PENDAHULUAN
tenaga kesehatan
untuk
dan mengungkapkan rahasia medis kepada umum, dimana hal yang dimaksud
diatur dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Dalam karya tulis ini
kami akan membahas sisi hukum yang berkaitan dengan kewajiban menyimpan
rahasia medis, sanksi yang berlaku dan kaitannya dengan pembukaan rahasia
kedokteran dalam beberapa hal yang berkaitan dengan tanggungjawab dokter itu
sendiri.
Harus disadari bahwa tanggung jawab dari profesi kedokteran ini sangat
besar dan harus sesuai dengan hukum yang berlaku termasuk kode etik kedokteran
dan kondisi masyarakat.
Oleh karena itu akan dibahas mengenai rahasia kedokteran ditinjau dari
segi etik dan hukum serta permasalahan yang dapat muncul akibat pembocoran
rahasia kedokteran, dengan harapan bahwa nantinya dapat bermanfaat dalam
menjalankan tugas sebagai seorang dokter.
1.2 Permasalahan
Berdarsarkan latar belakang diatas yang menjadi permasalahan dalam
kajian di atas adalah:
1. Apa arti dari Rahasia kedokteran dinjau dari kode etik dan hukum?
2. Siapa yang wajib menyimpan Rahasia Kedokteran?
3. Hal-hal apa saja yang Perlu Dirahasiakan dalam Rahasia Kedokteran?
4. Kapan rahasia kedokteran dapat dibuka?
5. Apa sanksi yang di dapatkan jika seorang dokter membuka rahasia
kedokteran?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Memberi penjelasan pada klinisi maupun masyarakat umum tentang
rahasia kedokteran ditinjau dari segi etik dan hukum.
Tujuan Khusus
1. Memberi penjelasan mengenai rahasia kedokteran
2. Memberi penjelasan mengenai siapa saja yang wajib menyimpan rahasia
kedokteran
2
BAB II
PEMBAHASAN
dengan
keyakinan
bahwa
hak
itu
berguna
untuk
10
12
13
rahasia
konsekuensinya.
Aliran
ini
tidak
akan
15
berganti
pekerjaan,
maka
dapat
dilaporkan
kepada
majikannya.
c. Melindungi pasien yang mempercayakan rahasianya.
Contohnya : seorang penderita menceritakan kesulitannya dan
bermaksud bunuh diri, apabila dokter tidak dapat mempengaruhi
penderita, maka ia dapat memberitahukan keluarganya supaya dijaga
agar tidak melakukan bunuh diri.
d. Melindungi dokter sendiri
Contohnya : seorang dokter dituduh melakukan abortus provocarus
criminalis, sedangkan sesungguhnya ia hanya menolong penderita
yang datang dengan pendarahan akibat tindakan seorang dukun.
Dalam keadaan demikian dokter dapat memberikan keterang kepada
polisi yang memeriksanya untuk melindungi dirinya terhadap
fitnahan tersebut apabila penderita sendiri menolak memberitahukan
yang sebenarnya.
KUHP Pasal 50
Barangsiapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan kepentingan
Undang-undang, tidak dipidana.
Pasal 50 KUHP sering bersangkutan dengan kewajiban seorang
dokter untuk melaporkan: hal kelahiran, hal kematian, hal penyakit
menular. Kewajiban melaporkan penyakit menular di indonesia diatur
dalam undang-undang tentang wabah tahun 1962 No. 6. dalam hal ini
dipahami, bahwa kepentingan umumlah yang harus diutamakan. Bila
seorang dokter yang menurut pendiriannya untuk memegang rahasia
16
jabatan dalam hal ini maka ia tidak hanya melanggar pasal ini tetapi
juga membahayakan masyarakkat, oleh karena membiarkan penyakit
menular berlangsung tanpa tindakan yang diperlukan.
KUHP Pasal 51
Tidak boleh dihukum barangsiapa melakukan perbuatan atau
menjalankan perintah jabatan yang diberikan pembesar yang berhak.
Pasal ini terutama penting bagi seorang dokter yang mempunyai
kedudukan ganda seperti dokter militer dan dokter majelis penguji
kesehatan dokter angkatan bersenjata wajib menyimpan rahasia
jabatannya mengenai para pasiennya sebaliknya pula sebagai seorang
militer ia harus berdiiplin militer dan harus taat pada perintah atasan,
misalnya : melaksanakan tes kesehatan untuk penerimaan anggota TNI.
Undang-Undang Praktik Kedokteran No.29 Tahun 2004
Pasal 48 ayat (2) :
Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan
pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan
perundang-undangan.
Undang-undang RI No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
Pasal 38 :
(1) Setiap Rumah Sakit harus menyimpan rahasia kedokteran.
(2) Rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat
dibuka
untuk
kepentingan
kesehatan
pasien,
untuk
hukum,
atas
persetujuan
pasien
sendiri,
17
atau
(1) Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang
telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal:kesehatan.
