Anda di halaman 1dari 43

FILARIASIS

HAQQUL FALAAH DAMAR AJI 1406647934


LISNA MARYANI

1406648123

NONI SOFYATI

1406648350

PETA PENYEBARAN FILARIASIS DI


DUNIA

LATAR BELAKANG

KOMITMEN INTERNASIONAL
WHA Resolution 1997 : elimination of
lymphatic Filariasis as a Public Helath
Problem
Komitmen Global WHO Tahun 2000 :
The global goal of elimination of
lymphatic Filariasis as a public helath by
the year 2020

LATAR BELAKANG

KOMITMEN NASIONAL

Pencanangan oleh Menteri Kesehatan RI : 08 April


2002 tentang pencanangan eliminasi filariasis di
Sumsel
Surat Edaran Menkes No. 612/MENKES/VI/2004
kepada Gubernur, Bupati tentang Eliminasi
Filariasis.
Peraturan President RI no. 7 tahun 2005, tentang
RPJMN Tahun 2004 2009 Bab 28.B.5
Filariasis
sebagai program prioritas P2M

FILARIASIS DAN EKONOMI


Filariasis salah satu penyebab kemiskinan, karena
penderita kronis (cacat menetap) tidak dapat bekerja
dengan optimal, sehingga menjadi beban keluarga,
masyarakat dan Negara.
Seseorang penderita sekurang kurangnya
mengeluarkan Rp. 750.000 per tahun untuk biaya
perawatan kesehatannya, tidak termasuk biaya
pengobatan di RS
(Survei Prof Dr. Askobat Gani. UI, 2000)

BERITA TERKAIT

Di sejumlah negara kasus penyakit filariasis sudah


punah, namun di indonesia dilaporkan sampai tahun
2008 masih terdapat 11.699 penderita penyakit kaki
gajah / filariasis. Ketua komite ahli pengobatan
filariasis di Jakarta menambahkan, pervalensi
mikrofilaria (telur cacing) sebesar 19%. Artinya,
terdapat kurang lebih 40 juta penduduk indonesia yang
tubuhnya mengandung mikrofilaria.

Filariasis

/ penyakit kaki gajah


adalah penyakit menular yang
disebakan oleh cacing filarial
dan ditularkan oleh berbagai
jenis nyamuk

BENTUK DARI CACING


FILARIAL

KLASIFIKASI ILMIAH
Kingdom
Class
Ordo
Upordo
Family
Genus
Spesies

: Animalia
: Secernentea
: Spirurida
: Spirurina
: Onchocercidae
: Wuchereria
: Wuchereria Brancrofti

Penyakit

kaki gajah ini / dalam


istilah medisnya biasa disebut
dengan filariasis sifatnya kronis /
menahun,
apabila
tidak
mendapatkan
pengobatan
akan
mengakibatkan
cacat
menetap.
Berupa pembesaran kaki, tangan,
alat kelamin baik laki laki maupun
perempuan.

PENDERITA
FILARIASIS

CARA PENULARAN
Cara

penularannya
melalui
nyamuk yang menggigit dan
menghisap darah seseorang
yang tertular sebelumnya

NYAMUK PENYEBAR FILARIASIS

PATOLOGI SINGKAT FILARIASIS


Infeksi cacing nematoda wuchereria bancrofti yang
mengalami perubahan siklus hidup dan menjadi
dewasa didalam kelenjar getah bening manusia sebagai
pejamu definitive.
Cacing betina akan memproduksi microfilaria yang
masuk kedalam aliran darah perifer manusia pada
malam hari dengan konsentrasi tinggi pada jam antara
10.00-02.00 pagi.
Betuk lain microfilaria dapat berada terus dalam
aliran darah perifer manusia dalam konsentrasi tinggi
pada siang hari.
Penyakit ini endemis didaerah pasifik selatan, vektor
nyamuk mempunyai kebiasaan menggigit pada siang
hari dan banyak berjangkit di daerah pedesaan di
bandingkan daerah perkotaan.

GEJALA PENYAKIT FILARIASIS


Filariasis tanpa Gejala
Umumnya di daerah endemik
Pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan pembesaran
kelenjar limfe terutama di daerah inguinal.
Pada pemeriksaan darah ditemukan mikrofilaria
dalam jumlah besar dan eosinofilia

Filariasis dengan Peradangan


Demam, menggigil, sakit kepala, muntah dan lemah
yang dapat berlangsung beberapa hari sampai
beberapa minggu.
Organ yang terkena terutama saluran limfe tungkai
dan alat kelamin.
Pada laki-laki umumnya terdapat funikulitis disertai
penebalan dan rasa nyeri, epididimitis, orkitis dan
pembengkakan skrotum.
Serangan akut dapat berlangsung satu bulan atau
lebih.
Bila keadaannya berat dapat menyebabkan abses
ginjal,
pembengkakan
epididimis,
jaringan
retroperitoneal, kelenjar inguinal dan otot ileopsoas.

