit di Negara Asia dan Afrika. Akan
tetapi akhir-akhir ini lebih banyak kasus Crohn ditemukan di Indonesia,
mungkin juga karena lebih banyak orang berobat ke dokter dan adanya
kemajuan di bidang teknik untuk diagnosa. Penyakit Crohn biasanya
terdapat pada dewasa muda dan lebih banyak pada wanita daripada lakilaki.
Etiologi
Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Terdapat faktorfaktor auto-imun. Mungkin juga disebabkan oleh suatu RNA Virus kecil,
tetapi mengenai ini belum ada kepastian. Tidak jelas apakah faktor genetik
mempunyai peranan. Makanan yang tidak atau kurang mengandung serat
yang biasanya digemari di Negara Barat mempunyai peranan yang penting.
Mungkin ini pula yang menyebabkan bahwa penyakit Crohn tidak begitu
banyak ditemukan di Negara Asia dan Afrika di mana makanan lebih
banyak mengandung serat seperti sayur-mayur dan buah-buahan dan lainlain.
Patologi
Kolitis Crohn sebenarnya merupakan sebagian dari penyakit
Crohn yang lebih luas, yang biasanya terdapat pada ileum, malahan saluran
cerna bagian atas. Yang paling sering terkena ialah bagian ileum terminalis
dan caecum. Biasanya yang terkena pada beberapa segmen-segmen yang
terpisah-pisah (skip lesions).
Bagian-bagian diantaranya yang terkena penyakit, secara
makroskopis kelihatan normal, akan tetapi secara histologi dan biokemis
kelainan-kelainan terdapat di seluruh usus. Pada permulaan timbul luka-
luka aftoid dan kemudian menjadi luka-luka yang dalam, lambat laun
terdapat fisura, fibrosis dengan penebalan dinding usus. Dan sering terdapat
striktura dan fistulasi. Pada pemeriksaan histologis ditemukan peradangan
transmural, terutama di sub mukosa dan terdapat sel-sel limfosit, makrofag
dan sel plasma. Granulom-granulom tanpa perkijuan ditemukan pada lebih
dari 50% penderita-penderita penyakit ini.
Gambaran klinis
Para penderita mengeluh mengenai sakit perut yang berulangulang, sering mendapat serangan diare, atau sebaliknya susah buang air
besar, kadang-kadang panas dan berat badan sering menurun. Perdarahan
per anum sering disebabkan radang pada kolon.
Komplikasi
Pada kasus yang menahun, timbul striktura yang menyebabkan
obstruksi, fistel-fistel antara usus dan usus kecil atau antara usus dan
kandung kemih atau fistel antara usus dan kulit. Di sekitar anus terdapat
fistel-fistel, fisur-fisur dan absesabses. Perdarahan yang banyak atau
perforasi jarang terjadi. Begitu pula jarang terjadi dilatasi akut. Karsinoma
kolon dulu diduga tidak begitu sering akan tetapi sekarang kasus. karsinoma
lebih sering ditemukan pada colitis Crohn.
Kadang-kadang timbul hiperoxaluria dan batu oxalat. Proses
radang dapat menjalar ke ureter yang menyebabkan pyelonefritis yang
berulang, stenosis pada ureter dan hidronefrosis.
Diagnosa
Pemeriksaan jasmani dan anamnesa perlu dilakukan dengan
teliti. Pemeriksaan laboratorium rutin perlu. LED dan C-reactive protein
biasanya meninggi dan kadar albumin dan kalium dalam darah rendah.
Tinja harus diperiksa untuk mengetahui adanya darah atau penyebab lain
dari radang usus. Temtama di Indonsia di mana ameba dan Shigella masih
sering ditemukan.
kolon
di
Indonsia
sekarang
juga
lebih
banyak
kurang
memuaskan
untuk
pengobatan"maintenance".
fistula.