(2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi
a. perintah undang-undang;
b. perintah pengadilan;
c. izin yang bersangkutan;
d. kepentingan masyarakat; atau
e. kepentingan orang tersebut.
Permenkes nomor 36 tahun 2012
Pasal 5:
(1) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan
pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan
ketentuan peraturan perundang- undangan.
(2) Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan terbatas sesuai kebutuhan.
Pasal 6:
(1) Pembukaan rahasia kedokteran untuk kepentingan kesehatan pasien
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 meliputi:
a. kepentingan pemeliharaan kesehatan, pengobatan, penyembuhan,
dan perawatan pasien; dan
b. keperluan administrasi, pembayaran asuransi atau jaminan
pembiayaan kesehatan.
(2) Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dilakukan dengan persetujuan dari pasien.
(3) Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b dilakukan dengan persetujuan dari pasien baik secara
tertulis maupun sistem informasi elektronik.
(4) Persetujuan dari pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dinyatakan telah diberikan pada saat pendaftaran pasien di fasilitas
pelayanan kesehatan.
(5) Dalam hal pasien tidak cakap untuk memberikan persetujuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), persetujuan dapat diberikan
oleh keluarga terdekat atau pengampunya.
18
Pasal 7
(1) Pembukaan rahasia kedokteran untuk memenuhi permintaan aparatur
penegak hukum dalam rangka penegakan hukum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 dapat dilakukan pada proses penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, dan sidang pengadilan.
(2) Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat melalui pemberian data dan informasi berupa visum et repertum,
keterangan ahli, keterangan saksi, dan/atau ringkasan medis.
(3) Permohonan untuk pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan secara tertulis dari pihak yang
berwenang.
(4) Dalam hal pembukaan rahasia kedokteran dilakukan atas dasar
perintah pengadilan atau dalam sidang pengadilan, maka rekam medis
seluruhnya dapat diberikan.
Pasal 8
(1) Pembukaan rahasia kedokteran atas dasar permintaan pasien sendiri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dapat dilakukan dengan
pemberian data dan informasi kepada pasien baik secara lisan maupun
tertulis.
(2) Keluarga terdekat pasien dapat memperoleh data dan informasi
kesehatan pasien, kecuali dinyatakan sebaliknya oleh pasien.
(3) Pernyataan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan
pada waktu penerimaan pasien.
Pasal 9
(1) Pembukaan rahasia kedokteran berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan
tanpa persetujuan pasien dalam rangka kepentingan penegakan etik
atau disiplin, serta kepentingan umum.
(2) Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka kepentingan penegakan
etik atau disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan atas
permintaan tertulis dari Majelis Kehormatan Etik Profesi atau Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.
19
lain
secara
individual
atau
masyarakat.
(5) Dalam hal pembukaan rahasia kedokteran untuk kepentingan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b dan huruf e, identitas
pasien dapat dibuka kepada institusi atau pihak yang berwenang untuk
melakukan tindak lanjut sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
2.2.4. Sanksi Bila Membuka Rahasia Kedokteran
Seorang dokter di Indonesia tanpa kecuali, dianggap sudah
mengetahui peraturan-peraturn hukum yang berlaku terutama yang
berhubungan dengan ilmu kedokteran pada umumnya dan rahasia
kedokteran pada khususnya. Apabila terjadi pembocoran rahasia jabatan,
si pelaku dapat dikenai sanksi sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku. Sanksi-sanksi tersebut adalah :
1. Sanksi pidana, diatur dalam :
KUHP Pasal 112
Barangsiapa dengan sengaja mengumumkan surat-surat, beritaberita atau keterangan-keterangan yang diketahuinya bahwa harus
dirahasiakan untuk kepentingan negara atau dengan sengaja
memberitahukan atau memberikannya kepada negara asing, kepada
seorang raja atau suku bangsa, diancam dengan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
KUHP Pasal 322
1) Barangsiapa dengan sengaja membuka suatu rahasia yang wajib
disimpan karena jabatan atau pekerjaannya yang sekarang maupun
20
melaksanakan
praktik
kedokteran
mempunyai
kewajiban
21
karena
perbuatan
orang-orang
yang
menjadi
Provinsi,
dan
Kepala
Dinas
Kesehatan
22
Hak ini dapat dipakai oleh seorang dokter apabila dia diminta untuk
memberikan
kesaksian
dipengadilan
yang
menyangkut
rahasia
kedokterannya.
Kejadian yang bertentangan tersebut diatas dapat dihindarkan
karena adanya hak kuat undur diri, dimana seorang dokter mendapatkan
perlindungan hukum berdasarkan :
Pasal 120 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik perlu, ia dapat minta pendapat ahli atau orang
yang memiliki keahlian khusus
(2) Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji dimuka
penyidik bahwa ia akan memberikan keterangan menurut
pengetahuannya yang sebaik baiknya, kecuali bila disebabkan harkat
dan martabat pekerjaan jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan
rahasia, dapat menolak untuk memberikan keterangan yang diminta.