Filariasis dengan Penyumbatan

Pada stadium menahun terjadi jaringan granulasi yang


proliferatif serta pelebaran saluran limfe yang luas lalu timbul
elefantiasis.
Penyumbatan duktus torasikusatau saluran limfe perut bagian
tengah mempengaruhi skrotum dan penis pada laki-laki dan
bagian luar alat kelamin pada perempuan.
Infeksi kelenjar inguinaldapat mempengaruhi tungkai dan
bagian luar alat kelamin.
Elefantiasis umumnya mengenai tungkai serta alat kelamin dan
menyebabkan perubahan yang luas.
Bila saluran limfe kandung kencing dan ginjal pecah akan timbul
kiluria (keluarnya cairan limfe dalam urin)
Sedangkan bila yang pecah tunika vaginalis akan terjadi
hidrokel atau kilokel, dan bila yang pecah saluran limfe
peritoneum terjadi asites yang mengandung kilus.
Gambaran yang seringtampak ialah hidrokel dan limfangitis
alat kelamin.
Limfangitis dan elefantiasis dapat diperberat oleh infeksi
sekunder Streptococcus.

VAKTOR PENULAR FILARIASIS

Culex
Aedes
Anopheles
Mansonia
Armigeres

SIKLUS HIDUP (LIFE CYCLE) DARI


VEKTOR FILARIASIS

MORFOLOGI VEKTOR PENULAR


FILARIASIS

MORFOLOGI VEKTOR FILARIASIS

KEBIASAAN VEKTOR DALAM


MENCARI MAKAN DAN ISTIRAHAT
Anopheles
Tempat Perindukan Anopheles
adalah tempat genangan air yang mendapat
sinar matahari secara langsung. Misalnya
tempat penamungan air yang terbuka seperti
drum, ember, bak mandi, tangki air, pelepah
pohon.
Kebiasaan Menggigit ( Feeding habit )
Nyamuk anopheles aktif menggigit pada malam
hari. Anopheles bila menggigit mempunyai
perilaku bila siap menggigit langsung kedalam
rumah

Tempat Istirahat (Resting Habit)


Tempat yang di gemari nyamuk anopheles untuk
beristirahat selama menunggu bertelur adalah tempat
yang lembab seperti gua, lubang lembab, tempat yang
berwarna gelap dan lain lain
Jarak terbang (Flight habit)
Bila nyamuk sedang aktif mencari darah akan terbang
berkeliling sampai adanya rangsangan hospes yang
cocok diterima oleh alat penerima rangsangannya.
Rangsangan ini akan memberi petunjuk pada nyamuk
untuk mengetahui dimana adanya hospes, kemudian
baru mengigi

AEDES

Tempat Perindukan Aedes


Tempat perindukan utama adalah tempat-tempat
penampungan air di dalam dan di luar sekitar rumah.
Nyamuk Aedes Aegypti tidak berkembang biak di
genangan air yang langsung berhubungan dengan
tanah. Misalnya tempat penampungan air seperti bak,
ember, tempayan, barang-barang bekas, pelepah poho

Kebiasaan Menggigit(Feeding habit)


Nyamuk aedes aegypti lebih menyukai darah manusia
dari pada binatang (antropofilik). Darah diperlukan
untuk mematangkan telur jika dibuahi oleh nyamuk
jantan sehingga menetas. Waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan perkembangan telur mulai dari
nyamuk menghisap darah sampai telur dikeluarkan
biasanya bervariasi antara 3-4 hari. Nyamuk ini aktif
pada siang hari dan menggigit di dalam dan diluar
rumah. Mempunyai dua puncak aktifitas dalam
mencari mangsa yaitu mulai pagi hari dan petang hari
yaitu antara 09.00 10.00 WIB dan 16.00 17.00

Tempat Istirahat (Resting Habit)


