Anda di halaman 1dari 3

RESUME JURNAL BIOLOGI MOLEKULER

KARAKTERISTIK TRANSKRIPTOMIK PADA KARSINOMA


HEPATOSELULER DENGAN MUTASI CTNNB1

NI NYOMAN TRISNA YULIHARTI TERSINANDA


NIM 1514048104

PROGRAM STUDI ILMU PENYAKIT DALAM


PPDS UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015

KARAKTERISTIK TRANSKRIPTOMIK PADA KARSINOMA HEPATOSELULER


DENGAN MUTASI CTNNB1
Karsinoma hepatoseluler (HCC) menempati urutan ke-6 tumor padat yang paling sering di
dunia, dan urutan ke-3 untuk menjadi penyebab kematian karena kanker, dan merupakan
ancaman serius terutama pada populasi Cina. Walaupun beberapa studi telah menemukan
banyak perubahan molekuler terlibat dalam tumorigenesis hepatosit, belum ada survei
sistemik yang memeriksa mutasi somatik pada pasien Cina dengan HCC. Studi ini bertujuan
menjelaskan mutasi somatik pada pasien Cina dengan HCC dan menginvestigasi
kemungkinan mekanisme molekuler yang terlibat dalam tumorigenesis.
Studi eksperimental ini melibatkan 110 sampel HCC dengan virus hepatitis B positif
(CB+ HCC) dan 46 sampel HCC dengan HBV negatif, dimana kasus yang dilibatkan dalam
studi ini harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu sudah tegak secara patologi mengidap
HCC, spesimen tumornya mengandung sel-sel tumor paling sedikit 70%, terdapat jaringan
yang cukup untuk analisa yang komprehensif, dan terdapat jaringan normal yang sesuai untuk
analisis. Karena kurangnya informasi sistemik mutasi onkogen, studi ini memilih
menggenotipkan proto-onkogen yang sering mutasi, yaitu gen CSF1R, CTNNB1, KRAS,
BRAF, NRAS, ERBB2, MET, PIK3CA, JAK1, dan SMO (didapatkan dari daftar mutasi
somatik pada kanker).
Didapatkan 33 tempat mutasi di 10 proto-onkogen pada 156 pasien HCC.
Menariknya, dari 156 pasien HCC yang dievaluasi, 15 kasus memperlihatkan mutasi
CTNNB1, 1 kasus mutasi KRAS (G12D), dan 1 kasus mutasi SMO. Pada sampel HCC
dengan HBV negatif memiliki kecepatan mutasi yang sedikit lebih lambat. Semua mutasi
pada CTNNB1 berkumpul dalam regio N-terminal. Lima kasus menunjukkan mutasi T41A
dan tiga kasus menunjukkan mutasi S37C. Mutasi G34E dan S45P ditemukan masing-masing
dua kasus, dan mutasi G34V, D32Y, dan D32G ditemukan masing-masing hanya satu kasus.
Menariknya, mutasi SMO muncul bersama-sama dengan mutasi CTNNB1 T41A pada sampel
HCC dengan HBV positif. Studi ini juga mengobservasi adanya perbedaan pola mutasi
CTNNB1 pada populasi dengan HBV negatif dan HBV positif.
Karakteristik transkriptomik pada sampel HCC menyembunyikan mutasi CTNNB1.
Karena CTNNB1 merupakan proto-onkogen utama yang mengalami mutasi pada sampel
HCC, studi ini kemudian melakukan uji dan hasilnya -catenin memegang peranan penting
dalam pertumbuhan, viabilitas dan survival sel-sel HCC. Deregulasi fungsional -catenin
dikatakan berhubungan dengan insiden HCC, delesi gen adenomatosis polyposis coli (APC),

dan aktivasi jalur Wnt, yang mengakibatkan hepatokarsinogenesis (uji coba pada tikus). Studi
ini menggunakan teknologi sequencing RNA-seq next generation untuk membandingkan
antara transkriptom sampel HCC dengan jaringan hati non-kanker di sekitarnya. Hasilnya
menunjukkan adanya homogenitas biologis yang tinggi antara jaringan HCC dengan jaringan
non-kanker.
Perubahan pada supresor tumor (FoxA3 dan Onecut1) dan onkogen potensial (MAFG
dan SSX1) berkoordinasi dengan -catenin untuk mentransformasi hepatosit. Pada studi ini
juga ditemukan bahwa mutasi CTNNB1 berhubungan dengan waktu survival yang lebih
panjang. Dengan kata lain, pasien HCC dengan CTNNB1 positif memiliki prognosis yang
lebih baik.
Studi ini merupakan karakteristik sistemik pertama terhadap mutasi onkogenik pada
sampel HCC di Cina. Pillihan terapi yang valid pada pasien HCC di Cina bisa dengan
mentargetkan jalur Wnt--catenin. Studi ini juga menyarankan untuk mentargetkan
ONECUT1, FOXA3, SSX1, dan MAFG sebagai pilihan terapi yang valid untuk pasien HCC
dengan mutasi CTNNB1.

Anda mungkin juga menyukai