Pasal 170 KUHAP
(1) Mereka yang pekerjaan, harkat, martabat atau jabatannya diwajibkan
menyimpan rahasia, dapat diminta dibebaskan dari kewajiban untuk
memberi keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang
dipercayakan kepadanya.
(2) Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk
permintaan manusia tersebut.
Pasal diatas dapat dipakai oleh dokter jika diminta sebagai saksi,
ahli atau saksi ahli pada sidang pengadilan, dimana keteranganketerangan yang diminta itu menurut pendapatnya adalah rahasia yang
dipercayakan kepadanya oleh pasien.
23
24
Skema Jalur Jalur Pasien untuk Mengajukan Tuntutan pada Seorang Dokter
Skema jalur jalur untuk dokter jika mendapat tuntutan dari pasien :
25
26
dan diantara para pihak yang bersengketa. Perbedaan lain adalah negosiasi
merupakan salah satu lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang
dilaksanakan diluar pengadilan, sedangkan perdamaian dapat dilakukan
baik sebelum proses persidangan pengadilan dilakukan maupun setelah
sidang peradilan dilaksanakan, baik di dalam maupun diluar pengadilan.
3. Mediasi.
Berdasarkan pasal 6 ayat 3 undang undang No.39 tahun 1999, atas
kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau beda pendapat diselesaikan
melalui bantuan seorang atau lebih penasehat ahli maupun seorang
mediator. Kesepakatan tertulis wajib didaftarkan di pengadilan negeri
dalam waktu paling lama tiga puluh hari terhitung sejak penandatanganan,
dan wajib dilaksanakan dalam waktu lama 30 hari sejak pendaftaran.
Mediator dapat diberikan :
Mediator yang ditunjuk secara bersama oleh para pihak
Mediator yang ditunjuk oleh lembaga arbritrase atau lembaga
alternatif penyelesaian sengketa yang ditunjuk oleh para pihak.
4. Konsiliasi dan perdamaian
Konsiliasipun tidak dirumuskan secara jelas dalam undang undang
No.30 tahun 1999 sebagai suatu bentuk alternatif penyelesaian sengketa
diluar pengadilan adalah suatu tindakan atau proses untuk mencapai
perdamaian di luar pengadilan.
5. Pendapat hukum oleh lembaga arbitrase
Pasal 52 Undang undang No.30 tahun 1999 menyatakan bahwa para
pihak dalam suatu perjanjian berhak untuk memohon pendapat yang
mengikat dari lembaga arbitrase atas hubungan hukum tertentu dari suatu
perjanjian. Ketentuan ini pada dasarnya merupakan pelaksanaan dari
pengertian tentang lembaga arbitrase yang diberikan dalam pasal 1 angka
8 undang undang No.30 tahun 1999 : Lembaga arbitrase adalah badan
yan dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk memberikan putusan
mengenai sengketa tertentu, lembaga tersebut juga dpat memberikan
pendapat yang mengikat mengenai suatu hubungan hukum tertentu dalam
hal belum timbul sengketa
6. Arbitrase
Arbitrase merupakan cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar
peradilan umum yang di dasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat
28
secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa (Lihat Pasal 1 angka 1 UU
No. 30 Tahun 1999). Dalam undang undang No.14 tahun 1970 ( tentang
pokok kekuasaan kehakiman ) keberadaan abritase dapat dilihat dalam
penjelasan psal 3 ayat 1 yang antara lain menyebutkan bahwa penyelesaian
perkara di luar pengadilan atas dasar perdamaian atau melalui artibrase
tetap diperbolehkan, akan tetapi putusan arbiter hanya mempunyai
kekuatan eksekutorial setelah memperoleh izin atau perintah untuk
dieksekusi dari pengadilan. Arbitrase diangggap memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan cara litigasi.
Adapun beberapa keunggulannya antara lain:
1. dijamin kerahasiaan sengketa para pihak;
2. dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan karena hal procedural
dan administrative
3. para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya
mempunyai pengetahuan, pengalaman serta latar belakang yang
cukup mengenai maalah yang disengketakan, jujur dan adil.
4. para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan
masalahnya serta proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase dan
5. putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak
dan dengan melalui tata cara (prosedur) sederhana saja ataupun
langsung dapat dilaksanakan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan sebagai
29
kedokteran. Tanggung jawab dokter tentang rahasia kedokteran telah diatur dalam
KODEKI (Kode Etik Kedokteran Indonesia) dan peraturan perundang-undangan
untuk merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang penderita,
bahkan setelah penderita itu meninggal dunia.
Kewajiban dokter untuk menjaga rahasia kedokteran akan gugur apabila
ada ijin dari pasien, dokter dalam keadaan terpaksa, dokter dalam menjalankan
peraturan perundang-undangan, dokter melakukan perintah jabatan, demi
kepentingan umum, adanya presumed conscent dari pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hoediyanto, A hariadi. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik Dan
Medikolegal Edisi Kedelapan. Surabaya: FKUA 2012
2. Hanafiah, J., Amri amir. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan (4th ed).
Jakarta: EGC. 2009.
30
31