Tempat yang disayanginyamuk untuk beristirahat
selama menunggu bertelur adalah tempat yang gelap,
lembab dan sedikit angin. Nyamuk aedesbiasanya
hinggap di dalam rumah pada benda-benda yang
bergantungan seperti pakaian, kelambu
Jarak terbang (Flight habit)
Pergerakan nyamuk aedesdari tempat perindukan ke
tempat mencari mangsa dan tempat istirahat
ditentukan oleh kemampuan terbang nyamuk
aedesbetina adalah rata-rata 40-100 meter namun
secara pasif karena angin dapat terbang sejauh 2 Km

CULEX
Tempat berkembang biak
Nyamuk Culex sp suka berkembang biak di
sembarang tempat misalnya di air bersih dan air
yang kotor yaitu genangan air, got terbuka dan
empang ikan
Perilaku makan
Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan
hewan terutama pada malam hari. Nyamuk Culex
sp suka menggigit binatang peliharaan, unggas,
kambing, kerbau dan sapi.

Kesukaan beristirahat
Setelah nyamuk menggigit orang atau hewan nyamuk
tersebut akan beristirahat selama 2 sampai 3 hari.
Setiap spesies nyamuk mempunyai kesukaan
beristirahat yang berbeda-beda.
Nyamuk Culex sp suka beristirahat dalam rumah.
Nyamuk ini sering berada dalam rumah sehingga di
kenal dengan nyamuk rumahan.
Aktifitas menghisap darah
Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan
terutama pada malam hari (nocturnal). Nyamuk Culex
sp menggigit beberapa jam setelah matahari terbenam
sampai sebelum matahari terbit. Dan puncak
menggigit nyamuk ini adalah pada pukul 01.00-02.00.

FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP


PENYEBARAN & PENULARAN

PENCEGAHAN
Pada tahun 1997, World Health Asembly menetapkan resolusi
Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health
Problem, yang kemudian pada tahun 2000 diperkuat dengan
keputusan WHO dengan mendeklarasikan The Global Goal
Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health
Problem by the year 2020. Sesuai dengan peraturan Presiden
Republik Indonesia nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 20042009,
Indonesia telah melaksanakan eliminasi filariasis sebagai
salah satu prioritas nasional pemberantasan penyakit
menular dengan menerapkan dua strategi utama, yaitu
memutuskan rantai penularan dengan pengobatan massal di
daerah endemis dan upaya pencegahan serta membatasi
kecacatan melalui penatalaksanaan kasus klinis filariasis.

CARA PENCEGAHAN
1.
2.

3.

4.
5.

Pengendalian vektor
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di
daerah endemis mengenai cara penularan dan
cara pengendalian vektor nyamuk
Mengidentifikasi vektor dengan mendeteksi
adanya larva infektif dalam nyamuk dengan
menggunakan umpan manusia
Pengendalian vektor jangka panjang mungkin
memerlukan perubahan konstruksi rumah
Melakukan pengobatan dengan menggunakan
diethilcarbamazine citrate (DEC, Banocide,
Hetrazan, Notezine )

PENANGANAN PENDERITA, KONTAK


DAN LINGKUNGAN SEKITARNYA
1.
2.
3.
4.

Laporkan kepada instansi kesehatan


yang berwenang
Isolasi dan karantina tidak dilakukan
Penyelidikan kontak dengan sumber
infeksi
Pengobatan spesifik

DAFTAR PUSTAKA

http://penyakitkakigajah.com/
http://www.murahhati.co.vu/2012/06/patologi-atau-penyakitfilariasis.html
http://bukusakudokter.org/2013/04/12/filariasis/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16893/4/Chapter
%20II.pdf
http://www.itd.unair.ac.id/files/pdf/protocol1/Culex.pdf
http://www.itd.unair.ac.id/files/pdf/protocol1/Anopheles.pdf
http://www.itd.unair.ac.id/files/pdf/protocol1/Aedes.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/115/jtptunimus-gdl-sutyoagusw5709-3-babiis-i.pdf
Depkes RI, Epidemiologi Filariasis, Ditjen PP & PL, Jakarta, 2006.
Depkes RI, Pedoman Penatalaksanaan Kasus Klinis Filariasis, Ditjen
PP & PL, Jakarta, 2006.
Depkes RI, Pedoman Promosi Kesehatan Dalam Eliminasi Filariasis,
Ditjen PP & PL, Jakarta, 2006.
Nisrin, Studi Faktor-faktor Lingkungan dan Perilaku yang
Berhubungan dengan Kejadian Filariasis Kabupaten Bangka Barat,
Tesis, Universitas Diponegoro Semarang, 2008

Anda mungkin juga menyukai