Fistula
tersebut
menutup
setelah
pengobatan
dengan
Kolitis Radiasi
Definisi
Peradangan dan kerusakan pada bagian bawah usus besar setelah terpapar xsinar atau radiasi pengion sebagai bagian dari terapi radiasi . Radiasi proctitis paling
sering terjadi setelah perawatan untuk kanker seperti kanker leher rahim , kanker prostat ,
dan kanker usus besar . Radiasi proctitis melibatkan lebih rendah usus , terutama kolon
sigmoid dan rektum .
Terapi
Menurut Cytopath Biopsi Patologi (Patologi CBL), obat untuk terapi radiasi
mengurangi gejala termasuk: mual, perdarahan dan diare. Alternatif obat termasuk
penghilang rasa sakit dan busa steroid yang mengurangi iritasi. Lomotil, PeptoBismol dan Imodium AD semua obat cocok untuk mengobati kolitis Anda.
Diet mengurangi gejala-gejala kolitis radiasi, juga dapat mengurangi dosis
obat. Minimalkan gejala Anda dengan mengkonsumsi apel, pisang, roti putih, telur
dan sayuran matang. Jika gejala memburuk dan obat tidak membantu dokter mungkin
menyarankan operasi. Menurut CBL Patologi, sebuah reseksi kolon atau kolektomi
adalah pilihan untuk mengobati kolitis radiasi.
KOLITIS ISKEMIK
Definisi
Kolitis iskemik adalah gangguan yang mengembangkan aliran ketika darah ke
suatu bagian dari usus besar (kolon). Hal ini dapat menyebabkan daerah peradangan
usus besar dan dalam beberapa kasus, kerusakan usus permanen.
Etiologi
Pada beberapa orang, kolitis iskemik dapat disebabkan oleh atau berhubungan
dengan kondisi medis lainnya, termasuk:
Diabetes
Kanker usus
Aneurisma
Dehidrasi
Gejala klinis
Nyeri perut, nyeri atau kram, biasanya ke kiri bawah perut bisa tiba-tiba
atau bertahap
Diare
Mual
Muntah
Komplikasi
Gangrene. kolitis iskemik bisa mengakibatkan kematian jaringan
(gangren) di usus besar. Gangren dapat berkembang setelah penurunan awal aliran
darah ke usus besar dan dapat mengakibatkan kematian jika tidak menerima
pengobatan tepat waktu.
Rupture dan bleeding. Iskemik juga dapat menyebabkan sebuah
kolitis iskemik dapat menyebabkan usus jaringan parut dan penyempitan. Hal ini
dapat menyebabkan sakit perut kronis dan penyumbatan.
Diagnosa
Kolonoskopi A dianggap uji definitif untuk mendiagnosa kolitis iskemik.
Dalam prosedur ini, tabung fleksibel dimasukkan ke dalam rektum dan ke dalam usus
besar. Sebuah kamera kecil di ujung lingkup mengirimkan gambar usus ke layar
video. Dokter akan dapat melihat lapisan interior usus besar anda dan mendeteksi
adanya jaringan inflamasi dan bisul.
Kadang-kadang sebagai bagian dari kolonoskopi, dokter Anda dapat
menghapus sebuah sampel jaringan kecil (biopsi) dari usus besar anda untuk analisis
laboratorium. Pada kolitis iskemik, pembengkakan dan perdarahan dapat hadir di
bawah lapisan usus (lapisan mukosa), dan dapat dideteksi di laboratorium.
X-rays abdomen dan pelvis dapat dilakukan dalam kombinasi dengan enema
barium. Dalam proses ini, bahan kontras (barium cair) dimasukkan ke dalam usus
besar melalui dubur. Setelah usus besar dilapisi dengan barium, radiolog mengambil
gambar X-ray dari usus.. Gambar-gambar ini, yang dapat dilihat pada monitor video,
dapat mendeteksi kelainan-kelainan dalam usus besar dan membantu membedakan
kolitis iskemik dari kondisi peradangan lainnya.
USG menggunakan gelombang suara untuk menyediakan gambar usus besar.
Hal ini dapat membantu dalam mengesampingkan gangguan lain, seperti penyakit
inflamasi usus. Untuk prosedur, alat yang disebut transduser yang memancarkan